Aaron menginjak rem dan membanting setir secara mendadak tatkala sebuah mobil tiba-tiba melintas di depan kendaraannya. Namun, naas! Mobil yang sama-sama melaju dengan kecepatan tinggi itu tidak dapat dikendalikan.
Mobil Aaron terlempar saat minibus di hadapannya itu menghantam mobilnya dengan kencang. Bunyi benturan terdengar keras, memekakkan telinga bersama teriakan nyaring para pengendara lain.
Mobil mewah berwarna hitam itu terguling sebelum akhirnya berhenti dengan posisi terbalik.
Beberapa orang berlarian. Ada yang ingin menolong, ada juga yang merasa panik dan akhirnya segera meninggalkan lokasi kejadian. Ada juga yang langsung menghubungi polisi dan petugas medis saat melihat kecelakaan itu.
Bukan hanya itu, beberapa di antara mereka pun ada yang sengaja mengabadikan kejadian kecelakaan maut itu dengan ponsel mereka.
Aaron baru saja pulang dari kantor. Pria itu sengaja pulang cepat karena ingin segera menemui sang istri yang sangat dicintainya. Lelaki itu sudah berjanji pada Eleana jika hari ini dia akan pulang lebih awal setelah seminggu lebih pria itu lembur di kantor karena banyak pekerjaan.
Namun, tidak disangka, niat hati ingin segera sampai di rumah, Aaron justru mengalami kecelakaan karena mengemudi dengan kecepatan tinggi.
***
Eleana merasa terkejut saat mendengar suara seseorang di seberang sana yang mengabarkan tentang Aaron. Wanita itu sedang duduk santai di depan rumah, menunggu Aaron yang beberapa saat lalu menelepon.
Pria itu mengatakan kalau dia sudah berada di dalam mobil dan siap meluncur pulang ke rumah.
"Suami Anda saat ini berada di rumah sakit. Dia mengalami kecelakaan."
"Apa?" Kedua mata Eleana membola. Tangannya yang memegang ponsel gemetar. Hampir saja ponsel itu terjatuh kalau saja Eleana tidak menggenggamnya erat.
Air mata Eleana mengalir membasahi wajah cantiknya. Dia sungguh tidak menyangka jika lelaki yang sedang ditunggunya sedari tadi ternyata saat ini sedang berada di rumah sakit karena mengalami kecelakaan.
Setelah menyebutkan di mana Aaron dirawat, panggilan itu berakhir. Eleana dengan panik berlari masuk ke dalam rumah sambil berteriak memanggil bi Surti dan Juno agar bersiap di depan rumah. Eleana mengambil tasnya di dalam kamar. Wanita itu tidak berhenti menangis.
Bi Surti menghampiri majikannya yang terlihat panik dengan air mata yang tak berhenti mengalir pada pipinya. Perempuan paruh baya itu merasa terkejut saat mendengar kalau majikannya mengalami kecelakaan.
"Sabar, Non. Kita doakan saja semoga Den Aaron baik-baik saja." Bi Surti merangkul tubuh Eleana dan membawa perempuan itu masuk ke dalam mobil.
Mobil melaju meninggalkan rumah besar milik Aaron dan Eleana. Juno, sang sopir pribadi mengemudikan mobilnya setelah Eleana menyebutkan alamat rumah sakit di mana Aaron dirawat.
"Lebih cepat, Jun!" teriak Eleana yang masih terus menangis di pelukan Bi Surti. Juno menuruti kemauan Eleana. Lelaki muda itu menambah kecepatan mobilnya.
***
Eleana menatap Aaron yang kini berada di ruang ICU. Lelaki itu terbaring lemah dengan beberapa alat medis yang menempel pada tubuhnya.
Kecelakaan yang menimpa Aaron membuat lelaki itu terluka parah. Sudah dua hari berlalu, tetapi, Aaron belum juga sadarkan diri.
Selama dua hari itu juga, Eleana tetap berada di rumah sakit. Perempuan itu berjaga di depan ruang ICU dan akan masuk ke dalam ruangan jika dokter mengijinkan.
Seperti sekarang, Eleana baru saja diijinkan masuk ke dalam ruangan setelah hampir seharian Eleana menunggu di depan pintu ruangan dengan air mata yang tak berhenti mengalir.
"Aaron." Air mata Eleana kembali mengalir.
Wanita itu menangis tersedu sambil terus memanggil nama suaminya. Sedari kemarin, rasa khawatir dan ketakutan terus saja menghantuinya.
Wanita itu takut terjadi apa-apa pada Aaron yang kini terbaring lemah tak berdaya. Wajah tampan yang begitu dikaguminya itu kini penuh dengan luka. Kepalanya dibalut perban, begitupun dengan kedua kakinya.
Pergelangan tangannya tertancap jarum infus. Selang ventilator juga terpasang pada hidungnya.
"Aaron, bangun, Sayang. Aku mohon, sadarlah!" Eleana mengusap lengan Aaron. Namun, lelaki itu tidak bergerak sedikit pun.
"Aaron, kamu bilang akan mengajakku pergi berlibur bukan? Tapi, kenapa sekarang kamu tidak mau bangun?" Air mata Eleana kembali luruh. Apalagi, saat dia mengingat kata-kata Aaron sebelum kecelakaan.
Lelaki itu mengatakan akan mengajaknya berlibur. Aaron merasa bersalah pada Eleana karena beberapa bulan terakhir lelaki itu terlalu sibuk dengan pekerjaannya.
Aaron bahkan sudah mempersiapkan semua keperluan untuk liburan mereka. Namun, siapa sangka, semuanya kini hanya tinggal rencana.
Suami yang sangat mencintainya itu justru mengalami kecelakaan saat perjalanan pulang ke rumah untuk menemuinya.
"Aaron ...."
***
Selama beberapa hari di rumah sakit, Eleana tidak beranjak dari depan ruang ICU, kecuali untuk keperluan mandi dan makan. Wanita itu mengikuti perintah dokter untuk menjaga kesehatan agar dia tetap kuat saat menjaga Aaron.
Bi Surti dan Juno juga ikut berjaga di rumah sakit. Mereka berdua menemani Eleana dan terus memberikan semangat pada perempuan itu.
Aaron dan Eleana adalah pasangan suami istri yang saling mencintai. Mereka berdua selalu terlihat mesra. Aaron dan Eleana juga selalu memperlakukan bi Surti dan Juno dengan baik meskipun mereka berdua hanya seorang asisten rumah tangga dan sopir pribadi.
Melihat keadaan Eleana yang tidak berhenti menangis tentu saja membuat Bi Surti dan Juno merasa prihatin. Bi Surti bahkan ikut menangis saat wanita itu menangis dalam pelukannya sambil terus menyebut nama Aaron.
Eleana yang biasa tersenyum, beberapa hari ini terus saja menangis karena melihat keadaan suaminya yang belum juga sadarkan diri.
"Kapan Aaron akan sadar, Bi? Aku takut. Aku takut Aaron meninggalkan aku," ucap Eleana di tengah isak tangisnya.
"Teruslah berdoa, semoga suami Non Eleana segera membaik. Bibi yakin, Den Aaron orang yang kuat. Dia sangat mencintai Non Eleana, tidak mungkin dia meninggalkan Non Eleana begitu saja bukan?" Bi Surti memeluk Eleana. Mengusap punggung wanita yang terus saja menangis itu.
"Tuhan, tolong selamatkan suamiku. Aku mohon," batin Eleana.
***
Beberapa hari kemudian, Aaron dipindahkan ke ruang rawat inap karena kondisinya berangsur membaik.
Eleana juga merasa lega saat melihat kondisi Aaron yang kini sudah sadarkan diri. Dokter sedang memeriksa keadaan Aaron dibantu oleh seorang perawat. Dokter wanita itu tersenyum menatap Aaron yang tampak masih lemah.
Setelah selesai memeriksa Aaron, dokter wanita itu meninggalkan ruangan diikuti oleh perawat yang tadi membantunya.
Eleana mendekati Aaron setelah dokter dan perawat itu pergi. Wanita itu tersenyum bahagia saat melihat Aaron kini sudah membuka matanya.
"Aaron ...." Eleana menatap Aaron dengan deraian air mata.
"Sayang, akhirnya kamu bangun juga." Eleana menggerakkan tangannya membelai wajah Aaron. Namun, wanita itu sangat terkejut saat Aaron tiba-tiba menepis tangannya dengan kasar.
"Jangan kurang ajar, Eleana. Aku ini kekasih sepupumu!"
Aaron meringis saat merasakan sakit di kepalanya. Akan tetapi, kedua matanya menatap tajam ke arah Eleana. Lelaki itu sangat marah saat melihat sikap Eleana yang menurutnya sangat keterlaluan.
Sementara itu, Eleana sangat terkejut mendengar ucapan Aaron yang menyebut kalau pria itu adalah kekasih dari sepupunya.
"Aku pikir, kamu adalah gadis baik-baik, Elea. Tapi, ternyata aku salah!"
"Sayang, apa maksud kamu?" Eleana menatap Aaron tidak mengerti.
"Kamu bahkan berani memanggilku sayang? Apa kamu tidak punya malu, Elea? Aku ini kekasih Naura, sepupumu!" Aaron kembali mengulangi ucapannya.
"Aaron." Eleana kembali terkejut mendengar ucapan Aaron.
"Apa begini kelakuan kamu saat tidak ada Naura, Elea? Jadi semua yang dikatakan oleh Naura tentang kamu ternyata benar?"
"Aaron–"
"Pergi dari sini, Eleana! Aku tidak mau Naura salah paham karena melihatku bersamamu," tukas Aaron.
"Naura bukan lagi kekasihmu, Aaron. Kamu sudah menikah denganku. Aku ini istrimu!" pekik Eleana kesal. Bagaimana mungkin pria itu tiba-tiba menganggap Naura sebagai kekasihnya?
"Omong kosong! Sejak kapan aku menikah denganmu? Jelas-jelas aku adalah kekasih Naura, mana mungkin aku menikah denganmu?" Aaron menatap marah ke arah Eleana dengan tajam.
"A–Aaron, kamu melupakan aku?" Seketika Eleana seperti baru tersadar. Wanita itu merasa ketakutan dengan pemikirannya sendiri.
Apa Aaron hilang ingatan sampai-sampai dia melupakannya?
"Aku mengingat dengan jelas siapa kamu, Eleana. Kamu itu adalah sepupu Naura, kekasihku!"
"Aaron ...."
***
Eleana menangis saat mendengar apa yang dikatakan oleh dokter. Akibat kecelakaan itu, Aaron mengalami hilang ingatan. Aaron mengalami amnesia karena cedera di kepalanya.
Lelaki itu melupakan pernikahannya dengan Eleana. Namun, sebaliknya, Aaron justru mengingat hubungannya dengan Naura yang sudah lama berakhir.
Lelaki itu memang pernah menjadi kekasih Naura, sepupu Eleana. Aaron bahkan sudah akan menikahi Naura. Namun, saat pernikahan itu akan dilangsungkan, Naura kabur meninggalkan Aaron.
Gadis itu kabur sebelum ijab kabul. Meninggalkan Aaron yang merasa syok karena tidak menyangka kalau perempuan yang sangat dicintainya itu pergi meninggalkannya, tepat di hari pernikahan mereka.
"Apa suami saya bisa sembuh, Dokter? Apa suatu saat ingatannya akan kembali pulih?" Air mata Eleana mengalir deras membasahi pipinya.
Perempuan itu sungguh tidak bisa membayangkan seandainya Aaron benar-benar melupakannya dan tidak mengingat dia lagi sebagai istrinya.
Eleana sangat mencintai Aaron. Dia sungguh tidak rela seandainya Aaron melupakannya dan lebih memilih Naura yang jelas-jelas pernah menyakitinya.
***
"Dasar wanita pembawa sial! Terkutuk kau, Elea! Gara-gara kamu, Aaron mengalami kecelakaan! Gara-gara kamu juga anakku mengalami amnesia!" teriak Miranda, ibu dari Aaron.
Miranda dan suaminya, Alex Wijaya, datang ke rumah sakit setelah mengetahui kabar tentang Aaron yang mengalami kecelakaan. Sebenarnya, Miranda dan Alex sudah mendengar kabar kecelakaan itu dari pertama kali Aaron dibawa ke rumah sakit. Eleana yang saat itu mengabarkan pada mereka tentang apa yang dialami oleh Aaron.
Namun, karena saat itu mereka sedang dalam perjalanan bisnis ke luar negeri, mereka tidak bisa pulang untuk melihat keadaan Aaron.
Miranda dan Alex Wijaya langsung menuju ke rumah sakit saat mereka sampai di ibukota. Namun, saat mereka sampai di rumah sakit, mereka berdua justru mengetahui jika Aaron mengalami amnesia akibat kecelakaan yang dialaminya.
"Apa kamu puas sekarang? Kamu puas sudah membuat anakku menderita?" Miranda kembali berteriak mengungkapkan kekesalannya.
Dia baru saja sampai di ruangan Aaron. Saat melihat putranya, Miranda merasa sangat sedih. Putra kesayangannya itu terbaring lemah di atas ranjang rumah sakit. Meskipun dokter mengatakan jika kondisi Aaron sudah membaik, tetapi, tetap saja, Miranda tidak tega melihat keadaannya.
Aaron Wijaya, pewaris perusahaan Wijaya yang biasanya terlihat sehat dan gagah serta memiliki sejuta pesona itu kini terbaring lemah di ranjang pasien. Miranda sungguh tidak membayangkan bagaimana parahnya saat kecelakaan itu terjadi sehingga membuat Aaron terluka parah.
Sebelum ke ruangan Aaron, Miranda dan Alex Wijaya sudah terlebih dahulu mendengar penjelasan dokter yang memeriksa Aaron.
Mereka berdua sangat terkejut saat mendengar dari dokter jika Aaron mengalami amnesia. Lelaki itu tidak mengingat istrinya. Akan tetapi, dia justru mengingat Naura, mantan kekasihnya.
Dokter mengetahui cerita tentang Naura dari Eleana. Untuk mengetahui kebenarannya, dokter itu kembali bertanya pada Miranda dan Alex Wijaya untuk memastikan jika apa yang dikatakan oleh Eleana adalah benar.
Demi keselamatan putranya yang saat ini masih dalam pantauan dokter, Miranda pun membenarkan jika apa yang dikatakan oleh Eleana memang benar. Namun, dalam hati dia sangat kesal karena telah mengakui Eleana sebagai menantunya di depan dokter yang merawat Aaron.
Awalnya, Miranda sangat takut jika Aaron juga melupakannya. Akan tetapi, saat dia dan suaminya bertemu dengan Aaron, mereka merasa sangat lega karena putranya ternyata masih mengingat mereka.
Sebenarnya Miranda sangat senang karena Aaron melupakan Eleana sebagai istrinya. Aaron bahkan menanyakan pada Miranda dan Alex Wijaya tentang kebenaran pernikahannya dengan Eleana.
Aaron memang masih mengenal Eleana, tetapi, pria itu mengingat Eleana sebagai sepupu Naura, bukan Eleana yang berstatus sebagai istri tercintanya.
Selama ini, Miranda sangat kesulitan memisahkan Aaron dan Eleana. Wanita itu memang tidak pernah menyetujui pernikahan mereka berdua. Pernikahan yang terpaksa dilakukan karena untuk menutupi malu. Seandainya Naura tidak kabur, pernikahan Aaron dan Eleana tidak akan pernah terjadi.
"Mama aku–"
"Jangan memanggilku mama, aku tidak sudi orang jahat seperti kamu menyebutku dengan panggilan itu!" Miranda kembali berteriak membuat Eleana menangis.
Rasanya sangat sakit mendengar ucapan pedas ibu mertuanya itu. Miranda memang tidak pernah menyukainya. Begitupun dengan Alex Wijaya. Hanya Aaron saja yang menyukainya. Lelaki itu memberikan banyak cinta untuknya. Aaron bahkan terkadang rela berdebat dengan kedua orang tuanya hanya untuk membelanya.
Akan tetapi, kini, pada siapa lagi dia mengadu jika lelaki yang mencintainya saja saat ini melupakannya? Eleana bahkan mendengar sendiri saat lelaki itu menanyakan tentang kebenaran pernikahan mereka.
"Apa kamu benar-benar sudah melupakan aku, Aaron? Aku istrimu!"
Eleana menatap ke arah Aaron yang hanya terdiam mendengar perdebatan mereka.
"Aku mempercayai ucapan mamaku, Elea. Dia tidak mungkin membohongiku. Lagipula, aku masih ingat dengan jelas jika Naura adalah kekasihku. Kalaupun aku menikah, aku tidak akan mungkin menikah denganmu yang merupakan sepupu dari kekasihku, Elea." Aaron menatap Eleana dengan sorot mata penuh kebencian.
"Tapi apa yang aku katakan itu adalah kebenaran, Aaron. Aku istrimu! Aku–"
"Apa yang dikatakan oleh gadis itu bohong, Aaron. Kamu adalah kekasih Naura. Dia memang sengaja datang untuk menghancurkan hubungan kalian berdua," ucap Miranda, menyanggah semua ucapan Eleana.
"Mama. Kenapa Mama berbohong pada Aaron? Mama jelas-jelas tahu jika Aaron adalah suamiku. Kita sudah menikah."
"Cukup, Eleana! Aku tidak mau mendengar apapun yang kamu katakan. Kamu jangan lagi mengatakan omong kosong dan kebohongan yang bahkan aku sendiri tahu kebenarannya," ucap Aaron penuh penekanan, membuat Miranda dan Alex tersenyum.
"Aaron, aku tidak berbohong. Kita benar-benar sudah menikah. Dulu, Naura memang kekasihmu. Tapi dia–"
"Sayang, kamu datang?"
Eleana menghentikan ucapannya saat Aaron tiba-tiba menyapa seseorang yang baru saja membuka pintu. Senyum Aaron mengembang saat melihat wanita cantik yang kini berdiri di depan pintu.
Naura yang sedikit terkejut mendengar ucapan Aaron tersenyum canggung. Wanita itu belum sadar sepenuhnya jika sebutan sayang yang diucapkan Aaron ditujukan padanya.
Miranda mendekati Naura. Perempuan paruh baya itu menyambut Naura kemudian memeluknya. Begitupun dengan Alex Wijaya yang langsung tersenyum menyalami Naura.
Kedua orang tua Aaron menyambut kedatangan Naura dengan baik. Mereka berdua seolah lupa, jika wanita yang saat ini berada di hadapan mereka itu adalah wanita yang sama yang pernah mempermalukan Aaron dan mereka berdua.
Miranda dan Alex Wijaya seakan lupa jika Naura adalah perempuan yang pernah membuat mereka murka karena meninggalkan Aaron di hari pernikahan.
Gara-gara kepergian Naura, sepasang suami istri itu akhirnya terpaksa menikahkan Aaron dengan Eleana demi menutupi aib yang ditorehkan oleh Naura. Gadis cantik yang kini tersenyum cantik ke arah Aaron.
Naura tersenyum bahagia setelah Miranda membisikkan padanya jika Aaron mengalami amnesia dan melupakan Eleana. Dalam hati, gadis itu tertawa kegirangan.
Sudah lama dia ingin kembali mendekati Aaron. Namun, melihat Aaron yang begitu mencintai Eleana, membuat Naura kesulitan untuk menggoda pria yang pernah menjadi kekasihnya itu.
Dulu, Naura meninggalkan Aaron karena dia mengejar pria yang disukainya. Pria yang saat itu jauh lebih sukses dari Aaron. Namun, setelah Naura berhasil mengejar dan memiliki pria idamannya itu, kehidupannya justru jauh dari apa yang dia bayangkan.
Lelaki itu memang kaya dan lebih sukses dari Aaron. Akan tetapi, Naura baru tahu kalau lelaki itu ternyata sudah menikah dan hanya menjadikannya sebagai simpanan. Jangankan menikmati harta kekayaan yang dimilikinya, yang ada, Naura justru hanya dijadikan sebagai budak nafsu. Lelaki itu akan membayar dan memberikannya banyak barang setelah Naura berhasil memuaskannya di atas ranjang.
"Sayang, kenapa kamu lama sekali datangnya?" Aaron menatap Naura yang tersenyum padanya dengan wajah yang pura-pura merajuk.
"Maafkan aku. Seharian ini aku sibuk karena itu aku baru sempat ke sini." Naura mendekati Aaron yang langsung merentangkan tangan untuk memeluknya.
Kedua mata Eleana membola melihat suaminya memeluk wanita lain di depan matanya.
"Aaron," ucap Eleana lirih. Dia sungguh tidak menyangka jika lelaki yang sangat dicintainya itu melupakannya.
Kedua mata Eleana berkaca-kaca seiring rasa sakit yang mengalir ke hatinya.
Naura melepaskan pelukannya pada Aaron. Wanita itu menatap Eleana sambil tersenyum. Sementara itu, Aaron justru menatap Eleana penuh permusuhan.
"Sekarang, kamu lihat sendiri kalau aku dan Naura adalah sepasang kekasih bukan?" Aaron menatap Eleana yang terlihat menangis. Wanita itu mengusap air matanya kasar.
"Aaron, apa yang aku katakan adalah benar. Aku adalah istrimu. Aku–"
"Dasar tidak tahu malu! Apa kamu benar-benar ingin menghancurkan hubunganku dengan Naura?" Aaron berteriak marah. Namun, detik berikutnya Aaron meringis kesakitan sambil memegangi kepalanya.
"Aaron!"
Eleana ingin mendekati Aaron, tetapi, Naura dengan kasar mendorong Eleana sehingga membuat perempuan itu terjatuh. Miranda dan Alex Wijaya mendekati Aaron dengan wajah panik. Mereka langsung menekan tombol untuk memanggil petugas medis.
Sementara itu, Naura menatap Eleana dengan tatapan mengejek. "Apa kau lihat dia sekarang? Aku sudah pernah bilang padamu kalau Aaron adalah milikku, tapi kamu tidak pernah mempercayainya," ucap Naura dengan sombong.
"Aaron sangat mencintaiku. Sampai kapanpun, dia tetap mencintaiku. Buktinya, sekarang dia melupakanmu bukan? Kalau dia tidak mencintaiku, dia tidak akan mungkin mengingatku dan mengakui aku sebagai kekasihnya." Naura menatap licik ke arah Eleana. Wajah cantiknya tersenyum puas melihat Eleana yang terlihat begitu menyedihkan.
Naura mendekati Aaron yang masih terlihat kesakitan. Lelaki itu menggenggam tangannya. Sementara itu, Eleana menatap Aaron dengan sedih.
"Gara-gara kamu, Aaron kesakitan. Kamu ini memang pembawa sial, Elea!" Miranda berteriak kesal.
"Maafkan aku, Ma."
"Permintaan maafmu tidak bisa mengembalikan keadaan Aaron seperti semula. Aaron tidak mengingatmu, dia saat ini hanya mengingat Naura sebagai kekasihnya. Seharusnya kamu tahu diri, Elea, bukan malah membahayakan nyawanya!"
"Mama–"
"Menjauhlah dari Aaron, Elea!"
"Aku tidak mungkin menjauh dari Aaron, Ma. Aaron suamiku. Aku tidak mungkin meninggalkan dia dalam keadaan sakit. Aaron membutuhkan aku, Ma."
"Apa kamu melihat dia membutuhkan kamu sekarang?" Miranda menunjuk ke arah Aaron yang kini sedang dipeluk oleh Naura.
Eleana yang melihat pemandangan itu menggeleng dengan air mata yang kembali mengalir membasahi pipinya.
"Kau lihat? Dia bahkan tidak mengingatmu sama sekali. Aaron mencintai Naura, karena itu dia hanya mengingat Naura saat amnesia."
"Mama ...." Eleana menatap Miranda dengan tatapan tak percaya. Eleana memang sudah tahu jika ibu dan ayah mertuanya membencinya. Namun, dia sungguh tidak mengira jika kedua orang tua itu tega memisahkan dirinya dengan Aaron.
Tak lama kemudian seorang dokter bersama perawat datang untuk memeriksa kondisi Aaron.
***
Naura dan kedua orang tua Aaron semakin dekat. Begitupun dengan kedua orang tuanya Naura. Mereka sering bertemu saat menjenguk Aaron di rumah sakit.
Semakin hari keadaan Aaron semakin membaik. Lelaki itu kini sudah pulang dari rumah sakit. Miranda membawa Aaron pulang ke rumahnya, bukan ke rumah milik Aaron dan Eleana.
Perempuan itu sengaja membawa Aaron ke tempat tinggalnya agar Aaron tidak mengingat apapun tentang Eleana. Miranda berniat ingin membuat Aaron melupakan Eleana selamanya.
Meskipun sangat sedih, Eleana mau tidak mau menuruti keinginan mertuanya. Apalagi, saat dia melihat Aaron yang terlihat begitu membencinya.
Pria itu menatapnya dengan penuh kebencian. Sedangkan saat bersama Naura, Aaron justru menatapnya dengan penuh cinta.
Amnesia yang dialami oleh Aaron dimanfaatkan dengan baik oleh Naura. Dengan bantuan orang tuanya Aaron yang kini begitu perhatian padanya, Naura bertekad ingin merebut Aaron kembali.
Aaron adalah miliknya. Apalagi, kehidupan Aaron kini jauh lebih baik dari saat masih bersamanya dulu. Dia akan merebut Aaron dari Eleana.
Memang benar apa yang dikatakan oleh Miranda. Eleana tidak pantas bersanding dengan Aaron.
"Kamu lihat saja nanti, Elea. Aku pasti akan membuat suami kamu bertekuk lutut padaku seperti dulu."
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!