NovelToon NovelToon

BATTLEFIELD OF LOVE

Episode 1. Jennifer Gothard

Hai gaiss, selamat datang dibook baruku. Buat kalian yang mengikuti Beating Heart aku mengubah pemerannya. Yang gak berubah Fred doang.

Aku mengganti pemeran Jennifer dan James

Jika ada tulisan¹ . Angka 1 itu berarti ada penjelasan istilah. Karena genre  novel ini Action SciFi dan Romance , bagian science nya banyak penjelasannya

OK. Hope you enjoying this . Happy Reading don't forget klik FAVOURITE

🎁🎁🎁🎁🎁🎁🎁🎁🎁🎁🎁🎁

 

 

CHAPTER 1. Shattered World, Beginning of Chaos.

Ut haec ipsa qui non sentiat deorum vim habere is nihil omnino sensurus esse videatur."

If any man cannot feel the power of God when he looks upon the stars, then I doubt whether he is capable of any feeling at all.

Jika seorang manusia tidak bisa merasakan kekuatan Tuhan ketika dia melihat keatas bintang, maka aku meragukan apakah dia bisa merasakan sedikit saja.

🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁

Part 1. Jennifer Gothard

Aku Jennifer Gothard, 27 tahun,  seorang perawat senior khusus surgical, BSN degree¹ dengan pangkat Captain di William Beaumont Army Medical Center El Paso, Texas. Rumah sakit militer terbesar di negeri ini.

Aku yang tengah menabung dan menghemat mati-matian untuk kuliah CRNA² di usia ke-27 ku ini. Aku mendapat beasiswa tapi tidak penuh, aku harus bekerja dan menghadapi buku kembali dan beberapa tahun ini penghematan mati-matian.

 

 

I desperate need more money right now!

 

Tapi rasanya ini sangat lama untuk dituntaskan dan ini menyiksa sekali. Bahkan aku harus menghemat setiap sennya.

 

Aku mematikan aplikasi penghitung pengeluaranku dan memijat kepalaku yang tiba-tiba terasa berat. Hidupku memang berat, walaupun aku akan lakukan apapun untuk keluar dari lingkaran ini. Dan menjadi dokter adalah salah satunya. Dan terlebih lagi karena aku memang menginginkannya.

"Jen, Dokter Richard menunggumu di kantornya." Temanku Rose mengejutkanku saat dia lewat di depan mejaku di depan ruang ICU unit.

 

Aku bergegas ke kantor Mr. Richard. Mr. Richard adalah dokter bedah senior  yang mengepalai instalasi ICU khusus cardiologist yang menjadi bossku dua tahun ini. Dokter tua itu tersenyum melihatku.

"Jen, duduklah..." Aku dengan cepat menempatkan diriku didepan Mr. Richard.

 

"Aku akan memindahkanmu ke unit baru khusus dibawah seorang dokter muda baru rekomendasi seorang rekanku dari Mount Sinai... Hmm namanya Dr. James Wilson. Dia mungkin belum terbiasa dengan pengaturan kita disini, tugasmu membantunya dalam operasi-operasinya kemudian. Dan tentu saja ada bonus untukmu.. " Mr. Richard sengaja menahan kata bonusnya.

 

"Bonus apa sir,..." Aku langsung antusias. Maksudnya gajiku ditambah?! I need that so badly, please...

 

"Dia tampan... " bahuku langsung turun dan tidak bersemangat lagi. Dokter tampan, cardiologist, single, well... aku akan ada di urutan ke-999  disini. Dia akan seperti ratu lebah yang dikerubungi  lebah pekerjanya. Dan aku mungkin sepert semut diseberang lautan yang tak dianggap.

"Kenapa kau begitu lemas mendengarnya." Dr. James menertawakan ekspresi tak bersemangatku.

"Kau tahu aku tak tertarik pada dokter tampan Sir... I'm out of the league." Dr. James tersenyum lebar.

 

"Aku mengerti, kau akan memilih kariermu diatas segalanya. Tapi kadang menemukan teman berbagi akan menjadi sebuah bantuan Jen."

 

Mungkin jika kau bisa menemukan seseorang yang secara finansial jauh diatasmu seperti para perawat cantik yang mendapatkan para dokternya.

 

Tapi aku percaya aku bukan seorang yang  dikaruniakan keberuntungan seperti itu. Jadi aku lebih percaya mengejar keberuntunganku sendiri. Dan aku membenci orang yang mengantungkan kebahagian dirinya kepada orang lain.

 

"Ayo bersemangat Jen, kau bisa..." Aku meringis lebar.

"Aku selalu bersemangat Sir,..." Aku keluar ruangan dokter Richard dengan cepat. Well, ganteng, dan dokter cardiologist. Pasti banyak yang mengejarnya. Mungkin aku bisa memanfaatkan itu nanti.

 

Ahaaa.. aku menyeringai lebar, akan lakukan apapun demi tambahan biaya kuliahku. Termasuk jadi perantara kencan, otakku berputar mencari kesempatan..

 

James Wilson.

 

Aku pernah mengenal seseorang dengan nama itu. Sudah lama sekali. Tapi banyak sekali nama James Wilson. Tak mungkin dia.

💙💙💙💙💙

 

 

Aku tak menunggu lama. Aku segera menyebarkan rumor akan ada dokter cardiologist gagah baru lulusan Stanford  yang akan menjadi atasan baruku kepada seantero perawat dan pegawai rumah sakit ini.

 

William Beaumont  Medical Center  !atau disebut juga Fort  Bliss adalah sebuah rumah sakit militer terbesar di Inggris yang memperkerjakan 2.000an orang staff baik yang sudah diangkat officer maupun sipil. Dan aku sudah memperhitungkan biaya yang akan kukenakan untuk menjadikan diriku sebagai sumber informasi dari James Wilson ini.

El Paso, Texas

---------

Berita seperti ini cepat sekali menyebar percayalah. Aku hanya perlu mengeluarkan satu paragraf kecil dan biarkan angin melakukan sisanya.

 

Kemarin aku melakukannya di ruang makan dan pagi ini semua orang sudah penasaran siapa "hot chart available man" yang akan terpasang di list rumah sakit terbesar di El Paso ini.

 

Dengan cepat masuk ke ruangan dr. Richard begitu dipanggil dan mengedipkan mataku pada teman-temanku yang sudah tidak sabar menungguku.

 

Aku mengetuk pintu dan menunggu tanda masuk. Semoga dia cukup tampan sehingga aku bisa menjual info tentangnya. Dan harus menghentikan diriku menyeringai lebar sekarang.

 

"Masuk Jen..." Seseorang duduk membelakangiku. Dia terlihat cukup tinggi. Ini awal yang baik.

"Ini perawat kepercayaanku,  nurse Jennifer Gothard. Dia akan membantumu." Pria ini berbalik, tingginya mungkin sekitar 185 dia cukup tinggi untuk membuatmu terintimidasi, aku yang 175 harus sedikit mendongak melihatnya.

Aku mungkin sedikit rabun dekat sekarang. James Wilson?

Apakah dia benar-benar  James yang kukenal.

 

"Tootsie..." I hate that name! Mataku membesar menatap pria didepanku. Dia terlihat gagah sekarang... Walaupun dulu dia memang tampan, tapi sekarang wajahnya membentuk struktur dewasa yang bold, panas dan membuatmu ingin menjadikannya sesendok eskrim.

 

"Dickhead!" Aku menutup bibirku yang langsung menyebutkan nama sebutannya. Itu sama sekali tak sopan. Itu boss barumu Jen!

"Kalian kenal satu sama lain?" Dokter Richard langsung penasaran dengan ekspresi kami berdua.

"Ehmmm ... kami pernah ... bertetangga." James menjelaskan dengan cepat.

"Ohhh, baiklah kalau begitu semuanya akan lebih mudah. Jen, bantu dia!" Aku hampir meringis sebagai ganti senyuman.

 

"Yes sir..." Tapi aku kemudian teringat sesuatu yang membuatku tersenyum lebar saat keluar dari ruang dokter Richard. Aku langsung berbalik dan menghentikan langkahnya.

 

"1000 dollar Dickhead!" Aku menadahkan tanganku meminta uang.

 

"What?!" Dia menatapku dengan tidak mengerti.

 

"Kau tidak ingat kau memecahkan jendela Ibuku dan kau berhutang padaku biaya reparasi jendelanya dan biaya Mr. Tony tukang yang datang ke rumah. Kau memohon-mohon aku untuk membayarnya dulu saat itu aku mengeluarkan tabunganku 50  dollar. Kau sama sekali belum membayarku 15 tahun kemudian, itu dihitung dengan inflasi dan bunga selama 15 tahun dan pertimbangan bahwa gajimu mungkin 10x lipat dariku. Now give me back my money..." Dia pasti terperangah dengan begitu cepatnya aku bicara.

 

"Kau memang gila Tootsie..."

"Yes! Dan jika kau tidak membayarku kau akan dapat kesulitan besar sekarang, kau jelas butuh bantuanku disini..." aku punya kekuasaan mengancam bosku sendiri. Aku suka ini, sekarang matahari bersinar terang di atas kepalaku dan aku tersenyum lebar.

 

Dia mengeluarkan dompetnya. "Aku punya 300 disini ..." aku segera mengeluarkan ponselku.

 

"Ini nomor rekeningku ..."

 

"Kau lintah penghisap." Dia melihat ke arahku dengan tak percaya apa yang aku lakukan.

 

"Yes, and I need that money..." Aku tak perduli apa yang dia katakan. $1.000 adalah uang yang besar. Dia melihatku sebentar dan tak bicara apapun.

"Done! See..." Dia memperlihatkan notifikasi transfernya. Aku tersenyum lebar.

"Thank you dear...." Kenapa dia baik hati sekali dan langsung mengabulkan permintaanku? Well, Aku tak perduli. Yang penting aku mendapatkan tambahanku.

"Aku akan membawamu tour ke rumah sakit ini boss. Ayo ikut aku, nanti siang kau akan dikenalkan ke sesama dokter dan perawat bagian ini oleh Mr. Richard..."

Dan tour ini adalah sumber penghasilan juga bagiku. Ingin mengetahui lebih banyak soal dokter tampan ini. Aku sedang mengiklankan daganganku. Konsultasi berbayar akan diterima.

Ohhh my God. Terima kasih sekali sudah mengirimkan sumber uang untukku. Aku terharu kau mendengar doaku.

 

Dan aku tahu doaku ini sedikit tak pantas.

------🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁

 

¹ BSN : Bachelor Sciene of Nursing

Semacam gelar sarjana di keperawatan  di US diselesaikan dalam 4 tahun pendidikan. Ada juga RN  ( Registered Nurse) pendidikan keperawatan yang hanya membutuhkan dua tahun pendidikan.

 

² CRNA  : Certified Registered Nurse Anesthetist

CRNA adalah pendidikan lanjutan selama 3 tahun bagi perawat yang bekerja di ruang operasi untuk anestesi, bisa menjadi assisten dokter  dalam operasi dan pengobatan lainnya.  Ini hanya bisa di apply setelah mereka menyelesaikan BSN degree ďan punya 3 tahun pengalaman bekerja sebagai perawat. CRNA adalah profesi yang dihormati di rumah sakit bahkan oleh level dokter bedah.

Tugas mereka adalah membantu dokter anestesi, mengawasi pemulihan pasien sesudah operasi. Di US gaji mereka mungkin bisa hampir 2,5 - 3x lipat dari perawat biasa. Biasanya mereka bekerja di ICU, ruang operasi dan kadang diperbantukan di ER. ( sekitar 190,000 sd 240,000  per tahun)

 

 

Episode 2. James Wilson

"Konsultasi pasien pertamamu Mr. Wilson." Aku memanggilnya Mr. Wilson, bagaimanapun dia sekarang atasanku dan dia senior surgeon.

"Kau tinggal dimana Jen,..." Dia tidak memanggilku dengan nama panggilan itu lagi.

 

"Tak jauh dari sini..." Aku menjawab singkat. Dia tidak perlu tahu aku hidup sederhana. Aku tak ingin membicarakan hidupku kelabu.

James Wilson.

Kami bertetangga dulunya. Dia teman dekat kakakku Kenneth Gothard, tapi dia pindah saat berumur 15 tahun.

Meneruskan senior high schoolnya ke Massachusetts dan mengejar cita-citanya kuliah di Medical School Harvard. Dan keluarganya memang punya latar belakang kedokteran.

Dia dan kakakku Kenneth berotak encer, sahabat dekat sejak mereka di elementary school. Dan aku selalu mengekor kemana mereka pergi sejak kecil. Kami semua punya panggilan masing-masing.

 

Aku Tootsie!

Dia Dickhead!

Kakak Pighead!

Kami memang menggelikan.

"Ibumu masih bersamamu?"

"Yeah, Mom sehat-sehat saja..." Ibuku sehat, tapi mungkin tak ada bedanya dia ada atau tidak. Dia tinggal bersamaku. Tapi tak pernah menggangapku ada.

 

"Kau tahu kakakku sudah meninggal bukan." Kakakku sayang telah tenang di surga sana. Kakakku meninggal karena kecelakaan diumurnya yang ke-19. Yang kemudian mengirim ibuku ke masa depresi, pemakaian obat-obatan terlarang dan hal tidak baik lainnya. Aku hampir putus sekolah jika pamanku tidak menolongku membayar fee sekolahku.

 

"Aku tahu, aku tidak sempat kembali ke London. Sangat mengejutkan saat aku mendengarnya dari Ibuku. I feel sorry..."

"Itu sudah lama..."

 

"Ayahmu juga meninggal karena kecelakaan bukan. Pasti sangat berat buat kalian." Dia menatapku dan bersimpati.

Aku membenci simpati. Di usiaku yang 15 tahun aku sudah tahu arti berjuang sendiri untuk hidup. Aku sudah mulai bekerja apa saja untuk membiayai diriku sendiri.

 

"Kami baik-baik saja. Itu sudah cerita yang harus dilewati." Aku tersenyum. Melihatnya membuatku teringat kepada kakakku. Dia memang membawa keberuntungan untukku. Mungkin kakak mendengar doaku dan membantuku mengirimkan sumber tambahan uang ini.

 

Tapi jika Dickhead ini tahu aku berencana memanfaatkannya sebagai tambang uang, dia sudah pasti akan membunuhku.

 

Aku akan memohon dia mengampuniku. Masalah selesai. Dia baik hati. Aku meringis sendiri melihat malaikat putih melawan malaikat hitam dalam kepalaku.

"Dokter Dickson mengirimnya padamu karena dia pikir pasien ini punya arrhythmia¹." Aku langsung fokus kembali ke pekerjaan. Aku memberinya sebuah chart ECG dan menujukkan padanya masalah yang dimaksud.

James melihat chart yang kuberikan.

 

"Kau bisa membaca chart... "

 

"Tentu saja, aku menjadi perawat senior kepercayaan Dr. Richards dan mendapat beasiswa  di usia 27 bukan kebetulan. Aku banyak belajar, mengamati dan bertanya. Kau bisa mengandalkanku untuk membantu mengawasi..." Dia tersenyum dan mengangguk.

"Kau selalu bertekad penuh seperti dulu."

 

 

"You're right. I don't do average Sir**. Jika ada yang bisa kupelajari dan aku harus tahu. Aku akan mempelajarinya dan mungkin menyusahkanmu dengan pertanyaanku, tapi kau bisa percaya aku untuk mengawasi banyak hal dari pasien, dan aku pastikan pengamatanku tak pernah salah..."

***I don't do average: saya tidak melakukan hal-hal biasa *

"Hmm, aku percaya itu. Bahkan dengan kakakmu sendiri kau tak pernah mau kalah. Kau selalu ingin memenangkan setiap perlombaan dulu..." Aku diam.

 

Kakakku adalah kebanggaan Ibuku. Dan aku yang cuma perawat dipandangnya sebelah mata tanpa berpikir bahwa biaya kuliahku yang dihabiskannya di masa dia depresi menyebabkan aku harus mengakses dana pinjaman kuliah pemerintah  yang hanya bisa memberiku kesempatan menjadi perawat, membayar kuliahku sendiri. Dan meninggalkan mimpiku menjadi dokter.

 

Aku berjuang sendiri mencapai apa yang kuinginkan. Membiayai kehidupan kami, tapi satu detikpun dia tidak berusaha menghargaiku. Pikirannya selalu terpaku pada dua laki-laki yang ada dihidupnya.

Tapi belakangan aku sudah kebal. Kupikir tanpa dia menghargaiku aku harus menghargai diriku sendiri. Aku akan membuka matanya.

"Kakakku selalu menang, sekeras apapun aku berusaha. Hanya kau tak tahu." Aku menjawabnya sambil tersenyum masam. James diam tak mengatakan apapun tentang itu.

 

"Baiklah, panggil pasien kita."

💙💙💙💙💙

 

 

 

 

"Aku minta nomor teleponnya..." Susan, perawat cantik sexy ini berdiri didepanku sambil memelas.

 

"$100... " Aku meringis lebar.

 

"Mahal sekali..." Dia mendelik menatapku.

 

"Jika kau mendapatkannya $100 tidak akan ada artinya... Dan jangan berikan ke orang lain. Sebagai bonus dia akan kesini sebentar lagi untuk mengambil form pengecekan rutin pasien hari ini. Kau bisa menyapanya disini. Kau beruntung..." Aku menjual nomor telepon James Wilson. Dalam 4 hari ini sudah tiga orang berarti $300.

Susan mengeluarkan dua lembar $50 yang kuterima dengan cepat dengan senyum lebar. Aku langsung menulis nomor teleponnya di notes kecil dan memberikan padanya.

 

"Jangan katakan kau mendapatkannya dariku..." Aku memastikan aku terlindungi. Susan membuat tanda oke dan gerakan mengunci bibirnya.

 

Tak lama James datang ke mejaku mengambil data pasien.

 

"Jen, ... " aku memberikan padanya laporanku ketika dia datang. Dan Susan dengan cepat mengambil kesempatan.

"Mr. James, aku mendengar kau dokter baru disini. Selamat datang. Aku Susan...senang bertemu denganmu." James melihat ke arah gadis blonde itu.

"Hai Susan, senang bertemu denganmu juga." Dia tersenyum sedikit. Formal sekali. Jelas-jelas Susan dengan provokatif membuat gerakan berlebihan memainkan rambutnya dan tersenyum menggoda. James tidak mengambil kesempatannya?

 

 Well, nampaknya dia tidak tertarik sama sekali. Mungkin seleranya terlalu tinggi.

 

"Jen ikut aku..." dia langsung pergi setelah mengambil data dan mengabaikan Susan yang cantik itu.

 

"Sure." Aku mengendipkan mata ke Susan yang menghela napas panjang karena dia diacuhkan begitu saja.

 

Kami pergi ke ruangan prakteknya. Ada seorang dokter muda tanpan menunggu didepannya. Mungkin seumur denganku.

 

"Ini Noah Adamson bersama Kenneth  dia akan jadi internku. Noah, Evan ini Jennifer Gothard..."

 

Aku bersalaman dengannya Noah . Senyumnya mengembang di wajah tampannya secerah matahari. Dia terlihat sangat menyenangkan. Aku berani bertaruh dia popular di kelasnya.

 

"Senang bertemu denganmu dr. Adamson..." Dia menjabat erat tanganku. Aku membalas senyum dan jabat tangannya dengan antusias. Aku merasa kami akan jadi tim yang hebat.

"Panggil aku Noah saja, senang bisa bekerja denganmu Jen..." Dan tampaknya dia orang yang rendah hati.

 

 

"Oke Noah, kita akan tim hebat."

 

Banyak dokter bedah yang baru calon meminta dipanggil dengan gelarnya Doc setidaknya oleh para perawat.

"Kita punya beberapa case yang aku ingin kalian bantu segera...."

---------

 

 

¹Arrhythmia: Kelainan irama jantung, entah tidak beraturan terlalu cepat atau terlalu lambat,  terjadi ketika denyutan jantung tidak bekerja sebagaimana mestinya. *

Episode 3. Could You See Me Standing Here?!

Aku punya rahasia yang kupendam selama bertahun-tahun.

 

 

James Wilson

Dia adalah cinta pertamaku.

 

 

Aku ingat saat pertama aku menyadarinya musim panas saat dia kembali untuk liburan musim panas.

Aku berusia 13 tahun dan dia 19 tahun.

 

Aku tak melihatnya selama 3 tahun. Ayah baru beberapa bulan tiada. Kami sedang bersedih, tapi aku masih mempunyai kakakku disampingku.

 

Dalam tiga tahun dia berubah sangat banyak. Rasanya seperti melihat dia yang masih kekanakan saat dia meninggalkan London untuk Senior High School dan tiba-tiba dalam semalam berubah menjadi pangeran tampan berkuda putih.

 

"Hai Tootsie,..." Aku tak menjawab saat dia menyapaku. Aku terlalu terpesona melihatnya saat itu. Demi Tuhan dia sangat berbeda.

 

 

"Hei kau baik-baik saja..." Dia mengacak rambutku, aku seketika terkejut dan jantungku berdetak kencang. Mungkin saat itu aku masih terlihat seperti gadis kecil baginya.

"Aku baik..." Wajahku panas, kali itu aku benar-benar salah tingkah. Pertama kali dalam hidupku aku salah tingkah oleh kehadiran seorang pria. Dan dia adalah teman kakakku. Bagiku sekarang dia terlihat seperti pangeran tampan yang sempurna.

 

Aku menyukainya pada pandangan pertama.

 

"Sekolahmu baik? Kau pasti bersedih soal ayahmu..." Dia menatapku dengan bersimpati. Aku kehilangan Ayahku tentu saja, tapi entah kenapa saat itu seperti aku masih mempunyai seseorang yang lain. Kakakku, pelindung keduaku.

 

"Aku baik-baik saja. Masih ada Kenneth. Kami akan baik-baik saja." Dia mengangguk dan duduk disampingku.

 

"Tentu saja Ken sangat menyayangimu..." Dia kembali mengacak rambutku. Aku hanya tersenyum dan membiarkannya. Aku menikmati perhatiannya yang tak lebih dari seorang anak kecil yang minta perhatian kakaknya.

 

Dia kembali lagi musim panas berikutnya dan aku hanya bisa memandangnya pergi berdua bersama kakak. Tentu saja aku tak bisa menjangkaunya aku hanya gadis kecil yang baru beranjak remaja.

 

Mereka adalah para pria muda yang sedang menikmati masa mudanya. Gadis-gadis dan pesta pesta dengan minum bir dan alkohol. Dan aku adalah gadis kecil High School yang berbeda 6 tahun dengan mereka, adik kecil sahabatnya.

 

 

Dia tak pernah tahu aku hanya mengaguminya dari jauh. Dan akupun tak mau memberitahunya. Itu sangat memalukan, bahkan aku malu jika dia tak sengaja menatapku.

 

Aku hanya gadis kecil lugu yang mengagumi pangerannya.

 

Tapi tahun berikutnya nasib burukku dimulai. Kakak meninggal dalam kecelakaan. Sebuah tabrak lari tragis ketika oleh pemabuk yang mengemudikan mobilnya saat dia baru akan pulang dari kuliahnya.

 

Saat itu aku mulai hidup sendiri dan pelindungku pergi selamanya sampai hari ini aku berjalan sendiri.

Dan sekarang aku berjalan masuk ke rumah sederhanaku di Elvira Lane. Rumah ini dua puluh menit dari rumas sakit. Aku mengajak ibuku tinggal disini.

 

Ini bukan lingkungan impressive tentu saja, perumahan sederhana mungkin bisa dikatakan suram. Hanya El Paso adalah kota yang aman karena banyaknya anggota militer yang adalah perumahan tentara tentara dan pensiunan terbesar berisi lebih dari 10.000 orang.

 

Rumah kecil dengan dua kamar tidur yang kusewa sejak 4 tahun lalu. Sewanya tak mahal hanya $850 per bulan. Dan pertama aku menyewanya hanya menyaratkan gaji di kisaran $40.000 per tahun. Aku sudah mencapai diatas $60.000 karena kerja keras dan kompetensiku, tapi tak mendapatkan apapun di tahun awal karena aku harus membayar student loan.

 

Dapur kecil dan ruang tamu yang tergabung di lantai pertama itu terlihat berantakan. Entah mungkin bisa dikatakan jarang dirapikan. Perlengkapan kami hanya sofa yang sudah tua. Meja makan sederhana.

Ibu entah pergi kemana, ini hari liburnya. Dia bekerja disalah satu mini market di daerah ini,  aku tak tahu. Dia tak akan mau repot membereskan flat ini.

 

Mungkin pergi ke sebuah pub untuk minum. Dia suka minum sejak kematian kakak. Dia sama sekali tak bekerja sebelumnya, dia menghabiskan tabungan Ayah dan Kakak, bahkan tabungan pendidikanku untuk dirinya sendiri.

Dan sekarang dia menghabiskan uang yang kuberikan untuk minum dan bersenang-senang. Jika aku bisa aku ingin pergi. Tapi dia satu-satunya keluarga yang kupunya.

Mungkin sampai sekarang mungkin dia masih belum bisa menerima kalau Ayah dan Kakakku yang dibanggakannya diambil darinya. Entahlah mungkin dia tak pernah menaruh harapan apapun padaku.

Aku membuat sandwich untuk diriku sendiri. Hanya bahan itu yang ada dikulkasku sekarang.  Pintu terbuka dan Ibuku pulang. Kali ini tampaknya dia tidak mabuk. Mungkin pergi bersama teman-temannya.

 

Dia melihatku duduk dan makan.

 

"Tolong buatkan aku... " Dia duduk didepanku. Aku menyerahkan sandwichku yang baru akan kumakan kepadanya. Aku pergi membuat yang lain.

 

 

"Baru pulang..."

 

 

"Iya." Aku menjawab singkat.

 

 

"Kau bekerja keras, tapi tak mencapai apapun..." Aku tak menanggapinya. Aku menumpuk bacon telur dan beberapa telur ke atas rotiku. Dan mulai menghela napas.

 

 

"Harusnya kau ke salon perbaiki penampilanmu, cari dokter  kaya yang mau membiayai kehidupanmu. Dari dulu aku sudah bilang padamu. Kau hanya menggangap perkataanku angin lalu." Aku hanya menghela napas panjang.

 

"Kau memang payah ..." Perkataan kali ini memancing emosiku.

 

"Aku akan berhasil dengan tanganku sendiri Mom. Kau pikir dengan apa kita hidup selama ini!"

 

"Ohh hidup di rumah sempit ini kau bilang hidup! Kau membuatku tertawa!" Dia membalas perkataanku dengan  gayanya yang berlebihan.

 

"Kau yang membuat kita hidup begini. Kau yang membuatku hampir putus sekolah kau tak ingat!" Aku belum selesai bicara.

 

 

"Aku hanya menjadi perawat miskin seperti yang kau bilang itu salahmu. Bahkan aku harus membayar pendidikanku sendiri. Apa kau pernah memikirkan itu. Apa kau pernah berlaku adil padaku. Hidup kita begini ini semua kesalahanmu!" Aku akhirnya bicara dengan nada tinggi. Dia diam tak menjawabku.

 

 

Aku pergi dari dapur dengan cepat sambil membawa makananku  dan membanting pintu kamarku. Sekarang aku terlalu marah bahkan untuk berhadapan dengannya.

Berkali-kali aku mencoba menerima bahwa mungkin dia depresi dengan kehilangan ayahku. Aku tahu dia adalah tipe yang tergantung pada Ayah. Hidupnya adalah membuat rumah menjadi ceria. Dan kehilangan dua laki-laki penopang hidupnya seketika menjungkir balikkan dunianya.

 

 

Tapi begitu Ayah dan Kakak pergi bahkan dia tidak pernah mengganggapku ada. Bukankah aku anaknya juga. Apakah aku sedemikian tidak punya masa depan baginya.

 

 

Aku membenci perlakuannya padaku.

 

Aku benci menjadi cantik, aku tidak ingin menjadi cantik. Aku membenci kehidupan para wanita yang tergantung pada pria. Aku hanya ingin punya banyak uang dan membuktikan pada Ibuku aku juga berharga. Bukan hanya pria yang bisa menopang keluargaku.

 

 

Aku sudah terlalu lelah menangis sejak kepergian kakak. Aku tak akan menangisi nasipku lagi. Ibuku bisa menangisi kepergian mereka seumur hidupnya. Tapi aku bisa berjuang untuk hidupku sendiri.

 

 

Aku bersumpah aku akan membuktikan padanya kalau aku bisa berdiri diatas kakiku sendiri tanpa mengikuti pemahamannya bahwa wanita harus tergantung pada pria.

 

 

Aku akan buktikan padanya.

 

 

 

 

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!