Pekerjaan yang rutinitas membuat Susan merasa penat dan butuh refreshing sejenak.
Diapun berencana untuk pergi keluar sebentar di jam istirahat sekalian belanja bulanan untuk dikontrakkan.
"Mel, makan diluar yuk sambil belanja bulanan," ajaknya kepada sahabat sejatinya Mela.
"kemana?"
"Mall Deket sini aja, kebetulan barang - barang bulananku di kontrakan habis."
"Belum gajian lho."
"Gw traktir deh lo makannya."
"Beneran San? Ayok."
"Denger traktir aja lho ngacir."
"Iyalah hari gini kita harus memanfaatkan yang ada," celoteh Mela sambil mencubit pipi Susan yang mulai manyun.
Di pusat perbelanjaan Susan dan Mela asyik memilih - milih barang sambil bercandaan.
"Mama..."
Seorang anak perempuan umur 3 tahun tiba - tiba memeluknya dari belakang sambil menangis.
Susan yang terkejut sontak membalikkan tubuhnya dan membungkukkan badan kearah anak perempuan tersebut.
"Hay, anak manis siapa namamu?"
"Mama jangan tinggalin Elina. Elina ga mau sendirian, " ucapnya sambil menangis dan memeluk Susan.
"Elina kangen sama Mama, Elina mau Mama pulang."
Susan semakin panik dan bingung, dia melihat disekitar mereka tapi tak ada tanda - tanda adanya orang yang bersama anak tersebut.
"Sayang, jangan nangis ya," suaranya lembut sambil membelai rambut Elina yang coklat terurai sebahu.
"Sayang, kamu kesini sama siapa?"
" Sama Bibik Sri."
"Sekarang Bibik Sri mana? Kok Tante ga lihat."
"Bibik lagi belanja, aku maunya sama Mama," kembali anak itu mengeratkan pelukannya pada Susan seolah tidak mau berpisah.
Susan semakin dibuat bingung takut akan ada salah paham dan memancing perhatian orang - orang di mall tersebut.
"Mela." Susan memanggil sahabatnya yang sedang asyik memilih - milih kosmetik.
"Hei, anak siapa ini cantik sekali," ucapnya sambil mencubit pipi Elina.
"Mana aku tau, tiba - tiba dia nangis dan manggil aku Mama."
"Hey! Jangan bilang ini anak Lo ya."
"Enak aja, gw masih perawan ya."
"Terus mana Mamanya atau Papanya?"
"Aku juga ga tau."
"Jangan sampai Lo mau menculik anak orang ya, gw ga mau ikut - ikutan ya," ucap Mela mundur sambil mengangkat tangan.
"Gila lo ya, mana ada gw mau menculik anak orang, gw nih orang baik - baik ya."
"Terus apa yang mau kita lakukan?"
Mereka berdua melihat sekeliling tapi tidak ada tanda - tanda orang kehilangan no atau mencari anak itu.
"Kita bawa saja ke pusat informasi San, siapa tau disana bisa membantu," usul Mela
"Bener juga, ayok."
"Sayang kamu ikut Tante ya kita cari Bibik Sri." Susan mengelus rambut Elina dan menggendongnya.
"Aku mau sama Mama."
"Iya sayang."
Entah kenapa Susan merasa sangat dekat dengan Elina dan merasa jatuh hati dengan anak kecil ini.
Dipusat informasi mereka memberitahukan kejadian yang sebenarnya pada petugas dan meminta bantuan untuk menemukan pengasuhnya.
Tidak berselang lama ada seorang wanita datang dengan wajah panik dan menangis langsung memeluk tubuh mungil Elina.
"Elina, kamu ga apa - apa sayang?" Ucapnya sambil terus mengamati seluruh tubuh gadis kecil itu.
"Bi, Elina nemuin Mama," sambil menunjuk ke arah Susan.
Pengasuh itu mengikuti arah yang ditunjuk Elina dan sontak kaget begitu melihat Susan yang berdiri di samping mereka.
"Nyonya." Bibi Sri melotot sambil menutup mulutnya karena tidak percaya akan apa yang dilihatnya didepan matanya.
"Maaf saya Susan dan ini sahabatku Mela," susan memperkenalkan diri saat melihat ekspresi mbak Sri.
"Maaf Nyonya, saya Sri pengasuhnya Non Elina," berusaha menguasai diri
"Terimakasih," lanjutnya
"Lain kali tolong hati - hati dan jangan meninggalkan anak sendirian!"
"Iya Bu."
"Mama, aku lapar."
"Elina mau makan apa?"
"Ayam goreng."
"baiklah ayok kita makan."
Sangat jelas gadis kecil itu menunjukkan sikap bahagianya dalam gandengan tangan Susan.
Pengasuh itu tak henti - hentinya mengamati keduanya dan masih merasa tidak percaya dengan apa yang dia lihat saat ini.
Mereka memesan makanan dan begitu pesanan datang Elina langsung minta disuapin oleh Susan.
"Mama jangan tinggalin Elina!"
Ada kepedihan dihati Susan saat mendengar dan melihat Elina yang selalu berkata seperti itu.
Mama jangan tinggalin Elina, apa sebenarnya yang dialami anak ini? Kenapa seolah menemukan mamanya?
Baru kali ini bibi Sri melihat Elina sangat bahagia dan dekat dengan seseorang meski baru dia kenal.
Susana siang itu sangat hangat dan penuh dengan kebahagian layaknya seorang anak dengan ibunya.
"Susan kita harus balik ke kantor nih udah hampir habis jam istirahatnya," Mela menghentikan kehangatan mereka.
"Ah iya juga."
"Elina sayang, Mama tinggal dulu ya," ucapnya sambil mengelus rambut gadis kecil itu
"Ga mau. Mama ga boleh pergi! Aku mau sama Mama," sambil menangis dan memeluk erat tubuh Susan.
Tanpa disadari air mata menetes diujung mata Susan, dia tidak tega meninggalkannya tapi bagaimanapun dia harus pergi dan kembali ke kantor.
"Sayang, Mama janji besok kita ketemu lagi ya. Mama ga kemana - mana kok."
"Bohong!"
"Ga sayang, hari ini Mama kerja dulu besok kalo Mama libur kita ketemu lagi ya, kita main bareng." Susan berusaha merayu anak itu.
"Mama janji ya, Mama ga akan ninggalin Elin sendirian."
"Iya sayang," sambil mencium kening Elina
"Sekarang Elin pulang ya sama Bibik," lanjutnya.
"Iya Ma. Elin sayang Mama." Elina mengangguk senang dan memeluknya lagi.
Bibik Sri yang menyaksikan situasi ini ikutan menangis karena baru kali ini Elina menemukan sosok seorang ibu.
"Bik tolong jaga Elina ya!"
"Iya Bu."
"Kalo begitu kami permisi dulu," pamitnya
"Elina sayang, Mama kerja dulu ya."
"Iya Ma."
"Elina harus nurut ya sama Bibik, ga boleh nakal."
"Elina. Tante pamit juga ya sama Mama, Elina jadi ank yang manis ya." Mela ikutan pamit
"Iya Tante, Tante jagain Mama ya."
"Tentu sayang, nanti Tante jagain Mama Elina ya."
"Terimakasih Tante."
Mereka berdua pergi meninggalkan anak itu dan kembali ke kantor.
"Susan, Lo ditunggu pak Aldo diruangannya," ucap salah satu karyawan
"Ok."
Tok tok tok
"Bapak cari saya?"
"Tolong siapkan berkas untuk Metting besok dengan perusahaan DJ company!"
"Baik Pak."
"Susan."
Aldo adalah Presdir di perusahaan CAN Sanjaya yang bergerak di bidang properti.
Ketampanan dan wibawanya membuat semua orang pasti mengaguminya sikapnya yang hangat dan baik membuat setiap orang segan kepadanya.
Bahkan tidak sedikit wanita yang mendekatinya hanya untuk mengambil perhatiannya tapi Aldo bukanlah orang yang mudah tergoda dengan rayuan wanita apalagi dengan wanita yang hanya mengandalkan kecantikan luar saja.
Aldo merupakan tipe pria yang setia dan pandai menjaga perasaan wanita.
"Iya Pak, ada yang bisa saya bantu lagi?"
"Ah tidak. Duduklah sebentar!" Perintahnya
"Bagaimana keadaanmu hari ini?" Lanjutnya
"Baik Pak."
"Apakah hubunganmu dengan Riko masih berjalan baik?"
"Baik Pak, kenapa tiba - tiba Pak Aldo bertanya seperti itu?"
"Ah tidak. Hanya ingin bertanya saja."
"Bapak yakin tidak menyembunyikan apa - apa dari saya?"
"Tidak. Ya sudah kau boleh pergi!"
Aneh sih Pak Aldo hari ini, apa dia kenal dengan Riko? Kenapa dia bertanya seperti itu.
Selama ini Aldo memang suka mengamati hubungannya dengan Riko tanpa sepengetahuannya hanya sekedar tau saja.
Semua itu dia lakukan hanya semata - mata untuk melindungi Susan, dia tidak akan membiarkan siapapun menyakitinya.
Dia sendiri tidak tau mengapa dia melakukan itu semua melakukan yang seharusnya tidak dia lakukan.
Sejak dia bertemu dengan Susan, dia merasa ada yang aneh dengan dirinya sebuah rasa yang seharusnya tidak dia rasakan lagi karena hal itu tidak mungkin dia lakukan.
Baginya Susan adalah wanita yang sangat menarik dan sederhana tapi cantik. Untuk kedua kalinya Dia menemukan wanita seperti itu.
Susan memang merupakan sosok wanita yang cantik, sederhana tapi menarik. Diapun tipe wanita yang setia dan tidak aneh - aneh.
Tidak sedikit pula laki - laki yang mencoba untuk mendapatkan hatinya tadi dia hanya mengganggapnya sebagai teman.
Karena dia sendiri sudah memiliki kekasih yaitu Riko kekasihnya semenjak kuliah.
Mereka sudah menjalin hubungan sekitar 2 tahun dan semua berjalan dengan baik.
Susan adalah wanita yang mandiri dia tinggal sendiri di kota J sejak dia kuliah semua keluarganya tinggal di kota L.
Dengan kegigihannya dia mampu menyelesaikan kuliah dan bekerja di perusahaan Aldo yang merupakan salah satu perusahan terbesar di negara itu.
Bersama dengan Mela sahabatnya dia selalu mampu berbagi cerita kehidupannya.
Disebuah kontrakan sederhana mereka tinggal selama ini bukan tak mampu tinggal di apartemen mereka hanya ingin bisa lebih dekat dengan masyarakat sekitar.
Bahkan tawaran inventaris apartemen dari perusahaan saja mereka tidak mau terima.
"San, kira - kira Elina tuh anaknya siapa ya?"
"Mana ku tau Mel."
"Aku merasa dia tuh kurang kasih sayang ya."
"Apa dia korban broken home ya San?" lanjutnya
"Mungkin juga, kasihan ya anak sekecil itu harus mengalami kesedihan karna ulah orang tuanya."
"Apa lo mirip Mamanya ya San?"
"Mungkin, kok gw jadi kangen ya Mel sama Elina."
"Ah lo mah cocok banget tuh jadi Mamanya, mirip banget."
Sementara di kediaman keluarga Reynald Wicaksono terdengar suara tangisan anak kecil yang menjadi pusat perhatian orang - orang penghuni rumah.
"Non. Sudah donk nangisnya nanti Non Elin capek lho," bujuk bibik Sri yang sudah kuwalahan dan kehabisan akal untuk membuat gadis kecil itu diam.
"Iya Non Elin sudah ya nangianya nanti matanya bisa bengkak lho," bujuk pak Dirman supir pribadi keluarga Wicaksono.
"Aku mau ketemu Mama Bik, aku mau Mama," teriak Elina
ceklek..
Seorang pria tampan dengan wajah kawatir berdiri di depan pintu.
"Papa..."
Elina berlari mendekati Rey yang baru pulang dari kantor setelah ditelepon oleh pengasuhnya karena sudah tidak bisa membuat Elina diam dari tangisnya.
"Elina kenapa sayang?" tanyanya dengan lembut sambil menggendongnya
"Elina mau ketemu Mama Pa."
Rey yang mendengar apa yang diucapkan Elina menjadi muram dan memeluknya erat.
"Sayang, Mama khan lagi kerja, nanti kalo sudah selesai kerjanya pasti Mama pulang dan ketemu sama Elina."
"Papa janji ya kalo Mama sudah selesai kerja jemput Mama."
"Iya sayang, Oapa janji."
Rey berusaha menenangkan putri semata wayangnya.
"Sekarang Elin mandi dulu ya sama Bibik! habis itu kita makan ya."
"Iya Pa."
Setelah berhasil menenangkan putrinya Rey berjalan menuju kamarnya.
Merebahkan tubuhnya diatas tempat tidur dengan tatapan kosong, entah apa yang di pikirkan saat ini karna baru kali ini putrinya menangis mencari mamanya.
Apa yang terjadi hari ini pada Elin? Apa dia ketemu seseorang?
Aku harus cari tau.
Rey menuruni anak tangga menuju meja makan.
"Elin mana Bik?"
"Maaf Tuan, Non Elin sudah tidur mungkin dia lelah karna dari tadi nangis."
"Ya sudah biarkan saja. Apa dia sudah makan?"
"Sudah Tuan tadi sebelum tidur dia makan."
"Siapkan makan saya sudah lapar juga!"
Rey menikmati makan malam sendirian, ya seperti biasanya hanya sendirian tanpa ada yang menemani.
" Bik," panggilnya pada pengasuh putrinya.
"Saya Tuan."
"Apa yang terjadi pada Elina hari ini?"
"Maaf Tuan. Ini semua salah saya."
Pengasuh itu merasa takut dan gemetar karna selama ini Rey terkenal dingin dan tegas bahkan dia tidak segan - segan untuk memecat siapa saja yang membuat kesalahan.
"Ada apa?" wajahnya masih datar
"Tadi siang saya bawa Non Elin kepusat perbelanjaan, disana dia ketemu perempuan yang dia kira itu Mamanya Tuan."
"Lalu?"
"Saya juga kaget Tuan, wanita itu mirip sama Nyonya. Dia cantik dan baik. Elina sangat senang sekali."
pengasuh itu menceritakan semua apa yang terjadi pada siang itu. Rey mendengarkan tanpa ekspresi..ya..masih dengan wajah yang dingin dan datar.
"Lain kali jangan sembarangan membiarkan Elina dengan orang yang tidak dikenal!"
"Maaf Tuan," tangan bik Sri mulai gemetar
"Panggil semua pegawai rumah kesini!"
Semua pegawai yang ada dirumah itu berdiri sambil gemetaran di ruang keluarga.
"Mulai hari ini jangan biarkan Elina bertemu dengan orang yang tidak dikenal! Jika sampai terjadi apa - apa dengan Putriku jangan harap kalian masih bisa bernapas."
"Baik Tuan," jawab mereka serentak tanpa berani melihat sumber suara.
Rey merebahkan tubuhnya di samping putri kecillnya.
Maafkan Papa ya sayang, Papa belum bisa menjelaskan semuanya saat ini karena kamu masih terlalu kecil.
Maafkan Papa karna belum bisa menjadi ayah yang baik untukmu Papa janji Papa akan buat kamu bahagia apapun akan Papa lakukan hanya untuk kabahgiaanmu sayang.
Rey mencium kening Elina dan memeluknya.
Malam ini Rey tidur dikamar Elina.
"Mama... Mama..."
Elina mengigau sambil menangis
"Sayang, Papa disini ."
Rey membangunkan dan mengusap rambut putrinya.
Setelah Elina dapat ditenangkan Rey baru memejamkan matanya.
Hampir seminggu Rey selalu tidur dikamar putrinya karena hampir setiap malam Elina menangis memanggil mama dan dalam waktu itu juga Rey merasa lelah dengan keadaan Elina yang selalu rewel bahkan dia harus meninggalkan pekerjaannya hanya untuk menenangkannya.
"Dino hari ini cancel semua metting! Hari ini kamu urus semua kerjaan kantor!"
Rey menghubungi asistennya
"Siap Pak, kebetulan hari ini hanya ada metting sekali saja dengan karyawan."
Dino adalah asisten dan teman Rey yang selalu paham dengan situasi dan keadaan Rey dan keluarganya.
Rey sendiri merupakan Presdir dari perusahaan DJ Company yang merupakan perusahaan terbesar di negara S.
Rey mempunyai wajah yang tampan badan yang atletis. siapapun yang melihat pasti akan terpikat dan klepek - klepek bahkan tidak sedikit wanita yang berusaha mendekatinya meski mereka tau bahwa Rey sudah mempunyai anak bahkan ada yang rela jadi istri simpanan andai Rey menginginkan.
Rey bukanlah tipe orang suka main perempuan dan bukan pula orang yang suka tebar - tebar pesona. Dia merupakan orang yang tertutup, dingin, dan tidak jarang orang mengganggapnya angkuh karna dia sedikit berbicara tapi sekalinya berbicara tidak ada orang yang berani membantahnya.
## maaf ya baru belajar buat cerita harap dimaklumi
Di ruang Aldo sibuk membolak balik berkas yang ada diatas meja kerjanya.
"Huh. Kemana sih berkas itu?" Gumamnya sebal
"San, tolong ke ruanganku sekarang!"
Aldo menutup telponnya
Tok tok tok
"Ada yang bisa saya bantu Pak Aldo?"
"Berkas kerjasama dengan DJ Company dimana?"
"Kan kemarin Bapak bawa pulang."
"Oww..." sambil menepuk dahinya
"Ya, saya lupa. Maaf "
"San," lanjutnya
"Ya."
"Siang ini temani aku makan ya?!"
"Baik Pak."
"Jangan kaku hanya ada kita berdua."
Susan hanya tersenyum lalu duduk di sofa yang disusul oleh Aldo duduk di sampingnya.
"Lalu bagaimana berkasnya? Apa perlu aku ambil dirumahmu?"
"Ga perlu San, biar supirku yang ambil"
"Kapan rencana kamu mau menikah dengan Riko?"
"Entahlah. Dia selalu sibuk dengan pekerjaannya."
"Jangan lama - lama keburu tua tuh umur."
"Enak aja lo bilang," sambil melemparkan bantal sofa ke arah Aldo.
Hubungan mereka memang bukan hanya sekedar bos dan sekretaris tapi lebih dekat dari itu.
Aldo senang memberi perhatian lebih pada Susan bahkan dia selalu mencoba untuk melindunginya.
Dia berusaha menciptakan suasana akrab diluar jam kantor tapi jangan ditanya bila sudah urusan kerjaan ya meski mereka dekat tetap tak ada bedanya dengan karyawan lain.
Itulah kelihaian Aldo bisa membedakan antara pekerjaan dengan urusan pribadi.
Mereka suka bercanda dan berbincang diwaktu jam senggang ya hanya mereka yang tau.
"Ok aku lanjut kerja lagi, nanti kalo jadi makan kabari aja ya, yang penting gratis," ucapnya sambil berjalan keluar.
Aldo hanya menatap kepergiannya dengan senyuman entah apa yang ada dalam pikirannya yang jelas dia merasa bahagia bila bersama gadis itu.
ceklek..
"Hey! Tidak bisakah kamu ketuk pintu dulu sebelum masuk!"
"Kenapa kamu senyum - senyum sendiri seperti orang gila?"
"Enak aja, lo tuh yang gila."
"Tumben lo kesini ada apa?" Lanjut Aldo heran dengan kedatangan Rey.
"Elina akhir - akhir ini membuatku kawatir," ucapnya dengan wajah kusut tak semangat
"Ada apa dengan gadis imut itu?"
"Dia selalu memanggil Mamanya."
"Mungkin dia rindu dengan kehadiran seorang Ibu. Kenapa ga lo carikan dia Mama baru saja?"
"Lo pikir gampang apa cari Mama baru. Tidak semudah itu apalagi buat seorang duda beranak satu sepertiku ini."
Rey mendudukkan diri diatas sofa
"Kalo hanya mencari seorang istri itu mudah bagiku tapi yang aku cari bukan hanya istri melainkan Ibu buat Elina," lanjutnya tanpa ekspresi.
"Bagaimana kalo aku kenalkan dengan sekretarisku? Aku yakin dia akan cocok denganmu dan juga anakmu."
"Jangan macam - macam! asal menjodohkan orang." Sanggah Rey dengan wajah tak suka
"Beberapa hari lalu Elina bilang ketemu Mamanya dipusat perbelanjaan," lanjutnya
"Maksud lo Susi?" Aldo memasang wajah penasaran
Rey hanya mengangkat bahu tanda tak yakin
"Apa mungkin Susi mempunyai kembaran?"
"Yang aku tau tidak. Dia hanya mempunyai seorang kakak laki - laki."
"Lalu apa yang akan kamu lakukan?"
"Entahlah. Aku sudah tak tahan dengan rengekan Elina setiap pulang kerja dia selalu menanyakan mamanya."
Wajah Rey menggambarkan keputusasaan yang dalam.
"Dimana Elina bertemu wanita itu?"
"Mall S dekat kantormu."
"Bagaimana kalo kita cari disana?"
"Bagaimana mau mencarinya? Namanya saja aku tidak tau.
"Bibik lupa namanya," lanjut Rey
"Bukannya dia bilang wanita itu mirip dengan Mamanya. Kita bisa mencari wanita yang mirip dengan Susi bukan?"
"Lo gila! Mana ada orang mirip. lagian kalo kita cari sama saja seperti mencari jarum dalam jerami."
"Kita coba saja!"
Mereka tiba di mall S tempat dimana Elina bertemu dengan wanita itu.
Seperti seorang mata - mata mereka melemparkan pandangan ke segala penjuru sudut mall.
"Ini namanya ide gila," Rey mendengus dengan apa yang mereka kerjakan.
"Hey bukannya itu anak lo Elina!" Seru Aldo menunjuk kearah seorang anak kecil.
Spontan Rey melihat ke arah yang ditunjuk oleh Aldo dan menghampirinya.
Elina yang melihat Rey langsung berlari ke arahnya dan memeluknya.
"Papa..."
"Sayang kenapa kamu ada disini?" Sambil membalas pelukan anaknya
"Elin nunggu Mama."
Rey menatap pengasuh Elina meminta penjelasan.
"Maaf Tuan, Non Elina nangis minta kesini mencari Mamanya," ucap pengasuhnya dengan menunduk tak berani menatap Rey.
"Elin. Apa Elin yakin kalau Mama akan kesini lagi?"
Anak itu hanya menganggukkan kepalanya dengan percaya diri.
"Baiklah kalo kamu yakin. Elina boleh menunggu Mama setiap hari disini tapi hanya sebentar saja setelah itu pulang."
"Benar Pa?" Teriak anak itu dengan nada riang.
"Iya sayang."
Rey dan Aldo meninggalkan tempat itu setelah berpesan pada pengasuhnya agar menjaga putrinya dan segera pulang.
Rey kembali ke kantornya dan melanjutkan pekerjaan yang tertunda saat dia menemani putri kesayangannya selama satu Minggu ini.
Rey menghubungi asistennya dan meminta mengirim orang untuk selalu mengawasi putrinya selama dia berada di luar rumah dan melaporkan semua hasilnya.
"Awasi setiap orang yang mendekati dan berbicara dengan Putriku bila ada yang mencurigakan cari tau dan selalu ikuti perkembangannya!"
"Baik Tuan."
Ya Tuhan apa yang harus aku lakukan. sama sekali tak ada tanda - tanda atau ciri - ciri wanita itu untuk aku menemukannya.
Susan sedari tadi selalu melirik ponselnya dengan penuh kegelisahan.
Kenapa tak ada kabar sih. Sesibuk itukah kamu Riko hingga tak sempat membalas chatku?
"Lo kenapa San?"
"Sudah dua hari Riko ga ngasih kabar sama sekali Mel."
"Mungkin dia sibuk."
"Entahlah."
"Apa kamu tidak curiga San Riko bakal berkhianat?"
"Aku kenal dia dari kuliah, ga mungkin dia selingkuh."
"Eh gimana kabar gadis kecil itu ya San?."
Tiba - tiba Mela mengingatkannya akan gadis kecil yang mereka temui di mall S.
Elina., kenapa aku tiba - tiba rindu anak itu.
Bagaimana kabarnya?
"hey!" Panggil Mela menyadarkan Susan yang sedang bengong.
"Tiba - tiba aku kangen Mel sama anak itu."
"Bagaimana kalo siang ini kita ke mall S lagi? siapa tau dia ada disana."
"Hari ini aku ada janji sama Bos."
"Jangan bilang lo suka sama Pak Aldo?"
"Gila lo! Gw tau posisi gw."
Susan mencoba meyakinkan sahabatnya itu kalo antara dia dan Aldo hanya sebatas atasan dan bawahan dan tidak lebih.
"Ok, gw percaya sama lo asal lo jangan terbawa perasan."
Disebuah restauran ternama Aldo dan Susan sudah memesan makan siang hari ini.
Memang mereka sesekali makan siang bersama diluar kantor hanya untuk sekedar berbincang - bincang.
"Kapan kamu main ke rumah lagi San? Ana selalu menanyakan."
"Entahlah, kalo sudah dirumah aku males mau kemana - mana."
"Bagaimana kalo Minggu besok?"
"Baiklah besok aku usahakan."
"Kamu datanglah sendiri tidak usah dengan Riko. Kalo perlu biar aku jemput saja."
Susan hanya membalas dengan senyuman dia merasa ada yang Aldo sembunyikan tentang Riko.
"Apa kamu menyembunyikan sesuatu tentang Riko?" Tanyanya curiga
"Tidak."
"Aku hanya tidak suka kamu dekat dengan dia," lanjutnya
"Apa alasannya? Menurutku di baik. Kami mengenal sejak kuliah."
"Semoga begitu," jawab Aldo tanpa melihatnya.
Tapi entahlah akhir - akhir ini aku merasa aneh dengan sikap Riko.
Jam sudah menunjukan pukul 13.00 WIB yang artinya waktu istirahat sudah habis dan mereka berdua pun berjalan pulang.
Saat keluar dari restauran tanpa sengaja Aldo melihat Elina dan pengasuhnya masih setia menunggu wanita yang mereka cari.
"San, kamu tunggu di mobil ya! Aku ada perlu sebentar."
Susan hanya menjawab dengan anggukan saja sambil berlalu meninggalkan Aldo.
Aldo berjalan menghampiri Elina yang nampak lelah.
"Halo Elina sayang," siapanya pada gadis kecil itu
"Halo Om. Om kesini lagi?"
"Elina belum pulang?"
"Elin masih nunggu Mama Om."
"Bagaimana kalo Elin hari ini pulang dulu?Besok baru kesini lagi"
"Ga mau."
"Gini aja. Besok Om temenin Elin nunggu Mama disini tapi sekarang Elin pulang sama Bibik," bujuk Aldo
Aldo mengeluarkan semua jurus untuk membujuk gadis kecil itu agar mau pulang karna dia kasihan melihat anak itu nampak lelah.
Dan akhirnya gadis itu pun mau pulang dengan syarat besok Aldo harus menemaninya menunggu wanita yang dia panggil mama.
Aldo pun berjalan menuju parkiran dan kembali ke kantor.
Sementara di kantor Rey sibuk menelpon satu nomor yang dari tadi tidak ada jawaban.
"Kemana orang - orang ini?!" Amarahnya mulai naik
"Dino, apa yang kamu dapat hari ini?"
"Maaf, Elina barusan pulang setelah dibujuk oleh Aldo."
Aldo, apa dia kembali lagi ke sana?
Siapa sebenarnya wanita itu?
Mengapa putriku sampai begitu menginginkannya?
Apakah dia benar - benar mirip dengan Susi?
Keesokan harinya sesuai dengan janjinya Aldo menemani gadis kecil itu menunggu di mall S tempat mereka bertemu dengan wanita itu.
"Sayang, apakah kamu tidak lelah?"
"Tidak Om. Elin mau ketemu Mama."
"Apakah Mamamu itu wanita yang cantik dan baik?"
"Mama baik Om, Mama juga cantik."
Setelah hampir dua jam mereka menunggu tanpa membuahkan hasil juga Aldo mengajak anak itu untuk makan ayam goreng kesukaan Elina.
Di sisi lain nampak dua wanita sedang mencari - cari sesuatu.
"Sepertinya dia tidak ada di sini."
"Entahlah. Tapi aku merasa anak itu sedang ada di sini dan mencari ku."
"Mungkin hanya perasaanmu saja."
"Mungkin."
Elina, kamu kemana sayang? Mama kangen sama kamu.
"Bagaimana kalo kita beli ayam goreng? Aku lapar sekali," ajak Mela
"Ayok tapi dibungkus saja ya, kita makan di kantor saja karna sebentar lagi akan ada tamu dari perusahaan DJ Company."
Mereka pun membawanya ke kantor dan bermaksud hendak langsung memakannya tapi waktu yang mendesak dan mengharuskan Susan menunda untuk makan karna tamu yang dimaksud sudah datang.
Di ruangan Aldo gadis kecil itu tidur dengan nyenyak di atas sofa dengan didampingi pengasuhnya.
"Tolong jaga dia! Aku ada rapat sebentar. setelah ini aku antar pulang," ucapnya pada pengasuh itu
"Baik Tuan."
Rapat pun dimulai dan hampir menghabiskan waktu 2 jam. Setelah kesepakatan tercapai rapatpun diakhiri dengan tanda tangan kontrak oleh masing - masing perusahaan.
Setelah rapat sesuai dengan janjinya Aldo mengantarkan Elina pulang ke rumahnya.
Sampai rumah mereka disambut oleh Rey.
"Apa sudah ada kemajuan?"
"Mungkin wanita itu hanya sekedar mampir saja ke mall itu."
"Sebaiknya kamu harus mencoba mengenalkan Elin pada wanita lain."
"Dia tidak mudah dekat dengan orang."
"Hari Minggu ajaklah Elin ke rumahku! Ana akan senang melihat dia."
"Akan ku usahakan"
"Terimakasih sudah menemani dia hari ini," lanjut Rey.
Aldo pun berpamitan karna hari memang sudah sore dan dia berjanji pada Ana untuk mengajaknya jalan - jalan sore hari ini.
## semoga senang dengan ceritanya ya..
Hari Sabtu seharusnya adalah hari libur bagi karyawan di perusahaan tempat Susan bekerja.
Tapi tidak dengan Sabtu ini, dia harus melakukan lembur untuk persiapan pembukaan lahan di kota B yang bekerjasama dengan perusahaan DJ Company.
Sebenarnya berkas - berkas dari dia sudah semuanya beres hanya tinggal tanda tangan dari pimpinan DJ Company karena pada Rapat terakhir mereka hanya mengirim utusan jadi mau tidak mau dia harus lembur dan berencana ke perusahaan tersebut untuk minta tandatangan.
"Apakah berkasnya sudah kau siapkan San?" tanya Aldo
"Sudah Pak."
"Kita berangkat jam 9 saja setelah mendapat tandatangan kau boleh pulang dan istirahat."
"O ya jangan lupa besok datang ke rumah, kalo kamu tidak datang Ana pasti ngomel panjang lebar."
"Tenang saja aku pasti datang, kebetulan besok tidak ada acara."
"Apa tidak kencan dengan pacarmu?"
Susan saja tersenyum kecut mendengar pertanyaan dari Aldo.
Entahlah sudah beberapa Minggu ini Riko selalu saja sibuk dan lembur, keluar kota.
"Hey..! Malah melamun, kita sudah sampai."
Aldo menyadarkan lamunannya.
"Jangan terlalu dipikirkan kalo kamu tidak bisa berkencan dengannya kamu boleh berkencan denganku." Goda Aldo disamping telinganya sedikit berbisik.
"Kamu gila!" ucanya sambil mengarahkan tinjunya tepat di lengan Aldo lalu membuka pintu mobil dan turun karena memang sudah sampai di perusahaan DJ Company.
Aldo yang mendapat perlakuan itu hanya tertawa geli melihat tingkahnya.
Lalu menyusul turun dan berjalan masuk.
"Yakin tidak mau kencan denganku?" Aldo masih saja menggoda sembari berjalan
"Berani ngomong lagi aku rekam ya!" ancamnya
"Bagaimana kalo dengan Presdir DJ Company saja?"
"Stop! Aku tidak mau. Aku dengar dia duda beranak satu, pasti sudah bapak - bapak dengan perut buncit, berkumis. Hiii...."
Susan bergidik membayangkan orang seperti itu.
Aldo hanya terkekeh melihat tingkah wanita disampingnya.
Kamu selalu bisa buat aku tertawa, kamu lucu. Tidak akan kubiarkan laki - laki itu menyakitimu, Aldo berjanji dalam hati.
"Permisi Mbak, bisa kami bertemu dengan Pak Rey?" sapa Susan pada seorang resepsionis yang cantik
"Apakah sudah membuat janji Nona?"
"Sudah. Bilang saja Aldo yang datang!" jawab Aldo
"Oh Tuan Aldo, silahkan masuk Tuan," jawab resepsionis itu sambil membungkuk memberi hormat.
Siapa yang tidak mengenal Aldo? Ya mereka yang ada di perusahaan itu mengenal siapa Aldo, bahkan mereka pun tidak akan berani membantah apa yang diperintahkan ya meski dia bukan pemilik perusahaan itu.
"Ada apa dengan mereka? Sepertinya mereka sangat menghormatimu."
"Namanya juga orang ganteng siapa saja pasti mengenalku apalagi para wanita pasti tunduk padaku," sambil tersenyum bangga
"Sombong! Tidak semua wanita melihat ketampanan," bela Susan sambil mencibir kearah bosnya itu
"Hanya kamu wanita satu - satunya yang menolak ajakan kencanku." Aldo melirihkan suaranya disamping telinga Susan karna mereka sudah didepan pintu ruangan Rey.
"Sudahlah kamu sendiri saja yang masuk tiba - tiba perutku sakit mendengarmu!"
Susan menyerahkan berkas yang dia bawa kepada Aldo dan berjalan mencari kamar mandi. Aldo sendiri hanya tersenyum melihatnya pergi.
Tok tok tok
"Masuk."
"Selamat pagi Tuan Rey," sapa Aldo pada Rey yang sibuk dengan laptopnya
"Jangan basa - basi, mana berkasnya?"
"Sabarlah jangan terlalu buru - buru nanti cepat tua dan buncit," goda Aldo
"Enak aja lo bilang gw tua dan buncit."
"Katanya sama Sekertaris lo, mana dia? " lanjutnya sembari mengedarkan pandangan mencari seseorang.
"Ke toilet, dia ga mau gw jodohin sama lo.
Dia bilang lo bapak - bapak duda tua, berkumis dan buncit."
"Wah gila lo." Ucap Rey sambil melemparkan bulpoin kearah Aldo.
"Bagaimana kabar Putrimu?"
"Baik. Tapi masih saja setiap hari dia menunggu wanita itu."
"Aku yakin pasti wanita itu istimewa sampai - sampai Putrimu merindukannya."
"Aku harap seperti itu."
Sudah hampir satu jam mereka berbincang dan Susan tidak juga menyusulnya ke dalam.
Aldo paham dengan sekretarisnya itu pasti tidak akan mau masuk dan ketemu dengan Rey yang dia pikir adalah duda tua dengan perut buncit.
"Sudahlah aku mau pulang sudah siang," ucap Aldo melihat jam.
"Sekertarismu?"
"Dia pasti menunggu di luar."
"Sekertaris yang aneh membiarkan bosnya kerja sendiri. Kalo aku bosnya sudah aku pecat dia"
"Kamu belum mengenalnya, kalo sudah kenal jatuh cinta lo."
"Sehebat itu kah dia? Jangan bilang lo jatuh cinta juga sama dia," Rey menatap Aldo curiga
"Mungkin," jawab Aldo santai sambil berlalu pergi meninggalkan Rey.
Dasar buaya, gumam Rey sendirian.
Di luar tampak Susan sedang asyik berbincang dengan seorang resepsionis, mereka asyik ngobrol hingga tidak menyadari kedatangan Aldo yang sudah setara di belakangnya.
"Sudah selesai ngobrolnya?"
"Tuan Aldo" sapa resepsionis itu sambil membungkuk.
"Kita pulang sekarang Pak?"
"Besok," jawab Aldo singkat lalu berjalan pergi.
Susan berpamitan dengan teman ngobrolnya dan menyusul Aldo menyeimbangkan langkahnya tepat di sampingnya.
Mereka memasuki mobil dan pulang menuju perusahaan.
"Jangan marah cepet tua!" Ucap Susan membuka pembicaraan karna dari tadi Aldo hanya diam saja.
"Tapi gw ga berkumis dan buncit, masih ganteng."
"Untung hanya ada satu orang yang seperti ini," gumamnya lirih
Setelah selesai semua pekerjaan Susan tidak langsung pulang ke rumah karna hari ini dia akan bertemu dengan Riko ditempat biasa mereka berkencan.
"Hey..." Sapanya pada lelaki yang duduk disebuah meja di sebuah cafe kecil.
"Bagaimana kabarmu sayang?"
"Aku baik."
"Maaf ya akhir - akhir ini aku sibuk," ucapnya sambil menggenggam tangan wanita didepannya dengan lembut.
Susan membalas dengan senyuman dia harus berusaha untuk memaklumi keadaan.
"Nanti setelah semua beres aku janji akan segera melamarmu dan kita akan segera menikah."
"Terimakasih ya aku akan menunggumu."
Ada kebahagian diantara dua sejoli di hari itu.
"Bagaimana kalo kita jalan - jalan hari ini?"
"Kemana?"
"Terserah kamu, bagaimana kalo kita ke taman saja sambil malam mingguan?"
Malam itu mereka melewatkan malam yang penuh dengan kebahagian layaknya sepasang kekasih.
Taman yang dihiasi lampu menambah keromantisan pasangan itu.
Di kediaman Aldo pagi itu menjadi pagi yang sibuk karna hari ini mereka mengundang sahabat mereka untuk makan siang di rumah mereka.
Tidak ada acara khusus hanya ingin menjalin silahturahmi dan mempererat persaudaraan saja.
"Biarkan bibi saja yang mengerjakan sayang," ucap Aldo sambil memeluk Ana dari belakang
"Aku hanya membantu sedikit."
"Aku tidak mau kamu lelah dan lihat tanganmu yang halus ini jangan sampai terluka." Aldo meraih tangan istrinya dan menciumnya dengan lembut.
"Sudah sana Jangan menggangguku malu dilihat bibi dan yang lain!"
"Biarkan saja kamu itu istriku jadi terserah aku."
Aldo semakin mengeratkan pelukannya dan mencium pipi sang istri.
Para pembantu yang melihat kejadian itu hanya tersenyum menyaksikan kelakuan tuannya itu.
Mereka bersyukur mendapatkan tuan dan nyonya yang baik dan selalu menunjukan keharmonisan.
Pernikahan mereka bisa dibilang masih muda karna baru berumur satu tahun dan saat ini Ana sedang hamil lima bulan.
Tapi kehamilan Ana tidak rewel dan dia menikmati kehamilannya apalagi dengan dukungan keluarga dan suami yang selalu ada di sisinya membuat Ana merasakan kebahagian yang sepenuhnya.
Begitupun dengan Aldo, dia merasa sangat beruntung karena sudah mendapatkan Ana sebagai seorang istri dan dia sangat mencintai istrinya itu.
Apapun akan dia lakukan demi kebahagian istri dan keluarganya kelak.
Mobil Rey sudah terparkir rapi di depan rumah Aldo. Rey turun dengan menggendong putrinya yang tertidur pulas.
"Kalian sudah datang, masuklah!" sambut Aldo yang sudah menunggu mereka.
"Hay Ana apa kabar?" sapa Rey yang melihat Ana keluar.
"Kabar baik. Tidurkan Putrimu di kamar tamu biar dia beristirahat."
Rey membawa putrinya ke kamar yang ditunjukkan Ana dan membaringkannya.
"Bik tolong jaga Elina dan kamu istirahatlah juga," pintanya pada pengasuh putrinya.
Rey kembali menemui Aldo dan Ana diruang keluarga.
Tidak lama terdengar suara pintu diketuk dan muncul Susan didepan mereka.
"Susan..." Ana menyambutnya dengan pelukan hangat begitupun sebaliknya.
"Apa kabar Mbak?"
"Baik. Kamu apa kabar?"
"Lama sekali ga ketemu kamu ya, makin cantik," lanjut Ana.
"Mbak juga makin cantik. Bagaimana kehamilan mbak Ana?"
"Sehat. Ayo duduk," ajak Ana.
Ana dan Susan memang saling kenal mereka adalah rekan kerja sebelum Ana menikah dengan Aldo.
Ana dulunya adalah sekertaris Aldo. Setelah mereka menikah Susanlah yang menggantikan Ana menjadi sekertaris Aldo.
Selama tiga bulan Ana menjadi pembimbing Susan makanya tidak heran kalo mereka bisa berteman dengan baik. Setelah dirasa Susan sudah bisa dilepas sendiri Ana keluar dari perusahaan dan fokus dibutik miliknya dan menjadi ibu rumah tangga.
"San kenalkan ini Rey. Rey kenalkan ini Susan," ucap Aldo mengenalkan mereka.
Rey mengulurkan tangan dan disambut oleh Susan sembari tersenyum.
"Rey."
"Susan."
Rey menatap Susan dengan tatapan yang sulit diartikan tanpa melepas tangan mereka.
"Rey, berkediplah dan lepaskan tanganmu!"
Aldo mencoba mencairkan suasana dan menyadarkan Rey agar melepaskan tangannya.
"Maaf."
"Mari kita makan mumpung masih hangat,"
ajak Ana
Mereka berempat menikmati masakan yang dihidangkan sambil sesekali berbincang.
Aldo dan Ana merasa senang karena dapat memberikan yang terbaik bagi mereka.
Berbeda dengan Susan, dia merasa sedikit gugup dan risih dengan tingkah Rey yang selalu menatapnya.
"Rey, apakah kamu sudah menemukan wanita itu?"
"Sudah," jawab Rey sembari menatap Susan
"Serius Rey?, kapan kau bertemu dengannya?" Aldo merasa senang dengan jawaban Rey.
"Hari ini," jawab Rey tanpa mengalihkan pandangannya dari Susan.
"Apakah wanita itu cantik?"
"Cantik sekali."
Uhuk - uhuk! Susan seketika merasa tersedak.
"Susan kamu tak apa - apa?" ucap Ana panik melihat sahabatnya tersedak.
"Tidak. Aku tidak apa - apa. Maaf," sembari minum air putih dari gelas yang di sodorkan oleh Ana.
Selesai makan dan berbincang - bincang Susan berpamitan.
"Biar aku antar!" Ucap Rey spontan membuat mata Aldo melotot tak percaya.
"Kamu yakin Rey?"
"Terimakasih tapi tidak perlu, aku bisa naik taksi," Susan menolaknya.
"Tenanglah aku tidak akan memakanmu, aku akan mengantarmu sampai rumah."
"Tapi..."
"Tidak apa - apa San biarkan Rey mengantarmu!" ucap Aldo.
"Kalo dia macam - macam biar aku yang urus," lanjutnya.
Dengan terpaksa Susan mengikuti permintaan Aldo dan membiarkan Rey mengantarnya sampai rumah.
Selama perjalanan tak ada percakapan yang terjadi hanya sebuah keheningan dan kekakuan antara mereka berdua.
"Terimakasih Tuan sudah bersedia mengantarku."
"Aku bukan Yuanmu jadi jangan panggil aku tuan!"
"Terimakasih Pak."
"Sejak kapan aku jadi Bapakmu?"
"Baiklah terserah kamu saja!" Susan mulai kesal dengan sikap Rey.
Rey hanya tersenyum melihat kekesalan lawan bicaranya itu.
Saat Susan hendak turun dari mobil tiba - tiba Rey meraih tangannya
"Terimakasih untuk hari ini," ucapnya lembut
Susan menarik tangannya sambil tersenyum dan meninggalkan Rey.
Terimakasih untuk hari ini. Apa maksudnya?
harusnya aku yang berterimakasih karena sudah diantar pulang. Ah dasar manusia aneh.
Flashback on
Rey sudah siap untuk berangkat ke rumah Aldo bersama dengan Elina putrinya dan pengasuhnya.
Rey sengaja berangkat lebih awal karna Elina merengek untuk mampir ke mall S dan berharap bisa bertemu dengan wanita yang dicarinya dan dipanggilnya mama.
Setibanya di mall Rey sengaja tidak bergabung dengan putri dan pengasuhnya dia memilih mengawasinya dari kejauhan.
Sekilas Rey melihat putrinya berlari menuju seorang wanita dan memanggilnya mama.
Spontan mata Rey tertuju pada wanita tersebut dan mulai mendekatkan diri agar dapat melihat dengan jelas wanita tersebut.
"Mama..."
Teriakan gadis kecil itu sontak menarik perhatian pengunjung mall terlebih Susan.
"Elina..."
Wanita itu berlari mendekati gadis kecil itu lalu dengan lembut memeluknya dan menciuminya.
"Mama, Elin kangen Mama," tangisnya.
"Mama juga kangen sama Elin."
"Mama jangan pergi lagi."
Pengasuh yang menyaksikan kejadian itu menangis menahan haru begitupun dengan Rey yang sedari tadi menyaksikan mereka berdua tanpa dia sadari meneteskan air mata.
Baru kali ini dia merasakan bahwa putrinya menemukan sosok seorang ibu yang dia rindukan selama ini.
Papa janji sayang papa akan membuatmu bahagia papa akan membuat wanita yang kmu panggil mama kelak menjadi mamamu sungguhan, gumamnya dalam hati.
Rey sengaja membiarkan putrinya bermain dan menghabiskan waktu bersama wanita itu.
Hingga dia memutuskan untuk menghubungi pengasuhnya lewat telepon selulernya untuk mengajak Elina pulang.
"Non Elina kita pulang yuk sudah ditunggu papa," bujuk pengasuh itu
"Ga mau! Aku mau sama Mama."
"Elin. Sekarang Elin pulang dulu ya! besok khan kita bisa ketemu lagi kebetulan hari ini mama juga harus pergi kerumah temen mama."
"Elin mau ikut Mama." Gadis kecil itu mulai menangis karna tidak mau disuruh pulang.
"Gini aja. Mama kasih nomor Hp Mama ke Bibik biar nanti kalo Elin kangen Mama, Elin bisa telpon Mama dan kita bisa ketemu, gimana?" Susan berusaha membujuknya.
"Bener ya Ma."
"Iya sayang," ucapnya sambil memeluk gadis kecil itu dan menciumnya dengan lembut.
Rey yang menyaksikannya tersenyum bahagia meski Rey belum mengenal wanita itu tapi dia merasa bahwa wanita itu baik dan pantas menjadi mama bagi putrinya.
Dan dia berjalan meninggalkan tempat itu setelah memastikan bahwa putrinya setuju untuk pulang dan berpisah dengan wanita tersebut.
Rey menunggu mereka di mobil setelah mereka kembali dan berada di dalam Rey melajukan mobilnya menuju rumah Aldo.
Selama perjalanan Rey selalu mengembangkan senyum di bibirnya.
Flashback off
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!