NovelToon NovelToon

Istri Manisku Ternyata GANGSTER

1.Pulang Kampung

Jangan pernah menilai seseorang hanya dari segi penampilan saja, karena Hati yang kaya mungkin berada dibawah Mantel yang buruk, dan sebelum menilai seseorang, selalu ingat tidak ada orang suci atau Pendosa yang murni.

Menjadi seorang Gangster memang bukan sebuah pilihan yang baik, apalagi untuk seorang wanita, namun karena pernah mendapatkan bullyan saat baru menuntut ilmu di Negara orang dan itu membuat Ruby Ajeng Apsari sangat Trauma, bahkan langsung nekad masuk dalam sebuah kumpulan Gangster dengan tujuan sebagai perlindungan diri untuk bisa bertahan hidup dilingkungan keras disana, karena dia tidak rela jika harus pulang tanpa membawa gelar sarjana dari Negara itu, sebab kedua orang tuanya sangat berharap darinya.

Awalnya Ruby pun takut memulainya, namun karena ada teman satu angkatannya bahkan dari negara yang sama meyakinkan dirinya untuk ikut dalam perkumpulan Gangster itu, dia jadi terpengaruh dan lama-lama merasa nyaman karena punya banyak teman disana, walau konotasinya seolah negatif.

Dia berjuang keras untuk masuk Geng itu, disana dia dilatih Beladiri habis-habisan bahkan berlatih menggunakan senjata yang dulunya hanya bisa dia lihat dalam aksi film action, namun kini senjata apapun berhasil Ruby kuasai.

"RUBY, katanya kamu sudah bergelar sarjana disana, kenapa kamu nggak pulang-pulang, apa kamu mau menjadi Abang Toyip yang tak pulang-pulang!"

Seperti biasa, jika Ibunya sudah menelpon dirinya, pasti pembahasan utama hanya itu-itu saja, namun kali ini sepertinya terlihat serius, bahkan suara Ibunya sudah seperti petir yang sedang menyambar-nyambar.

"Ruby itu perempuan Buk, mana bisa jadi Abang Toyip, aku kan nggak punya Burung!" Ruby selalu saja bisa bersikap santai saat menghadapi Ibunya, sejauh-jauhnya pergaulan dia, sampai saat ini yang berhasil menjadi pawang Ruby hanya ibu kandungnya sendiri.

"Sekali lagi kamu membantah, Ibu akan bawa satu RT dan menyewa satu Pesawat untuk menjemputmu dari sana, paham kamu!" Ucap Ibu Ruby yang sudah tidak tahu lagi mau beralasan apa lagi, karena putrinya itu susah sekali kalau disuruh pulang.

"Ibu ini kalau bercanda suka kelewatan, Ibu pikir biaya sewa Pesawat itu kayak sewa Odong-Odong apa, lagian aku disini juga kerja kan Bu?" Walau dia tidak pernah menceritakan apa pekerjaannya, namun Ruby rutin mengirimkan uang untuk keluarganya.

"Ibu tidak perduli, aku mau kamu kerja disini saja, jadi walau harus jual tempat usaha Ibu atau sawah dan tanah peninggalan Eyang kamu untuk menjemputmu, akan Ibu jabanin!" Sebagai orang tua dia khawatir jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan kepada anak perempuannya, karena jauh dari pengawasan orang tua.

"Astaga Buk, cukup bercandanya!" Ruby merasa jengah setiap kali mendengar omelan Ibunya.

"Beli tiket pesawatmu sekarang juga, atau kamu mau lihat ibu masuk rumah sakit dulu baru kamu mau pulang!" Dan ancaman dari sang Ibunda mulai keluar dari mulutnya, karena putrinya seolah enggan mengabulkan permintaannya.

"Enggaklah Buk, jangan sakit dong, cuma untuk sekarang aku masih banyak urusan disini yang harus aku selesaikan!" Ruby pun tidak berniat tinggal selamanya diluar negri, namun karena dia menjadi Ketua, jadi sulit untuk meninggalkannya begitu saja.

"Jangan kayak orang penting kamu, emang kamu itu siapa? Pejabat penting atau Ketua Umum perserikatan yang punya banyak urusan gitu, kenapa sampai nggak bisa pulang." Ledek Ibu Ruby dengan suara meremehkan, karena dulu saat putrinya itu berangkat ke Negara itu dia sangat polos sekali.

"Aku ketua Gengster Buk!" Celetuk Ruby karena merasa diremehkan.

"Gengster itu apa, sejenis makanan Wafer begitu?" Ejek Ibunya kembali, dia dulu tahu betul bagaimana putrinya, jadi menurutnya tidak mungkin putrinya itu bisa masuk dalam anggota Gengster, apalagi menjadi ketuanya, itu mustahil pikirnya.

DOR

DOR

DOR

"Astaga, suara apa itu nak?" Tanya Ibu Ruby yang terkejut karena mendengar suara yang seperti ledakan dari balik ponselnya.

"Owh... itu suara petasan Buk." Jawab Ruby dengan santainya, namun kedua tangannya langsung sigap mengambil senjata miliknya.

"Masak siang-siang begini main petasan, bocah kurang kerjaan apa gimana?" Umpat Ibunya kembali, dia percaya saja kalau itu memang suara ledakan dari petasan.

"Hehe... memang begitu kalau bocah-bocah disini Buk, mainannya ekstrim, biar aku marahin dia dulu ya Buk, entahlah.. anak siapa itu yang nakal sekali." Jawab Ruby dengan suaranya yang masih terdengar tenang, namun kedua matanya langsung mengitari seluruh ruangannya, dia harus siaga kapanpun dan dimanapun dia berada.

"Ya sudah jewer saja telinganya, jam segini kok berisik!" Ucap Ibu Ruby kembali.

"Asiap Buk!" Ruby langsung mengikat rambutnya dan kembali menggunakan jacket hitam anti peluru miliknya.

"Jangan lupa beli tiket pesawatmu, mengerti kamu!" Beliau kembali berteriak sebelum sambungan telponnya berakhir.

"Iya-iya, aku tutup telponnya dulu, bye Buk!" Ruby langsung segera menutup panggilan telponnya dan mengambil senjata miliknya, karena paati ada yang tidak beres jika sudah terdengar suara tembakan di Markasnya.

"Ruby, ada yang menyelundup di Markas kita!"

Beberapa saat kemudian, ada teman seperjuangan sekaligus orang yang selalu menemaninya yang bernama Zack dan salah satu anak buah baru yang langsung masuk kedalam ruangannya.

"Aish... mereka ingin main-main denganku, Zack coba geser sedikit tubuhmu itu, kalian berdua ini kayak orang pacaran aja, asyik nempel aja kayak perangko!" Ucap Ruby dengan gaya selekehnya seperti biasa.

"Hei... gue Normal Bos! jangan asal tuduh, bahkan kekasihku ada tujuh, setiap hari bisa ganti-ganti!" Zack merasa kesal sendiri, saat dituduh seperti itu.

DOR

Dan disaat Zack masih ngedumel karena merasa tidak terima, satu tembakan langsung mengenai tubuh anak buah barunya tadi dan membuat tubuh pria itu tumbang seketika.

"Argh.. why you want to kill me!" Ucap Pria yang tertembak itu dengan susah payah.

"Ruby, kenapa kamu menembaknya? dia yang memberitahuku kalau ada penyusup di Markas kita." Zack kembali dibuat melongo dengan tingkah Bos sekaligus sahabatnya itu.

"Heleh... kamu masih aja terlalu polos sedari dulu, jangan terlalu baik dengan orang, apalagi yang terlihat sengaja mendekati kita secara tiba-tiba, karena sesungguhnya dialah musuh kita." Ucap Ruby sambil melihat pistol ditangannya.

Itu mengapa saat ketua Gengster sebelumnya meninggal dunia, Ruby berhasil diangkat menjadi ketua Gangster disana, karena kecerdikannya dalam melihat situasi dan kondisi pihak lawan, sekalipun dia adalah seorang Perempuan.

DOR

Dan ternyata dalam kesakitannya pria itu masih kuat mengarahkan pistolnya ke arah Ruby dan melepaskan satu tembakan ditubuhnya.

"Aish... Lihatlah, argh!"

Hampir saja tembakan itu mengenai jantung Ruby, tapi dia sempat menghindar, namun ternyata peluru itu berhasil mengenai lengannya.

Lapisan anti peluru dalam jacket miliknya hanya melindungi bagian dada kebawah, karena disanalah bagian-bagian tubuh yang jika terkena tembakan bisa fatal akibatnya.

DOR

DOR

DOR

Tak selang beberapa lama, suara tembakan bertubi-tubi kembali terdengar di Markas rumah tua yang dari luarnya seolah tak berpenghuni, namun isi didalamnya bak Istana yang tertata rapi, mewah dan juga megah.

Dan akhirnya Zack lah yang menghabisi nyawa anak buah barunya yang sudah berhasil menipu dirinya, api kemarahannya langsung tersulut disana, selain itu lengan Ruby terluka, bahkan darahnya mengalir deras dari lengannya dan Zack membantu membalasnya.

Pandangan kita tentang seseorang hanyalah persepsi kita sendiri tentang mereka, penilaian kamu terhadap orang lain menentukan karakter dan kepribadianmu.

Jangan pernah merasa buruk saat seseorang menilaimu karena itu adalah cerminan dari ketidaknyamanan mereka sendiri.

2.Jomblo?

Luka tembakan memang hal yang biasa bagi seorang anggota Gengster disana, namun masalahnya Ruby harus segera pulang kampung, dia tidak mau Ibunya nanti mengkhawatirkan tentang dirinya jika tahu dia sedang terluka, apalagi karena luka tembakan, mungkin dia tidak akan diizinkan lagi kembali ke Negara itu.

"Apa lukanya begitu serius?" Zack berjalan mendekati Ruby setelah semuanya berhasil dia bereskan.

"Tidak, hanya seperti terkena gigitan semut saja, beberapa hari lagi juga pasti membaik." Ucap Ruby yang sudah pasti berbohong, karena bekas luka itu terasa nyeri dan berdenyut, apalagi setelah obat bius paska operasi hilang rasanya pasti luar biasa.

"Kalau cuma seperti digigit semut, kenapa sampai mau pulang kampung? sini coba biar aku lihat lagi lukanya?" Zack sempat tidak setuju dengan keputusan Ruby, namun dia tidak bisa berbuat apa-apa jika sudah menyangkut tentang masalah orang tua, karena sudah pasti ribet urusannya.

"Aku pulang kampung bukan karena luka ini, tapi karena Ibuku yang terus saja memintaku untuk segera pulang." Umpat Ruby yang sebenarnya juga enggan pergi dari tempat itu.

"Apa tidak bisa ditunda, masih banyak masalah yang harus kita selesaikan disini." Ucap Zack dengan raut wajahnya yang terlihat kecewa.

"Selama kita masih berada dalam lingkungan ini, hidup kita memang akan selalu dihantui oleh masalah, namun jika aku tidak pulang kali ini, ibuku yang akan nekad membuat masalah disini dan itu lebih mengerikan dibanding tempur dengan Gangster manapun, mengerti kamu?"

Karena sepertinya ancaman Ibunya tidak main-main kali ini, jadi Ruby tidak ingin mengambil resiko terlalu banyak, karena sesungguhnya harapan terbesar dia kuliah luar negri ingin membanggakan kedua orang tuanya, terlepas dia jadi Gangster itu karena keadaan yang memaksanya.

"Fuh... aku sudah mengurus tiket kepulanganmu, penerbangannya dijadwalkan nanti sore." Zack sebenarnya tidak rela berpisah dengan Ruby, karena hanya dengan Ruby dia bisa berbicara santai dengan bahasa sendiri, lagipula selama ini Ruby yang memang selalu cerdik saat menghadapi musuh yang sering datang tak diundang.

"Okey, dan selama aku pulang, kamu urus semuanya disini, right?" Ruby menepuk bahu Zack, dia percaya Zack pasti bisa menggantikan dirinya, karena setiap harinya mereka selalu bersama, mau di Kampus atau di markas sekalipun.

"Aku ingin ikut kamu pulang saja." Tiba-tiba suasana hatinya jadi melow, karena masih belum rela.

"Jangan! bisa kacau kalau kita berdua pergi, apalagi sudah ada yang berhasil menyusup Markas kita, jadi kamu harus tetap disini untuk menggantikan aku, okey." Ruby terkadang jarang memunculkan diri walaupun dia ketuanya, dia sering menyuruh Zack yang maju menghadapi mereka, namun Ruby yang mengendalikannya dari belakang.

"Tapi aku---?" Dia bahkan bisa menampilkan sisi lemahnya jika berdua saja dengan Ruby, lain halnya jika dihadapan anak buah yang lainnya, dia pasti akan menunjukkan wajah garangnya.

"Aku akan memantaunya dari Kampung, tenang saja banyak anak buah kita yang akan melindungimu disini, okey?" Ruby tahu keresahan dari sahabatnya itu, namun dia tidak akan lepas tangan begitu saja, walaupun dia berada di kampung nantinya.

"Ya sudahlah."

Zack dan Ruby memang tidak terpisahkan sedari awal, mereka berdua mempunyai nasip yang sama, hingga akhirnya mereka berdua sampai ke lingkungan Gangster seperti ini.

Dibelahan negara lain, ada seorang pemuda harapan bangsa yang umurnya tak lagi muda, dia sedang duduk termenung didepan sebuah Masjid setelah menunaikan ibadah sholatnya, masih dengan baju koko dan sarung kotak-kotak miliknya.

"Abiseka, kamu masih disini?" Seorang Ustad datang mendekat kearahnya dan menemaninya duduk lesehan dilantai Masjid.

"Iya Ustad." Jawab Abiseka dengan senyum yang terlihat dipaksakan.

"Sepertinya kamu sedang ada masalah? cobalah bercerita, siapa tahu saya bisa membantumu?" Tanya sang Ustad, dia memang cukup dekat dengan Abiseka selama ini.

"Fuh... begini Ustad, saya disuruh menikah oleh kedua orang tua saya." Jawab Abiseka sambil melepas peci miliknya dan menyandarkan tubuhnya ditiang Masjid disampingnya dengan wajah lemas.

"Bagus itu, seorang pria yang sudah dewasa dan sudah memenuhi kriteria untuk menjadi seorang suami, memang harus disegerakan untuk menikah, agar terhindar dari nafsu syahwat dan yang lainnya, lalu siapa calon istrimu nanti?" Tanya Ustad itu kembali.

"Itu dia masalahnya Ustad, saya belum pernah melihatnya, apalagi mengenalnya." Salah satu hal yang membuat Abiseka ragu adalah hal itu, orang yang sudah bekenalan lama saja bisa bertengkar hebat, apalagi yang belum pernah kenal sama sekali langsung menikah pikirnya.

"Kamu dijodohkan oleh orang tuamu?" Tanya Ustad itu sambil tersenyum santai.

"Iya Ustad." Namun wajah Abiseka memang tidak bisa berbohong, dia benar-benar sedang Galau saat ini.

"Tidak masalah, semua orang tua pasti akan memilihkan jodoh yang terbaik untuk anaknya, memang lebih baik pacaran itu setelah menikah, lebih nikmat sekaligus halal, lalu apa gadis itu pernah belajar disalah satu Pondok Pesantren juga seperti kamu dulu?" Semua Ustad pasti menyarankan untuk Ta'aruf sebelum menikah, bukan pacaran terlebih dahulu.

"Tidak Ustad, dia dulu kuliah diluar negri dan sekarang bekeja juga disana." Jelasnya, dia mendapatkan sedikit bocoran info dari orang tuanya.

"Begitu ya, tidak apa-apa, jika mungkin nanti calon istrimu itu berada dalam pergaulan dan lingkungan yang salah, sebagai seorang suami kamu harus bisa membimbing istrimu kelak di jalur yang benar, karena seorang istri adalah tanggung jawab suami Dunia dan Akhirat."

Siraman kalbu dari Ustad memang selalu bisa menyejukkan hati menurut Abiseka, itu mengapa dulu dia juga betah di Pondok Pesantren, namun sebagai seorang pria dia juga harus bekerja diluar, untuk mencari nafkah bagi dirinya dan keluarga kecilnya nanti, itu mengapa dia memutuskan keluar dari sana, namun jika ada kajian penting dia masih sering ke Pondok Pesantrennya juga.

"Tapi saya masih ragu Ustad, apa saya harus menerimanya atau tidak?" Keluh Abiseka.

"Jangan tanyakan kepada saya, tanyakan saja kepada Sang Pencipta, karena Dia lebih tahu apa yang terbaik untuk para hamba-hambaNYA." Ustad itu menepuk bahu Abiseka untuk memberinya semangat dan nasehat.

"Baik Ustad."

"Katanya kamu sudah mendapatkan pekerjaan baru sekarang?" Tanya Ustad itu yang cukup senang mendengarnya.

"Iya Ustad, saya bekerja sebagai Security disalah satu Instansi." Jawab Abiseka yang langsung tersenyum, karena perjuangannya menjadi Security disana tidak mudah, banyak saingannya, karena jaman sekarang mencari pekerjaan itu tidak mudah, apalagi Abiseka tidak kuliah.

"Bagus itu, seorang pria selain membimbing istri sampai Surga nanti, juga wajib memberikan nafkah bagi istri dan anak-anakmu kelak." Jelas Ustad itu sambil manggut-manggut.

"Terima kasih Ustad."

"Kalau kamu masih terus merasa ragu, jangan lupa bersujud disepertiga malam, insyaallah akan ada jalan yang terbaik untukmu dan untuk semuanya." Hanya itulah saran terbaik dari sang Ustad, karena jodoh manusia itu tidak ada yang tahu.

"Amin Ustad, doakan saya ya."

Abiseka merasa sedikit lebih tenang saat ini, sebenarnya dia sangat keberatan dengan perjodohan ini, pada awalnya orang tua Abiseka meminta dirinya jika tidak mau dijodohkan dia disuruh membawa wanita manapun pilihannya, namun mencari seorang wanita untuk dijadikan pendamping hidup itu tidak mudah pikirnya, apalagi selama ini dia belum kepikiran sama sekali soal wanita, alias JOMBLO.

Dan yang lebih membuat Abiseka pusing kepala, dia harus membawa wanita itu besok pagi, sedangkan dia tidak punya persiapan, karena mencari wanita itu bukanlah segampang mencari barang.

Akhirnya karena tidak ada pilihan lain, Abiseka menyerah, dia memilih menuruti saja kemauan orang tuanya dan ternyata kedua orang tuanya sudah mempersiapkan jodoh untuknya.

*Hidup mungkin tak sesuai dengan rencanamu, namun selama mereka sesuai dengan rencana Allah, hidupmu pasti akan terencana dengan baik*.

3.Preman

Dengan menggunakan jaket kulit berwarna hitam yang dipadukan dengan celana jeans berwarna hitam dan tak lupa juga menggunakan topi berwarna hitam pula, Ruby sudah sampai di Bandara international dengan ditemani Zack dan beberapa anak buahnya yang sudah siaga untuk mengawal Ruby disana.

Walau lengannya masih terasa sedikit nyeri, namun Ruby tetap memaksakan diri untuk kembali ke tanah air, daripada Ibunya nanti benar-benar membuat huru-hara disana.

"Pesawat mengalami sedikit keterlambatan Bos, apa kamu mau kami mengantarmu menggunakan Helikopter saja? Aku akan menyiapkan segalanya." Ucap Zack setelah pergi keruang informasi tadi.

"Yang benar saja kamu, Ibu dan ayahku sekarang tinggal di pedesaan, bisa geger nanti orang sekampung kalau ada Helikopter mendarat didepan rumah kami." Ruby tahu betul bagaimana suasana di kampung kedua orang tuanya, jangankan melihat Helikopter turun, ada Topeng Monyet lewat saja mereka heboh dan langsung berkerumun untuk menyaksikannya, apalagi ada Helikopter turun didepan rumahnya, bisa-bisa rumahnya menjadi kawasan wisata dadakan dan gosip heboh ketika melihat dirinya keluar dari Helikopter itu pikirnya.

"Aish... kenapa kamu tidak jujur saja tentang siapa kamu yang sebenarnya, biar nggak ribet urusannya, karena sampai kapanpun juga kamu tetap akan terlibat dalam setiap urusan kita disini." Ucap Zack yang memang tahu betul konsekwensi menjadi seorang anggota Gangster.

"Woah... Ibuku bisa marah besar, mungkin juga kamu tidak akan bisa bertemu denganku lagi, karena mungkin aku akan dikurung dilantai bawah tanah dan tidak diizinkan pergi kemanapun karena hal itu."

Baru membayangkan ekspresi wajah Ibunya saja dia sudah merinding duluan, saat ini dia bahkan tidak sanggup untuk memikirkannya, karena baginya Ibu adalah sosok orang terpenting dihidupnya, walau dia berhasil melawan puluhan musuh, namun untuk melawan ibunya seorang dia tidak akan sanggup.

"Mana ada seorang Ibu yang kejam sekali seperti itu, bahkan Harimau si Raja Hutanpun tidak akan tega memangsa anaknya sendiri tau nggak?" Umpat Zack yang langsung tidak percaya.

"Sudahlah, aku tidak ingin Ibuku mati muda karena memikirkan aku, karena aku sudah cukup membuat mereka pusing kepala, sebenarnya aku hanya ingin mereka tersenyum bangga atas pencapaianku, masalah hidupku, biar aku yang akan menanggungnya sendiri, Ibuku tidak boleh tahu soal pekerjaanku disini dan jangan coba-coba kamu berkeinginan untuk memberitahunya, mengerti?" Ruby pun awalnya tidak menyangka jika dirinya akan terjerumus begitu dalam saat bergabung dalam salah satu komunitas Gangster.

"Hmm... terserah kamu sajalah, tapi kamu juga harus tetap bersiap dengan segala kondisi disini, karena sewaktu-waktu aku bisa menjemput kamu kalau terjadi situasi yang urgent." Zack sudah mencegahnya berulang kali namun dia pun tidak bisa berbuat apa-apa, karena Ruby adalah ketuanya.

"Lakukan saja semua hal yang terbaik, aku percayakan semuanya kepadamu Zack!" Ruby menepuk bahu Zack, seolah menyerahkan posisinya sementara kepada Zack, karena dia juga belum tahu berapa lama dia akan berada ditanah air kelahirannya.

"Siap Ketua." Zack langsung memberikan tanda hormat kepada wanita yang selalu punya trick jitu untuk mengelabuhi musuh.

"Biasa aja manggilnya, nanti ada yang dengar, jangan lupa laporkan semua yang terjadi disini, aku akan memantaunya dari Kampung, okey?" Ruby memang tidak pernah mau diexpose terlalu banyak, bahkan yang mengenali wajah aslinya mungkin hanya orang-orang tertentu yang pernah berurusan dengannya saja.

"Okey, sekarang sudah waktunya kamu masuk kedalam ruang tunggu, save flight dan jangan lupa kasih kabar kalau sudah sampai dikampung." Zack lah yang selama ini menjadi kaki tangan terpercaya.

"Bye."

Ruby melambaikan tangannya ke arah Zack, sedangkan beberapa anak buahnya langsung membungkukkan tubuh mereka dengan serempak, untuk memberikan penghormatan kepada Ruby.

Perjalanan yang Ruby lewati cukup panjang dan melelahkan, hingga akhirnya dia memutuskan untuk mengisi perutnya terlebih dahulu sebelum mencari kendaraan travel untuk pulang kerumah orang tuanya di Kampung.

"Wah... sepertinya makanan di mobil keliling itu enak, buktinya banyak banget yang rela mengantri, aku harus mencobanya." Ucap Ruby yang langsung melebarkan senyuman, dia memang sangat merindukan makanan ditanah kelahirannya itu.

Saat diluar negri Ruby memang memiliki banyak pengawal, jadi dia tidak perlu repot-repot harus mengantri jika menginginkan apapun, tapi kalau disini dia kembali kehabitatnya yang dulu, tak banyak yang kenal apalagi banyak musuh yang mengintai, jadi walau semua dia lakukan sendiri tapi dia lebih merasa tenang dan aman.

Dan setelah lama mengantri akhirnya giliran dia mendapatkan pesanannya, namun saat ingin membayar ada seseorang yang langsung mendekat dan ingin merampas dompet miliknya.

"Hei bawa sini dompetmu!" Tiga orang pria bertubuh kekar dan berwajah sangar langsung mengelilingi Ruby yang terlihat terbengong karenanya.

Yang lebih membuat Ruby tercengang lagi, penjual makanan itu langsung melompat ke kursi kemudi dan tancap gas untuk segera pergi dari sana meninggalkan diriilnya dan pembeli yang lainnya yang masih mengantri dibelakangpun sudah pasti langsung lari tunggang langgang, seolah tidak ingin berurusan dengan Preman yang terkena menakutkan didaerah sana.

"Astaga, baru juga menginjakkan kaki beberapa jam di negara ini, kenapa sudah ada manusia yang model beginian." Umpat Ruby yang menatap jengah kearah mereka, hal seperti ini sebenarnya paling dia hindari, karena dia tidak ingin ada orang yang melihat kekuatan aslinya.

Disini dia ingin hidup damai, tanpa ada perkelahian dan tanpa ada orang yang takut dengan keberadaan dirinya.

"Bawa kemari juga tas milikmu!" Teriak salah satu pria yang brewoknya sudah seperti rumput ilalang yang berserakan di Ladang.

"Aku nggak punya uang banyak Bang, kalian kalau mau merampok salah orang." Celetuk Ruby dengan santainya, tidak ada wajah panik atau rasa takut sedikitpun, apalagi mereka yang hanya bermodalkan tubuh sangar dan wajah mengerikan, tanpa membawa senjata.

"Jangan banyak ngomong kamu, keluarkan barang berharga milikmu, atau nyawamu akan melayang saat ini juga." Kalau hanya suara gertakan saja tidak berpengaruh baginya, bahkan ditodong dengan pistol saja dia sering sekali, namun dia tetap bisa mengatasinya.

"Haduh.. nyawaku itu tak sebanding dengan harta kekayaan, lagian Abang ini kalau mau ngrampok lihat-lihat orang dong, jangankan barang berharga, emas aja aku nggak punya Bang, coba lihat dulu?"

Ruby masih tetap terlihat santai saja, bahkan menunjukkan pergelangan tangan, jari jemarinya dan leher jenjang miliknya untuk menunjukkan bahwa dia memang tidak punya barang kemas maupun permata yang berharga, karena dia memang tidak suka memakai barang seperti itu dalam kesehariannya, dia lebih memilih memakai pakaian casual dan jauh darikata feminim.

Namun tak lama kemudian ada sesosok pria yang datang mendekat, dan berhasil mengejutkan Ruby kala itu.

To Be Continue...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!