...*Selamat Membaca*...
Kehidupan setiap orang tidak semuanya berjalan mulus. Seperti pada umumnya kadang berada di atas dan kadang juga berada di bawah. Namun ada diantara semua orang yang nasibnya tetap di bawah, dan hal ini terjadi pada sebuah keluarga yang tinggal di negara INS.
Keluarga tersebut sangatlah miskin, serta tempat tinggalnya berada di area kumuh yang kerap dipenuhi tindakan kejahatan ataupun hal serupa. Dalam keluarga itu dikaruniai seorang anak laki-laki yang bernama Reyhan dan sering dipanggil Rey oleh orang tuanya.
Dalam kesehariannya, Rey tidak sama dengan anak lain seumurannya, karena sejak berusia 5 tahun dia harus membantu kedua orang tuanya mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sesekali dia merasa iri ketika melihat anak seumurannya yang memakai seragam sekolah TK, dan hal ini juga diketahui oleh kedua orang tuanya.
"Apakah kamu ingin pergi ke sekolah Rey?" tanya ayahnya yang melihat anaknya itu terus menatap mereka. Rey hanya menggelengkan kepalanya dan melanjutkan membantu pekerjaan ayahnya sebagai seorang pemulung.
Di dalam hatinya, Rey ingin berkata iya, akan tetapi dia memahami kondisi yang di alami oleh keluarganya dan sesegera mungkin harus membuang keinginannya itu untuk bersekolah. Namun pemikiran ayahnya lain lagi mengenai hal tersebut, dan setelah kembali pulang ke rumah peninggalan keluarganya, dia mencoba berbicara kepada istrinya mengenai hal tersebut.
Beberapa pertimbangan terus dipikirkan oleh kedua orang tuanya, ditambah lagi istrinya itu sedang mengandung dan ada kemungkinan beberapa minggu lagi akan melahirkan. Pembicaraan yang dilakukan oleh mereka tak sengaja di dengarkan oleh Rey, dan sampai akhirnya dia menghampiri mereka.
"Ayah, ibu... Aku tidak ingin pergi ke sekolah!" ucap Rey sambil berjalan menghampiri mereka. Seketika kedua orang tuanya sangat terkejut, karena tidak menyangka kalau anaknya itu mendengarkan pembicaraannya.
"Ahh, Rey... Sudah larut malam begini kenapa masih belum tidur?" tanya ibunya dengan mengalihkan pembicaraannya itu, lalu berjalan menghampiri anaknya yang berada di dekat pintu.
"Ayah, ibu, aku tetap tidak ingin sekolah, dan sebentar lagi aku bakalan punya adik." tanggap Rey dengan bersikeras tidak ingin sekolah, dan lebih memikirkan mengenai adik yang berada di dalam kandungan ibunya.
"Lalu apa hubungannya dengan adikmu ini Rey?" tanya Ayahnya sambil menghampiri nya juga, lalu mengelus kepalanya.
"Lebih baik adikku saja yang bersekolah nanti di masa depan." jawab Rey dengan tegas sambil meraba perut ibunya yang sedang mengandung.
Mendengar perkataan seperti itu, kedua orang tuanya tidak tega melihat Rey tak sama seperti anak seumurannya, yang dimana mereka bisa menemukan kesenangan tanpa memikirkan beban kehidupan yang harus dipikul setiap hari.
Dalam hal ini, kedua orang tuanya telah memutuskan kalau Rey akan bersekolah setelah kelahiran adiknya meski nantinya usianya lebih tua setahun dari anak-anak lainnya.
1 tahun kemudian...
Rey akhirnya disekolahkan di taman kanak-kanak yang tidak jauh dari tempat nya tinggal, serta memiliki adik perempuan yang bernama Rasya. Setiap hari sebelum berangkat ke sekolah, dia selalu menyapa adiknya itu dan terkadang pula bermain sejenak apabila dirinya bangun sangat pagi.
Di saat berada di sekolah TK, Rey memiliki banyak teman serta saling berbicara tentang diri mereka masing-masing. Selama ini tidak ada yang menghina dirinya, meski mereka tahu kalau keluarga sangat miskin terlebih lagi pekerjaan ayahnya hanya seorang pemulung.
"Hey, Rey... Apakah kamu tidak merasa sulit dengan kehidupan seperti itu?" tanya seorang anak laki-laki yang satu kelas dengannya yang bernama Farhan.
"Paakkk" pukul seorang anak perempuan yang berada di dekatnya dengan sebuah buku dan anak itu bernama Jihan.
"Kamu tidak sopan sekali bertanya seperti itu Farhan!" ucap Jihan dengan kesal sambil menatapnya.
"Hahaha... Tidak apa-apa, lagian aku tak merasa tersinggung dengan perkataannya." tanggap Rey sambil tertawa, lalu membujuk Jihan untuk tetap tenang.
"Tapi, kan itu tidak sopan untuk ditanyakan." ucap Jihan yang masih merasa tidak suka dengan perkataan temannya.
"Sungguh aku tidak apa-apa, lagian juga kalian semua adalah teman-temanku yang paling berharga, dan tak berusaha menjauh dari ku meski lebih tua setahun dari kalian serta dengan kondisi kedua orang tuaku." tanggap Rey sambil tersenyum pada mereka semua.
"Itu juga berlaku bagimu Rey, kamu ini orangnya sangat menarik dan juga cepat akrab dengan kita semua." tanggap teman lainnya yang bernama Nandi sambil memegang pundaknya.
Mendengar perkataan seperti itu, Rey sangat senang terhadap semua temannya yang tidak membandingkan dirinya. Lalu, dia menjawab pertanyaan Farhan, sekalian menceritakan kesehariannya setelah pulang dari sekolah.
Dalam kesehariannya setelah pulang sekolah, Rey sering membantu ayahnya untuk mencari barang bekas sampai sore, dan hal ini juga untuk keberlangsungan biaya sekolahnya karena tidak ingin membuat kedua orang tuanya terbebani.
Sesekali ayahnya itu melarang Rey untuk membantunya dikarenakan tidak ingin anaknya dilihat oleh orang lain yang nantinya bakalan dijauhi oleh teman sekolahnya. Namun Rey menjelaskan kalau teman-temannya itu tidak menjauhinya, meski tahu tentang dirinya dan pekerjaan ayahnya.
Penjelasan yang di berikan oleh Rey, membuat ayahnya menangis terharu karena memiliki teman yang sangat baik terhadapnya, dan dia juga berpesan untuk tidak berbuat jahat pada mereka serta bila ada apa-apa segera mungkin harus membantu.
"Nah, seperti itulah yang dibicarakan oleh ayahku mengenai kalian, dan aku juga memiliki seorang adik perempuan." ucap Rey dengan mengakhiri ceritanya, serta memberitahu mereka mengenai dirinya yang mempunyai seorang adik.
Seketika semua teman-temannya itu sangat terkejut setelah mendengar Rey memiliki adik perempuan. Mereka langsung bertanya mengenai tentang adiknya, dan ada juga yang merasa kesal karena tidak memberitahunya sedari awal berteman.
"Jahat sekali kamu itu Rey!" ucap teman lainnya yang bernama Rava yang dipertengahan ceritanya ikut mendengarkan.
"Kupikir kamu tidak memiliki adik perempuan Rey!?" sambung teman lainnya yang ikut mendengarkan ceritanya dan bernama Adit.
Beberapa tanggapan negatif terus diucapkan oleh teman-temannya karena baru mengetahui kalau dirinya memiliki seorang adik. Namun Rey tidak memasukkan perkataan mereka itu ke dalam hatinya, dan tetap tersenyum sambil sedikit tertawa atas tanggapan yang diberikan semua teman-temannya itu.
"Kan dari dulu kalian cuma bertanya tentang diriku dan tidak menanyakan aku memiliki seorang adik." jawab Rey sambil sedikit tertawa.
"Kalau begitu, sekarang ceritakan mengenai adikmu itu." pinta Jihan kepadanya, dan teman lainnya menganggukkan kepalanya.
Melihat sorotan mata dari semua temannya itu, Rey dengan senang hati menjelaskan tentang adiknya itu. Akan tetapi ketika hendak melakukan hal tersebut, bel masuk kelas pun berbunyi dan terpaksa Rey harus menceritakannya di lain hari.
Mendengar hal itu, mereka semua sedikit menyesal karena secara tiba-tiba bel masuk telah berbunyi. Namun mereka sangat menantikan ceritanya itu dan tetap menunggu sampai di lain hari Rey bersedia menceritakan tentang adiknya.
...Bersambung......
...{Pemberitahuan Update}...
...20.00 WIB...
...Terimakasih...
...*Selamat Membaca*...
Pada akhirnya Rey mendapatkan teman yang sangat baik di sekolahnya, dan tak sekalipun berpikiran untuk menjauh meski mengetahui tentang dirinya ataupun pekerjaan dari kedua orang tuanya.
Perasaan terkejut dirasakan oleh semua temannya setelah memberitahu kalau Rey memiliki seorang adik perempuan yang bernama Rasya. Dikarenakan bel masuk berbunyi Rey tak sempat menceritakannya di hari itu juga, namun dia berjanji akan menceritakannya di lain hari.
Tak lama setelah pelajaran selesai...
Semua orang saling berpamitan termasuk Rey yang memiliki teman berharga dalam usianya. Rasa senang terus diperlihatkan oleh dirinya pada kedua orang tuanya, dan terkadang bercerita di depan adiknya mengenai teman-temannya.
Setelah istirahat sejenak, Rey langsung mengganti pakaian sekolahnya, lalu pergi ke tempat ayahnya berada untuk membantu mengumpulkan barang bekas dan kadang juga mereka menemukan barang-barang yang sekiranya masih layak dipakai.
Disepanjang jalan yang dilalui, mereka kerap sekali melihat para pengemis di pinggir jalan. Dalam hal ini ayahnya selalu mengingatkan kepadanya, semiskin apapun jangan sampai menjadi orang yang meminta minta, terutama kondisi tubuhnya masih utuh dan kuat untuk bekerja.
Rey hanya menganggukkan kepalanya meski dirinya itu masih belum memahami dalam usianya sekarang. Namun dia yakin suatu hari nanti bakalan menemukan jawabannya sendiri, mengenai ayahnya yang selalu memberikan nasihat tiap kali melihat hal seperti itu.
"Cukup sudah untuk hari ini, mari kita pulang sekarang Rey." pinta ayahnya sambil menoleh ke samping dan mengira kalau anaknya itu berada di dekatnya. Namun Rey tidak ada di sampingnya, lalu melihat kalau anaknya itu sedang menghampiri seorang anak perempuan yang sedang menangis di pinggir jalan. "Rey!" lanjut dengan memanggil namanya sambil mendekatinya.
"Ahh, iya ayah." jawab Rey sambil menoleh ke arahnya. Melihat hal itu, ayahnya bertanya tentang apa yang sudah dilakukan olehnya karena mengira kalau Rey telah melakukan sesuatu yang membuat anak perempuan itu menangis.
Kemudian Rey menjelaskan, kalau dirinya sama sekali tidak melakukan hal tersebut, dan anak perempuan seusianya itu terpisah dengan kedua orang tuanya. Seketika perasaan ayahnya lega setelah mendengar perkataan seperti itu, dan langsung bertanya pada anak perempuan tersebut.
"Nak, apakah benar kamu terpisah dari kedua orang tuamu?" tanya ayah Rey pada anak perempuan tersebut, dan dia hanya menganggukkan kepalanya untuk menanggapi perkataannya itu.
Dalam pemikiran ayahnya, cukup sulit untuk menanyakan mengenai awal mula sampai terpisah dari kedua orang tuanya, terlebih lagi dia terus menangis sambil memanggil kedua orang tuanya. Tanpa pikir panjang, Rey langsung bertanya mengenai namanya dan berusaha untuk menghibur nya supaya berhenti menangis.
"Hey, lihatlah ini, aku menemukan sesuatu tadi ketika sedang membantu ayahku!" pinta Rey sambil memperlihatkan sebuah puzzle kepadanya, dan berusaha untuk memainkannya meski dirinya masih belum faham akan permainan tersebut.
Melihat Rey yang berusaha keras untuk menyamakan seluruh warna, membuat anak perempuan itu tertarik padanya dan tanpa disadari tangisannya berhenti. Sesekali dia tertawa ketika Rey salah langkah dalam permainan tersebut, dan akhirnya perempuan itu mencoba untuk memainkan puzzle tersebut.
"Ahh, tu-tunggu dulu, itu masih kotor dan tak sempat aku bersihkan dengan benar." ucap Rey dengan memberitahunya, namun anak perempuan itu tetap mengambil puzzle tersebut.
"Nah seperti ini, cara mainnya!" tanggap anak perempuan itu sambil memperlihatkan kemampuannya dalam permainan tersebut.
Tak butuh waktu lama, anak perempuan itu berhasil menyelesaikan permainan tersebut, lalu dia mengembalikannya pada Rey. Sepintas Rey tersenyum setelah melihat kemampuannya dalam permainan itu, dan dia juga sempat memujinya.
"Sepertinya keadaanmu sudah membaik." ucap Rey dengan perasaan lega dan memperlihatkan senyuman tulusnya kepadanya. Dalam hal ini, anak perempuan itu merasa tertarik kepadanya karena Rey tak sama dengan anak-anak lain pada usianya itu.
"Namaku Viola, dan biasa dipanggil Vio." tanggap anak perempuan itu dengan memperkenalkan dirinya.
"Ahh, ya. Namaku Reyhan, dan biasa dipanggil Rey." ucap Rey dengan melakukan hal sama kepadanya.
Kemudian, ayahnya meminta pada mereka berdua untuk duduk di tempat yang di sediakan, sambil menunggu pihak keluarga yang sedang mencari Vio. Melihat hal ini, ayahnya sangat bangga terhadap Rey yang cepat tanggap dan langsung akrab dengan Vio meski sama sekali tidak mengetahui tentangnya.
Sudah 1 jam lamanya mereka menunggu dan dari pihak keluarga belum kunjung datang juga menemukan Vio. Baru saja ayahnya hendak berdiri dari tempat duduk, sebuah mobil mewah langsung berhenti di hadapan mereka, dan ternyata itu adalah keluarganya.
"Vio!" panggil ibunya sambil turun dari mobil tersebut dan berjalan menghampirinya.
Mendengar hal itu, Vio langsung berlari ke arahnya dan memeluk ibunya itu. Rey dan ayahnya yang melihat hal tersebut ikut bahagia ketika Vio sudah bertemu kembali dengan kedua orang tuanya. Dikarenakan tidak ingin mengganggu momen tersebut, mereka berdua memutuskan untuk segera pulang ke rumah, terlebih lagi hari sudah menjelang malam.
Akan tetapi, ketika Rey hendak berjalan beberapa langkah ke depan. Secara tiba-tiba Vio berlari ke arahnya sambil memegang tangannya, dan mengajaknya untuk bertemu dengan kedua orang tuanya itu.
"Aku benar-benar marah padamu Rey!" ucap Vio dengan raut wajah cemberut sambil menarik salah satu tangannya.
Melihat sikap putrinya yang seperti itu terhadap anak lain, kedua orang tuanya sangat terkejut terlebih lagi sebelumnya Vio adalah anak yang murung serta tidak mau bergaul dengan anak seumurannya.
"Ehh? Kenapa tiba-tiba kamu berkata seperti itu?" tanya Rey dengan tidak mengerti dari maksud perkataannya itu.
"Itu karena kamu langsung pergi begitu saja tanpa mengucapkan sesuatu dan tidak menyapa keluargaku!" jawab Vio dengan kesal.
"Ta-tapi... Tapi... Ehh tunggu dulu, tanganku kotor!" pinta Rey dengan memberitahu kalau dirinya itu tak layak untuk dilihat.
"Ayo, cepetan kesini, jangan malu-malu kucing!" ajak Vio dengan bersikeras untuk memegang salah satu tangannya.
"Ehh, kenapa harus bawa kucing segala? Ditambah aku gak seperti apa yang kamu pikirkan!" tanggap Rey dengan memberanikan diri untuk menyapa keluarga Vio, lalu diikuti juga oleh ayahnya.
Tak lama setelah itu, Rey akhirnya menyapa kedua orang tua Vio dan mereka langsung memeluknya sambil mengucapkan banyak terimakasih atas apa yang telah dilakukan nya itu.
"Ahh, bu tunggu sebentar, pakaian saya sangat kotor!" pinta Rey sambil berusaha untuk lepas dari pelukannya.
"Tapi yang aku lihat hatimu sangat bersih nak!" jawab ibu Vio sambil tersenyum melihat wajahnya.
"Pakaian kotor itu bukanlah masalah, yang paling penting hatimu baik nak." tanggap ayah Vio sambil mengelus rambutnya.
"Te-terimakasih, dan ini semua berkat ayahku yang selalu mengajariku hal baik di setiap harinya." tanggap Rey sambil menoleh pada ayahnya, lalu dia pun tersenyum setelah mendengar perkataan seperti itu.
Tak lama setelah itu Vio menarik kembali tangannya dan mengajaknya bermain puzzle yang tadi mumpung dirinya masih berada di tempat tersebut. Sedangkan kedua orang tuanya saling berbicara satu sama lainnya, sembari menceritakan sedikit tentang Viola.
...Bersambung......
...{Pemberitahuan Update}...
...20.00 WIB...
...Terimakasih...
...*Selamat Membaca*...
Ketika sedang membantu pekerjaan ayahnya, Rey tak sengaja melihat anak perempuan yang sedang menangis di pinggir jalan sambil memanggil kedua orang tuanya. Dalam hal ini, Rey dan ayahnya memutuskan untuk menemaninya di tempat tersebut sampai pihak keluarga nya menemukan dirinya.
Sampai akhirnya keluarga Vio datang dan mereka semua mengucapkan banyak terimakasih kepada Rey beserta ayahnya karena telah menjaga putrinya ketika terpisah dari darinya. Selain itu juga, mereka bersyukur kalau Vio bertemu Rey yang dengan mudahnya mengubah sikap putrinya itu.
Dikala kecil, sikap Vio masih biasa saja dengan anak seumurannya, namun makin kesini mereka berubah setelah mendengar kalau keluarganya itu memiliki martabat yang lebih tinggi dibandingkan keluarga lainnya di daerah tersebut.
Dikarenakan hal ini, putrinya memiliki sikap yang sangat dingin terhadap anak seumurannya, serta sangat jarang melihat nya tersenyum bahagia ataupun berbicara lama dengan anak seumurannya. Akan tetapi, pertemuannya dengan Rey mengubah semua sikapnya dan kini keluarganya bisa melihat kembali senyuman bahagia yang sudah lama hilang dalam raut wajahnya.
"Oleh karena itu, kami bersyukur kalau Vio bertemu dengan putra anda sehingga kami bisa melihat kembali keceriaannya." ucap ayahnya Vio sambil menundukkan kepalanya dan diikuti oleh istrinya itu.
"Tolong angkat kepala anda pak, saya hanya melakukan apa yang seharusnya dilakukan." tanggap ayahnya Rey dengan meminta untuk berhenti menundukkan kepalanya.
Mendengar perkataan seperti itu, kedua orang tua Vio sangat yakin kalau keluarga Rey sangat baik, dan mereka memberikan sesuatu kepadanya sebagai ucapan terimakasih atas apa yang dilakukannya itu.
Terlihat ibu Vio mengambil sesuatu dari dalam tasnya itu yang berupa uang dengan jumlah yang cukup banyak untuk diberikan kepadanya, dan hal ini tak sengaja dilihat oleh Rey yang sedang bermain dengan Vio.
"Ayah!" panggil Rey dengan cukup keras, lalu raut wajahnya menunjukkan kekhawatiran. Melihat hal itu ayahnya pun mengerti dengan apa yang ditunjukkan oleh anaknya, karena sebelumnya dia juga sering mengatakan kalau membantu orang itu harus benar-benar ikhlas.
"Sebaiknya ibu masukkan kembali uang tersebut, karena saya tidak menerima bayaran atas hal ini." tolak ayahnya Rey dan tak bermaksud untuk menyombongkan dirinya.
"Tapi, setidaknya terimalah uang ini, sehingga perasaan kami merasa lebih baik." tanggap ibunya Vio dengan bersikeras untuk memberikan uang tersebut, akan tetapi ayahnya Rey tetap menolak meski diberikan uang yang dapat membiayai kehidupannya selama beberapa tahun ke depan.
Dikarenakan keluarga Vio tetap ingin balas budi, maka mereka menggantinya dengan cara lain. Mereka menawarkan pekerjaan kepada ayahnya Rey, lalu memberikan sebuah kartu yang berisi alamat perusahaannya, dan berharap kalau ayahnya itu menerima hal tersebut.
"Mungkin saya akan membicarakan hal ini dengan istri saya di rumah, dan terimakasih telah memberikan kesempatan pada saya untuk bekerja." ucap Ayahnya Rey sambil menundukkan kepalanya.
"Tidak-tidak, justru kamilah yang seharusnya mengucapkan terimakasih, dan besar harapan kami anda menerimanya tentunya dengan diberikan ijin dari istri anda." tanggap ayahnya Vio sambil menjabat tangannya.
"Kapanpun anda bisa datang ke alamat yang tertera itu, tentunya kami akan menyambut kedatangan anda." sambung ibunya Vio sambil berharap kalau ayahnya Rey datang dengan cepat.
Tak lama setelah itu, mereka semua saling berpamitan dikarenakan hari mulai malam. Dalam hal ini Vio sangat berharap untuk terus bertemu dengannya dan bermain seharian di rumahnya ataupun di tempat yang ingin dikunjungi olehnya.
"Ahh, papa, mama... Tunggu sebentar!" pinta Vio sambil bergegas turun dari mobilnya, lalu berlari ke arah Rey. Melihat hal itu, kedua orang tuanya tidak mengetahui apa yang ingin dilakukan oleh putrinya, dan tak lama dia kembali masuk ke dalam mobil.
"Sampai bertemu kembali di lain waktu Rey!" teriak Vio dari dalam mobil sambil melambaikan tangannya, dan Rey juga melakukan hal sama seperti dirinya. Karena sangat penasaran akan apa yang dilakukan oleh anaknya, ibunya bertanya pada putrinya itu.
"Vio, apa yang baru saja kamu bicarakan dengannya?" tanya ibunya dengan rasa ingin tahu.
"Hmmm... Tehhee..." tanggap Vio dengan tersenyum sambil memperlihatkan catatan kecil yang berupa alamatnya tinggal.
Melihat hal itu, kedua orang tuanya sangat terkejut dan mereka juga memberitahu akan kedatangannya nanti ke perusahaan, lalu disaat itu juga pasti ketahuan akan dimana tempat tinggalnya berada.
"Ini untuk jaga-jaga apabila, ayahnya tidak datang ke perusahaan kita. Selain itu juga, aku bisa berkunjung ke rumahnya di waktu libur sekolah atau di tanggal merah." tanggap Vio sambil melihat alamat yang diberikan Rey tanpa henti.
"Baiklah, sekalian saja kami mengandalkan mu Vio untuk membujuknya apabila ayahnya itu tidak datang ke perusahaan." ucap ayahnya dengan memberikan ijin sambil berharap kalau putrinya itu bisa mewujudkan harapannya.
Sesampainya di kediamannya itu, kedatangan Vio sudah ditunggu oleh kakek serta neneknya, dan juga ketiga kakaknya yang sangat mengkhawatirkannya. Bersamaan dengan itu, dia juga menceritakan apa yang terjadi pada mereka semua, dan lebih lengkapnya ayah serta ibunya menjelaskan pada kakek neneknya.
"Rey? Aku sangat penasaran seperti apa dia itu dan sampai-sampai membuat cucuku terlihat seperti ini sekarang!" ucap kakek nya dengan sedikit kesal karena tak mau cucunya yang manis tersebut didekati anak sembarangan.
"Sudahlah jangan berpikir yang berlebihan seperti itu, yang paling penting Vio telah kembali dengan keceriaan yang sudah lama tidak diperlihatkan pada kita semua." tanggap neneknya sambil mengelus kepala cucunya.
"Rey, bila bertemu di suatu saat nanti akan kucari lebih dalam mengenai tentangnya." gumam Yoga dalam hatinya yang merupakan kakak tertua dari mereka bertiga.
"Syukurlah kamu telah kembali dengan selamat adikku yang manis." ucap Annisa yang merupakan kakak ke 2 darinya sambil memeluknya dengan erat.
"Kapan-kapan ajak aku melihat anak yang menolong mu itu!" pinta Erwin yang merupakan kakak ke tiga darinya dengan berharap dipertemukan.
Tak lama setelah itu, mereka semua masuk ke dalam sambil makan malam bersama, dan sebelumnya membersihkan badan terlebih dulu sebelum berkumpul di ruang makan.
Disisi lain...
Rey dan ayahnya sudah tiba di rumah, dan seperti biasa ibunya menyiapkan beberapa makanan di atas meja. Sebelumnya mereka berdua istirahat sejenak, lalu mandi terlebih dulu sebelum berkumpul makan bersama.
Setelah selesai, mereka semua berkumpul sambil menyantap makanan yang tersedia, lalu dalam sela-sela itu Rey menceritakan pada ibunya kalau dirinya mendapatkan teman baru yang tak sengaja bertemu di perjalanan tadi. Untuk lebih jelasnya ayahnya itu menceritakan apa yang terjadi dengan rinci pada istrinya.
Singkat cerita, istrinya itu memahami kejadian tersebut dan meminta waktu untuk berpikir mengenai pemberian ijin pada suaminya yang akan bekerja di tempat jauh, terlebih lagi di perusahaan besar yang terbilang dapat menjamin kehidupan mereka.
Berbagai pertimbangan terus dipikirkan oleh mereka berdua, terlebih lagi ijazah yang dimiliki ayahnya itu hanya tamatan SD. Ada kemungkinan tidak lolos dalam tes yang biasa dilakukan oleh setiap perusahaan, namun hal ini belum bisa ditentukan sebelum dicoba.
"Untuk sementara kita cukupkan bicaranya sampai disini dulu, karena kita harus memindahkan anak-anak ke tempat tidur." pinta ayahnya sambil melihat Rey dan adiknya tertidur lelap.
"Ahh ya, aku tidak menyadarinya kalau ini sudah larut malam." tanggap istrinya sambil membawa Rasya sedangkan suaminya membawa Rey.
Keesokan harinya...
Seperti biasa Rey berpamitan pada kedua orang tuanya serta adiknya yang berada di pangkuan ibunya. Dalam momen ini, adiknya itu mulai belajar apa yang diajarkan oleh orang tuanya, dan berusaha memanggil nama Rey dengan sebutan kakak.
Pertama kalinya mendengar perkataan itu, Rey sangat senang serta semangatnya meningkat untuk terus belajar dan memberikan hasil terbaik di masa depan nanti. Dalam hal ini Rey meyakinkan diri kalau suatu saat nanti akan menjadi orang sukses yang dapat membahagiakan keluarganya itu, tentunya tetap bersekolah dengan biaya hasil dari pekerjaannya meski sebagai seorang pemulung barang bekas.
...Bersambung......
...{Pemberitahuan Update}...
...20.00 WIB...
...Terimakasih...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!