Seorang gadis berhasil sampai ke rumahnya setelah menerjang hujan yang cukup deras siang ini, dengan seragam putih abu-abu yang basah serta wajah memar ia membuka pintu yang terbuat dari kayu serta diukir indah.
“Ya ampun Zair, muka kamu kenapa, Nak?” tanya mama Khanzair saat putrinya melepas sepatu hitam bertali yang sudah basah.
“Tadi Zair ketimpa rak buku, Ma,” jawab Khanzair lalu mencium telapak tangan mamanya, dia terpaksa berbohong agar mamanya tidak khawatir. Pasalnya luka di wajahnya ini akibat melindungi diri dari beberapa preman yang hendak mengambil uangnya.
“Haduh, lain kali hati-hati, ya sudah kamu ganti baju dulu, obatin lukanya, terus makan siang, mama udah masakin kamu sup asparagus enak!” kata mama Khanzair dengan semangat. Sup asparagus adalah makanan kesukaan gadis itu.
Khanzair memberi hormat bak sedang laporan kepada komandan, “Siap!”
Gadis itu bergegas masuk ke dalam kamar untuk mengganti pakaian, setelah itu ia memasukkan seragamnya yang basah ke dalam keranjang baju kotor kemudian mengangkatnya, saat hendak keluar kamar, Khanzair melihat ke arah komputernya yang tiba-tiba menyala. Gadis itu meletakkan keranjangnya lalu duduk di kursi gaming.
Dilayar komputer terdapat tulisan The Cronicles Of Inotia. Gadis itu menekan baca selengkapnya, di sana dijelaskan tentang peraturan, cara bermain dan masih banyak lagi.
“Zair! Buruan nak,” panggil mamanya, Khanzair tersadar lalu beranjak dari duduknya setelah itu ia mengangkat kembali keranjang pakaian dan meletakkannya di dekat mesin cuci.
Khanzair memakan sup dengan lahap karna dia masih sangat penasaran dengan game yang bernama The Cronicled Of Inotia itu.
“Pelan-pelan sayang,” ucap Mama Khanzair dengan raut khawatir.
“Ada hal penting yang harus Zair kerjain, Ma,” balas Khanzair menunjukkan lengkungan senyum, melihat senyuman putrinya membuat hati wanita paruh baya itu ikut tersenyum hangat.
“Jika itu penting untuk kamu, lakukan.” Khanzair kembali tersenyum, mamanya memang orang yang selalu membuatnya bahagia.
Usai makan Khanzair kembali ke kursi gamingnya, dibacanya kembali tentang game itu secara teliti.
“Rasakan petualangan langsung ke dunia game? Emangnya ada kayak gitu? Ah, pasti kayak game pada umumnya,” gumam Khanzair, karna penasaran dia pun menekan Yes, setelah itu sebuah cahaya muncul dari komputernya kemudian membentuk portal yang membuat dirinya terhisap ke dalam, setelah itu portal berlahan-lahan menghilang.
Bruk!
Khanzair jatuh di sebuah kota yang sekarang tinggal reruntuhan saja, seperti telah terjadi ledakan besar di kota tersebut. Gadis itu melihat penampilannya yang seperti seorang petualang, baju sederhana berwarna coklat muda dengan tas pinggang kecil, di dalamnya terdapat beberapa botol kaca berisi cairan berwarna biru dan merah.
“Keren! Gue kira bohong, ternyata beneran! Habis ini gue harus ngapain?” tanya Khanzair pada diri sendiri, sembari mengedarkan pandangan, melihat puing-puing bangunan yang ada di sekelilingnya.
Sebuah layar hologram muncul, bertuliskan ‘ubah penampilan’.
Khanzair menekan OK, dia memilih warna rambut jingga serta mata zambrud, kemudian ia diberi pilihan senjata, ada busur, tongkat, tombak, katana, pedang satu tangan dan pedang dua tangan, dan masih banyak lagi, di sana juga diberitahu tingkat kesulitan di setiap senjata.
“Busur aja kali ya? Cara pemakaiannya juga mudah,” batin Khanzair lalu menekan gambar busur, kemudian ada sebuah cahaya yang menghampirinya dan membentuk busur kayu.
“Nama Khanzair,” ucap Khanzair sambil mengetik nickname nya. Setelah itu sebuah Quest muncul.
‘Temui Kurosaki dan Ainsley di kamp pengelana’
Kemudian muncul tanda arah ke portal yang berada diujung map tersebut, Khanzair pergi mengikuti panah itu, dalam sekejap ia diperlihatkan pemandangan tiada tara atau lebih simple nya pemandangan bagus. Banyak tenda-tenda yang berdiri. Gadis itu dihampiri oleh dua orang, satu lelaki dan satu perempuan.
“Hei, kamu pemain baru ya?” tanya seorang lelaki bertubuh kekar dengan pedang dua tangan di punggungnya. Khanzair mengangguk kikuk, “Halo! Aku Kurosaki, pemimpin kamp pengelana dan ini rekan ku Ainsley.”
“Aku Khanzair,”ucap Khanzair memperkenalkan diri.
“Mari Khanzair, aku akan menunjukkan apa saja yang harus diketahui oleh pemain pemula sepertimu,” ajak seorang perempuan berkucir kuda yang kalau tidak salah namanya Ainsley.
Ainsley memberitahu tentang tempat-tempat yang berada di kota seperti toserba, pakar padu, pandai besi, perpustakaan dan juga papan.
“Toserba itu tempat di mana kamu menjual barang atau menitipkan barang ketika tasmu sudah penuh, pandai besi tempat ketika kamu membuat equitment, pakar padu tempat saat kamu mau membuat jamu ataupun mengubah barang menjadi bahan, sedangkan papan tempat kamu akan menjual barang ke player lainnya,” jelas Ainsley dengan wajah berseri.
“Kamu ambil job busur ya?” tanya Kurosaki yang memperhatikan senjata yang ada dipunggung Khanzair.
“Ya, aku tidak tahu mengenai game ini jadi aku pikir untuk memilih senjata mudah,” jawab Khanzair sedikit tersipu takut diejek oleh Kurosaki.
“Begitu ya…” Kurosaki menganggungkan kepala tanda mengerti, karna kebanyakan player pemula memang mengambil job busur sebelum mereka menggantinya dengan job yang lebih hebat.
“Kakak Kurosaki bisa membantumu loh, kak, ajak dia melawan kucing hutan!” titah Ainsley.
“Kucing hutan?” Sepertinya Khanzair belum mengerti, terlihat dengan emoticon tanda tanya di kepalanya.
“Itu bos mudah di map ini,” jelas Ainsley lagi.
Kurosaki kembali mengangguk, lalu menyuruh Khanzair mengikuti langkahnya masuk ke sebuah portal tempat monster kucing besar dengan taring tajam itu berada.
Begitu sampai disana, Khanzair terperanjak kaget melihat kucing yang besarnya melebihi ukuran tubuhnya.
"Tenang saja, walaupun dia terlihat ganas, sebenarnya dia bos yang paling gampang dibunuh," terang Kurosaki yang tau jalan pikiran gadis itu.
Dilihat dari raut wajahnya, Khanzair tampak tidak percaya. Kurosaki menjitak kepala gadis itu, ia memberikan sebuah trik untuk mengalahkan bos tersebut. Setelah cukup yakin, Kurosaki langsung mengaktifkan benteng kubus, dimana jika kubus itu muncul berarti peperangan dimulai.
“Ayo!” Khanzair menarik anak panahnya lalu menembakkan anak panah itu ke arah bos monster, damage yang ia hasilkan hanya dua puluhan, tak seperti pedang Kurosaki yang menghasilkan berjuta-juta damage. Bisa dilihat dengan sekali tebas ia bisa membinasakan monster itu.
“Tingkatan bos ada lima yaitu easy, normal, hard, nightmare, ultimate,” jelas Kurosaki yang ternyata tidak didengar oleh gadis itu.
“Senjata ini payah!” gerutu Khanzair.
“Bukan senjatamu yang payah, tapi kamu belum memiliki skill dan juga kemampuan menguasai job mu, pergilah ke kota dan pelajarilah beberapa skill di sana, jangan kembali sebelum kamu menjadi pro player,” ucap Kurosaki yang terdengar seperti ancaman baginya, ia tidak mengulangi perkataan yang tak didengar oleh Khanzair.
Setelah memberi item save point kota Athena, Khanzair langsung teleportasi ke sana, lagi-lagi dirinya dibuat takjub, banyak player lain yang berlalu lalang, entah itu pro player yang memakai bermacam zirah bagus atau player baru sepertinya.
“Newbie?” tanya seseorang, Khanzair terperanjat kaget lalu menoleh ke belakang, ia mendapati seorang cowok dengan nickname ChaZDhiz. Haduh lidah gadis itu sampai kepleset setelah membaca nama serumit itu.
“I-iya, player pemula juga?” Pertanyaan macam apa itu, bisa-bisanya dirinya mengatakan pertanyaan seperti itu kepada orang yang sudah memakai zirah bagus.
“Gue udah dua tahun main ini, lo belum ada guild kan? Gimana kalo lo gabung ke guild gue?” tawar Chazdhiz dengan kedua alis naik turun.
“Guild?” tanya Khanzair bingung.
“Lo bakal tau ketika lo join ke guild gue,” kata Chazdhiz memasang wajah datarnya.
Khanzair tak ingin ambil pusing, ia mengangguk setuju, cowok itu dengan lihai menulis sesuatu dilayar hologram dan selang beberapa saat muncul hologram di hadapan gadis itu, disitu tertera nama Dark Danger Guild.
‘Khanzair telah bergabung’
“Selamat datang di guild kami,” ucap Chazdhiz lalu tersenyum. Khanzair dibuat bergidik, bagaimana bisa lelaki itu mengubah raut wajah begitu mudah.
Tiba-tiba terdapat chat guild, ternyata anggota guild tak hanya satu atau dua orang tapi puluhan.
Arya : Siapa tuh?
Hypermint : Bang Chaz nyulik orang!
Xhuan : Mana, mana?!
Chazdhiz : perkenalkan istri kedua gue, Khanzair.
Hypermint : Perasaan udah sama bunda Xhuan.
Silvain : Hayoloh ntar malem tidur diluar (≧∇≦)
Khanzair : Ehhh! Halo.
Arya : Halo, selamat bergabung di Guild yang anggotanya nggak ada yang beres.
Khanzair : I-iya.
Xhuan : Salken Khanzair! Gue leader utama Guild ini, selamat bergabung dan jangan gubris ucapan bang Chaz.
Khanzair menatap Chazdhiz yang terlihat tenang seolah sudah terbiasa dengan situasi seperti itu, “Ke guild bar, gue kasih seragam guild Dark Danger disana.”
Setelah mendapat seragam guild, Khanzair mulai menaikkan level serta skill job—nya dengan dibantu para anggota guild, perlahan-lahan dia mulai mahir dan sekarang levelnya juga sudah mencapai delapan puluh lima, cukup untuk menjalankan misi guild pertama.
Suatu hari Xhuan memerintahkan semua anggotanya untuk berkumpul di guild bar, Khanzair dan anggota lainnya langsung teleportasi menuju guild bar. Di sana sudah ada Xhuan, Chazdhiz dan Qibul, mereka termasuk para tetua guild ini. Para anggota duduk melingkar di kursi kayu yang sudah dipersiapkan.
Sebagai leader guild Xhuan membuka pertemuan, “Seperti yang kalian tau kita punya anggota baru, dia memakai job busur, karna gue rasa Khanzair udah cukup mahir. Gue, bang Chazdhiz dan bang Qibul bakal ngasih lencana bronze bagi pemula.” Xhuan memberikan peti emas kepada Khanzair dimana dalam peti itu terdapat wings berwarna coklat tua, Khanzair melihat satu persatu teman-temannya, warna wings yang mereka pakai berbeda-beda.
“Nggak apa-apa, lo pakai aja nggak usah minder, kita semua dulu juga sama kayak lo,”ucap Chazdhiz, sepertinya dia tahu apa yang dipikirkan gadis itu.
Khanzair menunjukkan deretan giginya canggung, lalu menyematkan wings bronze ke seragamnya.
“Tingkatan wings ada enam, bronze, silver, gold, platinum, diamond dan the master,” jelas Qibul, dia merupakan orang yang cukup irit dalam bicara, walaupun begitu dia bisa mendapatkan wings gold. Job mage sering dipandang lemah, menurut para player lainnya, job itu terlalu lama saat merapal dan hal itu bisa membuat mereka mudah diserang.
Akan tetapi bagi tetua guild itu, job mage merupakan tantangan, jika bisa menguasai skill dan senjatanya maka job mage bisa menghasilkan damage yang cukup mematikan.
“Oiya bun, katanya lo mau cerita soal asal mula guild ini,” ucap Arya melipat kedua tangan di depan dada kemudian menyandarkan diri ke badan kursi.
“A...gue lupa.” Xhuan pun menepuk jidatnya pelan.
Ketika dia sudah mendapatkan posisi enak, Xhuan menunjukkan sebuah hologram, “Dulu gue join ke game ini karna diajak temen, tapi gue nggak tau dia dimana sekarang karna kita beda guild dulu, dia juga nggak balik ke dunia nyata. Guild gue dulu merupakan guild besar top ten, seneng sih bisa join kesana tapi leader nya terlalu menekan anggota untuk mendapatkan wings minimal platinum, nggak cuman itu, sistem yang dia terapkan ketat jadi banyak yang nggak betah termasuk gue, karena itu gue nyoba buat guild sendiri, dan itu adalah guild kita dark danger.” Xhuan meminum air, lalu melanjutkan ceritanya.
“Gue inget banget betapa susahnya nyari anggota, gue dapet satu anggota tapi karna cuman dua orang dia memutuskan buat keluar, sampai akhirnya gue bingung mau gimana lagi, gue pergi ke kota dan asal invite orang,” lanjut Xhuan.
“Bener banget, dia aja nggak sadar jadiin gue leader cadangan,” gurau Chazdhiz pasalnya mereka terlalu fokus mendengarkan cerita.
Xhuan menggaruk tengkuk yang sebenarnya tak gatal, “Ya maaf, namanya juga nggak tau!”
Sontak mereka terkekeh pelan, “Tujuan gue buat guild ini, gue mau punya anggota yang mau menolong para pemula tanpa mandang bulu, menciptakan guild dengan peraturan santai, cuman itu doang sih, dan gue harap anggota kita bisa nambah lagi.”
Setelah berbincang cukup lama, mereka akhirnya memutuskan untuk keluar dari guild bar dan pergi menuju pasar yang diselenggarakan sebulan sekali di pusat kota.
“Zirah—nya bagus,” gumam Khanzair, zirah besi dengan hiasan permata di setiap sisinya tampak begitu mengagumkan, “Harganya berapa koin?” tanya Khanzair.
“Itu seratus ribu koin, nona. Zirah itu sangat langka hanya dibuat oleh para pandai besi khusus bangsawan,” jelas penjual, Khanzair menghela nafas kecewa, hasil farming—nya hanyalah dua puluh ribu koin, gadis itu meninggalkan toserba dan pergi menghampiri Xhuan yang tengah memilih senjata.
“Menurut lo bagus yang mana? Pedang besi atau pedang iblis?” tanya Xhuan menunjukkan kedua pedang dengan motif berbeda.
Gadis itu tampak berpikir,“Menurut gue bagus pedang iblis, bentuknya bagus dan juga ringan dibawa,” jawab Khanzair mengangkat pedang yang tadinya dipegang oleh sang leader.
Xhuan mengangguk, lalu menanyakan harga kepada penjual, sedangkan Khanzair pergi ke toserba yang berjarak lima langkah dari Xhuan, gadis itu melihat aksesoris berbentuk pita berwarna merah, ketika hendak mengambilnya, seseorang dengan tubuh tinggi mengambil pita itu duluan.
“Lo main game ini juga hm?” tanya seseorang yang tak jauh darinya, nada bicaranya terdengar mengejek. Khanzair mengenal suara itu, dia adalah Fedrick Guvenom, rival real life nya.
Warna mata zambrud bertabrakan dengan mata kuning lemon menciptakan suasana mencengkram disekitarnya. Kedua tangan Khanzair terkepal kuat, rahangnya mengeras.
“Kenapa, Za?” tanya Qibul yang kebetulan selesai membeli botol tenaga.
Khanzair tak menjawab, sorot matanya masih terpaku pada Fedrick, mata Qibul mengikuti arah Khanzair memandang.
“Oh...Jadi mereka guild lo? Cocok sih, lo yang sukanya nyusahin orang emang pantes sama guild rendahan,” olok fedrick sembari memamerkan wings platinum—nya.
Qibul menghela nafas kasar, bodoh jika dirinya tidak tau siapa cowok tersebut, dia adalah pemimpin Guild top one, Fedrick.
Qibul mengeluarkan tongkat airnya lalu memukul kepala Fedrick sebagai peringatan, ”Setidaknya guild kami tidak pernah mengorbankan temannya sendiri buat keperluan pribadi!” tegas Qibul mengangkat dagunya, ia melangkahkan kaki ke depan lalu menarik kerah seragam yang bertulis dark rose.
“Empat pilar! Kesopanan, kebahagiaan, keberanian dan kerja sama. Itu pilar guild lo kan? Tapi kok gue ngerasa kasian banget ya, guild top one dengan pilar bagus tapi sayangnya sikap lo berbanding terbalik dari nilai dan point pilar itu sendiri.” Kata-kata Qibul mampu memukul telak Fedrick hingga tak berkutik dan hanya menampakan wajah penuh kekesalan.
Qibul melepaskan cengkraman dari kerah seragam Fedrick setelah puas melihat ekspresi lead Dark Rose itu, ia lalu mengajak Khanzair kembali berkumpul dengan guild dark danger, menurutnya meladeni cowok sombong seperti Fedrick tak ada gunanya.
Fedrick menunjukkan senyum simpul, “Bukannya tidak pernah, tapi belum, karna suatu perjuangan pasti akan ada yang dikorbankan.”
Qibul berdecak sebal, “Jika itu sampai terjadi pada guild kami, itu berarti kami sama sampahnya dengan dirimu.”
“Kenapa?” tanya Xhuan pada Qibul ketika melihat raut kesal tetua itu.
Qibul sedikit membungkuk, ia membisikkan sesuatu ke daun telinga sang leader, Xhuan mengangguk tanda paham. Leader itu menyuruh seluruh anggotanya untuk kembali ke guild bar, begitu semuanya sudah berkumpul Xhuan mulai bertanya tentang leader Dark Rose yang tak lain adalah Fedrick Guvenom.
“Dia itu cowok bodoh yang mencintai ketenaran, gue nggak nyangka ketemu dia disini,” ucap Khanzair penuh dendam.
Qibul yang masih merasakan aura yang sama langsung menarik pundak Chazdhiz ke belakang guild, mereka sepertinya tengah berdiskusi hal penting bahkan Xhuan yang selaku leader tidak diajak. Sungguh tega.
“Emang lo kenal sama dia?” tanya Silvain sedikit kepo.
“Iyalah, orang kita tetanggaan bahkan satu kelas,” jawab Khanzair ketus setelah meneguk secangkir minuman penambah energi.
Xhuan melihat jam dinding yang ada di guild, “ Bentar lagi kita balik, game ini cuman sampai sepuluh jam, kita tukaran nomor aja biar bisa saling berhubungan.”
Semuanya setuju, masing-masing anggota memunculkan hologram lalu mengetik nomor telfon, tepat satu menit terakhir, Khanzair dan yang lainnya kembali ke realita.
“Zair! Ya ampun, Nak, kamu ke mana aja, mama cariin nggak ada,” ucap mama Khanzair dengan khawatir setelah membuka pintu kamar putrinya itu.
Khanzair tersenyum penuh arti,”Zair abis berpetualang ma, tapi belum saatnya mama tau.”
Mama Khanzair tersenyum hangat, tangan kanannya terangkat mengelus puncak kepala Khanzair, setelah memastikan putrinya baik-baik saja, wanita itu kembali ke kamarnya untuk istirahat karna hari sudah larut malam. Handphone Khanzair berbunyi, gadis itu bergegas membukanya, benar saja. Xhuan telah membuat grup chat dimana mereka bisa saling berhubungan saat berada di luar game sekalipun.
❇❇❇
Keesokan harinya bertepatan dengan hari minggu, Khanzair berencana untuk membeli bumbu dapur pesanan mamanya, namun sepertinya nasib tak berpihak baik padanya. Baru saja kakinya memasuki pasar, ia bertemu dengan rivalnya, siapa lagi jika bukan Fedrick. Buru-buru dia memutar badan seratus delapan puluh derajat, Fedrick yang melihat keberadaan Khanzair menyapa.
“Woi, buru-buru amat,” tegur Fedrick berjalan mendekati Khanzair, hoddie hitam yang selalu dikenakan cowok itu sudah terlihat dari sudut pandangannya, Ya Tuhan kenapa sial sekali hari ini, keluh Khanzair lalu menghadap Fedrick dengan senyum kecut.
“Gue nggak ada waktu ngeladeni lo, mau apa?” tanya Khanzair tanpa basa-basi.
“Katanya nggak ada waktu, tapi ini lo lagi ngeladeni gue,” balas Fedrick yang membuat Khanzair ingin melempar tomat ke wajah cowok rese itu, “Oke-oke, jadi sebenarnya gue mau nawarin lo buat masuk guild gue, gimana? Gue bakal ngasih lo busur bagus,” tawar Fedrick yang tak tau malu.
Cowok itu menunjukkan busur cakar iblis dari handphonenya, dengan atk sepuluh persen itu sudah cukup menggiurkan bagi Khanzair, akan tetapi dia buru-buru menyadarkan diri, dia harus ingat apa yang dikatakan oleh Qibul, guild yang tidak mampu memegang pilarnya sendiri, mereka tak pantas menawarkan sesuatu dengan iming-iming equitment dewa.
“Gue nggak mau,” tolak Khanzair tegas, saat dirinya hendak pergi, Fedrick memanggil namanya.
“Za, kalo lo berubah pikiran, lo tinggal ngabarin gue aja.” Lihat betapa tidak tau malunya cowok itu, tak ingin ambil pusing, gadis itu melangkah pergi, dia lebih memilih belanja di supermarket daripada harus berurusan dengan Fedrick lebih lama.
Setelah membeli pesanan mamanya, Khanzair pulang dan bergegas duduk di kursi gamingnya, dia membuka handphone, ada dua puluh pesan masuk dari grup chat yang dibuat Xhuan semalam.
Chazdhiz :
Mau main jam berapa nih?
Xhuan :
Ngikut aja gue, yang lain gimana?
Hypermint :
Gas aja lah sekarang juga bisa.
Arya :
Duluan aja dah, gue masih ngerjain tugas.
Chazdhiz :
Kencan ama tugas nggak kelar-kelar.
Arya :
Namanya juga tanggung jawab pelajar, nggak ngerjain nggak naik kelas.
^^^Khanzair : ^^^
^^^Yaudah kalo mau sekarang, gas.^^^
Xhuan :
Oke kalo gitu, login.
Khanzair bergegas menghidupkan komputernya kemudian langsung teleportasi tanpa memberitau kepada orang tuanya. Setelah semua sudah login, mereka memutuskan untuk bertemu di persimpangan kota Athena.
“Bang Qibul sama Silvain mana?” tanya Xhuan pada Chazdhiz, barangkali cowok itu tau.
Chazdhiz mengidikkan bahu, “Mana gue tau, kan gue baru aja login,” gerutunya. Cowok itu menampilkan hologram kecil untuk mengetahui letak kedua anggotanya.
“Lagi dimana mereka?” tanya Xhuan lagi.
Saat Xhuan hendak mengintip buru-buru Chazdhiz mematikannya, “Kemana?” ulang Xhuan.
“Mereka lagi nyari material,” jawab Chazdhiz singkat.
“Material buat apa bang?” tanya Hypermint.
“Ntar lo pada juga tau, material ini nanti bakal berguna buat bekal misi kita, gue dapet feeling kalo misi guild kita saat ini nggak gampang,” jelas Chazdhiz lalu membenahkan wings gold—nya.
Xhuan, Khanzair, Hypermint hanya mengangguk, mereka yakin kepada wakil leader pro player itu.
“Jadi sekarang kita ngapain?” tanya Hypermint, sangat membosankan jika hanya berdiri dan melihat keramaian kota tanpa melakukan hal apapun.
“Karna syarat kita dapat misi guild itu minimal diatas level seratus, kita bantu Khanzair buat main quest lagi aja gimana? Kan ada bos di tanah pembangunan, ntar kita juga bantu kasih skill support kok,” saran Xhuan, dia kemarin membaca peraturan awal misi guild yang baru dirubah.
“Ide bagus, yaudah ayo kita kesana,” ajak Chazdhiz. Mereka berempat lari ke tempat teleportasi tanah pembangunan yang tidak jauh dari kota. Sesampainya disana Khanzair disuguhi pemampilan bos yang mirip dengan kacang kenari.
Sebuah hologram quest pun muncul dihadapan Khanzair. Begini tulisannya.
Basmi bos walnuts( 0/1)
Imbalan quest ( senapan busur sihir)
Hanya Terima dan Tolak jawaban dari quest tersebut, dengan segenap kepercayaan diri, Khanzair menekan tulisan Terima, dan bos yang semula hanya berukuran kecil kini menjelma menjadi raksasa dan juga berubah warna menjadi hitam dengan pola melingkar berwarna ungu. Sebuah kubus berdinding transparan muncul di area, menjadikan isyarat bahwa pertarungan telah dimulai.
Bos walnuts ( level 110)
Tingkat kesulitan : Normal.
HP : 266.000.
Khanzair memposisikan busurnya, lalu mulai meluncurkan satu anak panah demi anak panah, akan tetapi semua itu tak berhasil melukai bos kacang kenari itu, bahkan menggoresnya saja tidak. Khanzair heran saat di quest-quest sebelumnya satu anak panahnya mampu menghasilkan damage sebesar empat ratus tanpa skill.
Gadis itu kembali melancarkan serangannya dengan skill tembakan kuat, lagi-lagi damage yang dihasilkan hanya satu, seharusnya jika dia menggunakan skill itu mampu menguras mp musuh hingga setengah.
“Ayo Za! Lo pasti bisa!” teriak Xhuan dari pinggir area, memberikan semangat kepada Khanzair untuk tidak menyerah, Khanzair tersenyum penuh arti, namun karna itu pandangannya teralihkan, memberikan kesempatan pada musuh untuk menyerang balik, benar saja dengan sabitan tangan daunnya mampu membuat gadis bermata zambrud itu terpental hingga menabrak dinding kubus, hanya satu serangan tapi bisa menghabiskan mp—nya, kini hanya tersisa tiga persen, sang musuh tak menyia-nyiakan kesempatan. Dia kembali menyabit Khanzair hingga gadis itu mati ditempat, Hypermint yang memiliki skill first aid bergegas membantu pemangkasan waktu bangkit Khanzair, dengan skill level maksimal hanya butuh empat tepukan, Khanzair kembali bangkit, setelah berterima kasih kepada Hypermint, ia kembali menyerang bos itu.
Tapi Xhuan melemparkan botol minuman penambah atk, dengan segera gadis itu meminumnya dan kembali menyerang bos tersebut tanpa ampun. Chazdhiz maupun Xhuan mengamati sambil tersenyum tipis melihat Khanzair yang kebingungan bagaimana caranya spam skill.
“Za! Combo yang diajari sama Qibul, pakek!” titah Chazdhiz sebelum bos kacang menyabit Khanzair.
Gadis itu mengangguk paham, dia membuka menu skillnya lalu menekan combo, panah lengket, panah petir dan juga panah asap. Kerjapan cahaya disertai ledakan besar terjadi, Chazdhiz dengan sigap menancapkan perisainya untuk menahan bongkahan reruntuhan mengenai mereka.
Bos walnuts tumbang, Khanzair kelelahan, mana—nya juga sudah terkuras habis, nafasnya memburu. Sebuah hologram kembali muncul.
Basmi bos walnuts (1/1)
Selesai.
Kerja yang bagus.
Terdapat hologram lain yang memberitahu bahwa level Khanzair naik menjadi level seratus satu, setelah menerima imbalan, gadis itu ikut tumbang karna kehabisan mana dan juga tenaga tentunya. Chazdhiz, Xhuan dan Hypermint menghampiri lalu mereka membawa Khanzair ke guild bar untuk diobati.
Setelah dua jam berada di Guild dan belum ada kabar tentang Qibul dan Silvain, Xhuan semakin cemas, “Bang, sebenernya kemana sih mereka?!” tanya Xhuan pada Chazdhiz, suaranya sedikit meninggi.
“Stt…udah nggak usah banyak nanya, paling bentar lagi balik,” jawab Chazdhiz santai.
“Ini udah dua jam lebih, mana Zair belum sadar lagi,” omel Xhuan, Hypermint hanya mojok di sudut guild melihat leader nya tengah mengomel, seperti sedang menonton bioskop.
“Duh, punya leader galak amat,” batin Hypermint menelan saliva perlahan.
Chazdhiz mendengus, sebenarnya dia ingin merahasiakan apa yang direncanakan oleh Qibul tapi melihat Xhuan yang se—khawatir itu membuatnya tak tega.
“Qibul sama Silvain lagi ke kawah gunung,”
“Ngapain mereka kesana? Disitu banyak guild yang suka ngerampok equitment lho,”
“Kan udah gue kasih tau, mereka lagi nyari material,”
“Buat apa?”
“Buat azimat, trus ada sebuah material di kawah itu, material yang bisa mengendalikan emosinya Khanzair, kata Qibul kalo dia nggak bisa ngendaliin emosinya, bisa gawat,” ucap Chazdhiz.
Xhuan menghela nafas perlahan, entah dia harus marah atau senang, dirinya begitu pusing sekarang,” Min! Diem mulu lo, cosplay jadi patung?” ejek Chazdhiz.
“Duh bang, gue nggak ikut-ikutan kalo bunda Xhuan marah,” sahut Hypermint menunjukkan cengiran khasnya.
“Hah, gue sebenarnya mau nyusul bang Qibul tapi ntar nggak ada yang jagain Zair,” keluh Xhuan.
Tiba-tiba, ada seseorang yang teleportasi masuk kedalam guild bar,”Ngapain nyusul gue?”
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!