"Aku akan segera pulang."
Ervan memijat keningnya yang mendadak pusing lantaran ia mendapatkan telepon tiba-tiba dari kedua orang tuanya jika kakeknya masuk ke rumah sakit.
Padahal Ervan banyak pekerjaan sore ini tetapi ia memutuskan untuk membereskan semua pekerjaannya, dan langsung saja menuju ke rumah sakit di mana kakeknya dirawat. Dan memang belakangan ini kondisi kesehatan kakek Wira sedikit menurun lantaran memang usianya yang sudah tidak muda lagi dan juga beliau sakit-sakitan hingga membuat Ervan cemas karena Ervan adalah cucu satu-satunya dari keluarga Prawira.
"Denis, ikut aku ke rumah sakit."
Ervan memerintahkan Dennis, asisten pribadinya untuk ikut dengannya ke rumah sakit di mana saat ini pikirannya tidak fokus untuk mengemudi, ia tau jika nanti terjadi apa-apa di jalanan.
Denis pun hanya menganggukkan kepalanya, lantaran ia juga tidak menginginkan kondisi buruk terjadi kepada bosnya itu terlebih lagi ia sudah mendengar kabar jika Tuan Prawira sedang masuk ke rumah sakit dan pastinya ini adalah goncangan terberat buat Ervan karena Ervan merupakan cucu kesayangan dari tuan Prawira.
"Cepat sedikit, kamu lama sekali mengendarai mobilnya, apa kamu tidak lihat jika aku sudah khawatir dengan kondisi kakek!!"
Memang laki-laki yang berumur 25 tahun itu tidak banyak protes ketika Ervan yang menginginkan ini dan itu yang mana memang Denis sudah sejak lama ikut dengan Ervan yang mana semua sifat-sifat Ervan ini sudah tahu.
Sesampainya di rumah sakit, Ervan bergegas untuk menuju ke ruang perawatan kakeknya di mana memang ruangan ini khusus untuk kakeknya saja yang merupakan pemilik saham terbesar di rumah sakit ini.
"Ervan sini nak.."
Ucap kakek Wira dengan suara yang terbata-bata ketika melihat Ervan sudah masuk ke dalam ruangannya beliau menyunggikan senyumannya karena sudah melihat cucu kesayangannya itu berada di sini.
"Kakek kenapa ? Kakak janji sama aku untuk tetap sehat kan, kenapa Kakak seperti ini pasti kakek tadi makannya ceroboh sekali."
Kakek Wira menggelengkan kepalanya, memang di usia yang sudah tidak muda lagi ini berbagai macam penyakit bersarang di tubuhnya tetapi entahlah beliau akhir-akhir ini memang kondisinya menurun karena memikirkan sesuatu hal yang pastinya memikirkan tentang Ervan.
"Ervan kapan kamu akan menikah? Kakak sudah ingin melihat cicit Kakek tumbuh besar."
Deg
Ervan hanya terpaku manakala kakeknya meminta dirinya segera menikah, padahal ia sama sekali belum berencana untuk menikah. Bukannya karena ia tidak ingin tetapi kekasih hatinya yang masih belum mau diajak untuk menikah, jangankan untuk menikah Sesilia malahan tidak mau dikenalkan dengan keluarganya dan memilih untuk meniti karir di negara orang sebagai model.
"Menikah itu gampang kakek, yang terpenting Kakek sehat dulu, nanti kalau kakek sudah sembuh aku akan menikah dan pastinya aku akan memilih istri yang terbaik, yang sesuai kriteria kakek yang juga menyayangi kakek."
Ya meskipun Ervan tahu sifat dari kekasihnya itu bagaimana, tetapi Ervan sendiri yakin jika Sesilia mampu meluluhkan hati keluarganya di mana Ervan sangat mencintainya dan berharap jika Sesilia dalam waktu dekat ini akan pulang ke Indonesia dan mau dikenalkan dengan keluarganya.
"Tapi sampai kapan Van, apa kamu mau melihat kakek mati tanpa menyaksikan pernikahan kamu terlebih dahulu?"
"Jangan berkata seperti itu kek, maka nya Kakek harus cepat sehat untuk bisa menyaksikan pernikahan Ervan nantinya, Ervan janji akan menikah secepat ini tetapi kakek juga janji harus sehat dan menjaga kondisi kakek."
Kakek Wira menggeser tubuhnya, ia meminta bantuan Ervan untuk duduk saja dan tidak ingin tiduran karena setelah melihat Ervan, kondisi kakek Wira sedikit membaik terlebih lagi dengan apa yang sudah dikatakan Ervan jika cucu satu-satunya itu akan menikah dalam waktu yang cepat.
Beberapa menit kemudian..
Kakek Wira terlihat mengambil nafas, pria yang sudah tua itu terasa sangat kesulitan bernafas sehingga membuat Ervan menjadi khawatir dengan kondisi kakeknya padahal beberapa saat yang lalu kakek Wira tidak baik-baik saja.
"Kakek tiduran saja jangan melepaskan oksigen, kondisi Kakak masih belum pulih."
Ervan yang melihat kondisi kakeknya yang tidak baik-baik saja langsung saja memasangkan oksigen lagi dan meminta kakek Wira untuk berbaring dan istirahat, Ervan juga ingin memanggil dokter tetapi tangannya langsung saja dipegang oleh kakek Wira karena kakek Wira masih ingin berbicara dengan Ervan dan tidak mau dipanggilkan oleh dokter.
"Sebentar saja kek, aku akan panggilkan dokter untuk memeriksa kesehatan kakek, lagi pula kakek memang tidak boleh banyak bicara, kakek harus banyak-banyak istirahat."
"Tidak perlu Van, kakek masih ingin bicara sama kamu dan duduklah."
Ervan menoleh ke belakang di mana kedua orang tuanya sudah berdiri di sana dan pastinya Papa Rudi mengerti arti dari tatapan mata Ervan yang meminta supaya dipanggilkan dokter saja, dan tidak mengikuti apa yang diucapkan oleh kakek Wira.
"Iya Ervan akan di sini, tetapi tunggu sebentar .. Kakek jangan banyak bicara biar dokter yang memeriksa kondisi kakek dulu."
Beberapa menit kemudian dokter sudah datang beliau langsung saja memeriksa kondisi kakek Wira.
"Tuhan Wira harus banyak-banyak beristirahat dan tidak boleh berpikir terlalu keras, Tuan Mira harus senang dan tidak boleh berpikir macam-macam, tentu saja sebagai keluarga harus menyikapi kondisi tentang kesehatan Tuan Wira."
Ervan dan kedua orang tuanya mengangguk, kemudian dokter yang memeriksa kakek Wira segera meninggalkan ruangan dan saat ini kakek Wira meminta Ervan untuk mendekatinya karena memang kakek Wira masih ingin berbicara dengan cucunya itu.
"Kamu ingin kakek cepat sembuhkan, Van?"
Pertanyaan macam apa itu yang jelas Ervan menginginkan jika kakeknya sembuh, tidak ingin sakit seperti ini. Di samping Ervan adalah cucu kesayangan kakeknya, Ervan juga sangat menyayangi kakeknya bahkan ia lebih sering menghabiskan waktu dengan kakeknya daripada kedua orang tuanya.
"Tentu saja kek, mana mungkin aku tidak ingin melihat kakek sembuh dan kita bisa jalan-jalan pergi ke luar kota maupun ke luar negeri bersama. Kakek pastinya masih punya impian kan ingin melihat Ervan menikah dan melihat anak-anak Ervan nantinya?"
"Iya tentu saja kakek mau karena itu adalah impian kakek di mana kakek sudah mendapatkan semuanya dan permintaan kakek terakhir menginginkan jika kamu segera menikah dan memberikan kakek cicit."
Ervan terlihat membuang nafas yang kasar, percakapan dengan kakeknya sudah membuat Ervan bisa menebak apa yang diinginkan oleh kakeknya, nanti namun Ervan juga masih berpikir bagaimana bisa ia mewujudkan keinginan kakeknya di mana kekasihnya saat ini belum bisa dihubungi bahkan Sesilia pun tidak mau membahas tentang pernikahan atau mungkin sekedar pulang ke Indonesia untuk bertemu keluarganya saja, Sesil tidak mau.
"Kakek meminta untuk kamu segera menikah dan perkenalkan pacar kamu kepada kakek, siapapun dia kakek akan merestuinya, kakek tidak mengharapkan jika istri kamu itu seorang model di mana mereka hanya memamerkan tubuhnya saja seperti itu."
Jlebb
Kakek menunjuk ke sebuah televisi di mana di sana terlihat seorang model yang sedang melenggak lenggokkan tubuhnya dan memang dari dulu keluarga Prawira tidak menginginkan seorang menantu dari kalangan model, yang memang bukannya apa-apa tetapi takut saja jika nanti malah meninggalkan Ervan dan memilih untuk menitik karirnya Ervan.
Nah benar apa yang dipikirkan oleh Ervan, jika kakeknya meminta untuk dirinya segera menikah meskipun sebenarnya Ervan tahu bagaimana kriteria dari calon istrinya, itu di mana memang keluarga Prawira tidak mau memiliki menantu dari golongan sembarangan.
Ervan keluar dari ruangan perawatan kakeknya karena ia menginginkan jika kakeknya beristirahat. Dan beberapa menit yang lalu Ervan sudah berjanji akan memperkenalkan kekasihnya itu dengan kakek dan keluarganya yang mana Ervan akan membujuk Sesil supaya mau pulang dulu ke Jakarta dan tentang pekerjaan Sesilia, Ervan akan merahasiakan dulu, baru nanti setelah kondisi kakeknya membaik, Ervan akan menceritakan jika Sesilia merupakan seorang model.
Dengan wajah bingung, Ervan keluar dari rumah sakit.. ia meminta Denis untuk menuju ke cafe di mana beberapa saat yang lalu ia sudah menghubungi Arlan, sahabatnya yang mana ia harus menceritakan semua ny ini, siapa tahu Arlan sudah mempunyai solusi tentang apa yang menimpanya.
"Sebaiknya Bos memang mengikuti apa kemauan Tuan Wira sebelum Bos sendiri menyesal."
Ucap Denis tiba-tiba yang mana ia memang dari tadi berada di ruang perawatan Tuan Wira, karena bukan hanya Denis sebagai asisten pribadi Ervan tetapi Denis sudah dianggap sebagai bagian dari keluarga Prawira karena ia sudah dari dulu bekerja di perusahaan Ervan.
"Ini yang masih aku pikir kan Nis, bagaimana mungkin aku memperkenalkan Sesilia, sedangkan kamu tahu sendiri Sesilia susah dihubungi bahkan dia juga tidak mau menikah dalam waktu dekat ini apalagi untuk mereka bahkan untuk bertemu dengan keluarga aku saja, Sesilia tidak mau lalu apa yang harus aku lakukan."
"Kalau bos tidak mau kehilangan Tuan Wira, Bos masih mengingatkan beberapa tahun lalu di mana Aku kehilangan kakekku dan saat itu aku menyesal sekali karena tidak bisa memenuhi apa keinginan kakekku untuk terakhir kalinya, dan aku harap supaya Bos tidak akan menyesal nantinya."
"Sialan kamu Nis!! kamu membuat aku makin terpuruk saja!!"
Bukannya ia tidak mengindahkan apa yang diucapkan Dennis tetapi memang kenyataan seperti itu, terlebih lagi ia baru saja mendengar informasi dari dokter tentang kondisi kakeknya yang akhir-akhir ini menurun dan sudah dipastikan jika permintaannya tidak dituruti maka kakeknya akan semakin drop dan itu yang membuat Ervan tidak mau menentang ucapan dari kakeknya.
Beberapa menit kemudian, mobil yang dikemudikan oleh Denis sudah sampai di cafe di mana Ervan sudah janjian dengan Arlan sahabatnya.
"Kamu langsung pulang ke rumah saja, nanti aku gampang .. bisa diantar sama Arlan."
Setelah mengatakan itu kepada Dennis, Ervan langsung saja masuk ke cafe di mana ia sudah melihat mobil Arlan terparkir di sana.
"Sorry bro lama.."
"Tidak masalah, kebetulan aku juga berada di sekitar tempat ini btw bagaimana kondisi kakek?"
Ervan menggelengkan kepalanya dan itu berarti tanpa Ervan bercerita, Arlan pun tahu bagaimana kondisi kakeknya saat ini.
"Aku turut prihatin, duduk dulu.. sudah aku pesankan kopi kesukaan kamu."
Ervan menyeruput kopi yang masih hangat itu, kemudian ia berpikir sejenak tentang apa yang diucapkan oleh kakeknya di mana kakeknya meminta untuk dirinya segera menikah atau mungkin memperkenalkan kekasihnya kepada kakeknya terlebih dahulu, namun sayang sekali semuanya hanya angan-angan belaka karena pastinya Ervan tidak bisa memenuhi permintaan kakeknya itu.
"Ada masalah, sepertinya aku merasa jika kamu tidak hanya memikirkan kondisi kakek saja."
"Kakek meminta untuk aku segera menikah."
"Bagus itu, aku sependapat dengan kakek, lagi pula umur kamu sudah 30 tahun dan memang sudah waktunya untuk menikah."
"Hufhh.. kamu tahu sendiri kondisi aku bagaimana, bukannya aku tidak mau menikah tetapi Sesilia yang tidak mau menikah. Kamu paham betul bagaimana cerita hubungan kami, bahkan Sesilia juga meminta untuk merahasiakan hubungan kami ini dan Sesilia juga tidak mau diperkenalkan dengan keluargaku, sementara kakek meminta aku untuk segera menikah atau mungkin memperkenalkan kekasih aku kepada kakek terlebih dahulu."
"Hahaha kasihan sekali kamu, Van. Mempunyai pacar tetapi tidak mau dikenalkan kepada keluargamu, pacar macam apa itu? jangan-jangan Sesilia di sana mempunyai laki-laki lain yang tentunya lebih kaya dari kamu."
Ervan mengeryitkan alisnya, ia juga melototkan matanya ke arah Arlan di mana sahabatnya itu malahan berkata yang tidak tidak dan membuat seketika Ervan mengambil ponselnya dan menghubungi Sesilia.
"Tidak perlu kamu menghubungi nya, pasti Sesilia tidak akan pernah mengangkat telponmu karena dia sibuk, itu kan alasan yang sering dia ucapkan pada kamu?"
Tanpa Ervan bercerita, Arlan paham dengan kondisi sahabatnya itu di mana Sesilia, pacar dari Ervan itu tidak pernah bisa dihubungi dan pastinya itu ada satu alasan selain kesibukannya.
Tidak mungkin tidak mungkin Sesilia mengkhianatiku, aku sangat mencintainya begitupun juga dia yang sangat mencintaiku...
"Lalu aku harus bagaimana? beberapa hari ini Sesilia memang tidak bisa dihubungi."
"Gampang, kamu cari saja perempuan lain yang bisa dijadikan kekasih kontrakmu, ya hanya kontrak saja dan itupun dengan syarat-syarat dan ketentuan yang berlaku."
"Maksud kamu bagaimana?"
"Kamu cari perempuan yang sesuai dengan kriteria kakekmu, aku tahu jika kakek dan keluargamu tidak menginginkan seorang perempuan yang pekerjaannya model dan pastikan supaya perempuan itu berasal dari keluarga baik-baik, kalau bisa yang sederhana dan meminta supaya dia mau menjadi kekasih kontrakmu. Kamu perkenalkan dia kepada kakek dan keluargamu dan melakukan pendekatan dengan kakek, yang mana itu akan membuat kondisi kakek berangsur-angsur pulih dan setelah semuanya normal, kamu bisa memutuskan perjanjian kontrakmu dengan perempuan itu."
Bagaimana mungkin Ervan bisa melakukan itu, sementara hatinya masih terpaut dengan Sesilia dan ia juga tidak mau menghianati Sesilia, tetapi Ervan juga tidak mau kalau terjadi apa apa dengan kakeknya.
"Tidak bisa, aku tidak mungkin berbohong kepada kakek dan aku juga tidak mau mengkhianati Cecilia!!"
"Dasar bodoh!! hanya itu jalan satu-satunya supaya Kakak kamu cepat sembuh, kamu tahu sendiri kan bagaimana kondisi kakek Wira dan jika kamu tidak mengabulkan permintaannya, pastinya kamu akan menyesal. Sorry, aku bukannya ingin mendoakan kakek yang tidak baik tetapi menurut cerita dari kamu, keadaan kakek saat ini tidak baik-baik saja dan mungkin saja jika kamu memperkenalkan seorang perempuan baik-baik ke depan kakek, kondisi kakek akan cepat boleh. Ya, hanya sementara saja Van, sebagai kekasih kontrak .. tidak lebih dari itu, bahkan kamu bisa memberikan perjanjian itu kepada kekasih kontrakmu dengan syarat dan aturan yang sudah kamu tetapkan sebelumnya. Dan pastinya kamu juga tidak menghianati Sesil, karena itu hanya pura-pura saja."
Dan semoga kamu beneran jatuh cinta dengan perempuan itu dan meninggalkan Sesil, karena aku tidak senang melihat kamu berhubungan dengan wanita itu yang mana sepertinya gelagatnya tidak aneh dan aku berharap jika kakek dan kedua orang tuamu menyukai perempuan .. yang entahlah siapapun dia.
Ervan memikirkan terlebih dahulu, apa memang benar ide dari Arlan itu bisa membuat kakeknya sembuh dan pastinya jika memang itu adalah jalan satu-satunya, Ervan akan melakukannya toh juga dirinya tidak salah karena Sesil tidak ingin dikenalkan dulu dengan keluarganya, bahkan beberapa hari ini ponselnya juga tidak bisa dihubungi.
"Oke, aku akan terima ide kamu dan aku juga minta tolong untuk mencarikan perempuan itu di mana yang sesuai dengan kriteria yang keluargaku inginkan."
Arlan tersenyum, ia pun menganggukkan kepalanya dan berusaha akan mencarikan perempuan yang sesuai dengan kriteria keluarga Prawira.
"Sayank, bisakah pulang sebentar? keluargaku ingin bertemu dengan kamu tentu saja mereka hanya ingin berkenalan."
Ervan menelpon kekasihnya dan meminta Sesilia untuk pulang ke Jakarta barang sebentar saja, tentu saja hanya ingin berkenalan dan untuk masalah menikah, Ervan nantinya bisa mengatur rencana supaya tidak menikah secepat ini karena ia tahu Sesilia pastinya tidak mau menikah dulu, ingin menitik karirnya sebagai model di negara lain.
"Maaf sayank, tetapi minggu ini pekerjaanku sangat banyak dan aku tidak mungkin meninggalkannya, kamu tahu sendiri kan menjadi model itu adalah impianku dan pastinya aku tidak mau kehilangan mimpiku begitu saja, please.. aku...mohon kamu tahu kan aku sangat mencintai kamu dan aku harap kamu mengerti dengan apa yang aku lakukan."
Klik
Mendengar jawaban dari Sesilia, Ervan langsung saja menutup teleponnya, laki-laki itu memijat keningnya yang terasa pusing.
Sudah 3 hari ini ia memikirkan tentang bagaimana cara supaya membuat kakeknya cepat sembuh dan tentu saja ia tidak ingin perempuan lain yang menjadi kekasihnya, dan dikenalkan kepada keluarganya. Hanya Sesilia yang ia mau, hingga akhirnya beberapa jam yang lalu Ervan bisa menghubungi ponsel Sesilia, tetapi sayang sekali sudah beberapa kali ia meminta pada kekasihnya itu untuk pulang bareng sebentar saja, tetapi Sesilia tidak mau dengan alasan pekerjaannya yang masih banyak yang tidak mungkin meninggalkannya.
Ceklek
"Sudah aku bilang, kamu harus mencari perempuan yang bisa kamu ajakin bekerja sama dan tentu saja hanya sebagai kekasih kontrak, sembari menunggu Sesilia pulang .. tetapi aku tidak yakin jika kekasihmu itu akan pulang dalam waktu dekat ini dan tentu saja jika kamu tidak ingin mengorbankan nyawa kakekmu, maka kamu harus melakukan ini Van, aku tahu kamu berat melakukan ini tetapi demi kesembuhan kakek, kamu harus bisa melakukannya."
Arlan yang tiba-tiba masuk ke ruangannya dan melihat jika Ervan sedang berpikir, ia tahu jika sahabatnya itu pastinya memikirkan tentang bagaimana cara membujuk Sesilia supaya pulang ke Indonesia dan berkenalan dengan keluarganya, tetapi Arlan juga yakin jika perempuan seperti Sesilia itu tidak mudah dirayu, bahkan suka menguasai Ervan hingga akhirnya Ervan tunduk terhadap Sesilia.
"Apa kamu sudah menemukan perempuan itu?"
"Banyak perempuan yang cantik di kota ini tetapi sayang sekali yang sesuai dengan kriteria dari kakek aku belum menemukannya, mungkin saja kamu bisa mencarinya sendiri mulai dari sekarang."
Arlan bukannya tidak mau untuk mencarikan perempuan itu tetapi memang sangat sulit sekali karena ia tahu pastinya kriteria dari kakeknya itu perempuan yang dari kalangan biasa-biasa saja, tidak mewah tidak menor dan juga tidak kaya raya, yang penting hati dan ketulusannya, namun kebanyakan perempuan sekarang ini tidak seperti itu.
"Sudahlah.. itu PR buat kamu, Aku mau pergi ke rumah sakit dulu menjenguk Kakek, siapa tahu Kakek juga bisa lebih baik dan bisa diajak pulang."
"Ingat kata-kata aku, segeralah perkenalkan seorang perempuan kepada kakekmu jika kamu tidak ingin menyesal nanti!!"
Ervan hanya mengembangkan senyumannya, kemudian keluar dari ruangannya dan berniat untuk ke rumah sakit. Pikirannya tidak tenang saat kakek tersayangnya itu masuk ke rumah sakit.
Sementara di tempat yang lain, Radinka yang hari ini tidak ada jadwal kuliah, ia menyibukkan diri dengan bekerja paruh waktu di cafe yang mana memang keseharian Dinka kerja di sana setelah ia selesai kuliah.
"Astagfirullah ibu..."
Dinka baru saja mendapatkan pesan dari salah seorang perawat yang di sana dan mengabarkan jika kondisi ibunya sedang ngedrop saat ini dan meminta Dinka untuk buru-buru ke rumah sakit.
Gadis cantik itu sudah minta izin kepada bosnya dan langsung saja beranjak dari cafe untuk menuju ke rumah sakit yang kebetulan tidak jauh dari tempatnya ia bekerja.
Brakk
Saking buru-burunya, Dinka tidak sengaja menabrak bagian belakang mobil mewah yang berwarna hitam hingga membuat Dinka menghentikan motornya sejenak.
"Astaga .. apa yang harus aku lakukan, aku sedang buru-buru dan tentu saja pastinya pemilik mobil itu tidak mau tahu dan meminta aku bertanggung jawab."
Dan benar saja, Ervanda yang pemilik mobil itu keluar dari mobilnya dan melihat siapa yang baru saja menabrak mobilnya tersebut, hingga ia melihat ada seorang gadis cantik yang berpenampilan biasa saja sedang menundukkan kepalanya, Ervan tahu jika gadis itulah yang barusan menabrak mobilnya.
Cantik?? Dan sepertinya dia berasal dari keluarga biasa biasa saja...dan bisa aku manfaatkan gadis itu.
"Lo gila apa? Mata lo di mana dan Lo harus tanggung jawab dengan semuanya ini, gue tidak mau ya .. ini mobil mewah dan pastinya kerusakannya sangat banyak!!"
Ketika ia melihat mobilnya yang sudah tidak seperti semula, meskipun ia tahu mungkin saja itu hanya tergores dan tidak begitu parah tetapi melihat Dinka yang sepertinya ketakutan membuat Ervan ingin memanfaatkan kesempatan ini
"Setan!!!"
"Setan teriak setan!! Siang-siang begini jalan tidak lihat-lihat, malahan nabrak mobil gue. Lo tau nggak kerusakan mobil gue ini sangat parah dan lo harus menggantinya dengan 2 miliar!!"
"Apa? 2 miliar ... lo gila!! apa mungkin hanya lecet begini menghabiskan uang sebanyak 2 miliar."
Sudah Ervanda duga jika gadis yang ada di depannya itu pastinya kaget ketika menyebutkan nominal yang harus ganti rugi sebanyak 2 miliar, Ervan tahu jika gadis di depannya itu tidak mempunyai uang sama sekali untuk mengganti rugi biaya kerusakan mobilnya.
"Lo gak lihat jika mobil gue ini sangat mahal dan tentu saja biaya perawatannya pasti juga sangat mahal."
Dinka memang tidak mengetahui beberapa jenis mobil saat ini tetapi melihat bentuk dan juga modelnya, dan Dinka yakin jika apa yang dikatakan Ervan itu memang benar.
"Ganti rugi dua miliar atau lo jadi kekasih kontrak gue!!"
Ya kesempatan dalam kesempitan, itulah yang ada di dalam pikiran Ervan saat ini di mana ia langsung saja mengatakan itu kepada Dinka dan berharap jika Dinka mau menerima tawarannya karena Ervan melihat jika Ervan saat ini sesuai dengan kriteria yang kakeknya inginkan.
"Lo gila!! apa-apaan.. gue tidak mau!!"
Jelas aja Dinka menolak semuanya, di samping ia memang tidak mempunyai uang 2 miliar, ia juga sudah mempunyai kekasih dan pastinya tidak mungkin ia menerima tawaran Ervan meskipun itu hanya kekasih kontrak saja.
"Ya sudah kalau begitu, kalau lo tidak mau dua-duanya, ikut gue ke kantor polisi dan lo harus dipenjara!?"
What?? Apalagi ini, bagaimana mungkin aku harus mendekam di penjara apalagi ibu sedang sakit di rumah sakit dan tentu saja jika aku harus membayar uang sebanyak 2 miliar itu juga tidak mungkin, karena kondisi keuanganku juga sangat menipis, jangankan uang dua miliar .. biaya rumah sakit ibu saja belum Aku bayarkan.
Dinka diam sejenak perempuan cantik itu sedang berpikir, tidak ada pilihan yang terbaik bagi dirinya semuanya menyudutkannya dan memang Dink akui ia salah karena sudah menabrak mobil bagian belakang Ervan, tapi tidak sampai menghabiskan uang 2 miliar untuk mengganti kerusakannya namun apa boleh buat, memang semua ini kesalahannya.
"Tidak ada waktu lagi gue minta keputusannya sekarang!!"
Kring....
Disaat Dinka sedang terdiam memikirkan bagaimana keputusannya, tiba tiba ponselnya berbunyi dan Dinka tau yang menghubunginya adalah pihak dari rumah sakit. Tentu saja ia bergegas untuk menjawab teleponnya itu.
"Astaghfirullahaladzim, iya saya segera ke sana sekarang, tolong jaga ibu saya dulu mbak."
Dinka menggelengkan kepalanya, di situasi yang sudah seperti ini ia masih dihadapkan dengan pilihan benar-benar membuatnya pusing dan juga harus segera ke rumah sakit karena kondisi ibunya semakin mengkhawatirkan dan perlu dilakukan tindakan segera.
"Bagaimana caranya lagi aku bisa mendapatkan uang itu?" gerutu Dinka tetapi dapat di dengar oleh Ervan, yang membuat Ervan tersenyum tipis, karena ia mendapatkan senjata untuk menjerat Dinka.
Ervan tersenyum senang melihat Dinka dalam kesusahan dan sepertinya sedang membutuhkan bantuan. Ia tahu gadis yang ada di depannya itu sedang ada masalah meskipun Ervan sendiri belum menanyakan apa yang terjadi dengan semuanya ini.
"Maaf, gue harus buru-buru ke rumah sakit, ibu gue mendadak kritis dan harus segera dioperasi sekarang."
Tidak mau gegabah dalam mengambil keputusan Dinka akhir nya mendiamkan saja tentang tiga pilihan yang harus ia jawab. Dan Dinka segera meninggalkan Ervan yang saat ini masih mematung di tempatnya.
"Jika Lo mau jadi kekasih kontrak gue, gue akan membayar semua biaya operasi ibu lo."
Ucap Ervan kepada Dinka yang saat ini melihat Dinka ingin buru-buru pergi dari sana. Ervan tau jika Dinka pastinya kesulitan untuk membayar biaya operasi ibunya.
Dinka tidak jadi melajukan motornya, ia malahan melihat ke arah Ervan yang saat ini juga menatapnya.
"Ke Rumah Sakit sekarang, ibu gue butuh bantuan, dan gue akan turutin permintaan Lo."
Dengan berat hati Dinka akhirnya menerima tawaran Ervan, ia tidak mempunyai pilihan lain lagi selain itu, yang mana Dinka memang butuh bantuan untuk biaya operasi ibunya.
Rafa.. maafkan aku..bukan maksud aku untuk menduakan kamu... tetapi ini hanya sementara, dan tidak dengan hati...hanya kekasih kontrak saja.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!