NovelToon NovelToon

Spectacular : Fantasy War

Battle

...Chapter 1...

*Hoooooffffhhhh*

*Duarrrrr*

"Uhuk-uhuk-uhuk."

Sia*, pandanganku tertutup oleh kumpulan partikel debu.

"Sekarang kau takkan bisa lari."

......

"Hiyaaaaaahhh!"

Kisanak Sasha! Kau benar-benar menginginkan sebuah pertarungan serius, kah?! Memang biadab bocah satu ini!

Selagi aku bergumam, sebuah telapak tangan dengan jari-jemari diisi oleh tiap-tiap kekuatan elemental, tetiba muncul dan menyatukan kelima kekuatan tersebut menjadi sebuah telapak tangan berukuran sekitar 1-5 meter.

Air, tanah, api, angin, dan ranting pohon tajam. Itu merupakan kelima kekuatan hebat yang dikeluarkan oleh Sasha. Gila, serius aku harus menghadapi serangan macam nih? Stress memang tuh bocah.

"Tak semudah pemikiranmu, bodoh!"

......

Hohoho, kali ini seranganmu tidak akan menebus tubuhku, Sasha. Jari-jemari buatan kau kupastikan tidak bisa menembus pertahananku.

Seusai aku menyebut sepatah kalimat dari mulut, sekeliling area tempatku berdiri seketika berubah menjadi sebuah lapisan baja terluar pada tank militer. Hahaha, mantap dah, kekuatanku bukan main.

Tak berselang lama kemudian, telapak elemental buatan Sasha akhirnya mendekat, menabrak pelindung tank di sekeliling, menyebabkan sebuah letupan kecil tanpa diikuti oleh percikan api.

"Urrrrrghhhhh."

Debu kampret, main asal terhempas gitu aja. Kisanak, lah!

Karena banyak sekali debu di sekitar, kedua mataku spontan sipit, membatasi kelebaran kelopak mata, menghindari potensi debu masuk ke dalam indera penglihatan. Awas saja kau Sasha, lengah dikit, habis kau!

"Hiyaaaaah-!!"

Suara anak tuh lagi? Pengen dihantam betul, sumpah.

......

Diamlah bodoh! Suaramu membuat telingaku terusik, tau ga?!

"Hah?" Penasaran akan apa yang tengah ia lakukan, segera aku pun menoleh ke sumber suara. Jengkel aku dengan nih orang, sungguh.

"…"

Gawat, mungkin adalah penggambaran tepat untuk masalahku kali ini. Bagaimana tidak? Begitu kepala telah menoleh ke asal suara itu terdengar, seorang bocah berumur kira-kira 7 tahunan, datang dan berniat menebas dadaku.

Yo what the fuc*?! Kau merasakan apa sih? Tanpa pikir panjang, kau melayangkan sebuah serangan pada orang tidak bersalah? Terlebih dia memegang sebuah pedang berkekuatan 5 elemen lagi, kacau dah.

Haaah… mau tidak mau, suka tidak suka, aku perlu melakukan sesuatu.

......

Yap, itu benar. Aku sudah tidak tahan lagi.

Jengkel melihat Sasha yang bersikeras untuk melukaiku, segera aku mengucap sebuah jurus, mengubah tangan kanan menjadi belahan pedang cukup keras.

Yosh, kalau mau adu pedang, kemarilah!

H*ll nah, kedua bilah pedang menempel, saling melekat satu sama lain bagaikan sebuah dualitas nan padu. Hadeh, alih-alih terlihat seperti adik kakak, kami berdua malah lebih mirip seperti pemain anggar.

(Anggar adalah ilmu beladiri menggunakan senjata yang berkembang menjadi seni budaya olahraga ketangkasan dengan senjata yang menekankan pada teknik kemampuan seperti memotong, menusuk atau menangkis. Bisa dicek di google kok)

"Haha, dengan kekuatan serendah itu, kau pikir bisa menghentikanku yang hebat ini, gitu?"

Cukup, Sasha. Ucapanmu tak lain sekedar omong kosong belaka. Paham, kau?!

"Kita lihat saja nanti."

......

Haha, kamu kira kekuatanku hanya sebatas ini saja? Tidak bodoh, aku dapat mengendalikan apa pun menjadi sebuah senjata. Apa pun, tidak peduli itu manusia, benda, hewan, ataupun sekeliling dapat kuubah bentuk menjadi senjata mematikan yang kuinginkan. Rasain tuh, Sasha.

"Ap-"

Simpan rasa itu selepas tubuhmu meledak!

"Makan nih!"

Apa? Ingin menunggu kalian menjadi presiden? Kelamaan, akan lebih bagus jika aku bertindak secepat mungkin.

Selepas tangan kiri telah termodifikasi menjadi sebuah meriam tank, dengan cepat aku mengarahkan meriam ke wajah Sasha, menembaknya begitu tepat mengenai sasaran. Sampaikan salamku pada malaikat maut, oke?

*Hoooooffffhhhh*

Sedikit lagi bagi peluru itu meledakkan tubuhmu, Sasha!

What the hell? K-k-kok bisa? Mustahil, ini mustahil. Sebuah peluru tank berukuran sekitar 2 meter dapat ditebas oleh Sasha menggunakan pedang digenggamannya? Siala*, susah kalo begini nih.

"Begini doang, kekuatanmu?"

Tak perlu banyak gaya kau, Sasha. Kau hanya anak kecil yang dilahirkan di keluarga Wizard. Jangan lupakan itu, oke?

"Diamlah!"

Kesal betul aku, sumpah. Perlu dikasih pelajaran, nih.

......

Orang macam Sasha memang layak dihujani rudal sebanyak-banyaknya. Biar dia tahu rasa, ya!

Melihat Sasha sedikit menjauh dari posisiku berdiri, spontan aku mengambil tindakan cepat, memanggil rudal melalui imajinasi, menghadirkan banyak sekali senjata mematikan di sekeliling aku berada. Yosh, serangan pembalasan, meluncurlah!

Makan tuh, Sasha. Diserbu oleh puluhan rudal berukuran jumbo secara bertahap, mantap. Kuatkan dirimu, ya, bocil tak tahu adab.

Ya, namanya adalah Sasha. Dari infomasi yang kudapatkan, Sasha lahir dari keturunan Wizard Elemental, sebuah keluarga Penyihir pertama di bumi.

Yap, bumi, kalian tidak salah dengar, kok. Bagaimana cara menceritakannya, ya? Aku lagi sibuk dalam pertarungan. Nanti akan kuceritakan lebih detail.

"Percuma saja, Lex. Mau sehebat apa pun senjata kepunyanmu, semua itu bakalan musnah bila berhadapan denganku."

Banyak gaya lah, kau. Cepat hancurkan semua rudal itu sebelum aku melepaskan serangan lagi padamu.

......

Uy, menyilaukan mata, sungguh. Berasa seperti melihat matahari menggunakan mata telanjang, asli.

"Slash!"

Suara apa tuh? Mungkinkah Sasha? Iyakah? Seriusan?

Di tengah silau yang menerpa mata, sejenak pendengaranku mendengar suara aneh entah dari mana. Mungkinkah bunyi barusan dihasilkan oleh lawanku, Sasha? Kalau iya, aku tak perlu heran sih.

Nah gitulah, mataku dapat melihat lagi. Kenapa tidak sedari tadi, coba?

Selang 4 detik kemudian, cahaya silau di sekitarku berdiri kini mulai meredup, memancarkan pencahayaan tidak seperti menit-menit awal.

Nice, gitulah, penglihatanku kembali dapat melihat jelas atuh. Omong-omong Sasha mana?

"Udah, begini doang?"

Bro, aku tidak sedang berhadapan dengan seorang monster, right? Katakan kalau Sasha tuh hanya seorang keturunan penyihir sahaja, oke?

Dahsyat betul, buset. Ditinggal 4 detik, semua rudal yang kutembakkan dalam sekejap langsung lenyap begitu aja. Gila, kau ini benar-benar Human Change, kan? Bukan seorang dewi yang menyamar menjadi anak kecil, ya kan? Kan?

Gleek….

B-bagaimana ini? Masa iya aku harus mengalah selepas semua kesombongan sudah terlanjur kuucapkan sebegitu keras. Kumohon, beri aku petunjuk. Waktu pertandingan masih tersisa 15 menitan.

"Oke Lex. Kuakui kau cukup hebat dalam mengeluarkan potensimu. Akan tetapi-"

Tetapi apa? Oy, apaan blosok?! Buset, dia malah menggerakkan kedua tangan untuk maju ke depan. Perlu diantisipasi, sih.

Belum selesai Sasha berkata, kedua belah lengan tetiba ia posisikan ke depan, menggerakkan jari ke atas dan ke bawah bagaikan seorang pemain kecapi. Kuakui gerakanmu bagus, cuman-

......

......

Gawat, dia sudah melancarkan sebuah serangan. Bahaya, ini sangat teramat bahaya. Kalau aku diam, tubuhku akan hancur hingga menyisakan organ dalam sahaja.

Selang beberapa saat bercakap, Sasha pada akhirnya menghasilkan sebuah bola aneh berkekuatan elemental, mengarahkan tepat padaku, menembakkan benda berukuran jumbo itu ke arahku berada.

Gawat, aku tidak ada kesempatan untuk menghindar.

Bersambung….

Sedikit Lagi

...Chapter 2...

"Kisanak!"

......

Mancing emosi betul nih anak. Kalau bukan karena pertandingan, sudah tentu kau kuantarkan tepat ke gerbang kematian. Apa?! Aku tidak sedang bercanda! Setan memang!

Wow-wow-wow, excellent. Bermodal satu kalimat, seluruh senjata terhebat yang pernah diciptakan oleh manusia dalam waktu sekejap langsung berjejer rapi di sekitar aku menapak.

Gile-gile, senjata-senjata itu berasa seperti hidup, asli.

Selesai aku mengucapkan kalimat sedari mulut, semua senjata, entah itu senjata api, pendek, panjang, setengah panjang, bahkan persenjataan berat seperti tank, jet, helikopter tempur, pun hadir menutupi area sekitarku berdiri. Dengan kata lain, semua senjata di muka bumi ini kupanggil untuk membantuku melawan Sasha.

Yosh, kali ini aku akan mengalahkanmu, bocah tengil. Bersiaplah!

......

Sangat mengagumkan, sungguh, mataku sampai tidak mampu untuk berkedip.

Begitu aku mengucap dua patah kata, seluruh senjata di sekeliling kini mulai menyerang Sasha dengan cara mereka masing-masing. Entah itu senjata jarak dekat, jarak menengah, jarak jauh, senjata berat, bahkan senjata udara seperti rudal balistik tampak meluncur bebas ke arah Sasha berdiri. Makan tuh Sha, hadapin semua seranganku tanpa kabur, ya?

Omong-omong, sekarang aku mesti melakukan apa? Perlukah menonton dia menyelesaikan semua seranganku? Atau kembali melancarkan serangan besar padanya?

Hmmmm….

Kalau boleh jujur, aku lebih suka opsi kedua. Terlebih Sasha bukanlah anak biasa. Lahir sebagai Human Change dari keturunan Wizard Elemental, sudah tentu kekuatan mereka, tak terkecuali Sasha, berada di tahap orang normal tidak akan mampu untuk melawannya. Seriusan, aku tidak sedang bercanda ini.

"Haaaaapppp…." Tanpa berkata-kata lagi, aku segera melompat, menggapai permukaan awan nan tinggi, mencoba melayang bebas di ketinggian cukup signifikan. Yo, aku sudah seperti burung di kala pagi tiba, serius.

......

Untuk membuat Sasha terluka, apa pun akan kulakukan, sekalipun harus meledakkan arena menggunakan ledakan nuklir. Ya, itu harus, ini demi kebaikan kita semua!

Di saat semua senjata tengah mengarah pada tuh bocah, aku yang masih merasa kesal kemudian berkata, mengucapkan satu kalimat pendek dari mulut, menciptakan sebuah tragedi pada sejarah manusia. Yap, tragedi itu bernama penggunaan nuklir.

*Duarrrrrrrrr- duarrrrrrrrr- duaarrr*

Kurang, seharusnya lebih semarak lagi!

*Duarrrrrrrrr- duarrrr- duarrrrrrrrr- duarrrr*

Lumayan, teruskan!

*Duarrr- duarrrr- duarrr- duarrrrr- duarrrrr-*

*... Duarrrrrrrrr- duarrrrrrrrr- duarrr- duarrr*

Nah gitulah, kan terasa enak didengar. Hahaha, aku berasa mengikuti festival kembang api, dah.

Tak berselang lama pasca aku mengucap, sebuah ledakan nuklir berdaya ledak tinggi terjadi di sekitar Sasha. Parahnya lagi, letupan tersebut tidak hanya satu dua kali saja. Kalau dikalkulasikan, mungkin mencapai puluhan? Entahlah, aku pun tak tahu pasti. Yang jelas, selepas sebuah ledakan tercipta, ledakan lain akan lahir di area bekas ledakan barusan, biasa disebut sebagai ledakan berantai.

Owh, ya, sampai lupa aku. Siklus ledakan berantai di sekitar Sasha tidak akan mengalami kata henti. Jadi sebelum aku mengucapkan kata berhenti, maka rentetan letupan demi letupan bakal terus tercipta, tanpa ada pengecualian sedikitpun.

Yosh, mari kita lihat apa tindakan Sasha.

"Menyebalkan kamu, peserta nomor urut 100!"

Waduh, dia marah dong. Haha, santai aja dong, santai, sedari tadi emosi mulu.

Fumu, semua senjata milikku masih berusaha untuk melukainya, ya? Baguslah, teruskan, buat dia terluka hingga ia tidak mampu untuk melanjutkan pertandingan.

Sambil menatap ke bawah, suara tembakan dimulai dari senjata ringan, menengah, maupun senjata berat, terdengar begitu jelas di kedua telinga. Tidak hanya senjata seperti tank, rudal, bahkan nuklir sekalipun kuciptakan untuk memojokkan Sasha dari segala penjuru.

Satu arah, satu target, kumpulan senjata kepemilikanku ini memiliki satu tujuan serupa, tak lain dan tak bukan yakni melukai Sasha seorang.

Come on, Sasha. Masa kamu diam aja, sih? Ayolah, tunjukkan potensi dan juga jati dirimu! Aku ingin kau mengeluarkan seluruh staminamu, oke? Penting soalnya.

Omong-omong, kalian tidak perlu khawatir dengan arena. Kok? Bukankah kamu menciptakan banyak sekali nuklir di sekitar?

Yap, memang benar kalau aku dapat menghasilkan nuklir tiada henti. Namun perlu kalian perhatikan bahwa aku bukan berada di arena kaleng-kaleng. Maksudku, tempat yang menjadi lokasi aku dan Sasha bertarung saat ini memiliki standar tinggi, di mana seluruh kekuatan tak terkecuali kekuatan nuklir sepertiku bakal teredam sehingga tidak menimbulkan dampak negatif di sekitar arena. Kan ribet banget kalau kita, selaku peserta dalam arena mesti mengganti rugi karena telah berani mewujudkan senjata mematikan tanpa mengenal kata henti.

......

Haha, mantap pihak akademi, sumpah, lanjut terus hitung mundurnya. Aku sudah tidak ada cara lain untuk menahan nih bocah.

Bodo amat kalau aku tidak bisa melukai Sasha, yang penting aku dapat mengulur waktu hingga pertandingan usai. Dengan begitu aku dapat memenangkan pertandingan tanpa mengalami cidera sedikitpun. Ide yang sangat brilian, bukan?

"Gimana Sasha? Apa kamu memiliki niatan untuk menyerah? Waktu sudah mepet nih."

Sombong? Kuras tidak, deh. Kan aku hanya menyampaikan kebenaran pada nih anak. Harusnya dia berterima kasih padaku, dong. Ya kan?

"Kisanak kau pria!"

Oy Sasha, aku nih memiliki nama lengkap, dan nama panggilan. Kalau kau sukar mengingat nama lengkapku, maka lebih baik memakai nama panggilan sahaja, kan? Itu dasarnya, kan? Lah kalau anak ini tidak, dia memanggilku berdasarkan wujud kelamin? Yo what the fuc*?! Kau tidak bisa atau malah tidak tahu-menahu soal namaku, sih? Bingung aku sumpah.

"Akan kuselesaikan pertandingan ini dalam waktu sesaat!"

Fumu, sesaat? Jangan kebanyakan bermimpi, Sasha. Dengan waktu dan keadaanmu yang terpojok, mana mungkin kamu bisa membalikkan keadaan tanpa membuang-buang masa? Tak percaya aku, sungguh. Buktikan coba sekarang.

"Fufu, sekilas kau mengucap sebuah kalimat bualan belaka."

"Bualan kau kata?!!"

Hmmm? Memang betul, kan? Perkataan ia barusan tidak lain hanyalah omong kosong sahaja. Tidak lebih, dan juga tidak kurang. Kalau fakta, kenapa kamu harus marah, coba? Dasar kocak.

"Kan memang fakta, masalah?" Sambil terus mengambang di permukaan, aku menghadapkan kepala ke bawah, menatap Sasha di pojokan arena, terkurung oleh seluruh tembakan dan juga serangan dari seluruh senjataku.

Sudahlah, Sha, kalau kalah, kalah aja. Ga usah berlaga berada di atas angin. Hadeh, memang beda keturunan keluarga Wizard satu ini.

"Kisanak kau!! Kalau kau menginginkan sebuah pembuktian, marilah!!!"

Wow, gertakan cukup kuat. Tapi setidaknya aku sudah berada di atas angin. Sasha tidak akan bisa lepas selama ia belum bisa melarikan diri dari semua serangan senjataku. Yah, itulah alasan kenapa aku bisa tenang, sekalipun Sasha dibalut akan rasa emosi begitu tinggi.

"Kau tengok aja nih!!"

Hmmm? Tengok? Tengok apa? Oy, jangan membuatku penasaran, juga, jangan bertindak terlalu berlebihan.

Sasha, kendalikan dirimu!

Bersambung….

Masih Belum Selesai

...Chapter 3...

......

Hmmm? Barusan Sasha mengucap jurus apa? Aku belum pernah mendengarnya, sungguh.

......

*Tssssiiiiing*

*Duarrrrrrrrr*

*Hooofffhhhhh*

What the f*ck? Bro, kau tidak lagi bercanda, kan? Tidak sedang bergurau, kan?

Gila-gila, hanya karena sebuah perubahan, semua senjata, dimulai dari jarak dekat sampai pada nuklir seketika musnah, menyambut kedatangan Sasha yang tampak menggunakan baju warna-warni bagaikan pelangi.

Yap, putih, hijau, merah muda, merah menyala, biru muda, biru tua, dan terakhir warna hijau, terpampang sebegitu jelas, berada di tiap-tiap gaun buatan Sasha, membentuk sebuah keunikan tersendiri dalam tekstur desain baju.

Uwoooooogggghh, kalau kau ikutan lomba desainer, mungkin juara satunya adalah kamu, Sasha.

Omong-omong, dia mengubah tampilan baju menjadi gaun, ya? Takut sih tidak, hanya bergidik ngeri aja sih.

"..."

Wow, tatapan mata tuh anak membuatku takut, sungguh. Terlebih dia menatap ke lapisan awan, memperhatikan diriku yang aksuh mengambang di udara lepas.

"Habislah kau kali ini."

......

Glek… entah kenapa, feelingku kok agak was-was, ya? Takut terjadi sesuatu nan mengerikan.

Ya, aku harus waspada, apalagi Sasha sudah berevolusi ke bentuk elegan.

......

*Suufffffffhh*

*Wuuuuushhhh*

*Buaarrrrggggghhhh*

Sasha siala*! Sakit betul serangannya, sumpah. Padahal aku belum siap, loh.

Buset-buset, dalam satu kedipan, tidak, dalam satu moment, sebuah pantulan sinar nan terang benderang tetiba melesat kencang, mengenai tubuhku di atas permukaan, menimbulkan sebuah ledakan cukup besar di ketinggian.

Edan memang, barusan itu apa dah? Jujur aku tidak dapat melihat dengan jelas. Sebuah partikel kecil berwarna putih di seberang mata, mungkin adalah satu-satunya benda yang tertangkap sekilas di kedua mataku. Ya, aku pun tak tahu pasti benda apa itu.

Hmmmm….

Hmmmm….

Wait, partikel kecil berwarna putih? Mungkinkah itu adalah sinar cahaya? Tapi kalau iya, masa Sasha dapat menggunakan kemampuan tersebut seenak tuh orang? Ga paham, aku benar-benar tidak paham.

*Hoooooffffhhhh*

Selagi aku bergumam, perlahan tubuhku mulai turun menuju ke bawah tanah. Kisanak, aku tidak dapat mengendalikan tubuhku. Beneran, aku tidak mampu menggerakkan apa pun, sumpah. Ya kali aku pasrah, membiarkan raga ini membentur permukaan tanah sebegitu keras? Huiiih, mengerikan, teramat sangat.

"Nah, kena kau!"

Macam suara tuh bocah, dah? Sasha kan? Owh iya, Sasha.

Oy bocah, berani betul kau melayangkan sebuah serangan aneh padaku? Terlebih, kau melenyapkan semua persenjataanku dalam sekejap mata? Kau tengah kerasukan apa dah? Jin berkekuatan Dewa, kah?

......

*Strrrggghhhhh*

Woy, apa nih? Berasa seperti diikat menggunakan tali tambang, asli. Sasha, tolong jelaskan maksudmu tuh apa?!

Selagi aku meluncur bebas ke bawah, sesuatu bak sebuah tali tambang tetiba mengikat, membalikkan tubuh yang tadinya menghadap tanah, kini berbalik ke posisi sedia kala.

Dibilang untung, sih iya, cuman kenapa aku tidak bisa menggerakkan satu pun bentuk organ tubuh? Padahal nyawaku sudah diselamatkan, loh.

Aaaahhh- resiko tutup mata saat terjun tuh gini nih. Mau tidak mau, suka tidak suka, aku mesti membuka kedua mataku lagi. Akan kubuka sebentar.

......

*Huuuurrrgggghhh*

*Wuuuuushhhh*

W-w-w-

Hol* **** man? Nih orang beneran psikopat sumpah. Siapapun, tolong selamatkan aku dari kegilaan orang satu ini.

Di saat kelopak telah kubuka seperti sedia kala, sebuah air dan juga kobaran api setinggi 10 meter lebih, terlihat tengah maju mengarah tepat ke arahku berada.

Woy, tolongin aku! Aku terjebak di jeratan akar-akar gak jelas!

Begitu aku hendak mengambil ancang-ancang untuk kabur, sesuatu seperti akar raksasa, entah bagaimana ceritanya tiba-tiba bisa muncul, mengikat dari ujung kaki hingga ke ujung leher. Kampret, kalau begini aku mana bisa bergerak. Kumohon, beri aku sebuah petunjuk.

......

Sia*, belum selesai juga ternyata. Ayolah, berpikir supaya dapat ide untuk lepas dari sini!

Hmmmm….

Hmmm….

Sebentar, loh, pffffft- hahahaha….

Kenapa tak kepikiran sedari tadi sih? Aish Alex, Alex, mengapa kau sebodoh itu. Ada-ada saja dah.

Selagi melamun dalam benak, secara ajaib otakku memunculkan sebuah ide brilian. Baguslah, dengan begini aku bisa kabur dari sini.

......

*Tsssssiiiiing*

Yosh, benda-benda yang kumaksud telah hadir di sekitar area. Sekarang tugasmu adalah….

*Ngeeeeeennngggg*

*Slash!*

Nah, bagus-bagus. Tubuhku sudah tak merasa sesak seperti tadi. Sumpah, saat dibelenggu, aku sangat sukar untuk bernafas. beneran, tidak lagi bercanda aku.

Haah- haah- haah-

Tak butuh waktu lama, semua senjata yang kupanggil bergegas memotong akar di sekitar tubuh, membuat tubuhku menjadi lega dan dapat bergerak bebas.

Haah….

Nah Sasha, sepertinya kau memang perlu diberi sedikit pelajaran.

"Oke Sasha, kalau kau macam tuh, maka aku akan menghadapimu lebih serius."

......

Ya, satu-satunya cara untuk mengalahkan Sasha yakni dengan mengajaknya duel pedang.

*Tsssssiiiiinnnggg*

Wow, sebuah pedang berukuran setengah dari lengan manusia, muncul di hadapan mataku. Jadi inikah gabungan antara pedang dan katana? Sangat keren lah, sungguh.

"Yosh, maju sini!"

"Hoooooooohhhhh." Sambil lari, aku mengucapkan sepatah kata sedari mulut, mengisyaratkan bahwa aku sudah siap untuk melakukan pertempuran jarak dekat.

"Percuma saja, nomor urut 100."

Nih orang budeg apa gimana, sih? Kan sudah kubilang, jangan memanggilku sesuai urutan nomor. Kau kira aku penunggu karcis, kah?

"Namaku Alex, lah!"

Mengucapkan panggilan untuk diri sendiri, mungkin tidak ada salahnya bukan? Toh tuh anak belum pernah berkenalan denganku.

"Terserah, lebih kau kubur mimpimu dalam-dalam, atau-"

Apa? Kenapa? Jelaskan padaku. Oy, jangan ngilang. Buset dia malah mengangkat tangan kirinya tanpa sebab.

Belum selesai bercakap, entah mengapa tuh anak malah memposisikan tangan sedikit lebih tinggi dari kepala sendiri. Buset, dia mau ngapain, dah? Sumpah setia?

"Hah? Apaan?!" Terus melangkahkan kedua kaki, aku melontarkan sepatah kata dari mulut.

"Kau tengoklah ke atas sana."

Fumu, apa kau ingin membahas tentang tsunami tadi? Etdah, kecil itumah. Tinggal kabur menggunakan pesawat jet. Gitu aja ribet.

"Hmmm?"

Untuk menutupi rasa penasaran di dada, tanpa membuang-buang waktu lagi, aku segera untuk menengok ke atas.

"Siala* kamu Sasha!"

Memang betul-betul nih orang, perlu kuberi pelajaran kah?

Edan-edan. Bayangkan boy, udah tsunami, sekarang dia manggil meteor? Mantap jiwa dah.

Begitu kepala ini telah mengarah tepat ke langit-langit biru, fenomena tsunami yang kulihat sebelumnya sekejap berubah menjadi sebuah pemandangan meteor besar kini tengah menuju ke arah kami berada.

Siapapun, tolong k- maksudku, tolong aku. Kalau hanya tsunami, aku masih dapat mengatasinya, lah ini meteor loh. Mana benda itu memiliki dua warna, yakni merah dan biru. Semoga aku dapat selamat di kemudian hari.

Bersambung….

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!