NovelToon NovelToon

Kisah Cinta Elsa

Bab 1

flashback On

Pov Elsa

Perkenalkan namaku Elsa, Elsa Purnama. Mengapa nama lengkap ku purnama? Kata Mama aku lahir di malam bulan purnama yang sangat terang. Sebenarnya aku merasa agak-agak horor sih, Tapi tak apalah aku sangat bersyukur karena Mama sudah memberikan nama yang cantik untukku.

Oh ya, Hari ini adalah hari pertama ku memasuki bangku SMA itu sangat menyenangkan bagiku. Disaat MOS aku berkenalan dengan seseorang yang satu tim dengan ku, Namanya Yura Deliana. Yura gadis yang sangat cantik, Menurut ku parasnya mirip dengan gadis Rusia tapi katanya dia tidak ada keturunan Rusia. Padahal aku pikir pertama kali melihatnya dia adalah blasteran.

Aku dan Yura mudah sekali akrab mungkin karena pikiran kami sejalan, Dia bukan orang yang bertele-tele dan selalu apa adanya. Dia akan bilang suka kalau suka dan sebaliknya.

Hidup ku benar-benar bahagia, Aku berharap kebahagiaan ini akan bertahan selamanya. Aku punya Mama yang sangat lembut dan perhatian sedangkan Papa walaupun tidak bisa mengungkapkan perhatiannya melalui kata-kata tapi selalu mengabulkan permintaan ku dengan uang.

Tapi nyatanya harapan tak selalu sesuai dengan kenyataan, Mama yang sangat aku sayangi harus pergi dengan cepat karena penyakit asam lambung yang dideritanya. Aku sangat terpukul, Saat itu aku merasa Tuhan tak adil pada ku.

Papa ku menangis sejadi-jadinya di rumah sakit saat dokter mengatakan Mama sudah berpulang, Sedangkan aku mulut rasanya kaku tak mampu satu patah katapun yang bisa ku ucapkan. Hanya air mata yang berderai mewakili perasaan ku yang tak kalah hancur. Papa memeluk ku dan terus menangis, Bahkan kurasakan pucuk kepala ku basah karena air matanya.

Aku merasa kematian Mama sangatlah tidak wajar, Mama hanya dirawat selama 2 hari. Menjelang kematiannya mama memuntahkan darah yang segar, Apakah penyakit asam lambung memang seperti itu? Rasanya itu sangat janggal bagi ku.

Sahabat ku Yura juga tidak percaya dengan keadaan Mama ku yang sebelumnya tidak memiliki riwayat penyakit kronis harus meninggal secepat itu.

Sampai Mama dimakamkan Aku masih saja lebih banyak diam, Hanya Yura yang menjadi teman setia ku dan berusaha menghibur ku. Selama seminggu aku ijin tidak sekolah, Selama itu juga Yura sepulang sekolah setiap harinya datang ke rumah ku yang diantar kak Hans.

Aku sangat bersyukur karena masih ada yang mempedulikan ku seperti Yura dan keluarganya, Sedangkan Papa ku hanya 2 Hari di rumah menemani ku setelahnya dia sudah bekerja seperti biasanya. Sebenarnya aku keberatan dengan tindakan Papa, Tapi aku hanya diam membisu. Setelah itu aku seperti mempunyai 2 dunia, Kalau di sekolah hari-hari ku lumayan menyenangkan karena aku memiliki banyak teman. Kalau di rumah? Aku bagaikan anak yang terbuang, Papa sibuk dengan segala urusannya bahkan hampir berminggu-minggu kami tidak bicara. Papa berangkat bekerja pagi-pagi sekali sebelum aku bangun, Dan pulang di tengah malam saat aku sudah tidur. Sungguh sangat miris menurut ku, Ya.. Memang begitulah Papa selama ini. Selama ini aku tak pernah protes, Mungkin karena masih ada Mama. Tapi sekarang tidakkah dia sadar kalau aku membutuhkan kasih sayang dan perhatiannya? Apakah dia tidak kasihan melihat ku yang kehilangan ibu di usia yang masih sangat muda.

Bisa dikatakan di usiaku yang masih remaja masih sangat labil dalam berfikir.

Aku berangkat ke sekolah diantar jemput oleh supirnya Papa, Hidup ku benar-benar hampa saat ini. Untung masih ada Yura yang selalu mencoba membangkitkan semangat ku. Kalau tidak entah apa yang sudah terjadi kepada ku. Tante Ira juga tak kalah baik memperlakukan ku, Beberapa kali dia menitipkan bekal makanan pada Yura khusus untuk ku. Sungguh aku sangat terharu akan hal itu, Ketika Mama masih hidup tak pernah absen Mama membuatkan bekal makan siang untuk ku. Tante Ira juga sering mengingatkan kalau aku bisa menganggapnya sebagai pengganti Mama ku, Aku tahu niatnya baik agar aku tak terus-menerus larut dalam kesedihan. tapi tetap saja kalau di rumah tak ada bedanya aku bagaikan anak yatim-piatu.

Hari ini adalah hari kenaikan kelas, Guru mengumumkan supaya raport diambil oleh orang tua. Aku mencoba beberapa kali menghubungi Papa, Tetapi panggilan ku tak kunjung diangkat. Jadi aku memutuskan untuk pergi ke kantornya untuk memberitahukan langsung. Karena dalam pikiran ku Papa pasti sangat sibuk sampai tak punya waktu untuk menerima panggilan ku.

Sepulang sekolah aku meminta supir untuk mengantarkan ku ke kantor Papa, Begitu sampai aku langsung menuju ke ruangannya.

Kulihat pintu tak tertutup rapat, Jadi aku langsung masuk saja. Tapi hal yang seharusnya tak kutahu dan tak ingin ku lihat terpampang di depan mata ku.

Kulihat seorang wanita berambut pendek duduk di pangkuan papa sambil melingkarkan tangannya di leher Papa, Aku bukan gadis bodoh yang tak bisa menangkap arti tingkah mereka. Sungguh perasaan jijik langsung hinggap di hati ku. Kematian Mama baru 3 bulan lalu, Apakah memang pria sebrengsek itu??

Dan mereka masih saja belum menyadari kehadiran ku.

Aku diam mematung aku terlalu terkejut hingga otak ku tak tahu harus memerintahkan apa untuk tubuh ku. Aku menyaksikan wanita itu mencium bibir Papa dengan penuh nafsu, lebih jijiknya lagi Papa ku sama sekali tak menolak. Dasar brengsek! Tangan ku sudah terkepal bersiap untuk meninju wajahnya! Jadi ini yang dilakukannya sehingga tidak menjawab panggilan ku? Dasar laki-laki brengsek! Aku ingin sekali memakinya tapi mulut ku malah terkunci rapat.

Cukup lama mereka berciuman dan saling meraba, saat mereka ingin melanjutkan ke jenjang selanjutnya Papa mengangkat tubuh wanita itu ingin membawa wanita itu ke ruangan istirahat yang masih satu ruangan dengan ruang kerjanya.

Mereka menoleh ke arah pintu untuk memastikan pintu sudah terkunci rapat atau belum.

"El-elsa? Sejak kapan kamu disitu?"

Kedua manusia itu terkejut luar biasa, Sehingga tanpa sadar Papa melepaskan tangannya sehingga wanita itu terjatuh ke lantai.

"Aduh, Sakit mas!"

Cih aku jijik sekali mendengar suara wanita itu, Ingin sekali aku merobek mulutnya. Sedangkan Papa wajahnya tampak ketakutan seakan melihatku seperti melihat hantu.

"Elsa, Ayo duduk nak? Apa kamu ingin sesuatu? Sebentar, Papa akan transfer ke rekening mu Sekarang ya sayang." Papa mencari-cari ponselnya sedangkan aku masih bungkam dan tak bergeser sedikitpun dari tempat ku berdiri semula.

Setelah mendapatkan ponselnya Papa langsung mengirimkan uang ke rekening ku, Cih!! apakah dia pikir aku kemari ingin meminta uang? Papa kembali menghampiri ku karena aku sama sekali tak menjawab pertanyaannya.

"Elsa Ada apa nak?"

"Besok raport dibagikan, Kata guru orang tua yang mengambil." jawabku datar.

"Tapi besok Papa harus ke luar kota sayang!"

Apakah ini bisa ku terima? tentu saja tidak, Hati ku sangat sakit. Sedih, Amarah, bersatu menjadi satu. Sedangkan wanita tadi bukanya tahu diri, Malahan masih bertahan di ruangan Papa.

"Lalu siapa yang akan mengambil?" Aku masih saja mencoba menahan emosi ku.

"Apa tidak bisa diwakilkan? Bagaimana kalau Didi saja yang ambil?" Didi adalah supir yang mengantar jemput kan aku ke sekolah.

"Kalau Papa tidak bisa sebaiknya tidak usah, Kirimkan saja surat keterangan kalau aku anak yatim-piatu ke sekolah." Entah keberanian dari mana aku mampu mengucapkan kata-kata itu, Aku pikir Papa akan marah mendengar ucapan ku tapi Dia hanya diam menatapku dengan perasaan sedih. Mungkin dia merasa bersalah dengan apa yang dilakukannya barusan di depan mata ku.

Papa tak lagi menjawab, Aku pergi begitu saja tanpa pamit. Saat belum terlalu jauh aku sempat mendengar suara papa yang terdengar sangat frustasi berbicara pada wanita itu. Entah apa yang mereka bicarakan aku benar-benar tidak peduli.

Hati ku terlalu sakit untuk menerima kenyataan ini, Aku tahu papa punya kebutuhan biologis. Tapi haruskah secepat itu?? Apakah selama ini dia sama sekali tak mengingat Mama yang sudah bertahun-tahun menjadi istrinya??

Bersambung 💞💞💞💞💞💞

Cerita ini saling berkaitan dengan novel I love you, Queen Halu ya. Disini akan menceritakan tentang kisah Elsa, Dan segudang rahasia yang dimilikinya.

Bab 2

Air mata yang sejak tadi ku tahan akhirnya jatuh juga, Mengapa hati ku sakit melihat Papa bercumbu dengan wanita lain.

Apakah aku terlalu berlebihan? Atau hanya sekedar rasa tak rela karena Mama baru saja tiada.

Di dalam mobil aku masih saja menangis membuat Didi heran melihat ku, Didi seorang mahasiswa yang bekerja sambil kuliah.

Kuliah yang diambilnya masuk siang, Sehingga tak menggangu aktifitasnya menyopiri ku.

"Neng Elsa kenapa?" Tanya Didi sambil terus mengemudikan mobil.

"Aku tidak apa-apa." jawab ku pelan tapi Didi masih mampu mendengarnya.

"Kalo neng punya masalah tak apa kalau neng mau cerita, Saya akan mendengarkan neng."

Aku hanya diam dan masih saja terisak tak mungkin aku menceritakan yang sebenarnya pada Didi tentang hal memalukan yang dilakukan Papa ku.

Apa yang akan aku ceritakan padanya, Haruskah aku katakan aku marah melihat Papa ku bercumbu dengan wanita yang tak ku kenal. itu sangat memalukan untuk di ceritakan.

Didi tak lagi bersuara Sepertinya dia paham bahwa aku tak ingin bercerita padanya. Lagipula aku sangat benci di kasihiani, Aku tak ingin dipandang lemah oleh siapapun.

Otak ku kembali berpikir siapa yang akan datang mengambil raport ku, Kalau saja aku satu kelas dengan Yura mungkin aku bisa meminta tolong pada Tante Ira untuk mengambil raport ku sekalian. Tapi sayangnya kelas kami berbeda.

Tiba-tiba saja aku teringat kak Hans, Apa aku minta tolong saja pada pria itu. apa tidak akan merepotkannya? Sebaiknya kutanya saja pada Yura. Ku keluarkan ponsel ku untuk mengirimkan pesan padanya.

Tapi mata ku malah fokus ke notifikasi bukti transfer dari rekening Papa yang mentransfer uang senilai 10 juta. Aku tersenyum miris, Apakah aku termasuk anak yang tergila-gila akan uang selama ini? Mengapa setitik perasaan tak Sudi menerima timbul di hati ku.

Aku tak lagi peduli pada notifikasi itu, Aku langsung membuka aplikasi WhatsApp dan mencari kontak Yura. Seharusnya dia juga sudah sampai di rumahnya sekarang.

[Ra?] Tidak butuh waktu lama Yura langsung membalas pesan ku.

[What?]

[Lo udah nyampe rumah?] Aku ingin memastikan Kak Hans di rumah saat ini atau tidak.

[Gue baru selesai mandi, Ada apa emangnya? eh.. ngomong-ngomong Lo lagi dimana sekarang?]

[Gue lagi di jalan, Nih Udah mau nyampe rumah]

[Emangnya Lo darimana?]

[Habis dari kantornya papa]

[Oh, Trus ada apa Lo chat gue? Jangan bilang Lo kangen.]

[Amit-amit, Gue mau minta tolong nih.] Balas ku lagi.

[Minta tolong apaan?]

[Kak Hans di rumah gak?]

[Ada apa Lo nyariin kakak gue ???]

[Bisa gak dia yang ambil raport gue besok? Tolong Lo tanyakan dong Ra] Aku sangat berharap agar kak Hans bersedia.

[Emangnya Bokap Lo kemana? Kan tadi udah diumumkan kalo orang tua yang ambil]

[Dia sibuk] Tak lupa aku menambahkan emoticon sedih.

[Bentar deh gue tanya ke kamarnya, Soalnya dia juga baru pulang]

[Oke, Makasih ya Ra.]

[Ok Santai aja kali, Tunggu Bentar gue tanya dulu.]

Aku sudah sampai di rumah, Dan aku langsung masuk ke dalam kamar ku. Makan siang sudah tersedia di meja makan tapi aku tak berniat menyentuhnya, Mungkin saja aku masih kenyang karena tadi di sekolah Yura juga membawa bekal untuk ku.

Setelah berganti pakaian aku langsung mengecek ponsel ku rupanya sudah ada pesan yang dikirim Yura.

[Elsa, Kakak gue bersedia ambil raport Lo besok. Lo jangan kepikiran lagi oke?]

Yura saja seakan tahu aku sedang bersedih saat ini meskipun tak melihat ku, Tapi mengapa Papa ku seakan tak peduli.

[Ok Ra, Sekali Lagi thanks ya!]

[Iya sama-sama, Ingat! Kalo Lo butuh bantuan langsung saja hubungi gue. Gue seneng kalo bisa bantuin lo.] Balasnya lagi.

[Iya, Sampai ketemu besok di sekolah.]

[Ok, Bye]

Sekian percakapan singkat ku dengan Yura melalui pesan chat, Rasanya sekarang aku sudah lega karena kak Hans bersedia menolong ku.

Di rumah hanya ada beberapa pelayan yang bekerja, Tak ada satupun diantara mereka yang dekat dengan ku. Mungkin mereka membatasi diri karena aku majikan.

Bayang-bayang Papa bersama wanita itu masih berputar di benak ku, Amarah yang tadinya sudah padam kembali menyala. Sekarang sudah jam 11 malam tapi Papa belum juga pulang, Jangan-jangan dia bersama wanita itu.

Kuraih ponsel diatas nakas, Tak ada pesan sama sekali dari Papa. Apa yang ku harapkan?

"Dia tidak akan meminta maaf atau sekedar bertanya siapa yang akan mengambil raport ku besok. Buanglah jauh-jauh pikiran mu Elsa." Aku berbicara pada diri ku sendiri.

Sampai jam 12 malam Papa belum juga pulang, Apakah setiap malam dia seperti ini? Aku tak pernah tahu Papa pulang jam berapa, Karena setelah mengerjakan tugas sekolah aku Langsung tidur. Tak pernah aku menanyakan kepada pelayan jam berapa Papa pulang, Karena Menurut ku itu tidak penting. Tapi sekarang rasanya aku ingin tahu jam berapa dia pulang setiap malam.

"Sudahlah, Sebaiknya aku tidur saja lagian kak Hans sudah bersedia untuk mengambil raport ku. Aku tak perlu khawatir lagi"

Walaupun tidur cukup larut tak membuat ku bangun kesiangan, Mungkin ini satu anugerah yang patut aku syukuri. Walaupun tidur jam 2 malam karena maraton nonton Drakor tetap saja tepat jam 5 pagi aku sudah melek. Sangat berbeda dengan sahabat ku Yura, Sangat sulit dibangunkan di pagi hari. Bahkan beberapa kali ponselnya hancur karena dibantingnya sendiri karena merasa terganggu dengan alarm yang di stelnya. Sungguh aneh bukan?

Saat aku sudah rapi dengan seragam ku, Aku langsung menuju meja makan untuk sarapan.

Tak ada siapapun Disana, Hanya ada beberapa jenis sarapan yang tampak masih mengepul tanda makanan baru saja siap di sajikan.

Di atas meja ada beberapa menu sarapan diantaranya Bubur ayam, Bubur kacang hijau, nasi goreng lengkap telor ceplok. Ada juga roti tawar dengan beberapa jenis selai dari rasa stroberi, kacang, srikaya, coklat, dan rasa nenas.

Pagi ini aku memilih makan bubur kacang hijau saja karena sudah lama aku tak makan. Sebenarnya aku agak heran mengapa kali ini ada beberapa jenis sarapan, biasanya hanya akan ada roti dan nasi goreng saja. Tapi kali ini jus dan susu coklat dan vanilla juga ada.

Apakah ini Papa yang menyuruh? rasanya tidak mungkin.

Karena teringat Papa aku memanggil seorang pelayan yang kebetulan lewat "Bi, Semalam Papa pulang jam berapa?"

Wanita itu terlihat bingung karena sebelumnya aku tak pernah bertanya demikian.

"Tuan pulang hampir subuh nona, Dan sepertinya tuan langsung pergi. Bibi rasa Tuan hanya berganti pakaian ke rumah."

"Oh! Makasih bik."

"Sama-sama non, Kalau begitu bibi permisi dulu."

Aku hanya menganggukkan kepalaku dan melanjutkan sarapan.

Bersambung 💞💞💞💞💞💞

KCE 3

Aku Telah selesai sarapan dan langsung menyambar tasku untuk pergi ke sekolah, Di depan rumah kulihat sudah ada Didi menunggu.

"Neng tadi malam tuan menghubungi saya. Katanya Saya yang akan mengambil raport neng Elsa." Ucap Didi sambil membukakan pintu untukku.

"Tidak usah, Sudah ada yang ngambil." Jawab ku pelan.

"Kalau saya boleh tau siapa neng?" Didi mulai menyalakan mobil, Dan melaju dengan kecepatan standar menuju ke sekolah.

"Dia kakak sahabat ku." Jawab ku apa adanya.

"Oh, Syukur lah neng. Lagian saya ada keperluan pagi ini ke kampus untuk bertemu dosen."

Aku tak lagi menanggapi ucapannya, Sekarang aku mendengarkan musik melalui headset.

Sekarang pikiran ku tentang Papa semakin negatif saja, Aku berfikir mungkin saja Papa saat ini sedang bersama wanita kemarin. Awalnya aku memaklumi semua sikap Papa karena dia adalah direktur utama yang sudah jelas pekerjaannya tidaklah sedikit. Tapi sekarang aku memiliki pandangan yang lain semenjak aku melihat adegannya bersama wanita itu.

Pikiran ku mulai menerawang jauh, Bagaimana kalau tiba-tiba aku memiliki ibu tiri. Setahu ku tidak ada ibu tiri yang benar-benar tulus menerima anak suaminya, Mungkin diluar sana ada wanita yang menyayangi anak tirinya seperti anak kandungnya. Aku rasa itu Seribu berbanding satu, Bahkan mungkin tidak ada.

Karena asik dengan pikiran ku masing-masing, aku tak menyadari jika mobil yang ditumpangi sudah memasuki gerbang sekolah. Mobil sudah berhenti tetapi aku masih asik melamun, Memikirkan hal yang tak ada ujungnya.

"Neng sudah sampai!" Didi mengagetkan ku dan aku juga melihat pintu mobil sudah di buka.

"Ah, Makasih." Aku keluar dari mobil lalu menyusuri sekolah menuju ke kelas ku.

Dari kejauhan aku melihat Yura melambaikan tangannya kearah ku, Disampingnya kulihat Tante Ira dan juga Kak Hans ada di sana.

Mengapa aku mengharapkan kak Hans yang mendampingi ku kali ini? itu karena saat ini dia hanya menunggu waktu wisuda saja, Jadi aku berfikir mungkin dia tidak terlalu sibuk.

"Elsa sini." Ibu Ira juga memanggil ku dengan antusias, Sungguh pemandangan yang menyenangkan menurut ku.

"Kak Hans terimakasih karena sudah bersedia menolong ku!" Aku menatap Kak Hans dengan tulus, Aku benar-benar tidak menyangka Kak Hans datang dengan stelan jas berwarna hitam. Penampilannya sungguh sangat tampan dan dewasa saat ini.

"Okey, Kamu hanya perlu rajin belajar supaya bisa menjadi orang sukses." Kak Hans mengusap kepala ku dengan lembut, Dan itu sukses membuat ku tersipu. Maklum saat ini usia ku sedang berada di fase malu-malu tapi suka.

"Ok gays, Jadi kita masuk sekarang atau ke kantin dulu?" Suara cempreng Yura kembali membuat ku fokus.

"Bukannya sebentar lagi kalian akan berkumpul di lapangan? Sebaiknya kita di sini saja." Jawab kak Hans.

"Ok deh!" ucap Yura.

Kulihat sejak tadi Tante Ira memperhatikan ku dengan seksama, Apakah ada yang salah dengan penampilan ku?

"Tante ada yang salah dengan penampilan ku?" Tanya ku bingung,

"Tidak, Kamu cantik sekali Tante jadi pengen bawa kamu pulang buat jadi mantu ehehe."

"Ibu apa-apaan sih, Elsa masih 16 tahun." Jawab Yura dengan ekspresi polos.

"Maksud ibu nanti kalau kalian udah gede, Ya kan Hans." Tante Ira melirik Hans untuk meminta jawaban.

"Ibu jangan ngaur, Jangan buat Elsa nanti gak bisa tidur karena mikirin perkataan ibu." Jawab Hans

"Haha Tante bisa saja! Oh ya! Setelah ini kita makan dimana?" Aku mencoba tertawa walaupun kesannya tawa yang dipaksakan hanya untuk mengalihkan pembicaraan.

"Makan di rumah Tante aja ya, Nanti kamu sama Yura temenin Tante belanja ke pasar." Usul Bu Ira, Satu hal yang kutahu tentang Bu Ira dia lebih suka makanan yang diolahnya sendiri, Katanya lebih sehat dan enak. Memang kuakui masakan Tante Ira sangatlah enak, Beda tipis dengan masakan Mama.

"Sekalia-sekali ke restoran dong Bu, Kita kan bisa ketinggalan jaman kalau gak pernah makan di restoran!" Rengek Yura pada ibunya. Padahal aku lebih suka makanan rumahan daripada makan di restoran yang sangat tidak sebanding harga dengan porsi.

"Ra kita makan di rumah aja ya, Gue pengen makan daun singkong tumbuk!"

"Wah, lihat tuh Elsa aja lebih suka makan di rumah. Elsa tenang ya nanti Tante masak daun singkong sama goreng ikan teri Medan kesukaan kamu!"

"Benar ya Tante, Tenang aja kalau nanti Yura gak mau nemenin biar aku aja." jawabku semangat.

"Kamu suka daun singkong tumbuk?" Kali ini Kak Hans bertanya pada ku.

Dengan malu-malu aku menjawab "Iya kak apalagi ditumbuk sama kecombrang sama yang bulat-bulat itu, aku gak tau namanya."

"Itu namanya rimbang!" celetuk Yura

"Ah iya, itulah pokoknya. Aku suka banget aku juga pertama kali makan di rumah kalian waktu itu."

Kak Hans hanya tersenyum melihat ku, mungkin dia merasa lucu dengan selera ku yang terbilang ndeso. Bukannya sombong, Aku sudah bosan dengan makanan restoran karena tak ada satupun yang membuat ku ketagihan.

"Kalo Lo suka nanti Lo bisa belajar masaknya sama Ibu." Ujar Yura.

"Kalo Elsa gak keberatan ibu dengan senang hati mengajari."

"Beneran Bu? sekalian ajari goreng ikan teri juga ya Bu " mataku berbinar-binar seakan mendapatkan rejeki nomplok. padahal mah cuma diajari masak doang.

"Iya Pokoknya Tante bakalan ajari sampe pinter."

"Asyiiik.." Aku bertepuk kegirangan dan kulihat mereka tertawa karena ku.

Setelah pembicaraan seputar Daun singkong tumbuk, tibalah waktunya aku dan Yura untuk berkumpul dengan teman-teman yang lainnya di lapangan untuk mendengarkan ceramah dari Bapak kepala sekolah dan beberapa guru juga. Sekalian mendengarkan pengumuman siapa saja yang mendapat ranking mulai dari kelas 10 sampai kelas 12.

Dan tak ku sangka aku mendapat juara 1 di kelas ku, Dan Yura juga juara 1 di kelasnya. Saat yang paling mendebarkan adalah dimana aku dan Yura menduduki nominasi juara umum kelas 10. Dan ternyata! Yura juara 1 dan aku juara 2 umum. sungguh sangat membanggakan bukan?

Dari kejauhan kulihat Bu Ira mengusap sudut matanya yang berair aku dapat mengartikan kalau ia terharu Sekaligus bangga dengan pencapaian Yura. Mungkin kalau Mama masih ada dia juga akan bangga pada ku, Tiba-tiba hati ku sedih, Apakah Papa juga akan bangga dengan prestasi ku?

Setelah semua juara diumumkan kami dibubarkan dan kembali ke kelas masing-masing, Kak Hans setia menunggu ku, Sedangkan Tante Ira sudah masuk bersama Yura ke kelasnya.

"Selamat ya! Tetap pertahankan prestasi mu." Kak Hans mengulurkan tangannya, Langsung saja ku sambut.

"Terimakasih Kak!"

"Ingat! Mendapatkan juara itu lebih mudah daripada mempertahankannya. Jadi belajarlah yang giat!" Nasehat kak Hans

"Iya Kak, Aku akan berusaha." Jawab ku malu-malu.

"Dimana kelas mu?" Tanya kak Hans.

"Disana." Aku menunjukkan ke kelas ku yang bersebelahan dengan kelas Yura.

"Kalau begitu sebaiknya kita masuk sekarang." Kak Hans berjalan di depan Sedangkan aku mengekor di belakangnya.

Bersambung 💞💞💞💞💞💞

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!