Menjalani hidup yang amat sulit,bukan lah pilihan.Takdir memang telah terencana tapi manusia juga bisa memperbaiki.
Setiap hari seakan hidup di dalam pusara dosa,di sentuh banyak lelaki,di peluk,di cium tapi tidak untuk menyerahkan mahkota nya.
Paramita Berliana,gadis miskin yang rela bekerja apapun untuk membiayai seorang gadis balita dan Ibu kandungnya.Menempati rumah yang sangat sederhana.
Setiap pulang kerja selalu lewat tengah malam,dengan jalanan masih tanah yang berkelok,tak jarang pula lubang ditiap ruas nya.Lampu jalanan hanya di sediakan lampu yang berwarna oren karna minim biaya anggaran desa.
Siapa yang tahu Mita bertempat tinggal di pinggiran kota ini.Pergi pagi pulang larut malam.Membagi waktu dengan dua pekerjaan bukan lah hal mudah.
Setiap hari jika ada warga lain yang melihat selalu saja berfikirran jelek tentang nya.
Bawaan om om
Wanita murahan
Pacarnya Gonta ganti terus
Dan masih banyak lagi.Dia hanya tersenyum dan tidak meladeni satu pun anggapan orang.Tujuan dia hanyalah Bekerja untuk adik dan Ibunya.
Hari ini Mita pulang sedikit lebih cepat,meminta ijin kepada asisten bosnya untuk menyelesaikan pekerjaan paruh waktu nya lalu pulang.
Seperti biasa,adik kecil nya selalu menunggu di depan televisi dengan di depan nya permainan bongkar pasang yang terbuat dari kertas karton yang tebal.
Ceklek!!!
Kedua orang di dalam menoleh ke arah suara.
"Undaa!!..."
Gadis mungil berusia dua setengah tahun menerjang mainan nya yang berserakan, merentangkan tangan nya dan mendekati Mita.
Mita pun tahu maksud nya dan meraih adik nya dalam gendongan.
"Mbak Yati tidak kesini Bu?"
Mita bertanya pada Ibunya,biasanya ada mbak Yati,tetangga nya yang biasa membantu mengasuh adik kecilnya.
"Sudah pulang,katanya mau kondangan ditempat saudara"
Mita pun mengangguk,tangan nya bermain dengan adik kecil nya.Mengayun ayun dan menciumi perut anak kecil itu hingga tertawa terbahak.
"Pergilah bersih-bersih dan istirahat,biar Ibu menidurkan adikmu!"
Mita pun mengangguk.
Bocah kecil itu pun turun dari gendongan Mita dan beralih ke Ibunya.Berjalan bergandengan menuju kamar.
.
.
Perusahaan Brahmana Group
"Sudah dapat undangan?"
Riza menjatuhkan tubuhnya di sofa,berhadapan dengan saudara kembarnya.Mereka menempati Posisi kedua di Brahmana Group.
Selain Papah nya masih menjabat jabatan tertinggi di sana,kedua anaknya juga sedang di bimbing.
Beberapa anak cabang sudah berdiri,Riza biasanya yang mondar mandir kunjungan ke berbagai perusahaan.
"Sudah!"
Hafi meletakkan cangkir berisi lemon tea hangat kesukaan nya.
"Maaf aku tidak bisa datang bersama mu,Papah menugaskan ku ke luar kota"
Mendengar itu Hafi mengedikan bahu.Menarik nafas dan membuang nya kasar,menyandarkan punggungnya di sofa.
"Kau kenapa?" Riza memperhatikan saudara kembarnya.
"Perempuan itu belum ku temukan"
"Perempuan?"
Hafi mengangguk "Car free day! Perempuan sepuluh juta,dia Sama sekali tidak menghubungi ku.Dan lagi biaya kerugian mobil, lelaki brengsek itu pun meminta pada ku!"
"Berapa?" Riza mengangkat sebelah alis nya.
"Dua puluh satu juta!"
"Hah?!!! Itu hanya goresan mobil di sedikit body nya,kau bodoh jika kau memberikan segitu"
"Cat mobil nya tidak ada lapisan nya Riza,kau tidak tahu karena kau pergi bersama Daffin saat dia merengek meminta sesuatu!!"
Riza pun dibuat terdiam dengan ucapan saudara kembar nya.
"Lalu??"
"Entahlah,aku bahkan lupa meminta tanda pengenal pada perempuan itu! Puluhan juta ku melayang hanya karena sosial"
Riza terbahak mendengar nya.
"Kali ini kau benar-benar berjiwa sosial Fi,biasanya hanya segelintir jutaan rupiah saja.Tapi demi melindungi seorang perempuan kau bahkan menggelontorkan tiga puluh satu juta.Kau sama sekali tidak kenal dengan nya,hah??!!"
Hafi hanya melirik saudara kembar nya melalui ekor mata.Riza seakan menertawai kebiasaan Hafi yang tidak tega'an dengan siapapun.
Sudah berulang kali Riza memberikan nasihat padanya jika sifat nya itu bisa di salah gunakan orang,bisa saja mereka telah bersekongkol memeras nya.Tapi Hafi tidak pernah mendengar kan.
Kali ini puluhan juta pun melayang,Mamah nya sempat tercengang melihat tagihan pengeluaran yang membengkak.Beruntung Ara yang selama ini memegang perbendaharaan keseluruhan pengeluaran perusahaan dan berbagai usaha lain,yang dia rintis.
.
.
Kediaman Brahmana
Teriakan Ara menggema di lantai bawah,anak bungsunya belum juga keluar dari kamar setelah pulang sekolah.
Bocah kecil itu akan beraksi dan berlama-lama mengurung diri hanya karena menginginkan sesuatu tapi tidak jua di belikan.
"Daffin!!! Turun lah nak. Sebentar lagi kakak-kakak mu pulang.Ok!! mamah ijinkan kau membeli nya,minta lah pada salah satu kakak mu tapi jangan kepada kak Hafi!"
Mendengar itu Daffin berlari.Ara yang berada di bawah tangga menoleh terkejut,anak nya sudah berdiri di sampingnya dan menghadap persis di sebelah kanan.
"Thanks Mamah! muach!" Sebuah kecupan diberikan nya di pipi mamah nya.
Hemm kau selalu begitu bocah kecilku!
.
.
Formasi lengkap,sendok dan piring saling berdentingan.Makan malam yang sedikit terlambat karena menunggu Inggi yang selesai mandi berlama-lama.
Mereka semua makan dengan lahap dan hening.Menu yang sederhana masih melekat di kelurga Brahmana.Bukan menu yang ada di resto ternama.Tapi menu masyarakat pada umum nya.
Bukan berarti mereka tidak mengenal menu-menu yang berada di luar sana atau Resto berbintang.
Bagi Ara,di rumah adalah tempat nya mereka pulang.Jika di luar terserah bebas melakukan hal apapun selama masih di batas wajar dan tidak keluar dari peraturan keluarga termasuk pergaulan bebas.Fandi dan Ara sangat menantang itu.
Selain trauma dengan masa lalu nya,kedua nya juga takut jika salah dalam memilih.Sempat terbesit ingin menjodohkan salah satu dari mereka,namun Maria tidak mengijinkan karena perjodohan berefek dengan mental seseorang.
Ara selesai dan meletakkan gelas berisi air putih.
"Za..Hafi sudah tahu kan tugas lusa?"
Riza mengangguk "Hafi sudah mendapatkan undangan nya mah,nanti dia akan hadir dengan om Riko,jika om Allan berhalangan"
"Aku selesai mah.Aku ingin ke atas dulu!" suara yang datar dan lesu Hafi sampaikan pada mereka.
Mereka pun melihat ketidak semangatan Hafi.Fandi melirik kepada Istrinya.
Ara hanya mengedikan bahunya.
.
.
Hafi melemparkan tubuhnya di ranjang,kamar yang sangat luas dan bernuansa abu putih itu sangat nyaman di tinggali.
Kedua tangan nya di satukan dan di letakan menumpu kepalanya.Mata nya menerawang langit-langit kamar.
Memikirkan kejadian berminggu-minggu lalu.Wajah perempuan yang selalu dia ingat itu.
Perempuan puluhan juta
Hafi menyebutnya.Mendengar penjelasan lelaki yang bersama nya saja Hafi merasa tidak mungkin.
Wajahnya sangat lugu bagaimana mungkin dia seorang pacar sewaan?
Jika dia seorang pacar sewaan mungkin kah, aplikasi pencari pacar terpampang wajahnya?
Hafi meraih benda pipih di kantong celana nya,terpaksa mendownload aplikasi itu dan esok ia akan mulai mencarinya satu persatu.
.
.
.
to be continue
Sudah berselancar di aplikasi pencarian jodoh dan semacam nya,hampir saja Hafi mendownload berbagai situs yang berhubungan dengan itu.
Hingga mata nya lelah,ponsel nya terjatuh di sebelah tubuh tinggi besarnya.Hafi tertidur pulas.Pencarian nya hanya sia-sia dan tak membuahkan hasil.
.
.
Sudah seminggu berlalu,Hafi tidak memikirkan hal itu lagi.Pekerjaan yang menumpuk dan menggunung lupa bahwa dia punya persoalan yang beberapa hari lalu sangat mengganggu nya.
Keseharian nya di sibukkan dengan peresmian anak cabang dan mall besar di berbagai kota.Belum lagi mini outlet yang dia rintis untuk masa depan Daffin dan beberapa usaha milik mamah nya.
Awalnya Hafi merasa terbebani dengan semua usaha yang di berikan pertanggung jawabannya kepada diri nya.Namun seiring berjalan nya waktu dia bahkan menikmati nya.
Belum lagi Riza juga mendukung dan berperan serta dalam kesuksesan usaha keluarga.
Kebanggaan tersendiri memang bagi Fandi dan Ara mampu mendidik anak nya yang tidak berbuat macam-macam dan salah pergaulan.
.
.
Setelah makan siang,Hafi ingin membeli sesuatu kesukaan nya. Bolen pisang karamel yang ada di sudut pertigaan jantung kota.
"Pak Ben,kita mampir ke Banana bakery!"
"Siap Den!"
Namanya Beben,tapi biasa mereka memanggil Ben karena mengikuti perkembangan Jaman.
Hari ini langit tidak mendukung dan sangat gelap,mungkin sebentar lagi hujan akan turun.
Mobil terparkir di halaman yang sangat luas toko kue di pinggir jalan raya.Hafi membuka pintu dan melangkah menuju toko kue kesukaan nya,tangan nya mendorong pintu masuk namun matanya melirik ke arah pintu keluar yang berjarak tiga meter dari tempat dia berdiri.
"Maaf kak!bisa cepat.Aku juga akan masuk!" Orang dibelakang nya pun menegur,karena Hafi berdiri saja di ambang pintu.
"Oh maaf,silahkan" Pandangan nya teralih dan memberikan jalan pada orang itu.
Menoleh lagi ke pintu keluar,ternyata gadis yang dia kenali sudah berada di pinggir jalan.Hafi menyipitkan matanya,pada gadis itu,lalu ia keluar dari sana,dan melangkah sedikit berlari.
Sesegera mungkin Hafi keluar dan mengejar nya.
"Haiii!!! Kau perempuan itu, tunggu!"
"Hai!!! tunggu!!!"
Gadis itu hanya menoleh sekilas dan membuka pintu mobil lalu menutup nya kembali.Mobil itu pun melaju cepat melewati Hafi begitu saja.
Ahssss sial!!! Dia..Ya benar itu dia.Lelaki itu,bukan!Lelaki itu berbeda.Astaga!! ternyata dia benar pacar sewaan.
Kenapa harus bertemu dia lagi di saat aku sudah mengikhlaskan nya.Hadeuhh puluhan juta ku.
Hafi meremat rambutnya dan meninju di udara.Gadis itu sangat mengganggu pikiran nya, padahal sudah berusaha untuk melupakan dan merelakan,namun lagi dan lagi dia datang sekelebat di hadapan nya.
.
.
"Den,ada apa?Kenapa tidak jadi masuk?"
Sopir nya merasa aneh dengan Hafi yang berjalan keluar di pinggir jalan.
Hafi pun menoleh pada sopir pribadi nya.
"Tidak ada apa-apa Pak"
"Itu teman Aden?"
Hafi menggeleng "Bukan! Aku hanya merasa pernah bertemu dengan nya".
"Ah sudahlah Pak,tunggu di mobil.Aku akan membeli sesuatu!"
Pak Ben pun mengangguk dan kembali ke mobil.Begitu juga dengan Hafi yang kembali ke toko kue dan memesan beberapa kue untuk dirinya dan untuk di bawa pulang nanti.
.
.
"Kau sering ke toko kue itu Mita?"
Mita pun mengangguk "Adikku suka sekali kue-kue yang di jual di sana.Kali ini aku membelikan lebih,dan satu kotak untuk mu"
Pria di sampingnya pun tersenyum "Kau sangat mencintai keluarga mu.Hingga melakukan apapun demi mereka bahagia!"
Mita mengangguk,dan bersandar di jog "Hanya mereka yang aku punya untuk sementara waktu ini Ion" gadis itu menoleh dan tersenyum pada lelaki di sebelah nya.
Dion.Iya lelaki itu adalah Dion.Rekan kerja nya,teman,dan sahabat nya.
Dion yang ada dan selalu bersama nya jika pagi hingga sore hari bekerja dengan nya.Lalu setelah tanggung jawab nya tentang pekerjaan,Mita beralih dengan pekerjaan yang lain.
Terhimpit hutang yang begitu banyak.Ditinggalkan oleh Ayah dan Saudara perempuan nya yang menjadi korban bencana alam di kota kelahiran nya beberapa tahun lalu.
Ayah nya dikabarkan menghilang hingga saat ini jenazah nya tidak di ketemukan,hanya kakak nya saja yang ditemukan tertimpa tanah berhari-hari.
Jam kerja Mita selesai,dia bermaksud mengirimkan kue yang dia beli menggunakan jasa kurir,sedangkan dirinya saat ini menunggu taxi untuk mengantar nya ke suatu tempat.
"Mita,jangan lupa lusa kau ada undangan bersama ku?!"
Mita yang berdiri di dekat halte pun menoleh ke arah suara,dan mengacungkan jempol nya.
"Aku tidak lupa,tenang saja!" Mata nya mengedip sebelah dan melambaikan tangan pada Dion.
Setelah Dion pergi dari sana Mita masih saja menunggu taxi,kurir yang dia tugaskan mengantar kue ke rumah sudah datang beberapa menit lalu.
Akhirnya yang di tunggu Mita pun datang,dia segera membuka pintu dan masuk menaikki taxi.
"Pak, Butterfly kafe.Tapi sebelumnya saya minta mampir di SPBU sebentar ya?".
Sopir taxi pun mengangguk dan melajukan taxi nya.
.
.
Merasa penasaran dengan aplikasi yang dia unduh,Hafi sekali lagi mencoba mencari nya.Berkali-kali men scroll ke atas dan ke bawah lagi.Hasil nya sama.Tidak ada gadis seperti di bayangan nya.
Apa memang aku harus mengunduh semua aplikasi yang berhubungan dengan itu?
Ayysss, benar-benar gadis sialan!!
Hafi meletakan iPad nya kasar di meja hingga berbunyi.Bersamaan dengan itu Allan masuk kedalam ruangan nya.
Lelaki yang sudah tidak muda lagi itu mengangkat alis nya merasa aneh dengan keponakan nya yang bahkan kesabaran nya sangat tinggi ternyata bisa emosi dan marah.
Hafi yang tahu Allan masuk pun terkejut.
"Om?..kenapa tak ketuk pintu dulu?"
Allan tersenyum hambar.
"Maaf,Om tergesa-gesa.Om hanya memastikan kau sudah kembali ke kantor saja karena Papah mu terus bertanya!"
"Kenapa Papah tidak langsung menelfon ku?"
"Telfon mu sibuk kata nya!"
Hafi pun merogoh kantong celana nya,matanya membulat.Benar saja,ponsel nya di mode pesawat,dan dia baru menyadari nya.Sejak istirahat siang dia mengubah pengaturan ponsel nya.
Ponsel nya dia ubah ke pengaturan awal.Benar saja berkali-kali bunyi pemberitahuan dan pesan masuk.
Ara dan Fandi bergantian menelfon nya hingga beberapa pesan dari Papah nya.Lain nya hanya pesan dari operator dan beberapa teman yang sering menghubungi nya.
Ada apa dengan mu?
Kenapa mengejar seorang gadis?
Siapa dia?
Sudah Hafi duga,pasti Pak Ben mengadu dengan Papah nya.
"Bukan apa-apa,dan bukan siapa-siapa Pah.Hanya teman lama saja!"
Hanya itu alasan yang Hafi bisa berikan kepada Papah nya.Semoga saja Papah nya percaya.
.
.
.
to be continue
Berbagai model gown sudah di coba oleh Mita,hasilnya sangat pas dan cantik,hanya satu hal yang membuat dia begitu tidak pantas.
Gadis itu terkena krisis percaya diri.Merasa tidak layak dan tidak pantas menggunakan gown yang harga nya jutaan rupiah.
Semua fasilitas kali ini di danai oleh bos nya,Bukan hanya Mita bahkan Dion pun bebas memilih setelan toxedo.
"Cepat lah Mitaa,acaranya dua jam lagi.Kau bahkan belum menemukan baju yang kau inginkan!"
Mita mendesis kesal pada rekan kerja nya itu,Dion sungguh tak sabar menunggu nya.
"Sabar!!"
"Kenapa kau begitu bodoh nya!Semua yang kau coba cantik jika kau yang mengenakan.Hanya saja kau tak percaya diri.Itulah kelemahan mu"
Mita mengerucutkan bibirnya.Dari dulu jika berbicara dengan nya Dion tak berfikir dulu,asal ceplas ceplos saja.
Hingga Mita memutuskan memakai Dress berwarna pastel dengan model dada terbuka,namun dia tutupi menggunakan bolero bulu berwarna coklat.Rambutnya hanya setengah yang di ikat ke belakang.
Kaki jenjang nya yang sangat indah memakai high heels berwarna senada.Tak lupa clutch bag yang dia dapat beberapa bulan lalu dengan jerih payah nya.
Dion melihat gadis di depan nya merasa kagum dengan kesempurnaan dan kecantikan Mita.
"Cantik!"
Gumaman nya terdengar oleh Mita,gadis itu pun tertawa terbahak.
"Dari dulu Ion!"
Dada Dion di pukul menggunakan tas tangan milik Mita.
"Ah sudahlah,Ayoo kita berangkat.Jalanan macet bisa-bisa kita terlambat dan Ameer akan menegurku!"
Ya.. Kedua nya adalah asisten dan sekretaris Ameer,Perusahaan Candra Corpuration milik kakek Candra,kakek nya Ameer.
Mewakili Ameer karena dia berhalangan hadir di gala dinner petinggi perusahaan ternama.Istrinya sedang sakit karena mengidam parah dan tidak bisa di tinggal.
Ameer menyerahkan semua nya kepada Dion dan Mita.
.
.
Di lain tempat,Hafi yang sudah bersiap dengan di dampingi oleh Mamah dan Papah nya menghadiri gala dinner.
Sekaligus Fandi ingin mengenalkan pewaris kerajaan Brahmana Group pada khayalak umum.
Terlihat di sebelah mobil Ara membenarkan jas yang digunakan anaknya.Mereka berdua menunggu Fandi yang beberapa saat lalu menerima telfon dari kerabat jauh.
"Sudah Fi,kau sangat tampan!" Ara menyapu sedikit debu yang menempel di jas bagian bahu.
"Papah lama sekali mah!"
"Papah mu memang seperti itu jika sudah mengobrol!"
"Mamah masuklah dulu ke mobil,angin nya sangat kencang dan dingin!"
Ara hanya menurut saja dengan perintah anaknya.
Tak berselang lama nampak Fandi berlari tergesa mendekat.
"Ayoo Fi,nanti kita terlambat!"
Fandi langsung masuk ke dalam mobil.Hafi yang menunggu nya dari tadi di buat sedikit kesal.Padahal Papah nya sendiri yang membuat telat,tapi datang-datang langsung menyalahkan Hafi.
Mereka bertiga menaikki mobil menuju Hotel Garden house.Di sopir ri oleh Pak Ben,lelaki tua itu juga tak kalah rapih nya.
"Punya calon makanya Den,biar ga di temani Tuan dan Nyonya terus!"
Sudah tidak heran lagi jika Pak Ben sering berkata seperti tadi kepada nya,bukan hanya Hafi,Riza pun kadang seperti itu.
"Hemm..Nanti akan aku kenalkan kepada semuanya,bila perlu langsung menikah saja!"
Ara yang mendengar pun menutup mulut,tidak percaya dengan jawaban anaknya.
"Benar Fi,kau benar sudah punya calon?"
Hafi mulai tidak nyaman dengan duduk nya.Gara-gara Pak Ben, mamah nya ikut saja berkata yang tidak-tidak.
"Hemm... tunggu saja nanti mah!"
Fandi yang tahu itu hanya alasan anaknya saja hanya melirik pada Hafi.
Plak!! Sebuah tepukan tangan yang cukup kencang mendarat di bahu Fandi.Sudah menjadi tabiat nya jika meluapkan sesuatu kegembiraan.
"Pah,bentar lagi kita akan punya menantu!"
Fandi pun menoleh dan tangan nya bergerak sedikit di bahu yang di serang oleh Ara.
"Iya... kita tunggu saja anak kita mengenalkan nya!"
.
.
Tak memakan waktu lama,mobil pun memasuki kawasan hotel dan terparkir,Di sana sudah banyak mobil dengan merk ternama berderet terparkir rapih.
Acara belum dimulai,para tamu sudah mulai memenuhi ball room Hotel Garden house.
Sudah tidak heran dengan keluarga konglomerat,kaum jenset semua yang menghadiri acara itu.
Ada yang berbincang membicarakan bisnis,usaha,dan ada juga yang berbincang hanya membicarakan kekayaan.Tak sedikit pula yang hanya ingin pamer tas atau semua yang di kenakan bermerk.
Hafi sudah tak heran lagi.Papah nya sudah mengenalkan Hafi ke beberapa rekan bisnis,tak jarang pula yang sudah tahu karena mereka terlibat saham di dalam nya.
Hafi dan Riza sangat di gandrungi pebisnis yang mempunyai anak gadis,beberapa dari mereka sering berkunjung ke kantor dan sengaja membawa anak gadis nya hanya untuk mendekati.
Namun sayang,meski Hafi sangat ramah dibandingkan dengan Riza yang sangat dingin.Hafi tetap menjaga jarak jika dia tidak ingin.Terlebih lagi dia tidak akan pernah memberikan harapan apapun kepada siapapun.
"Papah tinggal dulu,silahkan lanjut berbincang dengan yang lain!"
Fandi melihat istrinya yang terlepas dari pandangan nya,dan dia mencoba mencarinya.Meninggalkan Hafi sendiri untuk berbincang dengan yang lain.
.
.
Mobil Dion masuk dan terparkir di sana.Keduanya turun dan melangkah bersama menuju pintu masuk ball room.
Bibir Mita tersenyum merekah kepada setiap orang yang menyapanya.Bukan Mita,lebih tepat nya Dion yang mencuri perhatian orang yang berpapasan dengan nya.
Terkenal dengan pengabdi jomblo,dan tidak pernah membawa perempuan sebagai kekasih nya atau teman dekat nya.Kali ini lain,dia bahkan membawa gadis cantik bak bidadari.
Mau tidak mau Mita menggandeng lengan Dion,karena semua mata tertuju pada nya.
"Kau mencuri perhatian mereka Mita!"
Mita tertawa masam "Aku malu,mata mereka benar-benar tertuju padaku.Apakah orang kaya semua nya seperti ini?"
Dion hanya tersenyum tipis mendengar ucapan Mita.
Mereka terlibat obrolan yang sangat pelan terkesan berbisik lirih,tak terdengar.
Hingga Mita di kejutkan oleh seseorang.Langkah nya berhenti mendadak terhalang oleh seorang pria yang berdiri di depan nya.
"Hemmm...Selamat malam nona Lian?" Pria itu tersenyum getir kepada Mita.
Mita sangat paham siapa lelaki di hadapan nya.Wajah Mita mendadak pucat.
Inilah yang paling tidak dia sukai jika berada di keramaian.Bertemu dengan orang-orang yang pernah menyewa jasa nya.Menjadi pacar sewaan adalah profesi lain selain menjadi sekretaris Ameer.
Dion yang mengetahui situasi itu,menatap Mita dan lelaki di depan nya bergantian.
"Senang bertemu dengan mu di sini.Ternyata target mu sekarang bukan lah bos melainkan Asisten"
Lelaki itu pun terbahak.Mendadak suasana hening dan perhatian semua orang tertuju pada nya.
Lelaki itu mendekat,semakin mendekat.Mita yang berdiri mematung di sana sudah sangat kencang degup jantungnya.
Hingga seseorang menyeret lengan Mita dan membalikan tubuhnya berhadapan.
......................
.
.
.
to be continue
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!