Alyana keisya, gadis dengan senyum indah namun juga dengan sejuta luka. Gadis yang selalu mendapat perlakuan buruk dari ayahnya. Ditampar, dicaci maki, dibandingkan merupakan makanan sehari - hari alya dikeluarga tersebut.
"Papa.. Alya dapat juara satu lomba sains"
"Papa, hari ini alya ulang tahun"
"Papa, alya sakit.."
"Papa. Alya juga pengen disayang"
"Papa, alya dapat juara pertama pararel dikelas"
"Papa.. Maafin alya. Alya udah nyerah untuk bujuk papa biar bisa sayang sama alya."
Segala hal telah dilakukan alya untuk meluluhkan hati kevano. Namun tetap saja hal tersebut tak mengetuk pintu hatinya.
"Saya tidak sudi melihat kamu ada disini. Baguslah kamu pergi dari rumah ini" Kevano menampar pipi alya cukup keras hingga bunyi tamparan tersebut menggema diseluruh penjuru ruangan.
"Jangan dekati saya lagi, saya jijik dengan kamu" Setelah mengatakan hal tersebut kevano melangkah pergi keluar rumah dan meninggalkan alya yang masih terdiam ditempat.
"Papa begitu nggak sayangnya ya ke alya?" Bulir bening menetes membasahi pipi alya yang berwarna agak kemerahan karena bekas tamparan.
"Kalo papa pengen alya pergi, alya akan pergi. Tapi selagi papa belum nyuruh alya buat pergi dari sini, alya nggak akan pergi dari papa" Sedangkan disisi lain ada vania, putri kedua dari kevano dan ardila ibu tiri alya yang begitu kevano sayangi dan banggakan. Vania berada dibalik pintu kamarnya menyeringai menatap kakak tirinya yang tengah dipukul dan dihina oleh ayahnya.
"Nggak akan gue biarin lo disayang sama papa kak, papa itu punya gue. Cuma punya gue!!"
...****...
Alyana adalah gadis yang dikenal dengan senyuman indahnya, tawanya yang begitu menawan. Namun siapa sangka seorang yang memiliki sejuta cara untuk membuat orang lain bahagia justru dirinya lah yang tak pernah bisa bahagia.
"Kalo emang tuhan sejahat itu.. Lo nggak akan pernah ada dihidup gue sa"
"Gue mungkin kuat dijauhin oleh semua orang, tapi jangan lo."
"Semua orang nggak jahat, cuma gue aja yang naif"
"Lo harus bisa hidup tanpa gue. Karena gue nggak akan bisa selalu ada buat lo"
"Nggak ada yang salah. Disini gue lah yang salah"
"Jangan kayak gitu. Semua orang punya keluarga tapi nggak semua orang bisa merasakan sebuah keharmonisan dari keluarga."
...****...
"Kalo tuhan ngasih gue satu permintaan, gue pengen lo balik lagi na"
"Maaf ya belum bisa jadi yang terbaik"
"Gue akan selalu ada buat lo, selalu jagain lo, selalu dengerin cerita dan keluh kesah lo. Tapi gue mohon jangan pergi dari gue na"
"Dibalik senyuman indah lo ternyata juga terdapat sebuah luka yang cukup dalam"
"Maka dari itu gue akan pergi dari lo"
"Cukup.. Gue nggak mau lo balik dihidup gue na"
"Maafin gue.. Gue tau gue salah"
...****...
Pemakaman berjalan dengan lancar, kini semua orang telah kembali. Namun, tidak dengan kaisar yang masih setia berada disamping makam alya.
Rintik hujan menemani kepergian alya sore ini. Ya, alyana keysa telah berpulang ke pangkuan tuhan hari ini. Alyana yang sangat kaisar sayangi kini telah pergi.
"Janji lo mana selama ini? Katanya nggak bakal pergi dari gue"
...****...
"Hai cantiknya kaisar. Aku bawa bunga anyelir warna putih buat kamu" Kaisar meletakan buket bunga tersebut digundukan tanah yang masih basah. Dengan batu nisan bertuliskan nama kekasih yang sangat ia sayangi.
Kaisar Alandra, Orang yang terkenal dingin namun tidak dengan alya. Sifatnya yang sering berubah ubah membuat semua orang disekitarnya menganggap lucu. Ia merupakan kapten basket dari SMA 03 Nusa Bhakti. Ya, dia merupakan anak dari pemilik sekolah tersebut.
...ALYANA KEYSA...
...LAHIR: 13 November 2003...
...WAFAT: 15 April 2021...
Tangannya mengusap pelan batu nisan tersebut.
"Nggak kangen gue apa?" Dengan tangan yang masih mengusap pelan batu nisan alya. Tangan lainnya juga mencabut rumput yang bertengger digundukan tanah tersebut.
"Gue kangen na. Kangen banget sama lo, pengen peluk lo lagi, pengen dengerin cerita lo.. Gue kangen semua tentang lo disini" Ucap kaisar dengan kekehan diakhir kalimatnya, mengingat masa - masa ketika bersama alyana benar benar membuatnya rindu untuk sekarang ini.
...****...
"Na, nggak kangen gue ya? Padahal gue disini mati - matian buat nggak nangis tiap keinget sama lo" Hari ini adalah hari dimana seharusnya mereka berbahagia bersama, namun kali ini berbeda karena alya sudah tak ada disamping kaisar.
"Happy aniv ya na. Gue sayang sama lo. Maaf na gue nggak bisa lama - lama disini soalnya mau hujan nih. See you cantiknya kaisar" Kaisar mencium batu nisan alyana.
...****...
Bughh
"Buta ya mata lo?" Kaisar menatap tajam seorang gadis yang baru saja menabraknya.
"Liat gue anjing. Udah salah kagak minta maaf juga." Kaisar terus saja memarahi gadis yang ada didepannya padahal kaisar tau jika badan dari gadis tersebut sudah bergetar ketakutan. Perlahan namun pasti alya mendongak menatap manik mata kaisar yang berwarna biru langit. Ia kembali menunduk.
"Dih, minggir lo. Ngehalangin jalan gue tau nggak" Kaisar mendorong kasar tubuh alya hingga terdorong kesamping beberapa meter.
"Lain kali ketemu gue lo harus ngomong maaf. Awas aja lo" Kaisar dengan langkah lebarnya menjauh dari hadapan alya. Sedangkan alya kini mendongak menatap dimana keberadaan kaisar
"Ah udah nggak ada. Maaf tadi alya buru - buru, eh-" Alya menepuk pelan jidatnya. Ia lupa bahwa tadi bu menik menyuruhnya keruang lab.kimia.
"Mampus gue habis ini kena marah bu menik" Alya berlari menuju ruangan lab yang sudah berada tak jauh dari posisinya sekarang.
...****...
"Woi nggak gitu juga dong" Kaisar menatap kesal alya yang justru memperlihatkan deretan giginya.
"Tau ah" Kaisar melangkah pergi menjauhi rooftop yang kini menjadi tempatnya berdua bersama alya.
"Yah jangan ngambek dong sa" Alya mengekori kaisar yang sudah dulu turun ke bawah.
...****...
"Kalo kamu memang tidak bisa menjaga vania, bilang saja ke saya. Saya juga tidak akan membiarkan anak saya dirawat oleh anak dari seorang jalang" Kevano menatap alya nyalang. Berusaha untuk tidak memukul alya.
"Pa, gimana ini darahnya nggak berhenti juga hiks" Ardila menatap anaknya yang sudah terlentang tak berdaya dengan darah yang terus keluar.
"Pa, udah. Nggak usah urusin dia"
...****...
"Papa, alya dapat juara satu lagi waktu lomba pa. Papa mau kan ambilin raport alya semester depan?" Kevano hanya menatap alya sekilas kemudian beralih menatap vania hangat dan tersenyum.
"Saya nggak bisa, saya ambil raport vania" Alya yang mendengarnya hanya tersenyum getir kemudian melangkah pergi menjauh dari ruang makan. Harapannya pupus ketika mendengar tolakan dari kevano.
...****...
"Pa alya mohon sekali ini aja.. Alya cuma mau dipeluk papa" Tangis alya pecah ketika didepan papanya.
"Nggak bisa" Putus kevano dengan cepat diiringi nada yang ketus dan dingin
"Kenapa pa? Apa sesulit itu untuk sayang sama alya ya pa?" Lirih alya dengan isak tangisnya.
"Karena kamu itu pembawa sial" Kevano berbalik dan meninggalkan alya sendiri diruang tengah yang serba megah itu
Bughh
"Buta ya mata lo?" Kaisar menatap tajam seorang gadis yang baru saja menabraknya.
"Liat gue anjing. Udah salah kagak minta maaf juga." Kaisar terus saja memarahi gadis yang ada didepannya padahal kaisar tau jika badan dari gadis tersebut sudah bergetar ketakutan. Perlahan namun pasti alya mendongak menatap manik hazel kaisar yang berwarna biru langit. Ia kembali menunduk.
"Dih, minggir lo. Ngehalangin jalan gue tau ngga" Kaisar mendorong kasar tubuh alya hingga terdorong kesamping beberapa meter.
"Lain kali ketemu gue lo harus ngomong maaf. Awas aja lo" Kaisar dengan langkah lebarnya menjauh dari hadapan alya. Sedangkan alya kini mendongak menatap dimana keberadaan kaisar
"Ah udah nggak ada. Maaf tadi alya buru - buru, eh-" Alya menepuk pelan jidatnya. Ia lupa bahwa tadi bu menik menyuruhnya keruang lab kimia.
"Mampus gue. Habis ini kena marah bu menik" Alya berlari menuju ruangan lab yang sudah berada tak jauh dari posisinya sekarang.
Ia segera berlari kedalam lab dan kembali ke kelas, benar saja bu menik telah menunggunya didepan kelas sepertinya ia juga akan disambut dengan amarah yang akan bu menik berikan padanya.
"Darimana saja kamu? Saya suruh ambil barang ini emang harus setengah jam baru nyampe?" Bu menik berkacak pinggang, menatap garang muridnya yang ada didepannya ini. Alya hanya menunduk, ia bahkan takut hanya untuk mendongak dan menatap kedua netra bu menik.
"Sebagai hukuman kamu yang tidak bisa menghargai waktu, saya hukum kamu berdiri dilapangan sampai jam istirahat." Alya mengangguk kaku. Ia masih saja terdiam ditempatnya.
"Kenapa masih disini!! Saya suruh kamu berdiri disana bukan didepan saya" Entah kenapa bu menik selalu saja mencari - cari kesalahannya. Padahal alya juga sudah berusaha semaksimal mungkin agar dirinya tak dicela oleh gurunya ini.
Alya berlari kearah tengah lapangan, mengangkat tangan kanannya membentuk tanda hormat didepan tiang bendera yang berdiri dengan kokohnya, sedangkan disisi lain. Kaisar datang dengan telinga sebelah kanan yang ditarik paksa oleh pak yono selaku guru BK yang selalu membasmi murid yang sangat menyukai bolos.
"Aduduh ampun pak, saya kan cuma telat masuk. Bukan berarti bolos"Pak yono semakin dibuat geram dengan tingkah kaisar saat ini.
"Berdiri kamu disana, jangan kembali ke kelas sebelum jam istirahat" Peringatan yang diberi pak yono kali ini lebih terlihat lelucon dimata kaisar. Bagaimana tidak? Kumis palsunya itu turun dengan sendirinya tanpa disadari oleh sang pemilik.
"Siap!" Kaisar berlari ketengah lapangan, alisnya terangkat sebelah. Siapa gadis yang ada disampingnya ini, perasaan langganan disini hanyalah dirinya dan teman temannya. Namun, siapa gadis yang sekarang ada dilapangan saat ini dan berdiri disampingnya.
"Woi. Siapa lo" Ucap kaisar dengan nada dinginnya. Alya yang mendengar seruan seseorang disampingnya menoleh, matanya membulat sempurnya ketika mengetahui jika orang yang ada disampingnya adalah seorang Kaisar Alandra, tangannya kembali bergetar.
"Kenapa pada getar tuh badan? Sakit?" Kaisar memperhatikan tubuh alya yang selalu bergetar ketika berada di dekatnya. Alya hanya menggeleng pelan kemudian ia kembali menunduk.
"Lo takut sama gue?" Kaisar berjongkok, kakinya sangat pegal karena sebelum ia disini ia sudah berlari - lari keliling sekolah untuk menghindari pak yono.
Alya menangguk pelan. Kaisar terkekeh pelan hingga kedua matanya menyipit. Alya mendongak, pandangan pertama yang ia temui adalah wajah tampan kaisar yang terlihat menawan ketika sedang tertawa.
"Apa liat - liat" Suara berat kaisar kembali membuat suasana yang semula sedikit membaik kembali menegang. Alya kembali menunduk. Ia tak berani menatap kedua netra biru langit milik kaisar. Kaisar pun kembali berdiri untuk merapikan seragamnya.
"Gue tau kok gue ganteng, jadi nggak usah diliatin terus" Kaisar kali ini bukan hanya terkekeh namun ia tertawa dengan suara khasnya yang menyebalkan.
"Liat gue, mana ada sih cowok ganteng kek gue nakutin. Dari sudut mana? Coba ngomong?" Kaisar mengeluarkan ponsel nya dari saku celana seragamnya, ia membuka aplikasi kamera untuk mengamati wajahnya. Apakah wajahnya semenyeramkan itu?
"Lo wajahnya emang nyeremin, ditambah lagi sifat lo yang bikin gue takut" Kedua mata kaisar membulat sempurna, menatap gadis yang ada didepannya dengan tatapan cengoh. Biasanya gadis - gadis yang ada disekolahnya akan mengatakan hal yang lebih baik dari ini.
Arghh kaisar makin hari makin ganteng aja sih
Mimpi apa gue semalem hiks bisa sedeket ini sama kaisar.
Ya Allah jika kaisar bukan jodohku maka jodohkanlah dirinya denganku
Udah pinter, kaya, ganteng lagi.
Begitulah ucapan dari siswi SMA 03 Nusa Bhakti ketika berada didekatnya, sedangkan gadis yang bersamanya saat ini justru menghinanya. Kaisar merasa tak terima. Ia mengulurkan tangan kekar nya kearah alya.
"Ngeselin ya lo, tapi nggak papa jawaban lo yang polos itu buat gue suka" Kaisar kembali tertawa, namun kali ini tawanya terdengar indah ditelinga alya. Setelah kaisar sadar bahwa disana masih terdapat alya, ia segera menetralkan wajahnya. Tak lama ia kembali tersenyum, senyum yang sangat menenangkan. Tak lupa juga kaisar mengusap pelan pucuk kepala alya.
Kini keadaan kembali canggung setelah kaisar menyadari tingkah lakunya yang tidak biasa.
"Panas?" Alya mengangguk, kaisar mengeluarkan topi yang selalu ia bawa kemanapun. Dengan teliti ia memasang topi dikepala alya. Sedangkan alya yang melihat seluruh perhatian dari kaisar menatap kedua manik biru langit miliknya, sungguh tatapannya yang teduh membuat siapapun akan langsung terpana dibuatnya.
"Ngapain sih liatin gue? Suka? Iya gue tau gue itu emang ganteng wajar kalo lo suka" Ucap kaisar dengan membusungkan dadanya merasa bangga. Alya yang melihatnya dibuat terheran heran oleh sikap kaisar.
"Nggak usah pede deh lo" Ucap alya sinis, ia merasa tak suka dengan sikap kaisar yang seolah olah dirinya itu adalah manusia tertampan yang ada didunia ini.
"Udah galak, cantik, pinter, tapi nggak punya sopan santun ya?" Balas kaisar tak kalah sinis. Ia merasa tersinggung dengan perkataan yang baru saja alya lontarkan kepadanya.
"Apa? Gue nggak ada salah ya sama lo" Alya berjongkok mengistirahatkan kakinya yang terasa pegal. Kaisar yang melihat alya berjongkok pun ikut berjongkok.
"Duduk aja kalo lo capek" Kaisar menengadahkan kepalanya. Membiarkan angin menerpa wajahnya, pemandangan yang sangat indah ketika kita melihatnya.
"Lo nggak ada salah? Tadi lo nabrak gue. Lupa? Lo juga ngatain gue nakutin yang berarti secara nggak langsung lo mau bilang kalo gue jelek kan? Nah dari itu lo harus minta maaf ke gue" Alya mendelik ketika mendengar perkataan kaisar.
"Kalo gue nggak mau? Lagian gue tadi buru - buru juga makanya gue nggak liat lo" Kaisar dibuat kesal dengan perkataan alya. Ia kembali berdiri ingin sekali ia memukul alya jika dirinya bukan wanita.
"Gue nggak mau tau. Intinya lo harus-"
Kringg
Belum selesai kaisar melanjutkan kalimatnya, namun bel pertanda istirahat berbunyi dengan kerasnya membuat dirinya menjeda perkataannya. Alya bangkit dan berjalan menjauh tanpa melirik sedikitpun kearah kaisar.
Alya berjalan melewati koridor untuk menuju kelasnya. Hari ini ia sangat lelah sekali mungkin ini efek sejak tadi ia harus berdiri ditengah lapangan dengan teriknya matahari yang menyinarinya sejak tadi.
"Oh topinya lupa gue balikin ya" Alya menepuk pelan kepalanya. Bagaimana ia bisa lupa hanya untuk sekedar berbalik dan mengembalikan topi dari cowok yang sangat mengesalkan dihidupnya.
Drap drap drap
Suara deru langkah menggema diseluruh koridor. Setiap siswi yang melihatnya bahkan enggan melepaskan tatapannya pada kaisar.
Bruak
Kaisar refleks menendang pintu yang menghalangi jalannya. Ia masuk kedalam kelas alya dengan gaya angkuhnya.
"Apaan-" Belum selesai alya mengatakan kalimatnya. Kaisar kembali memotong dan membuatnya menjeda seluruh perkataannya tadi.
"Lain kali kalo mau pergi kenalin diri lo, jangan main cabut." Kaisar berusaha menetralkan nafasnya yang terengah engah setelah berlari dari lapangan menuju kelas alya yang jaraknya bisa dibilang cukup jauh. Ya, kaisar sebenarnya memang sudah mengenal gadis didepannya ini. Namun, ia lebih ingin mendengarnya secara langsung oleh gadis itu.
"Apa keuntungannya buat gue. Kalo gue kenalan sama lo" Ucap alya dengan pandangan yang tak teralihkan dari wajah kaisar yang penuh dengan keringat.
"Ck, nyebelin banget sih lo" Kaisar menghentakkan kakinya kasar, ia mengulurkan tangannya didepan alya. Sedangkan alya yang melihat kaisar mengulurkan tangannya hanya menatap lama pada tangan berurat kaisar.
"Buruan, pegel gue" Cibir kaisar. Tanpa berpikir lama lagi alya langsung menjabat tangan kaisar, hal tersebut tak luput dari pandangan seluruh siswa maupun siswi yang berada dikelasnya. Seutas senyum indah muncul diwajah kaisar.
"Mulai sekarang lo jadi cewek gue" Kaisar menarik kasar tangan alya hingga sang empu yang semula terduduk kini tertarik untuk memeluk kaisar.
"LO SEMUA YANG ADA DISINI DENGER!! MULAI SEKARANG ALYA ADALAH CEWEK GUE, JADI NGGAK BOLEH ADA YANG BERANI NYENTUH DIA KALO KALIAN NGGAK PENGEN UMUR KALIAN LEBIH PENDEK!!" Mata alya membulat menatap kaisar, apa yang dikatakan lelaki yang ada dihadapannya ini.
"Apaan sih lo, gue nggak mau ya jadi cewek lo ish" Alya menghempaskan kasar tangan kaisar kemudian berlalu. Kaisar yang merasa dirinya terpojok menatap tajam seisi kelas alya.
"Apa lo pada liat? Mau gue congkel tuh mata" Kaisar berlalu mengejar alya yang pastinya sudah jauh.
"Seorang kaisar ditolak. Gila"
"Lo videoin kan tadi? Huhu keren abis sih"
"Tentu dong. Alya berani banget nolak si kaisar, kalo gue pasti dah terima"
Begitulah ucapan siswa maupun siswi setelah sepeninggalan kaisar dari kelas mereka.
"Alya!! Tungguin gue ck" Kaisar menarik kasar tangan alya hingga mereka kembali berpelukan ditengah lapangan. Kaisar menatap dalam manik hitam legam milik alya pun alya yang juga terbawa suasana dengan tatapan kaisar.
"Gue cuma mau lo jadi cewek gue!! Susah hm?" Kaisar menghembuskan nafas panjang hingga hembusan nafasnya dapat mengenai wajah cantik alya.
"Ya kan lo bisa cari cewek lain selain gue" Alya menepis kasar tangan kaisar yang masih menempel ditubuhnya.
"Ya gue maunya lo. Anggap aja sebagai permintaan maaf dari lo. Jadi gue nggak menerima penolakan yang akan keluar dari mulut pedes lo itu" Kaisar memeluk hangat tubuh alya. Alya terdiam namun sedetik kemudian ia membalas pelukan dari kaisar. Kaisar tersenyum bangga akhirnya wanita yang ia dambakan selama ini mau menerimanya.
"Tapi gue juga punya satu syarat" Kaisar menguraikan pelukan mereka. Kedua alisnya saling bertaut sempurna.
"Apa hm?" Tangan panjangnya terulur mengambil topinya yang menutupi surai hitam milik alya, tak lupa ia mengusap pelan pucuk kepala gadis tersebut.
"Kalo dalam dua bulan ini gue masih nggak cinta sama lo kita putus" Kaisar tersenyum kemudian mengangguk.
"Ntar pulang bareng gue, okay?" Kaisar merangkul bahu alya berjalan kembali menuju kelasnya. Semua pasang mata menatap kaisar dan alya sinis, ah tidak lebih tepatnya tatapan itu ditujukan untuk alya.
"Dih ganjen banget sih jadi cewek. Kaisar itu kan anti cewek, so pasti dia yang nempel terus ke kaisar"
"Pengen gue bejek bejek deh wajahnya"
"Apaansih gue nggak terima ya kalo kaisar jadi milik dia"
"Huuu cewe ganjen!!"
"Sa?" Kaisar menoleh kearah alya yang sedikit lebih pendek darinya. Alisnya terangkat sebelah.
"Siapa sa? Manggil cowok lain?" Alya menggeleng pelan. Kepalanya ia tundukan agar tak menatap semua pasang mata yang juga menatapnya penuh dengan kebencian.
"Kaisar, aku manggilnya sa" Kaisar terkekeh dibuatnya. Panggilan yang lucu disematkan oleh gadis yang dirinya cintai sejak dulu, namun apa daya baru sekarang lah kaisar berani menyatakan cintanya dihadapan alya
"Kenapa nunduk terus? Aku nggak suka kamu nunduk disaat diri kamu dihina na" Alya mendongak menatap lama kedua netra biru langit milik kaisar. Kini alya lah yang dibuat bingung dengan nama panggilan yang dibuat kaisar.
"Alyana Keysa. Aku panggil na. Itu nama panggilan yang cantik menurutku sesuai dengan wajah dan sikap kamu" Kaisar tersenyum lembut tak lupa tangannya juga mengusap surai panjang milik alya. Alya mengangguk paham
"Jamkos kan? Kantin yuk" Kaisar hendak menggandeng tangan alya, namun dengan cepat alya menolaknya secara halus agar kaisar tak merasa sakit hati
"Aku capek sa" Kaisar mendesah pelan. Ia harus ekstra sabar sepertinya menghadapi gadisnya ini.
"Ayo berdiri dibangku itu" Alya menurut, ia berdiri diatas bangku dan menjadi sorotan tiap siswa maupun siswi yang sedang berlalu lalang.
"Naik sini" Kaisar membungkukkan badanya agar memudahkan alya untuk naik keatasnya.
"Beneran nggak papa? Aku takut sa" Dengan cepat kaisar menggendong tubuh alya tanpa mempedulikan ocehan dan umpatan yang keluar dari mulutnya.
"Sa turunin nggak!!" Alya terus menerus memukul punggung kaisar perlahan.
"Aduduh. Sakit na jangan gitu" Kaisar mendengus kesal. Ia justru memutar - mutarkan tubuhnya membuat alya pusing dibuatnya.
"Sa aku pusing ih!!" Kaisar tetaplah kaisar. Ia justru semakin menambah kecepatannya dalam berputar.
"Hahaha sa pusing aku. Hahaha sa ish turunin nanti aku jatuh" Mereka tertawa dan tersenyum bersama, wajah mereka saling memancarkan raut kebahagian tanpa adanya kesedihan didalamnya.
Namun, sebuah suara menghilangkan sebuah senyuman dan tawa yang mereka buat.
Bruakk
"Aduh!" Alya meringis dibuatnya karena lututnya yang mencium tanah dengan sangat keras
"Na? Kamu nggak papa kan? Maaf, aku nggak dengerin kata kamu tadi" Kaisar berjongkok untuk menyamakan tinggi badanya dengan alya. Alya meringis merasakan pantatnya yang mencium aspal dengan kerasnya.
"Udah nggak papa. Nggak sakit kok hahaha" Alya justru tertawa kencang membuat kaisar terheran heran kemudian ia juga tertawa melihat alya yang berbohong jika dirinya tak merasa sakit.
Kringg
"Yah bel nya bunyi. Ganggu aja sih." Kaisar terus mendumel kala bel berbunyi dengan kencangnya dan menganggu waktu kebersamaanya dengan alya.
"Udah jangan kek gitu. Ayo pulang" Alya bangkit dengan dibantu kaisar. Ia masih merasa sakit dibagian lututnya.
Mereka berjalan bersama menuju parkiran. Hingga akhirnya sebuah suara kembali mengganggu kebersamaan mereka.
"Kak!! Tungguin" Mereka menoleh, dan menemukan seorang gadis tengah berlari kearah mereka. Ralat, bukan kearah mereka. Namun, lebih tepatnya kearah kaisar.
"Vania? Kamu ngapain disini?" Tanya alya yang justru dibalas dengan tatapan sinis yang tak mengenakkan.
"Kak tolong anterin aku pulang ya?" Vania memeluk lengan kaisar yang membuat sang empu merasa risih.
"Lepas atau tangan lo tinggal satu." Vania mencebikkan bibirnya kesal sembari menatap alya tajam sedangkan alya yang ditatap menundukan kepalanya dalam.
"Lo buta? Gue punya cewek dan gue mau nganter dia. Sekalipun gue nggak punya cewek gue nggak akan pernah mau sama cewek ganjen kek lo" Kaisar menarik tangan alya menjauhi vania yang sedang menghentakan kakinya kesal.
"Liat aja lo nanti al" Vania menyeringai menatap kepergian alya.
Tut
"Halo bunda. Bunda tau nggak? Alya pulang sama om om lho bun"
"Kamu jangan ngomong sembarangan nia. Bunda nggak pernah ngajarin kamu buat ngomong kayak gitu"
"Bunda lebih bela nia atau alya anak jalang?"
"Bunda akan kasih dia pelajaran"
"Makasih bunda. Nia sayang sama bunda hihi"
Tut.
Panggilan terputus secara sepihak. Vania segera bergegas pulang sebelum alya pulang kerumah.
Tak butuh waktu lama kini alya sudah berada didepan rumahnya bersiap membuka pintu utama rumah yang bercat putih tersebut. Pintu terbuka, bukan pelukan ataupun sambutan hangat yang ia dapat dari kedua orang tuanya melainkan hinaan dan pukulan.
Plak
"Siapa yang ajarin kamu jadi jalang kek gitu?" Teriak kevano tepat didepan wajah alya. Alya terdiam kemudian mendongak menatap raut marah dari sang ayah.
"Alya nggak pernah kayak gitu pa" Alya ingin menjelaskan namun dengan cepat kevano kembali menamparnya dengan keras, hingga sudut bibirnya mengeluarkan darah.
"Dasar anak nggak tahu diri kamu" Kevano memukul tubuh alya dengan kayu rotan yang selalu ia gunakan untuk memukul tubuh mungil alya.
"Pa.. Alya nggak pernah lakuin hal kek gitu pa" Rintih alya yang tak digubris oleh kevano.
"Nggak lakuin tapi semua bukti itu sudah didepan mata kalo kamu memang benar melakukan hal tersebut ALYA!!" Alya terisak. Kevano menendang dan memukul tubuh alya dengan sebuah rotan yang setia ia genggam.
"Papa nggak pernah didik kamu jadi wanita malam alya. Bilang, kalo kamu butuh uang" Deru nafas kevano terdengar memburu. Matanya menatap alya tajam ia mengeluarkan foto yang ada disakunya.
Srakk
"Lihat dirimu!! Aku tak yakin jika kau benar benar anakku" Mata alya terbelalak mendengar penuturan kevano.
"Papa!! Alya itu anak papa!!" Alya bersujud didepan kaki kevano. Tapi dengan kejamnya kevano menginjak tangan alya.
"Saya bukan papa kamu!! Saya cuma papa vania. Dia anak saya!!" Kevano berlalu dari depan alya untuk meredakan amarahnya. Disisi lain vania tengah tersenyum puas melihat kondisi alya yang sudah terbilang tak baik baik saja.
Vania keluar dari persembunyiannya dengan senyum yang tak luntur diwajahnya. Ia menginjak tubuh alya yang sudah terbaring lemah tak berdaya dilantai.
"Lain kali kalo gue pengen sesuatu itu lo kasih!! Lo itu nggak berhak jadi cewek kaisar!! PAHAM" Ia kembali menginjak tangan yang tadi diinjak kuat oleh kevano. Alya tak merintih ataupun menjerit. Ia sudah lelah untuk melakukan semua itu
"Haha jalang itu memang pantesnya dibawah, jadi nggak usah sok mau bersaing sama gue al" Vania berlalu dari hadapan alya yang juga tengah menatapnya dengan tatapan terluka.
"Bunda.. Al pengen pulang sama bunda.. Disini ternyata papa nggak sesayang itu sama al" Batin alya.
Alya berjalan kearah kamarnya dengan tertatih. Seluruh badannya terasa nyeri karena pukulan yang dilayangkan oleh papanya.
Ceklek
Pintu kamar terbuka menampilkan ruangan bernuansa biru muda serta putih. Ia meletakkan tasnya dimeja belajar dan berjalan untuk duduk ditepi ranjang, tangannya terulur membuka laci dan mengambil kotak P3K yang selalu ia simpan untuk berjaga jaga ketika kevano memukulnya.
Alya mengobati setiap lukanya dengan air mata yang tak henti hentinya menetes dipipinya.
"Rasa sakit ini nggak sebanding sama rasa sakit dihati alya ketika liat papa sayang ke vania, sedangkan alya?.. Alya bahkan ngga pernah dianggap sama papa"
Kring
Tangan alya meraih benda pipih yang berada didalam saku seragamnya. Seulas senyum muncul diwajah cantik alya
Unknown
Gue kaisar. Nggak mau tau harus save pake panggilan sayang!!
^^^Alyana^^^
^^^Dih maksa ya.^^^
Unknown
Iya aku maksa
^^^Alyana^^^
^^^Yaudah, aku save dulu no kamu^^^
Unknown
Siap ayang beb
Jari jemari alya mengetik setiap huruf yang ada didalam keyboard ponselnya. Ia menatap bangga pada nama yang ia berikan dikontak kaisar
Kaisar
Selamat kan sampai rumah?
^^^Alyana^^^
^^^Iya^^^
Kaisar
Yaudah aku latihan basket dulu
^^^Alyana^^^
^^^Siap pak bos^^^
Setelah percakapan tersebut alya kembali meletakkan ponselnya diatas nakas dan berbaring sebentar untuk mengistirahatkan rasa penatnya.
Byur
"Siapa yang suruh kamu tidur? Beresin seluruh rumah setelah itu buang sampah ke pojok kompleks" Setelah mengatakan hal tersebut ardila keluar dari kamar alya, meninggalkan alya dengan baju yang basah. Alya bangkit lalu membereskan semua kekacauan yang dibuat oleh ibu tirinya.
Kini alya berjalan dengan langkah gontai menuju tempat pembuangan sampah.
"Hai cantik. Mau kemana? Abang temenin ya" Alya menggeleng pelan. Tubuhnya beringsur mundur secara perlahan, namun itu semua sia sia karena ia sudah berada diujung gang. Preman tersebut menyeringai melihat alya yang sudah ketakutan.
"Cantik nggak usah takut gitu.. Ntar abang main pelan aja deh" Alya menangis ia menutupi seluruh anggota tubuhnya dengan kedua tangan.
"Sini abang peluk sayang" Preman tersebut berjalan kearah alya yang semakin histeris dalam tangisnya. Preman tersebut juga menoel pipi kanan alya yang terlihat mulus tersebut.
Bruakk
Alya dan ketiga preman tersebut menoleh ke sumber suara. Ya, kaisar datang dengan wajah yang terlihat merah padam.
"Berani lo nyentuh cewek gue. Nyawa lo gantinya" Kaisar mendekat kearah alya yang semakin ketakutan melihat penampilannya saat ini. Bagaimana tidak? Rambut acak acakan, celana jeans hitam yang sobek dibagian lutut, kaos putih yang dibalut sebuah jaket dari geng motor. Serta memakai aksesoris seperti kalung dan gelang. Jangan lupakan wajah bengis dari seorang Kaisar Alandra.
"Pergi sebelum gue bunuh kalian" Desis kaisar yang terdengar mengerikan ditelinga mereka.
"Gue nggak akan pergi sebelum menikmati barang bagus yang sudah didepan mata" Ucap preman yang memiliki tubuh macho dan dibagian matanya terdapat bekas sayatan.
"Barang? Lo anggep cewek gue barang?" Kaisar berjalan gontai namun itu semua terlihat mengerikan dimata mereka
"Pergi atau gue bunuh?" Preman tersebut saling menatap satu sama lain.
"Bos, dia cowok yang disuruh non vania buat nggak dilukain. Udah cabut aja bos katanya dia juga anak konglomerat, cabut bos udah" Ucap preman yang bertubuh cungkring tersebut
"Oke gue bakal pergi." Ketiga preman tersebut berjalan menjauhi kaisar dan alya. Kaisar berjalan perlahan menuju alya yang terduduk memeluk lututnya ketakutan.
"Sini.. Udah aman, sekarang bangun" Kaisar menatap alya yang masih terdiam.
"Aku takut sa" Alya bangkit, memeluk tubuh kaisar. Menyalurkan ketakutan yang mendalam disana.
"Nggak usah takut ada aku yang akan selalu ngejaga kamu na" Kaisar membalas pelukan alya sedangkan alya menangis didalam dekapan kaisar. Kenapa hari ini terasa sangat berat sekali dimatanya.
"Ayo pulang aku anter" Kaisar menguraikan pelukan mereka, menggandeng tangan alya dan melangkahkan kakinya menuju rumah alya.
"Makasih udah nolongin aku sa" Kaisar mengangguk perlahan. Kini mereka berdua berpisah didepan rumah alya.
Alya membuka gerbang rumahnya, bukan disambut dengan sebuah kekhawatiran ataupun pelukan ia justru disambut dengan tamparan keras yang dilayangkan oleh sang ayah.
Kepala alya tertoleh kesamping, matanya terpejam merasakan rasa nyeri yang mulai menjalar diseluruh pipinya.
"Papa? Kenapa papa tampar al?" Satu pertanyaan terlepas dari bibir mungil alya. Air matanya turun membasahi pipi putihnya yang kini tampak sedikit memerah karena baru saja ditampar.
"Kamu tanya papa? Coba lihat diri kamu alya!! Lihat kelakuan kamu diluar, apa masih pantas jika kamu dikatakan perawan? Saya pikir kamu pasti sudah tidak perawan" Senyum sinis kevano lemparkan terhadap anak gadisnya yang tengah menatapnya tak percaya.
"Tiap hari gonta ganti pasangan. Nggak puas kamu malu - maluin saya selama ini? Kamu itu bukan cuma anak haram yang nggak tau diri. Ternyata kamu juga seorang pelacur yang—"
"CUKUP!! ALYA BILANG CUKUP!!" Kevano terdiam dengan sorot mata yang tak berubah. Datar dan akan selalu datar. Tangan alya mengepal ingin sekali ia memukul wajah didepannya dan mengatakan jika dirinya adalah darah daging kevano namun ia juga tak dapat membantah perkataan kevano karena itu memang benar adanya. Dirinya memang anak diluar nikah, dan ia sangat membenci fakta itu. Entahlah dirinya juga masih merasa bingung dengan semua kenyataan hidupnya.
Plakkk
"Lancang sekali mulut kamu berbicara seperti itu didepan saya.. Siapa kamu berani mengatakan hal tersebut, saya bahkan tidak akan berhenti memukul, menyiksa, bahkan mencaci maki kamu sebelum kamu tiada" Kevano membalikan badannya dan berjalan menjauh dari alya dengan langkah lebar dan dada yang memburu karena menahan emosi.
Alya menghela nafas panjang, kepalanya menengadah menahan air matanya yang siap untuk terjun bebas. Vania yang berada dibalkon kamarnya mampu melihat kejadian tersebut, ia berusaha keras untuk menahan tawanya yang siap mengudara.
"Gue nggak akan pernah kasih kesempatan buat lo dapet kasih sayang dari papa al.. Nggak akan karena papa itu cuma milik gue" Vania berbalik dan meninggalkan balkon kamarnya berlari kebawah untuk kembali menjalankan rencana kotornya.
"Papa... Hiks tolongin vania pa" Ardila dan kevano yang semula tengah bercanda berdua menoleh kebelakang menatap vania yang tengah berjalan sambil menangis.
"Eh sayang.. Kenapa nih kok nangis nanti cantiknya hilang lho, nggak boleh nangis papa jadi ikutan sedih nak" Papa menarik lembut pergelangan tangan vania dan mendudukan anak tirinya itu disampingnya.
"Anak mama kenapa nangis, ada yang jahat? Iya? Ngomong sini sama mama biar mama yang atasin semuanya" Bukannya tenang vania justru semakin terisak dibuatnya.
"Mama.. Papa.. Vania dipukulin sama temennya kak kaisar" Kevano mendelik mendengar penuturan vania dadanya naik turun menahan emosi.
"Lho kok bisa" Kening ardila nampak berkerut.
"Hiks.. Kak kaisar sama kak al pacaran, kak al kira nia mau rebut kak kaisar dari dia terus dia suruh temen kak kaisar buat mukulin nia" Dapat vania lihat bahwa sekarang ini ardila dan kevano berusaha keras untuk menahan amarahnya.
"Benar - benar tak tau diuntung anak itu mas.. Berani banget dia mukulin nia" Ardila menangis histeris hal tersebut tentu saja membuat kevano semakin marah. Dengan langkah lebar ia pergi menemui alya yang sedang berjalan menuju kamarnya.
"Berhenti kamu jalang!!" Ucap kevano yang terdengar menggema keseluruh penjuru ruangan. Alya menatap ayahnya bingung. Apalagi sekarang? Tolong sudahi ini semua.. Ia lelah sangat lah lelah..
"Iya pa? Ada yang mau diomongin sama alya?" Alya masih terdiam ditempatnya. Kedua netra nya menatap lekat manik mata sang ayah.
"Kamu apakan anak saya" Kening alya berkerut, apa yang ia lakukan pada adik tirinya yang suka drama itu. Haish pasti ini adalah bagian dari kisah drama picisannya.
"Aku nggak apa - apain nia pa" Jujur saja dirinya sudah sangat lelah seharian ini sekarang justru harus ditambah beban pikiran yang dibuat oleh adiknya.
"Pembohong!! Kamu kira saya akan percaya dengan mulut sialan kamu itu" Alya dibuat diam oleh perkataan laki - laki yang ada didepannya.
"Alya memang seburuk itu ya dimata papa?" Bukan jawaban yang alya berikan namun sebuah pertanyaan yang membuat vano semakin ingin menampar anaknya. "Ikut papa!! Papa akan buat kamu menyadari apa artinya kamu dimata saya" Vano menggenggam pergelangan tangan alya kencang kemudian menyeretnya menuju gudang.
Bruak
Dobrakan pintu terdengar nyaring dalam indera pendengaran mereka.
"Papa.. Maafin alya pa" Alya yang ketakutan beringsut mundur secara perlahan. Bagaimana tidak ia akan diikat didalam gudang dan papanya akan me' cambuk tubuhnya hingga dirinya memohon dan bersedia sujud dibawah kaki ayahnya itu.
"Anak tak tahu diuntung kau alya" Desis vano tak lupa dengan seringainya yang terus menghiasi wajahnya.
"Papa.. Alya jujur pa, alya nggak pernah ada niat untuk buat nia terluka" Alya menangis tak lupa ia bersujud dibawah kaki ayahnya. Namun bukan itu yang kevano inginkan saat ini.
"Harusnya kau tiada, kau menyusul saja ibumu yang pelacur itu ke neraka" Dengan kasarnya vano menarik rambut putrinya itu lalu mengambil gunting yang tersedia dimeja dalam gudang. "Papa ampun.., jangan potong rambut alya, ampun pa" Alya meraung tak karuan kala rambut hitam sepunggungnya dipotong acak oleh ayahnya.
"Maafin alya pa.." Vano tak menggubris anaknya yang masih saja menangis dikakinya memohon untuk tak disiksa lagi lebih dari ini. "Jika anakku kau buat menderita untuk apa kau bahagia. Tidurlah disini jangan pernah makan sampai saya menyuruhmu alya!!" Desis vano penuh penekanan disetiap katanya.
Brak
"Bunda.. Sakit. Alya nggak suka" Alya meringkuk diatas dinginnya lantai gudang, rasa dingin yang selalu membuatnya nyaman ketika berada disini
"Kenapa bunda pergi nggak ngajak alya" Alya kembali menitikkan air matanya, mati - matian menahan rasa sesak yang terus tertahan didalam sana. Alya memejamkan matanya membiarkan tubuhnya kembali kedinginan malam ini. Baru saja ia ingin memasuki alam mimpinya sebuah decitan pintu menyadarkan dirinya.
"Hai kak gimana sih rasanya tidur digudang? Ish aku juga pengen loh.. Ah ini apaan nih? rambut model baru ya, hm nggak kebayang sih kalo kak kaisar liat penampilan kakak yang kek gini" Ucap vania memperhatikan alya masih meringkuk dari ujung kepala hingga ujung kaki.
"Bentar ya kak, aku keluar dulu mau ambil sesuatu" Vania melangkahkan kakinya keluar menuju kamarnya yang berada dilantai dua. Ia masuk kedalam kamarnya dan menggapai ponsel yang berada diatas meja nakas.
"Heh gue akan bikin lo nyusul ibunda tercinta lo itu ke neraka dengan segera kak" Ia berjalan kembali menuju gudang. Dengan segera ia membuka kamera dan me' foto tubuh alya yang terbaring lemah tak berdaya dengan mata terpejam.
Ia membuka akun sosmednya dan menekan tombol upload, dirasa sudah selesai ia bertepuk tangan kecil tak lupa dengan senyuman licik miliknya.
"Dasar benalu!! Lo itu pantes nya mati tau nggak" Vania berjalan keluar gudang, meninggalkan alya sendiri disana. Tanpa dirinya sadari alya hanya memejamkan matanya tanpa berniat memasuki alam mimpinya. Ya, ia mendengar semua perkataan vania
"Salah gue dimana? Kalo gue bisa milih. Gue lebih milih buat nggak lahir didunia ini dan jadi beban buat kalian" Tak lama ia menutup kedua kelopak matanya bersiap memasuki alam bawah sadarnya.
Matahari bersinar dari ufuk timur dengan cerahnya, membuat sedikit cahayanya menyelusup masuk melalui ventilasi, alya melenguh pelan merasa tidurnya terusik oleh cahaya.
"Sakit bun" Gumam alya pelan.
Ceklek
"Keluar kamu!! Masakin makanan buat saya dan suami saya" Perintah ardila dengan nada tak bersahabatnya.
"Aku udah boleh keluar?" Tanya alya hati - hati takut menyinggung perasaan ibu tirinya itu.
"Cepat keluar atau saya hukum kamu dikamar mandi" Dengan cepat alya mengangguk antusias dan bangkit dari duduknya.
"Masak yang enak! Jangan lupa anak saya alergi seafood" Padahal dirumah mereka memiliki pembantu. Tapi kenapa yang selalu melakukan pekerjaan adalah dirinya, pikir alya. Namun, dengan segera ia tepis pikiran buruknya mengenai keluarga kecilnya itu.
"Iya ma" Alya berlari menuju dapur, rasa sakit yang ada ditubuhnya seolah menghilang kala ardila memanggilnya untuk memasak, alya yakin jika nanti ardila juga akan mengajaknya untuk makan bersama.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!