NovelToon NovelToon

My Wife Is Psychopath

Perjodohan Menyeramkan

"Apa? Dijodohkan?" tanya Andreas terkejut mendengarnya. Bagaimana tidak, lelaki itu baru saja kembali dari Inggris setelah menyelesaikan gelar masternya. Namun kini, ia justru mendengar kabar yang membuatnya tak habis pikir dan syok sekaligus.

"Iya. Mama ingin kamu menikahi anak perempuan sahabat Mama. Kamu tahu, kan, perusahaan kita sudah hampir kolaps. Jika tidak segera ditangani, semua akan hancur, Dre. Jadi, Mama mau kamu menikahi anak teman Mama itu untuk mendapat bantuan darinya," jelas wanita dewasa berambut sebahu itu menatap anak lelakinya serius.

Andreas berdecak kesal. Bisa-bisanya sang mama menjual dirinya hanya demi mempertahankan perusahaan.

“Kalau dia memang sahabat Mama, kenapa tidak menolong dengan tulus? Kenapa harus dengan pernikahan?” tanya Andreas tetap tak terima.

"Mereka memang gak memberi syarat untuk nolong Mama, Dre. Tapi karena itu juga Mama merasa gak enak. Mama yang menawarkan diri untuk kamu menikahi anak mereka," sahut Citra.

"Apa? Astaga Mama, demi perusahaan yang mau hancur Mama mau numbalin aku? yang bener aja, Ma!" seru lelaki muda itu frustasi.

"Lepasin aja sih, Ma. Perusahaan udah carut-marut gitu masih saja dipertahankan. Dreas janji, akan membangun bisnis baru untuk menggantinya. Tapi, jangan kayak gini, Ma. Masa main jodohin aja," ujar Andreas lagi.

"Gak bisa, Dreas. Perusahaan itu Papa kamu rintis dari nol. Perusahaan cokelat ini Papa buat untuk kita dengan penuh cinta. Kamu tahu sendiri betapa berharganya perusahaan tersebut. Itu peninggalan satu-satunya papamu. Mama mohon, kali ini saja bantu Mama. Selama ini, Mama tidak pernah menuntut apa-apa darimu atau mencampuri urusanmu. Tapi sekarang, cuma kamu satu-satunya harapan Mama," sahut Citra frustasi. Ia tak mungkin diam saja saat perusahaan yang dirintis sang suami tercintanya harus hancur begitu saja. Andai ia bisa mendapat cara lain, sudah pasti ia akan lakukan dan tak akan menyusahkan Andreas. Namun, hanya ini harapan dan jalan satu-satunya.

Andreas sendiri masih terdiam. Ia tengah berpikir apakah sang mama mabuk sampai berkata seperti itu.

"Dreas." Citra menggenggam tangan anak tunggalnya itu dengan tatapan memohon.

"Ck!" Lelaki berusia dua puluh tiga tahun itu berdecak frustasi. "Dia siapa?" tanyanya.

Citra menatap sang anak dengan terkejut. "Apa kamu mau menerima perjodohan ini?" tanya wanita itu balik.

"Tergantung. Siapa dulu calonnya. Apa aku kenal? Setauku, Mama gak punya banyak teman dan aku mengenal semua teman-teman Mama," sahut Andreas cukup penasaran juga.

"Ah, itu ...." Citra terdiam. Ia bingung harus bagaiman menjelaskan pada sang anak siapa calon istrinya.

"Kenapa? Bukannya tadi Mama yang ngotot buat jodohin aku? Sekarang aku tanya siapa calonnya, kenapa Mama diam?" tanya Andreas menatap heran sang mama.

Citra tersenyum kikuk. Bahkan ia menggaruk kepalanya yang tak gatal. "I-itu, dia anak Tante Widuri dan Om Raharsya," sahut wanita berusia empat puluh lima tahun itu meringis.

"Tante Widuri dan Om Raharsya?" tanya Andreas berpikir. Hingga tiba-tiba matanya membola saat mengetahui siapa orang-orang itu. "Raharsya Kusuma? Pemilik Perusahaan Kusuma Group?" tanyanya tak percaya.

Citra tersenyum kikuk seraya mengangguk. "A-anak sulung mereka yang akan menjadi calon istrimu."

"What! Are you serious, Mom?!" pekik Andreas terkejut. Ia bahkan sampai berdiri mendengarnya.

Cherry Blossom Kusuma nama gadis tersebut. Jika membayangkannya, pasti terbayang sosok yang begitu indah. Bunga musim semi itu memiliki visual yang menakjubkan, bahkan bisa menyihir orang yang melihatnya. Semua orang pasti akan mengira bahwa ia sosok wanita manis, cantik seperti bunga sakura, serta sesejuk musim semi.

Nyatanya, sungguh berbeda. Cherry adalah sosok wanita yang sangat minim ekspresi. Wajahnya memang semanis bunga sakura, tetapi ia terkenal menakutkan. Gadis berusia dua puluh lima tahun tersebut diisukan adalah seorang psikopat berdarah dingin yang suka sekali bermain dengan pisau dan darah. Bahkan, ia pernah memiliki kasus pembunuhan keji, meski pada akhirnya dibebaskan karena tak ada bukti yang menjadikannya seorang tersangka. Namun, semua orang lebih percaya dengan berita di luaran sana yang mengatakan bahwa wanita muda itu dibebaskan karena pengaruh kekuatan dari keluarga Kusuma.

Siapa yang tak kenal keluarga besar tersebut. Pemilik dari perusahaan besar yang memiliki banyak bidang. Entah itu perusahaan makanan, rumah sakit, bahkan salah satu bank terbesar di Indonesia. Keluarga itu memiliki kekuatan besar yang dapat dengan mudah menutupi kasus yang dibuat oleh calon penerus perusahaan raksasa itu.

"Cherry gak seburuk yang orang-orang katakan, Nak. Dia gadis yang sopan. Ya, meski memang sedikit pendiam." Bohong. Citra tak mungkin bercerita bahwa sosok gadis yang usianya lebih tua dua tahun dari sang anak itu sangatlah pendiam. Bahkan jika orang yang baru mengenalnya akan mengira bahwa gadis tersebut tuna wicara. Setiap ditanya, anak Raharsya itu hanya akan mengangguk atau sesekali menatap dengan tatapan tajam. Sungguh mengerikan. Namun, Citra tak memiliki cara lain untuk menyelamatkan perusahaan cokelat sang suami.

"Apa gak ada cara lain, Ma?" tanya Andreas memelas.

Citra hanya menggeleng dengan wajah yang masam.

"Mom, she's psychopath. Aku takut dicincang dia, Ma," lirih lelaki bermata kecil itu seakan memohon pada sang mama. "Mama gak lupa, kan, apa yang dia lakukan ke aku dulu?" tanyanya menginginkan ibunya dengan kejadian masalalu.

"Aku lebih milih nikah sama Mbak Ajeng yang janda anak empat, Ma, daripada nikah sama Cherry. Ngeri, sumpah." Membayangkan sosok gadis itu saja sudah membuat Andreas merinding disko, bagaimana jika harus berdekatan dengannya? Sungguh, ia lebih memilih jadi pawang buaya daripada berhadapan dengan wanita berdarah dingin seperti Cherry Blossom Kusuma.

"Andai Om Sakti bisa menolong, Mama juga pasti nawarin kamu nikah sama Ajeng, Dre. Tapi, mereka gak bisa nolong. Kamu tahu sendiri bahkan Om Sakti bekerja di rumah sakit Kusuma. Jadi, bandingkan saja kekayaan mereka," sahut Citra.

Andreas mengacak rambutnya frustasi. Bagaimana bisa ia harus menikahi seorang gadis monster itu? Yang benar saja. "Apa gak ada kandidat lain, Ma?" tanyanya lagi dengan memelas.

"Gak ada, Dre. Cuma ini satu-satunya. Mama mohon, bantu Mama kali iniiii saja, Dre. Mama gak pernah minta apa-apa darimu. Mama bebaskan segalanya buat kamu selama ini. Untuk sekarang, cuma kamu yang bisa nolong perusahaan kita," lirih Citra. Air matanya jatuh begitu saja. Sungguh, ia tak ingin mengorbankan sang anak. Tapi, melihat kehancuran perusahaan itu pun ia tak sanggup.

"Ma, jangan nangis." Andreas berjongkok menggenggam tangan sang mama. Ia merasa bersalah melihat bagaimana wanita tercintanya memohon padanya seperti ini. Seorang ibu meminta tolong dengan merendah, sungguh membuat Andreas merasa ia begitu kejam.

"Dreas mau, Ma. Katakan saja, apa yang harus Dreas lakukan." Akhirnya lelaki itu hanya bisa pasrah. Rasa sayangnya pada Citra, membuat Andreas akan melakukan apa pun.

Air mata Citra makin luruh mendengar ucapan sang anak. Ia peluk anak satu-satunya itu dengan erat. "Maafkan Mama, Nak. Maafkan Mama."

Andreas hanya bisa pasrah dengan apa yang akan terjadi padanya.

Dicincang, dicincang dah gue sama monster itu. Demi Mama, nyawa pun rela gue kasih, batin Andreas pasrah.

Wanita tanpa suara

Dan di sinilah Andreas kini berada. Di salah satu restoran Western ternama dengan balutan jas di tubuhnya. Jujur saja, ia sangat tak suka dengan pakaian formal tersebut. Ia justru lebih suka pakaian kasual dengan hoodie dan celana pendek serta sepatu kets. Namun, sang mama berkata bahwa Cherry menyukai lelaki yang berpakaian formal dengan tatanan rambut klimis. Sungguh, ini bukan gaya Andreas banget.

Setelah setuju dengan perjodohan ini, Tuan Raharsya Kusuma meminta Andreas bertemu dengan Cherry terlebih dahulu. Ia berkata bahwa keduanya harus saling kenal sebelum ke jenjang yang lebih serius. Ya, mau tak mau Andreas setuju. Hingga kini, ia duduk menunggu wanita yang dua tahun lebih tua darinya.

Tangan lelaki itu sejak tadi saling meremas. Ia sungguh gugup dengan sesekali mengusap peluh di dahinya. Ia akan bertemu wanita red flag tersebut. Berulang kali Andreas mengatur napasnya. Setiap detik yang berjalan, membuat rasa gugup dan cemasnya bertambah. Sial! Andreas bahkan lebih takut Cherry daripada harus berhadapan dengan Mbak Kun atau Bang Ocong.

"Elo laki-laki, Dre! Jangan takut sama perempuan!" rutuknya pada diri sendiri. Kini, Andreas sungguh seperti bocah yang tengah mengantre akan disunat. Suasana romantis di restoran kelas atas tersebut tak membuat rasa takut Andreas meluap. Bahkan, ia akan gemetar saat pelayan membukakan pintu dan berpikir bahwa Cherry-lah yang datang.

Mungkin terkesan berlebihan, tetapi Andreas memiliki pengalaman mengerikan dengan wanita tersebut di masalalu, yang membuatnya sangat tremor bahkan saat mendengar nama gadis tersebut. Andai ada nama ilmiahnya fobia terhadap Cherry Blossom, sudah dipastikan dia orang pertama pengidapnya.

Andreas kembali menatap jam di pergelangan tangan. Sudah hampir satu jam ia menunggu, tetapi wanita itu tak kunjung datang. Sungguh, ia berharap gadis psikopat itu tak datang, tetapi jika begitu, perjodohan akan batal dan perusahaan sang papa bisa benar-benar tamat. Lelaki itu menepuk pipinya. Ia sungguh ingin mengacak rambut klimisnya andai tak mengingat untuk merebut hati wanita berhati dingin tersebut. Ia sungguh kalut dengan situasinya.

Hingga tubuh lelaki itu meremang, semua bulu di tubuhnya berdiri saat tiba-tiba pelayan membuka pintu utama. Hawa restoran yang tadinya begitu hangat, kini berubah dingin seperti terkena badai salju. Lelaki itu menelan saliva dengan sulit saat suara langkah sepatu heels terdengar mengganggu telinganya. Tangan lelaki itu gemetar saat seorang wanita berjalan masuk dengan begitu anggunnya.

Jantung Andreas berdebar dengan cepat ketika melihat sosok gadis berambut putih dikepang dengan gaun putih dan kacamata hitam bertengger di hidung mancung gadis itu berjalan mendekat padanya. Penerangan di ruangan tersebut juga meredup hingga gadis dengan penampilan bak seorang putri kerajaan fantasy itu melepas kacamata hitamnya.

Jantung Andreas berdebar makin tak karuan saat matanya menatap manik biru seorang Cherry Blossom. Untuk pertama kali, lelaki itu melihat betapa indahnya indera penglihatan sang gadis yang selama ini disembunyikan. Karena kelainan genetik, Cherry memiliki mata berwarna biru yang hanya dimiliki 2 persen manusia di dunia. Namun, ia memiliki kelemahan di mana matanya tak tahan dengan cahaya terang, sehingga ke mana pun gadis itu pergi, ia selalu mengenakan kacamata hitam khusus dan akan melepasnya saat berada di ruangan sedikit redup. Oleh sebab itu, tak banyak yang tahu bahwa seorang wanita psikopat itu memiliki mata yang begitu menakjubkan.

"Kkhhhmm. Tuan Andreas?"

Lelaki yang dipanggil itu mengerjap menatap dua orang yang kini berdiri di hadapannya. Sosok laki-laki berjas hitam serta siapa lagi kalau bukan Cherry Blossom Kusuma yang digadang-gadang sebagai calon istrinya.

"Ah." Andreas berdiri. Ia memberikan senyuman pada wanita yang kini menatapnya dengan tatapan yang sungguh membuat Andreas merasa terintimindasi. "Hay, Cherry. Apa kabar? Long time no see." Ia mengulurkan tangan untuk berjabat tangan. Namun, Cherry justru menengok kecil ke belakang yang langsung membuat lelaki yang datang bersama sang wanita menarik kursi dan gadis itu langsung duduk tanpa memedulikan tangan Andreas yang masih melayang di udara.

Saat hendak menurunkan tangan, lelaki yang sejak tadi berada di belakang Cherry langsung menjabat tangan Andreas. "Nama saya Timothy. Saya orang kepercayaan Nona Cherry. Salam kenal, Tuan Andreas Wijaya," sahut lelaki bertubuh proposional itu pada lelaki di hadapannya.

"Salam kenal juga," sahut Andreas. Setelah perkenalan itu, ia kembali duduk yang berhadapan dengan sosok wanita anggun dengan tatapan menakutkan itu.

"Kkhhmmm. Jadi, kamu mau pesan apa?" tanya Andreas memecah kecanggungan dengan mengangkat buku menu.

Timothy langsung memanggil pelayan. Ia mengatakan pesanan sang nona tanpa bertanya pada wanita tersebut. Sungguh, situasi makin canggung saja jika begini.

"Itu saja pesanan Nona Cherry. Untuk pesanan Tuan Andreas, kamu bisa bertanya pada yang bersangkutan," ujar Timothy.

"Tenderloin steak, medium dengan hanya seasoning. Untuk minum, samakan saja dengan Nona Cherry," sahut Andreas yang langsung ditulis oleh pelayan dan setelah itu pamit undur diri.

Kini, suasana kembali canggung. Cherry hanya diam dengan menatap Andreas. Sedangkan yang ditatap sejak tadi sudah salah tingkah. Bukannya apa, ia ditatap seperti ingin ditelan hidup-hidup.

Kembali lelaki tampan itu berdeham untuk melerai kecanggungan.

"Hai, Cherry. Apa kabar? Sudah lama kita tidak bertemu," ujar Andreas dengan pertanyaan sama mencoba mengusir rasa gugupnya.

Cherry hanya menautkan alisnya, tanpa membalas ucapan lelaki yang katanya akan menjadi calon suaminya. Sedangkan Andreas memalingkan wajah dengan menggigit jarinya saking kesal. Sudah dua kali ia menyapa, tetapi si wanita tak punya hati itu tidak menanggapi.

"Bagaimana pekerjaanmu? Aku dengar, kamu menjabat sebagai direktur di anak perusahaan Kusuma Group. Wah, itu sangat keren," puji Andreas. "Apa aku bisa melamar di sana sebagai pegawai? Aku master lulusan Oxford, loh. Cum laude," ujarnya berbangga diri.

Kriiikkkk, kriiikkk, kriiikkk

Andreas menggigit bibirnya dengan kesal. Sial, apa gadis di depannya ini tuli? sejak tadi tidak membalas ucapannya, tetapi mata biru itu terus menatap dengan tajam.

Hingga tak lama, pesanan mereka datang. Dua orang pelayan itu menaruh piring di hadapan masing-masing tamunya. Tak lupa, menuangkan wine dalam gelas kaki panjang sebagai minuman mereka. Setelah itu, keduanya berdiri di masing-masing sisi sepasang anak manusia tersebut. Andreas mulai memotong steaknya yang menggugah selera. Ia masukkan ke mulut, dan langsung tersenyum saat merasakan betapa enak daging yang dibakar tersebut.

Sesaat mata lelaki itu terpaku melihat pemadangan di depannya. Gadis berambut putih itu memotong daging yang masih berdarah. Ya! Daging yang dimakan masih mengeluarkan darah dan ia melahapnya seakan makanan itu normal untuk disantap. Daging yang ia rasakan begitu enak itu, kini berubah menjijikan. Bagaimana bisa Cherry memakan daging yang hampir mentah tersebut dengan wajah datar?

Dengan malas, Andreas taruh pisau dan garpu di atas piring. Napsu makannya tiba-tiba meluap entah ke mana. Sedangkan si tersangka yang membuatnya malas makan justru menikmati daging yang terlihat mengerikan itu. Sungguh, Andreas merasa mual melihatnya. Meski ia pencinta sashimi, tetapi untuk makan daging sapi mentah, ia tak akan sanggup. Namun gadis di depannya, ia seperti begitu menyukainya.

Apa dia seorang kanibal juga? Andreas merinding membayangkannya.

Wanita itu selesai makan. Ia lap perlahan bibir tipisnya, lalu menaruh lap tersebut. Tangannya meraih pisau steak yang ia gunakan. Ia tersenyum miring dan menengok ke belakang.

"Aku menginginkan pisau ini," ujar Cherry yang membuat Andreas terpaku di tempat.

Pertama kali dalam sejarah, ia mendengar suara seorang Cherry Blossom Kusuma dan itu SANGAT MENAKJUBKAN!

Bonus visual

Cherry Blossom Kusuma

Andreas Wijaya

Ingatan Masa Lalu

Gila! suaranya kenapa jadi kayak terompet sangkakala? Bikin merinding, gumam Andreas menatap takut gadis di depannya yang tengah memainkan pisau.

Andreas mencoba menetralkan debaran di dadanya saat Cherry sejak tadi memainkan benda tajam tersebut. Ia bahkan terjingkat kaget ketika pisau itu terjatuh di atas meja, membuat si perempuan menatap heran.

"Kenapa? Takut dengan benda kecil ini?" tanya Cherry tersenyum dengan tatapan tajamnya.

"Mama!" Tubuh Andreas loncat saat tiba-tiba Cherry menancapkan pisau itu dengan sangat keras hingga melubangi meja di depannya. Beruntung meja itu terbuat dari kayu, andai dari kaca, sudah dipastikan akan pecah berkeping-keping.

Tubuh lelaki itu gemetar saat tiba-tiba si gadis berdiri, lalu menarik pisau tersebut dan langsung kembali duduk. Benda tajam itu ia masukkan ke dalam tas kecil miliknya. Gila, dia benar-benar membawa pisau di tasnya.

"Tenang, Dreas." Alumni mahasiswa Oxford tersebut mengatur emosinya. Belum satu jam berhadapan dengan Cherry, ia sudah kena mental. Ia tak bisa membayangkan seberapa rusak mentalnya saat mereka benar-benar menikah dan hidup bersama.

Setelah dirasa tenang, Andreas kembali tersenyum menatap Cherry. Gadis itu tengah meneguk anggur merah dengan gaya yang elegant.

"Cher, kamu pasti tau kan, kenapa kita berdua ada sini?" tanya Andreas pada sang gadis.

Cherry menaruh gelas wine-nya, lalu kembali menatap lelaki di hadapannya.

"Kkhhmmm, Tuan Raharsya ingin kita kenal satu sama lain sebelum ke jenjang yang serius. Jadi—"

"Kita sudah bertemu dan itu sangat cukup. Jadi, pernikahan kita akan dilaksanakan bulan depan dan lamaran minggu depan. Persiapkan dirimu." Setelah mengucapkan itu, Cherry berdiri, lalu memutar tubuh dan pergi meninggalkan Andreas yang masih terbengong-bengong layaknya kambing conge.

"Hey! Kita belum selesai bicara!" pekik Andreas saat kesadarannya kembali. Ia langsung beranjak dan mengejar Cherry yang sudah keluar dari restoran. Apa wanita itu tidak waras? Dia tadi bilang apa? Menikah bulan depan? Oh hell! Bahkan mereka baru bertemu kurang lebih empat puluh menit dan belum mengobrol. Tapi, tiba-tiba saja gadis itu langsung menembaknya dengan pernikahan? Sungguh tidak waras.

"Cher, tunggu!" Akhirnya Andreas berhasil menyentuh tangan gadis itu.

Cherry menatap tajam ke arah Timothy. Lelaki itu pun paham dan langsung menepuk tangan Andreas. "Sebelum pernikahan, Anda tidak boleh menyentuh Nona Cherry."

Lelaki muda itu meringis mengusap tangannya yang dipukul cukup keras. Timothy pun meraih hand sanitizer dan menyeprotkan pada tangan Cherry. Gadis itu pun mengusap lengan yang dipegang Andreas tadi.

"Kau pikir aku kuman, apa?" gumam Andreas kesal. Melupakan kejadian menyebalkan itu, ia berusaha untuk kembali fokus pada tujuannya.

"Cher, apa aku gak salah denger? Menikah bulan depan? Bukankah itu terlalu cepat? Bahkan kita belum kenal satu sama lain. Ini menikah loh, Cher. Bukan ngajak lomba makan seblak," kata Andreas kesal.

Sedangkan si gadis hanya menatapnya dengan tangan terlipat di atas perut. "Apa tujuan dari pertemuan ini?" tanyanya pada lelaki itu.

"Pernikahan?" jawab Andreas sedikit ragu.

"That's the point. See you in purpose day." Cherry berbalik saat Timothy membukakan pintu mobil, lalu wanita itu masuk.

"Lah, Cher! Ini belum selesai. Gimana, sih? Cher! Cherry!" pekik Andreas saat mobil sedan putih milik wanita itu melaju. "Aaahhhhh! Damn!" Ia menjambak rambutnya dengan emosi. "Dasar si Paling Dominan! Lo pikir lo siapa!" teriak Andreas dengan kesal.

...****************...

Dengan lesu, Andreas kembali ke rumah. Jas yang ia pakai tadi ia seret hingga menyapu lantai. Baru duduk, sang mama sudah menghampiri dengan wajah sumringah.

"Kamu emang anak Mama! Barusan Om Raharsya menelepon dan berkata bahwa Cherry meminta untuk menikah bulan depan dan minggu depan lamaran secara resmi. Bukan cuma itu, Om Raharsya juga sudah bergerak untuk membantu perusahaan kita. Kini, perusahaan akan baik-baik saja. Ah, Mama sangat bahagia!" seru Citra dengan senyuman lebarnya.

"Ma, apa gak kecepetan nikah bulan depan? Aku belum siap, Ma," ujar Andreas memelas. "Lagian kenapa harus Cherry, sih? Kan bisa sama Sakura, Ma. Dia lebih manusia ketimbang Cherry. Aw! Sakit, Ma!" Lelaki itu mengaduh mengusap bibirnya yang ditabok sang mama.

By the way, Cherry memang memiliki adik bernama Sakura. Jika ditanya kenapa nama mereka sama meski beda bahasa, itu karena Raharsya menyukai bunga musim semi tersebut. Ia berharap kedua anak perempuannya akan seindah bunga sakura.

"Kamu pikir Cherry kelomang?" tanya Citra kesal.

"Lah, mending kelomang, dia tuh titisan srigala kayaknya. Udah rambut putih kayak nenek-nenek, terus mata biru dengan tatapan membunuh. Mbak Kun kayaknya lebih mending ketimbang si Cherry. Nama doang manis Cherry Blossom. Tapi kelakuan sebelas dua belas mirip dakjal. Aku meragukan kalau dia anak Om Raharsya dan Tante Widuri." Andreas bergidig ngeri membayangkan pertemuannya tadi dengan gadis psikopat itu.

"Omongan dijaga! Gitu-gitu dia calon istrimu!" omel Citra menepuk kepala sang anak. Bisa-bisanya ia menghina calon menantunya. Ya, meski yang dikatakan Andreas benar semua.

Andreas yang notabene laki-laki saja ngeri dengan Cherry, bagaimana Citra? Meski ia calon mertuanya, tetapi Cherry memperlakukan Citra dengan sangat dingin. Widuri dan Raharsya sampai meminta maaf padanya sebab kelakuan Cherry.

"Tau, ah! Dreas pusing," keluh lelaki itu beranjak. "Aku ke kamar dulu," ujarnya lalu meninggalkan sang mama.

"Besok kamu harus ke toko perhiasan, Dre! Jangan lupa beli cincin untuk Cherry. Kamu hubungi dia juga untuk pergi bersamamu!" teriak Citra.

"Iya, Mama Sayang," sahut Andreas pasrah.

Sampai di kamar, lelaki itu merebahkan tubuh di ranjang. Ia tatap langit-langit dengan tatapan kosong.

Kembali teringat kejadian beberapa tahun silam saat pertama kali Andreas bertemu Cherry. Saat itu, mereka satu SMU. Andreas kelas satu dan Cherry kelas tiga. Pertama kali melihat gadis itu, tak bisa dipungkiri bahwa Cherry membuatnya terpana. Memiliki rambut unik berwarna putih yang selalu dikepang indah, memiliki kulit seputih susu. Bibirnya tipis kemerahan ditambah kacamata hitam yang membuatnya makin menawan.

Dia yang baru masuk sekolah pun belum tahu siapa gadis unik tersebut. Cherry sangat pendiam. Beberapa kali Andreas melihatnya selalu duduk sendiri tanpa ada teman menemani. Taman belakang yang sepi menjadi tempat favorit gadis itu. Di sana, ia selalu sibuk membaca buku atau sekadar duduk menikmati suasana. Melihat betapa berbeda Cherry dari gadis lainnya membuat ia memiliki perasaan khusus pada Cherry. Seperti remaja lainnya yang tengah merasakan pubertas, Andreas pun mencoba mendekati si gadis. Awalnya memperhatikan dari jauh, lalu mencoba mendekati dari dekat.

Berbagai cara lelaki itu lakukan untuk dekat dengan Cherry. Masa bodo dengan ucapan-ucapan orang yang berkata bahwa Cherry adalah sosok iblis berwajah malaikat. Nyatanya, Andreas tak pernah melihat gadis itu melakukan hal buruk seperti yang teman-teman katakan.

Hingga suatu hari, Andreas memberanikan diri untuk menyatakan rasa sukanya. Dengan bunga mawar merah di tangan dan boneka singa putih, lelaki itu menghampiri Cherry yang tengah duduk sendiri di tempat favoritnya. Lelaki itu tersenyum ketika Cherry mendongak ke arahnya.

"Hi, aku Andreas Wijaya. Anak kelas 10 B," ujar Andreas tersenyum sumringah. "Ini, buat kamu. Aku ... suka sama kamu, Cher. Kamu mau jadi pacarku?" tanya bocah remaja yang tengah kasmaran itu.

Cherry hanya diam dengan mata tertuju pada dua benda yang disodorkan padanya. Andreas mundur saat melihat gadis itu berdiri. Wajahnya masih penuh senyuman apalagi saat Cherry meraih kedua benda itu. Namun, setelah itu Andreas menjerit saat tiba-tiba Cherry menyabet tangan lelaki remaja itu. bukan sekali, tapi tiga kali hingga pergelangan tangan Andreas terluka dan mengeluarkan banyak darah.

"Kau monster!" teriak Andreas berlari meninggalkan Cherry dengan perasaan ketakutan.

Bayangan itu sungguh membuat Andreas ngeri. Ia angkat tangan sebelah kiri, menatap tiga bekas luka jahitan yang dulu gadis itu berikan padanya. Ia merinding membayangkan dulu dengan kejamnya Cherry melukai dirinya hingga harus dibawa ke rumah sakit. Sejak saat itu juga ia tak pernah melihat Cherry lagi. Katanya, karena melukainya, Raharsya mengirim sang anak ke luar negeri dan setelah itu ia tak tahu kabar si gadis hingga beberapa tahun tiba-tiba terdengar kabar bahwa anak sulung pemilik Perusahaan besar itu membunuh seorang laki-laki muda dengan cara dilempar dari gedung pencakar langit.

Andreas bergidig ngeri membayangkannya. Apa jangan-jangan gadis itu akan melakukan hal sama seperti pada lelaki yang dibunuhnya?

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!