NovelToon NovelToon

The Second Story Of Our Married

Awalan

Sebelum memasuki chapter awal, aku secara pribadi mengucapkan terima kasih banyak kepada para pembaca Psychopat and My Posessive Devil yang telah memberi komentar membangun serta dukungan. Sedikit menjelaskan, cerita tersebut sudah selesai pada tahap revisi, aku tahu banget sebelumnya banyak typo berteberan dan setiap scene kurang nyambung. Mungkin sekarang juga ada typo dan kurang enak dibaca, mohon maaf, ya...

Selanjutnya untuk cerita Our Married ini, ada hubungannya dengan cerita sebelumnya, tetapi ini bukan sekuelnya, ya. Cerita ini khusus untuk Alessa, sedangkan Psychopat and My Posessive Devil dikhususkan untuk Allard dan Katryna. Jadi, cerita ini sangat bisa dibaca terpisah. Pembaca cerita Psychopat and My Posessive Devil pasti tahu Alessa itu siapa... hehe

Sebenarnya Our Married ini sudah pernah di up tahun lalu kalau aku enggak salah, tetapi aku tarik dan up ulang. Banyak faktor yang membuat aku pribadi lama menyelesaikan cerita ini, antaranya terhalang mood buat menulis, stuck setiap kali memulai tulisan, inspirasi lain yang kadangkala berdatangan, pengerjaan skripsi, dan hal lainnya.

Aku pernah janji untuk menyelesaikan cerita ini. So, ini bakal selesai mengingat aku udah nulis sedikit demi sedikit dan juga merevisi cerita ini. Chapter yang sudah banyak di draff, dan aku akan up setiap hari. Sorry banget buat para pembaca sebelumnya yang menunggu cerita Alessa ini hampir setahun mungkin, ya? hehe

So, hope you like these story, Guys! Tolong beri komentar di setiap bab dan like! Terima kasih banyak😊

XOXO,

IRMA.

Chapter 1. Sadness

Pov of Aleesa~

New York ramai oleh kerumunan aktivitas manusia seperti biasanya. Kota yang dijuluki tak pernah mati dari kehidupan makhluk manusia, itulah New York. Kota ini menjadi kota sejuta kenangan bersama pria menyebalkan itu, pria yang telah meninggalkanku untuk selama-lamanya.

Bermula pertemuanku dengan pria itu, ketika aku menjalankan tugas dari agent organisasi tempat aku bekerja, yaitu menyelidiki keluarga Fernand yang terlibat ke dalam penjualan manusia dan barang terlarang. Nickholas Fernand, dialah pria itu, salah satu anggota keluarga Fernand yang menggagalkan penyelidikanku.

Sosok bermulut manis penuh bualan, begitulah komentar pertama aku lontarkan kepada Nickholas. Setiap kata yang terlontar dari bibirnya, entah mengapa dapat menghantarkan rasa panas di sekujur tubuhku. Sampai pada akhirnya, pria itu memejamkan matanya tepat di depan mataku.

Tepat ketika pria itu memejamkan matanya terakhir kali seraya tersenyum penuh rasa bersalah, aku pergi dan tidak menghadiri pemakamannya. Sangatlah menyakitkan bagiku, bagaimanapun itu pada sejujurnya perasaan mengkhianati Nick ada nyata. Akan tetapi, apa yang aku lakukan adalah hal terbaik menurutku.

“Sudahi sedihmu, Alessa. Ayo pulang, aku muak berada di sini!” gerutu seseorang.

Ah... suara itu, aku mengenal betul suara itu, dia tak bukan adalah Jeff si gila hormat!

“Pulang saja duluan,” ucapku malas.

“Oh, ayolah. Aku ada pekerjaan, mother terus menanyakanmu!” balasnya. Dia mulai kelihatan kesal.

Sekilas informasi, Jeff menyebutkan mother ... sesungguhnya sebutan itu adalah panggilan khusus untuk Katryna—sahabatku—dari organisasi gelap yang dipimpin oleh suaminya, Allard. Mother of Clan Hellbert disematkan kepada seorang wanita yang menikah dengan pemimpin Klan Hellbert atau Father of Clan Hellbert. Sebuah proses harus dijalani agar gelar tersebut secara resmi tersemat.

“Ayo kalau begitu!” putusku seraya bangkit dan berjalan ke arah mobil.

Jeff amat sering menemaniku jika sedang free bertugas, dia bagaikan bodyguard yang mengikutiku kemanapun. Beribu protes sering kulayangkan akan keberadaannya, setaipa aku mengeluarkan protes, Jeff pasti berkata “Mother yang menyuruhku. Jadi, protes saja pada Mother!”

Tingkah laku Jeff sebenarnya sama gilanya denganku, tetapi yang terkadang membuatku muak adalah sikap gila hormat Jeff pada Katryna. Bagaimana bisa dia sehormat itu pada Katryna, sedangkan padaku dia berbuat sesuka hatinya selayak teman? Bahkan si gila hormat itu sering mengumpatku!

“Kau tahu? Kudengar Tuan Jordan akan menikah,” celetuk Jeff memulai sesi ceritanya.

“Gosip dari mana kau dapat, huh?”

“Berita itu menyebar di markas utama,” jawabnya.

“Kau percaya? Paman Jo sangat setia dengan mendiang istrinya. Tidak seperti kau, yang menyebar benih kemana-kemana!”cecarku.

“Mulutmu itu tidak pernah memujiku dengan baik,” desahnya kesal.

“Menarik sekali kalau aku mengatakan pada kekasihmu kau menanam benih bulan lalu, bagaimana?”

“Coba saja, kau tahu apa yang akan aku lakukan setelahnya,” balasnya membuatku mendelik ke arahnya.

Pria satu ini menggunakan ancaman yang tidak seimbang. Tahu betul dia akan melaporkan pada Katryna jika aku selalu bergonta-ganti pasangan setiap saat. Namun, perlu aku akui bahwa Jeff setia menghiburku dikala kesedihanku, terlepas dari suruhan Katryna dan sering membangkitkan kekesalanku, dia adalah satu-satunya teman yang ada untukku.

...***...

Satu hal yang membuatku malas berada di mansion Katryna, apalagi kalau bukan menyaksikan kemesraan sepasang suami-istri ini. Allard selalu menggunakan berbagai kesempatan untuk mencium bibir Katryn, tidak peduli tempat bahkan. Kadangkala melontarkan godaan, sampai-sampai aku geli sendiri mendengarnya.

Bukannya aku iri, hanya saja ingatan dalam kenangan bersama Nick sering teringat setiap melihat pasangan ini. Bagaimana Nick menciumku, memegang pipiku, menggodaku dengan kalimat panasnya, semua itu terekam jelas di benakku. Terkadang aku sulit mengontrol perasaanku dan meneteskan air mata.

“Alessa!” Katryn berteriak menyadarkanku. Aku menatap ke arahnya yang kini memandangku kesal.

“Apa?” tanyaku berpura-pura polos.

“Kau mendengarkanku tidak? Aku memanggilmu beribu kali, tapi kau tampaknya menikmati lamunanmu!” protesnya

“Berlebihan!” kelitku.

“Apa yang ingin kau katakan?” tanyaku pelan.

“Besok ada acara di markas utama, kau harus datang!” ucap Katryn seperti perintah yang tidak boleh aku tolak.

“Hm...” gumanku malas.

Menghadiri acara apapun sesungguhnya tidak berminat aku lakukan, tapi mau bagaimna lagi? Jika Mrs. Helbert sudah berkata, sang suami tercinta pasti akan mendukung penuh.

“Kau juga datang, kan?” tanyaku memastikan.

“Allard memaksaku datang,” jawabnya.

“Tentu saja, kau adalah queen markas utama.” Katryn mengedikkan bahunya acuh.

“By the way, kapan kau berhenti bermain dengan pria-pria itu?”

What the... pertanyaan macam apa itu? Tidak ada basa-basi sama sekali!

“Tangan kananmu itu yang memberitahu?” tanyaku tidak menjawab pertanyaannya secara langsung.

Kau lihat saja nanti, Jeff! Rutukku dalam hati.

“Oh, ayolah, Katryna... aku bukan anak kecil yang selalu diawasi. Aku ini sahabatmu, bukan anak-anakmu!” protesku.

“Karena kau sahabatku, Alessa. Aku tidak mau kau tenggelam dalam permainanmu. Ingat Alessa, caramu yang mempermainkan itu, akan berbalik padamu!” ucap Katryn menatapku tajam yang mengartikan dia tidak suka dengan apa yang aku lakukan.

Jika Katryn begini, aku tidak dapat membalas. Aku hanya memberi senyuman manis. Well... aku tahu Katryna mencemaskanku, dia tahu bagaimana kehidupanku setelah kepergian Nick.

“Alessa, aku serius!” tekan Katryna, kelihatannya dia kesal.

“Astaga. Aku tahu, Baby...” balasku agak manja, sengaja kulakukan.

“Jangan menyebutku dengan sebutan itu!” protesnya tidak suka.

Aku jadi berpikir, setelah Allard memasuki kehidupan Katryna kembali, wanita ini semakin sama kelakuannya seperti sang suami.

“Aku ... masih merasa bersalah, karenaku dia pergi meninggalkanmu,” lirihnya. Wajah Katryna berubah mendung, kesedihan tertera di matanya.

“Kalau boleh jujur, aku bosan mendengarmu berucap demikian. Kau tahu, bukan? Nick yang ingin mencelakaimu, jadi dia pantas mendapatannya,” ungkapku.

“Bibir dan hatimu berbeda, Alessa.”

Aku terdiam, membenarkan ucapan Katryn. Pada kenyataannya, aku marah pada diriku sendiri yang tidak bisa meyakinkan Nick pada saat itu dan perasaan bersalah.

“Andai Allard tidak membunuh Nick—”

“Kau yang akan mati,” potongku cepat.

Beberapa kali kesempatan, Katryna bertanya mengapa aku lebih memilihnya dibanding Nick yang berstatus suamiku? Mudah menjawab pertanyaan itu, Katryna selalu ada di sampingku saat masa remaja kami. Dulu, teman-teman sekolahku menghinaku hingga memukulku, keluarga yang terlihat baik nyata berantakan, dan hanya Katryna secara suka rela mengulurkan tangan.

Katryna selalu ada di masa-masa remajaku yang penuh belokan tajam, dia ada di setiap kerapuhan. Walau kami sempat berpisah setelah lulus dari bangku sekolah, aku melanjutkan pendidikan intel di New York dan Katryna tetap di negara kelahiran kami, yaitu Indonesia. Aku mengingat memori-memori kebaikan hati Katryna beserta keluarga yang tak pernah bersikap buruk padaku. Aku menyayangi Katryna melebihi diriku sendiri, sebab Katryna adalah saudara sekaligus sahabat terbaik yang aku miliki di dunia ini.

“Ada yang ingin aku katakan padamu,” beritahuku.

“Apa?” tanya Katryna penasaran.

“Keputusanku melangkah kedepan sudah bulat, akau akan meninggalkan masa laluku.”

“Maksudmu?”

“Aku memutuskan untuk menerima lamaran seseorang,” akuku.

“Lamaran seseorang? Siapa?” tanya Katryn cepat.

“Joe,” jawabku.

Katryn menatapku penuh selidik. Oke, aku belum menceritakan masalah ini padanya.

“Joe? Manajer keuangan di perusahaan Allard?” Katryn terdengar ragu dari nada bicaranya.

“Ya.”

“Tunggu dulu. Sejak kapan kau mengenal dia? Secara pekerjaan kalian berbeda jauh!” tuturnya, aku mengangguk setuju.

“Kami tak sengaja bertemu saat Allard memintaku menambah sistem keamanan perusahaan, dan kami berkenalan.”

“Kau serius dengan ucapanmu? Itu artinya kau akan menikah dengannya?” Aku mengangguk.

“Kenapa aku baru tau? Kau tidak pernah menceritakan apapun tentang kedekatan kalian!” semburnya, dia marah.

“Sorry, aku awalnya tidak serius. Keputusan ini aku ambil kemarin,” ucapku menatap Katryna polos.

Sudah sejak lama aku memikirkan ini, tidak mungkin aku terus menenggelamkan diri pada masa lalu yang telah usai. Nick tidak akan pernah kembali, tetapi dia akan selalu berada di lubuk hatiku terdalam. Biarlah masa lalu kami tersimpan rapi di dalam pikiranku.

“Aku tidak percaya ini, Alessa. Bukankah dia sudah menikah?” Katryn menatapku horor.

“Pernah lebih tepatnya, dia duda!”

“Kau yakin dengan pilihanmu?” tanyanya terdengar keraguan.

“Yakin. Joe dewasa dan aku nyaman bersamanya,” jawabku jujur.

Ada alasan mengapa aku memilih Joe, dia pria yang tak pernah menyerah untukku. Mengetahui aku dekat dengan pria lain, dia sangat sabar. Maka dari itu, aku mempertimbang lamarannya.

Chapter 2. Joe and his Purpose

Pov of Alessa~

Aku membuat janji temu dengan Joe. Seperti yang telah aku pertimbangkan, hari ini aku akan mengatakan pada Joe tentang lamarannya waktu itu.

“Rut, apa Joe ada di dalam?” tanyaku pada Rut, Sekretaris Joe.

“Ada.”

Tanpa mengatakan apapun, aku langsung berjalan ke arah pintu ruangan Joe, membuka pintu dan menemukan Joe yang sedang berkutat dengan berkas di hadapannya.

“Alessa?” Kata pertama yang terucap dari bibir Joe, dia tampak kaget dengan kedatanganku.

“Kau datang? Kupikir, kita akan bertemu makan siang nanti,” sambungnya memang benar.

“Ya. Aku ingin menemui sekarang, apa aku menganggu waktumu?” tanyaku.

“Sama sekali tidak. Duduklah,” pintanya.

Aku mendudukkan diri di sofa ruangannya, tak lama Joe menyusul dengan sebotol wine. Kemudian, menuangkan wine tersebut ke dalam gelas yang tersusun di atas meja.

“Thank you,” ucapku setelah menerima uluran gelas berisi wine.

“Anytime for you!” Aku tersenyum mendengar balasan lembutnya.

“Kau tampak lelah. Istrihatlah sejenak,” pintaku merasa kasihan padanya. Apalagi di meja kerjanya terdapat kertas-kertas berserakan. Kusimpulkan dia tengah me-rekap laporan keuangan perusahaan.

“Terima kasih mengkhawatirkan, Baby.” Aku terkekeh mendengar Joe memanggilku sayang.

“Selesaikan pekerjaanmu. Sebentar lagi jam istirahat,” ucapku, dia mengangguk.

“Wait me,” bisiknya, aku mengangguk mengiyakan.

Joe kembali duduk di bangku kebesarannya melanjutkan pekerjaan yang tertunda. Dia tampak serius, aura ketampanannya meningkat tajam. Satu yang kusukai dari Joe, dia pria yang bertanggung jawab, tidak melupakan tugas yang diembannya.

Jam makan siang tiba, Joe mengajakku makan siang di restoran perusahaan. Restoran ini memang salah satu aset keluarga Helbert, dan uniknya adalah setiap karyawaan yang makan di sini mendapat harga khusus. Keluarga Helbert terkenal royal kepada karyawan, bagi mereka aset bisnis—karyawan—penting diberi berbagai reward, harga khusus ini contohnya.

Tak lama pesanan kami tiba, dua steak medium dan sebotol wine. Sejenak aku merasa ditatap diam-diam, ketika aku menolah ke arah dua orang tak jauh di sana, salah satu dari mereka berpura-pura memanggil waiter yang tengah melayani meja di sebelah kami. Namun, aku tidak bodoh, mereka sesekali ketahuan memperhatikanku. Kuharap jangan ada pertunjukkan dadakan di sini!

“Apa yang ingin kau bicarakan?” tanya Joe membuka suara.

“Tentang lamaranmu beberapa waktu lalu,” jawabku.

“Kau ingin aku menjawab sekarang, atau nanti setelah makanan ini selesai?” sambungku menggodanya.

“Selesai makan!” Joe berkata cepat membuatku terkekeh.

“Jangan tegang seperti itu, Joe.” Joe tertawa pelan, ketebak sekali dia gugup.

Makan siang ini selesai sepuluh menit kemudian. Wajah Joe benar-benar lucu, rasanya aku ingin tertawa.

“Aku menerima lamaranmu,” ucapku langsung tanpa menunggu Joe bertanya.

“Apa? Ulangi, please!” pintanya dengan tingkah menggemaskan,

“Aku menerima lamaranmu, Tuan Joe.”

Joe mengambil tanganku yang terletak di atas meja, lalu mencium buku jariku lembut. Aku tersenyum, geli dengan tingkah manis Joe.

“Tapi, aku tidak membawa cincinnya!” ucapnya polos.

“Asal jangan memberi cincin itu pada wanita lain,” balasku melempar gurauan.

“Aku akan memberinya nanti padamu.” Aku mengangguk mengiyakan.

Tak jauh dari kami, aku menyadari bahwa Allard di sana memperhatikan kami. Ada yang aneh, Allard menatapku penuh selidik.

...***...

“Berikan tanganmu!” tutur Katryn heboh seraya menarik tangan kiriku yang tengah memegang mangkuk kaca, hampir saja kaca tersebut lepas dari tanganku.

“Heboh sekali. Padahal aku sudah memberitahumu kemarin,” gerutuku malas.

“Kau menerima lamarannya?” Aku mengangguk, Katryna tampak kaget dan menegang dalam satu waktu.

“Hei, ada apa dengan wajahmu itu?” Katryna menggelang dan menjawab,

“Tidak, aku hanya kaget.” Tetapi, aku merasa ada yang aneh dari raut wajah Katryna, atau hanya perasaanku saja?

“Ayo, letakkan itu di meja makan,” ucap Katryn melirik mangkuk yang aku pegang.

“Oke.”

Kami berjalan menuju meja makan, Allard di sana bersama ketiga anak-anak mereka. Katryna kembali ke dapur mengambil sesuatu di dapur, tak lama dia kembali bersama dua pelayan dan menghidangkan makanan di atas meja. Aku tersenyum ketika meliaht tingkah menggemaskan anak kembar Katryna, terutama Allena.

Sejujurnya, aku tidak begitu menyukai anak kecil. Bukan berarti aku membenci, hanya saja aku selalu mengingat kembali pada anakku yang belum sempat hadir ke dunia ini. Dokter mengatakan kemungkinan dia berkelamin perempuan. Terkadang di satu waktu aku menangis ketika ingatan itu datang.

“Aunty Alessa,” panggil Allanzel, putra pertama Katryna dan Allard.

“Ya.”

“Tidak boleh melamun,” ucap Allena tajam. Gadis kecil ini menatapku kesal dan penuh permusuhan.

“Yes, princess.”

“I am not your princess!” pekiknya.

“Allena!” peringat Katryn tidak suka, Allena cemberut menatap sang daddy polos.

“Kau boleh berucap kasar, dengan catatan pada orang yang merendahkanmu. Bahkan, kau boleh memukul jika dia kelewatan batas,” ucap Allard. Ajaran macam apa itu?

“Allard. Jangan mengajari putriku yang tidak-tidak!” ketus Katryn. Aku menggeleng di tempat, heran dengan ajaran Allard.

“Minta maaf pada Aunty Alessa,” ucap Katryn tegas.

“Maaf, Aunty.”

“Tidak papa. Aku tahu kau kesal padaku,” ucapku tersenyum.

“Iya, aku kesal. Kau perhatian pada Allanzel dan Allan, tapi tidak denganku!” akunya.

Aku tertawa kecil, putri kecil Katryna ini sangat jujur sekali. Soal perkataan Allena tadi, Katryna pernah memberitahu padaku alasan Allena yang hobi menatapku tajam, tidak bukan karena lebih perhatian kepada dua saudaranya.

“Sebagai permintaan maaf, bagaimana kalau aku membelikanmu sebuah boneka?” tawarku tak tega dengan ekspresi Allena.

“Tidak. Bonekaku terlalu banyak,” ucapnya sombong, persis seperti ayahnya.

“Oke,” ucapku tidak ingin membujuknya.

“Begitu saja? Kau tidak membujukku?” rengeknya.

“Oke-oke. Aku akan membelikan, apa yang kau mau?” tanyaku cepat sebelum Allena mengadu pada Allard. Bahaya bila Allard marah, berakibat fatal pada pekerjaanku!

“Janjimu tidak boleh kau ingkari!” tegasnya.

Aku mendesah, di umur lima tahun Allena sudah bisa mengeluarkan sikap bossy-nya, lagi-lagi seperti ayahnya!

“Fine.” Allena mengangguk lucu, tetapi tegas.

“Nampaknya, kau tertarik dengan cincinku?” tanyaku pada Katryn yang sedari memperhatikan jari manisku.

“Tidak,” jawabnya dan kembali fokus pada makanannya.

Dari ujung mataku, Katryn memberi kode pada Allard. Mereka aneh sekali, batinku mengatakan bahwa ada sesuatu yang disembunyikan keduanya.

“Apa ada sesuatu yang ingin kalian katakan?” tembakku pada keduanya.

“Katryna ingin kau menetap di sini,” ucap Allard datar.

“Oh, tidak. Kau tidak bisa meminta Allard untuk memaksaku tinggal di sini, Katryna. Itu tidak mungkin!” jawabku cepat menolak.

“Kau pasti menolak,” desah Katryna.

“Jelas aku menolak. Kau tahu bagaimana pekerjaanku,” balasku menatap Katryn.

“Ya sudah.”

“Katryna...” panggilku.

Dia menoleh padaku datar. Oh, sungguh... aku tidak menyukai sikap datarnya itu!

“Kita sudah pernah bahas ini, kan? Kuharap kau mengerti. Aku tidak bisa menatap bersamamu, akan ada kemungkinan besar orang-orang tahu aku bagian dari Klan Hellbert,” ucapku pelan tak ingin menyakiti hati Katryn.

“Aku mengerti, Alessa...” Aku tersenyum senang.

“Jadi, cukup membahas ini, okey?”

“Baik lah. Asal kau menjaga dirimu dengan baik,” ucapnya.

“Yes, Mother!” balasku menahan tawa melihat Katryn memutar bola matanya malas. Katryn itu paling kesal jika aku panggil dengan sebutan Mother.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!