NovelToon NovelToon

Beautiful Impostor ( Si Cantik Sang Penyamar)

Bab 1

"Reel... Aureeel..." teriak Tomo dari lantai dasar pada Aurel yang tengah bergelantungan membersihkan kaca gedung setinggi 25 lantai tersebut.

Waktu menunjukkan hampir pukul 3 sore namun terik matahari masih menyengat di kulit.

Tapi hal itu tak menghalangi Aurel dalam menyelesaikan pekerjaannya.

"Bentaar..." balas Aurel berteriak lantas menyelesaikan target hari ini membersihkan 5 lantai.

Setiap 3 tahun sekali, perusahaan jasa pembersih kaca gedung mendapat kontrak kerjasama. Dan ini adalah kali ke dua nya perusahaan itu mem perpanjang kontrak mereka.

Sedangkan Aurel baru bergabung sekitar 6 bulan semenjak lulus SMA dan tertarik untuk bergabung saat mengamati perusahaan rivalnya yang tengah dilakukan pembersihan kaca secara berkala.

Mereka bilang perusahaan jasa mereka akan melakukan pembersihan setiap 2 minggu sekali tergantung kondisi cuaca, karena sekali pembersihan membutuhkan waktu 8 sampai 10 hari.

sreeeett...

Aurel meluncur turun dengan mantap setelah selesai dengan misinya.

"Apaan sih?" tanya Aurel ketus seraya melepas peralatan memanjat dari tubuhnya satu per satu.

"Kamu gimana sih, gak sesuai kesepakatan. Dibilangin sehari 3 lantai, lah malah 5 lantai" protes Tomo mengerutkan dahi yang juga melepas peralatannya.

"Kan tadinya prediksi bang, 3 lantai. Ternyata bisa 5 lantai. Lebih cepat beres lebih baik kan?" timpal Aurel dengan cuek.

"Beres lebih cepet juga tetep aja dibayarnya sesuai jadwal di hari ke 8" tukas Tomo.

"Ya biarin aja kali bang, yang penting dibayar. Toh sisa harinya bisa buat cari kerja yang lain. Seminggu dapet 2 sumber, lumayan kan?" timpal Aurel dengan santai seraya membereskan peralatan dan membawanya ke pos teknisi.

Aurel tak mengerti dengan jalan pikiran ketua tim mereka. Semakin lama mereka mengerjakan, maka semakin banyak 'uang rokok' yang mereka hasilkan.

Aurelia Alma Mc Kenzie, seorang piatu yang diusir dari rumahnya sendiri karena hasutan ibu tiri yang juga telah merenggut kebahagiaan keluarganya, memilih bekerja sebagai pembersih kaca gedung di perusahaan saingan yang ayahnya kelola.

Aurel menyusun rencana untuk mengambil kembali apa yang menjadi hak nya dengan masuk ke kandang lawan.

"Emang kamu lagi nyari kerjaan lagi? Emang kuat?" tanya pria berusia 30an itu penasaran.

Tomo adalah rekan kerja Aurel selama 6 bulan ini.

"Bukan Aurel namanya kalo gak kuat. Besi aja aku kunyah" kelakar Aurel menepuk dadanya sendiri dengan pongah, membuat mereka tergelak dengan celoteh asal Aurel.

"Sa ae. Eh denger denger nih ya, bos kita lagi butuhin baby sitter, kamu coba aja ngelamar. Lagian nih ya, secara kamu tuh cewek, mainan gelantungan kek gini apa gak takut jatoh? mending main orok orokan" tukas Tomo memberi saran. Tak percaya jika seorang wanita memilih pekerjaan beresiko tinggi seperti itu. Dia sendiri jika diberi kesempatan mendapatkan pekerjaan lebih bagus dan aman, pastilah akan memilih pekerjaan lain. Hanya saja tuntutan hidup membuatnya melakukan pekerjaan apapun yang penting halal.

"Yee si abang. Namanya juga menyalurkan hobi bang. Sekali dayung 2-3 pulau terlewati, sambil berenang minum kopi, kan asik. Ya ga" timpal Aurel nyeleneh dibalas tinjuan ringan di lengannya oleh Tomo.

"Eh serius bang bos kita butuh baby sitter? bukannya pak Somad belom nikah ya, trus anak dari mana gegayaan butuh baby sitter?" lanjut Aurel penasaran. Sebenarnya dia sudah mengetahui hal ini dari pengacaranya, namun demi penyamarannya, tentu dia harus berpura pura tidak tahu.

"Bukan bos Somad ijaaah.." gemas Tomo mengetatkan rahang sembari mencubit pipi Aurel membuatnya mengaduh. Aurel mengusap pipinya yang terasa panas karena cubitan Tomo.

"Nih bos gedung ini" lanjutnya menunjuk pada arah atas dibelakang tubuhnya. Namun nahas, usaha Tomo menjelaskan pada Aurel membuatnya tak sengaja menyenggol orang yang berjalan melewatinya dari arah belakangnya.

buggh

"Aduh.. maaf..maaf ya pak.. saya gak sengaja.." mohon Tomo pada orang yang tak sengaja ia timpuk.

"Ck, makanya kalo kerja itu fokus, jangan sambil ngegosip" ketus lelaki yang tak sengaja Tomo senggol, dan menatapnya dengan sinis. Tubuh tinggi nan tegap yang Tomo taksir berusia tak jauh darinya itu memiliki aura dingin dan tegas. Dan Tomo tahu siapa pria gagah berpenampilan eksklusif itu.

"Ah.. i.. iya.. maaf.. sekali lagi saya minta maaf.." lanjut Tomo merasa tak enak. Terlebih dia megetahui siapa pria itu. Tomo sedikit merapikan pakaian eksklusif pria tersebut dengan tubuh sedikit membungkuk. Tampak gugup.

Pria itu lantas melirik Aurel, juga dengan tatapan sinis lantas melanjutkan langkahnya menuju mobil mewahnya.

Aurel mengernyitkan dahi kala ditatap seperti itu.

"Songong tu orang. Mentang mentang pake pakaian bagus.. hmpp" gumam Aurel menggerutu lantas terpotong karena mulutnya dibungkam Tomo dengan sebelah tangannya.

Meski hanya gumaman, tapi masih bisa didengar pria itu yang langsung berbalik menoleh padanya.

"Selamat jalan pak. Semoga selamat sampai tujuan" ucap Tomo seraya membungkukkan tubuhnya berkali kali dengan senyum dipaksakan. Namun sebelah tangannya belum ia lepas dari mulut Aurel lalu sebelah tangan lain memegang belakang kepalanya dan memaksa tubuh Aurel untuk turut membungkuk.

"Bang.. puih.. asem ih.." tukas Aurel mengernyit dan melepehkan rasa aneh yang menempel pada mulutnya dari tangan Tomo.

"Abis mulutmu gak bisa di rem kalo komen" cebik Tomo mendesis lantas menyeka tangannya yang sedikit basah karena membekap mulut Aurel.

"Emang kenapa sih..puih.. sumpah asem banget tu tangan abis pegang apaan sih.. puih.." tukas Aurel yang terus melepehkan rasa asam di bibirnya.

"Ehe, tau aja kalo abis cebok" celetuk Tomo nyengenges membuat Aurel melongo lantas mengejarnya.

"Sialan. Jijik tau" geram Aurel mengejar Tomo yang tergelak menertawakan tingkah Aurel.

"Cantik ya bos" tukas sopir yang membawa pria tadi karena mendapati bosnya tengah memperhatikan tingkah gadis tomboy pembersih kaca gedung di belakang mobil melalui kaca spion.

"Ekhem.. jalan liat depan" timpal Nathan dengan dingin. Tak ia pungkiri wanita itu memang menarik dengan penampilan sederhana dan berhiaskan keringat di tengah terik matahari.

Kulitnya yang putih tampak memerah karena sengatan sinar matahari.

Nathan Abraham adalah pemilik perusahaan PT. Elang Corp, perusahaan saingan PT. SUN Corp yang merupakan perusahaan keluarga ibu Aurel dan kini dikuasai sang ayah atas hasutan istri muda nya.

Ibu Aurel, Astrid Emmerson, mendapat serangan jantung yang langsung merenggut nyawanya kala sang ayah, Baron Mc Kenzie, mengaku telah menikah siri dengan wanita yang dibawanya saat itu.

Dan wanita itu tak lain adalah sekertarisnya sendiri. Wanita yang bersikap sopan dan hormat pada Astrid kala sedang berkunjung ke kantor sang suami.

HADIR LAGI NIH KARYA BARU AKU

MOGA SUKA YA😉

PANTENGIN TEROS CERITANYA YA

JAN SETENGAH SETENGAH👌

JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK POSITIF👍🏻👍🏻👍🏻

.

.

.

HAPPY READING MAK😆

Bab 2

"Seriusan ni kerjaan?" tanya Aurel kala mendapat selebaran dari Tomo. Aurel tak menyangka akan secepat ini mendapat kesempatan untuk lebih dekat dengan pemilik perusahaan rival.

"Iya serius ijaaah.. tapi.. kalo kamu yang jadi baby sitternya, kira kira kalo anaknya badung bakalan di geret di papan panjat gak ya?" Tomo meraih dagunya sendiri seolah tengah berfikir.

"Bapaknya yang saya geret, bang. Suruh siapa nurunin kebadungan sama anak" tukas Aurel menyolot lantas membawa selebaran itu dan melipatnya lalu ia masukkan kedalam tas.

"E eh.. mau kemana? main nyelonong aja" sergah Tomo karena Aurel sudah lebih dulu pergi kearah parkiran motor. Niatnya segera pulang ke kontrakan agar bisa segera bersiap untuk melamar ke lokasi yang tertera pada selebaran.

Aurel tak mau menyiakan waktu sedikitpun. Lebih cepat, lebih baik pikirnya.

"Ya ngelamar kerja lah bang" balas Aurel dengan santai lantas melambaikan tangan tanpa menoleh.

"Bego ya gue. Udah tau tuh cewek tomboynya minta ampun malah disodorin kerjaan feminis. Bisa berabe nih" gumam Tomo yang menyadari kekeliruannya.

Tomo hanya tak tega saja melihat satu satunya rekan kerja kasar sepertinya, berjenis kelamin perempuan.

Ibarat perawan di sarang penyamun, berlian ditengah kerikil.

Aurel dinilai luar biasa, tak memandang level pekerjaan, selama itu halal, dia lakukan demi menyambung hidup. Padahal kebanyakan wanita seusianya tengah sibuk mencari perhatian lawan jenis dengan perawatan diri yang biayanya tak sedikit. Cukup membuat uang bulanan berteriak. Sedangkan Aurel tampil sangat polos nan sederhana tanpa polesan make up, namun kecantikan alaminya terpancar mengalahkan tebalnya bedak berharga ratusan ribu bahkan mungkin jutaan jika mengandung emas.

Sayang, Tomo sudah beristri dan memiliki 2 orang anak, jika belum, mungkin dia akan mempertimbangkan untuk meminangnya.

Aurel menghentikan motor trailnya di depan kontrakan setelah membeli 1 bungkus nasi rames di warung bu Cicih di depan gang.

Waktu menunjukkan pukul 15.45, masih cukup waktunya untuk mandi dan makan sebelum pergi ke alamat tujuan.

"Seperti yang ku duga, dia butuh pengasuh" gumam Aurel menatap selebaran itu. Sesuai informasi yang didapatnya dari sang pengacara, dimana firma hukum nya juga menangani masalah dalam perusahaan Nathan. Entah itu penanda tanganan kontrak yang di sah kan secara hukum, atau transaksi jual-beli dan segala sesuatu yang menyangkut dengan perjanjian.

"Sialan, pedes amat ni sambel" celetuknya memeletkan lidah lantas segera meneguk air dalam gelas hingga tandas kala menyuap nasi yang dicocol sambal terasi.

Wajahnya bahkan berubah merah karena rasa pedas di mulutnya.

ting tong

Aurel memencet bel yang terdapat di luar gerbang. Dia tak mau menyiakan waktu sedikitpun dan bergegas pergi ke alamat yang tertera pada selebaran yang ia dapat dari Tomo setelah membersihkan diri.

Pekerjaan membersihkan kaca nya selesai dalam kurun waktu 3 hari lagi, setidaknya dia bisa memiliki waktu untuk berkemas sebelum pindah ke rumah mewah ini.

Yap, para pengasuh diwajibkan untuk menginap selama bekerja demi efisiensi waktu.

Dia sengaja datang menggunakan jasa ojek online. karena tak mungkin dia memakai motor perkasa untuk melamar sebagai pengasuh anak. Bisa bisa tidak dipercaya untuk mengurus anak jika tampil tomboy pikirnya.

"Siapa?" tanya suara dari interkom.

"Saya Aurel. Mau melamar pekerjaan sebagai baby sitter, nyonya" jawab Aurel sedikit membungkukkan tubuh agar bisa berbicara pada intercom itu.

klek

Kunci gerbang terbuka. Tampaknya dikontrol melalui remote dari dalam.

Aurel tertegun dan bingung kala hendak melangkah masuk.

Pasalnya dia ke tempat ini menggunakan ojek online, sedangkan jarak gerbang ke pintu utama cukup jauh.

Dia lupa jika rumah mewah yang biasa disebut mansion pastilah memiliki halaman luas dan jalan masuk yang cukup jauh dari gerbang, seperti rumahnya dahulu kala masih bersama keluarga tercintanya.

"Buset, tau gitu tadi bawa si komo aja" gumam Aurel yang memperkirakan jaraknya sekitar 300 meter dari gerbang ke rumah utama harus dia tempuh menggunakan sepatu pantofel. Komo adalah motor trail kesayangannya. Dinamakan seperti itu karena pernah menyebabkan macet parah saat mogok di tengah jalan.

tin tin

Aurel berjenggit kaget karena suara klakson mobil yang baru datang dan melintas melewatinya.

Dan itu adalah mobil pemilik rumah yang tadi Aurel lihat di perusahaan tempatnya bekerja.

"Tampaknya putra anda mengusir nany-nya lagi" ucap sang sopir kala melewati Aurel yang tengah berjalan masuk menyusuri jalanan yang rimbun oleh dahan pohon yang menjulur menutupi terik matahari, menuju kediaman utama.

"Hmm.. sulit menemukan orang yang kompeten" jawab enteng Nathan tanpa mengalihkan fokusnya pada laptop.

"Tahan Rel, tahaaaan..." gumam Aurel menyemangati diri kala diperlakukan semena mena oleh kuda besi itu.

Biasanya dia akan langsung bereaksi kala diserempet seperti itu. Entah me maki-maki dengan lantang, atau bahkan bisa sampai mengejarnya.

"Sebelah sini, nona" seru seorang berseragam di samping kiri bangunan utama.

Aurel melangkahkan kakinya mendekati wanita berseragam khas asisten rumah tangga.

"Ethan, hentikan.. berikan pisaunya nak, itu sangat berbahaya" pekik seorang wanita berusia 30an mengenakan seragam berwarna biru muda dengan khawatir. Berbeda dengan seragam asisten rumah tangga yang didominasi warna hitam yang memanggilnya masuk.

Aurel yang menyaksikan kejadian itu saat hendak melakukan interview lantas mendekati sang anak yang ia tebak adalah anak pemilik rumah. Terlihat dari pakaian dan sepatunya yang branded dan Aurel sangat hafal dengan barang bermerek.

"Apa kamu tahu kalau benda yang kamu genggam itu memiliki nyawa?" ucap Aurel lembut dengan tubuh membungkuk dan ekspresi penuh keyakinan, membuat Ethan si bocah mengalihkan perhatiannya.

"Nyawa? maksudmu hidup?" tanya Ethan bingung. Entah kenapa bocah itu tampak tertarik dengan apa yang Aurel sampaikan.

"He em, hidup. Dan kamu tahu gak kalo dia bisa tahu siapa yang pegang dia" lanjut Aurel dengan intonasi penuh misteri seraya menunjuk benda tajam yang digenggam Ethan, bocah laki laki yang berusia 3 tahun itu.

Ethan melirik pada benda tajam yang ia genggam.

"Kalau Mbak mbak ini yang pegang, dia bisa potong daging dan sayuran dengan cepat. Tapi kalo anak yang belum di sunat..." kalimatnya digantung dengan sengaja, mempertahankan kemisteriusannya dan membuat Ethan penasaran menunggu kelanjutannya.

"Dia bakalan SUNAT anak yang belum disunat" lanjut Aurel setengah berbisik dan menekan kata 'sunat' sambil membuat gerakan menggunting dengan jari telunjuk dan jari tengahnya.

klang

Ethan melempar pisau itu ke lantai dengan ekspresi ketakutan. Matanya membola, pupilnya membesar seolah melihat sesuatu yang mengerikan.

"Dadyyyy... Ethan gak mau disunaaat.." pekiknya berlari kearah dalam.

"Fiuhh.. kamu diterima" ucap kepala asisten tiba tiba seeaya menghela nafasnya dalam.

Tak ada yang bisa membujuk anak itu selain ayahnya sendiri.

Kepala asisten yang bernama Aminah selalu kebingungan. Pasalnya, dia telah memerintahkan semua asisten rumah tangga untuk menyembunyikan semua benda tajam, namun selalu berhasil ditemukan bocah ajaib itu.

Baru kali ini seseorang yang bukan ayah sang anak mampu membujuknya.

JEMPOLNYA GOYANGIN MAK😆

Bab 3

Aminah sang kepala asisten merasa lega, akhirnya tak perlu menunggu 1 hari dia mendapat pengganti pengasuh yang sore ini mengundurkan diri.

Namun kelegaan itu tak berlangsung lama.

"Siapa yang menentukan seseorang diterima bekerja disini?" suara baritone seseorang mengejutkan para asisten.

Seketika kepala mereka menunduk tanpa menoleh pada asal suara karena hafal siapa pemilik suara berat itu.

"Kamu orang baru?" tanya Nathan, sang majikan, diikuti bocah kecil yang mengekor bersembunyi di belakang tubuhnya dan tampak sedikit ketakutan sekaligus penasaran.

Aurel menoleh pada asal suara lantas mengangguk tanpa ada ekspresi apapun, membenarkan ucapan Nathan.

Dia bahkan sempat melambaikan tangan lalu tersenyum manis pada Ethan si bocah tampan berusia 3 tahun itu yang langsung menarik kepalanya bersembunyi dibalik kaki jenjang Nathan agar tak terlihat Aurel.

"Ekhem.. kamu gak diterima disini" lanjut Nathan setelah menetralkan tenggorokannya kala melihat penampakkan Aurel.

Dia mengenalnya. Maksudnya dia pernah bertemu dengannya sekali, namun langsung mengenalinya meski penampilannya berbeda saat pertama melihatnya.

Nathan menilai penampilannya kini terlihat lebih manusiawi. Feminim tentu saja. Karena Aurel mengenakan celana slim fit berwarna mocca dengan blouse berlengan pendek berwarna gading.

Jangan lupa dengan rambutnya yang diikat ekor kuda dan ujung rambutnya dibuat curly, membiarkan beberapa helai lolos dari ikat rambutnya, membuat leher putih jenjangnya terlihat seksi.

"Baiklah, tak masalah.." jawab Aurel tenang.

"Tapi, tuan.." sang kepala asisten memotong ucapan Aurel. Entah kenapa ada rasa menyayangkan jika wanita muda ini tidak direkrut sang majikan.

"Tak ada yang boleh membantahku" tegas Nathan menjeda sanggahan Aminah lantas berbalik masuk ke dalam dengan menggendong Ethan yang terus menatap Aurel.

Aurel lantas melambaikan tangannya lagi seraya tersenyum dan mengucap kata "Bye..".

Tanpa diduga, tangan mungil itu membalas lambaian tangan Aurel saat langkah lebar kaki Nathan menapaki anak tangga satu per satu.

"Maafkan saya" ucap kepala asisten penuh penyesalan. Bukan karena apa, melainkan jika tak segera merekrut pegawai baru maka dia yang akan kerepotan mengambil alih pekerjaan mengasuh bocah nakal itu. Karena baby sitter di sebelahnya ini mengundurkan diri.

Terhitung sudah puluhan orang yang melamar sebagai pengasuh Ethan selalu mengundurkan diri sebelum 7 hari karena tidak tahan dengan kenakalan bocah itu.

Baru kali ini dia melihat Ethan mendengarkan ucapan orang dewasa meski terkesan menakut nakuti.

"Gak apa apa, bu. Saya masih punya pekerjaan kok" ucap Aurel ramah menenangkan.

"Bisakah saya menyimpan nomormu? hanya berjaga jaga" pinta Aminah si kepala asisten.

Aurel pun memberikan nomornya. Dia sangat yakin jika dia akan dibutuhkan esok lusa.

"Dady.." suara lirih Ethan menginterupsi fokus Nathan pada laptopnya. Mereka tengah berada di kamar sang anak saat ini karena Nathan bersiap me nina bobo kan sang anak.

"Ya, jagoan. Apa kamu perlu sesuatu?" tanya Nathan lantas kembali menatap laptopnya.

"Apa dady sudah di sunat?"

"......."

Keesokan hari

"Den Ethan cari siapa? sini makan dulu" tanya ibu Aminah yang heran dengan sikap Ethan.

Biasanya saat matanya sudah terbuka, rumah selalu ramai karena ulahnya. Namun tidak dengan pagi ini yang lebih tenang dari biasanya meski Ethan ada di rumah itu.

"Nany Ethan kok gak bangunin Ethan?" tanya bocah itu yang terus celingukan mencari keberadaan seseorang.

"Nany Ethan kan kemaren udah keluar. Sekarang sama bu Minah dulu ya" bujuk Aminah seraya menyimpan segelas susu dan hendak menyuapi nya sarapan.

"Bukan yang itu. Ethan gak suka Nany yang itu" kesal Ethan merajuk. Dia lantas naik ke kursi yang disediakan.

Aminah mengernyitkan dahi. Merasa bingung dengan maksud bocah tampan itu.

"Yang bilang mau sunat Ethan" lanjutnya lirih seraya menunduk.

Aminah mengulum senyum.

"Oooh.. yang itu. Kan tuan Nathan gak terima dia kerja disini" pancing Aminah mengompori. Dia yakin jika Ethan akan membantunya memanggil gadis itu.

"Dadyyy....." pekik Ethan seraya turun dari kursi dan berlari ke kamar sang ayah.

Aminah seketika merasa mendapat jalan keluar.

"Dady.. dady.. dady... dady harus panggil Nany Ethan lagi" Ethan mengguncang tubuh Nathan yang masih bergelung dengan selimut.

"Engh.. Ethan.. ini masih terlalu pagi" ucap serak Nathan mencoba membuka matanya. Semalam dia tak bisa tidur karena bingung menjawab pertanyaan Ethan yang sulit untuk dimengerti anak seusianya.

Salah salah, si anak malah ketakutan dan tak akan mau di sunat jika sudah saatnya nanti.

"No dady, ini sudah jam 7 dan dady terlambat bekerja" Ethan mengingatkan, meski belum tahu cara membaca jam, membuat Nathan seketika bangkit terkejut.

"Kenapa gak bangunin dady dari tadi" gumam Nathan seraya menghambur masuk ke dalam kamar mandi dan diikuti sang anak yang terkikik.

Kebiasaan mereka adalah mandi bersama kala pagi hari. Terkadang jika Nathan pulang lebih awal, maka mereka akan mandi bersama pada sore hari. Nathan mencoba menebus waktunya yang hilang bersama anak selama dia bekerja.

Sang istri yang memilih pergi bersama pria asing membuat Nathan tak mau membuka hatinya kembali.

Beruntung Ethan tidak pernah merengek untuk memberikannya seorang ibu pengganti atau bahkan menanyakan siapa ibunya dan dimana dia sekarang.

"Dady.. bagaimana dengan nany-ku?" tanya Ethan disela kunyahannya.

Aminah terpaksa memanaskan kembali makanan untuk majikan kecilnya.

"Hmm.. nanti dady cari lagi" jawab singkat Nathan seraya kembali melihat benda berkilau yang melingkar di pergelangan tangan kirinya.

"Tapi Ethan mau nany yang kemarin" rengek Ethan membuat Nathan mengernyit.

Pasalnya Ethan tak pernah merengek seperti ini sebelumnya.

"Kalau begitu panggilah kembali" jawab singkat Nathan lantas meneguk jus nya dan mengecup pucuk kepala Ethan lalu bergegas pergi karena dia sudah sangat terlambat.

"Tapi gimana manggilnya. Kan dady kemarin gak terima dia" gumam Ethan sendu kala Nathan sudah berlalu.

Aminah yang mendengar pun tersenyum dan mendekat "Bu Minah punya kok nomor telfonnya" ucapnya seraya mengacungkan ponsel pintarnya dengan senyum mengembang.

Ekspresi Ethan berubah cerah. Dia lantas melahap sarapannya hingga tandas.

Waktu menunjukkan pukul 10.00 pagi, namun panasnya sinar matahari sudah terasa menusuk kulit.

Para pekerja lapangan membungkus tubuhnya rapat agar tak terkena paparan sinar ultra violet yang membakar kulit.

Tring tring

Suara notifikasi pesan pada ponsel Aurel tak ia gubris karena tengah berada di ketinggian.

Aurel lupa untuk menyimpannya sebelum naik untuk melanjutkan pekerjaannya.

Suara notifikasi pesan lantas berlanjut menjadi panggilan masuk.

"Damn it. Lagi nanggung juga" kesal Aurel bergumam.

Ia lantas merogoh saku celana cargo nya dan melihat nomor tak dikenal yang menghubungi.

"Halo.. siapa ini?" sapa Aurel sambil terengah. Sebelah tangannya yang lain mencoba untuk membuka pengait safety helmet nya agar bisa menyelipkan ponsel dengan leluasa pada telinganya.

"Siapa? bu Aminah?" Aurel mengernyitkan dahi mencoba mengingat nama itu.

"Aaaa.... iya bu Aminah. Ada apa ya bu?" tanya Aurel kala teringat dengan kejadian kemarin sore di rumah Nathan dan mengingat sosok wanita paruh baya yang meminta nomornya.

"Apa itu benar? tapi.. bukankah saya tidak... Ethan yang minta?... baiklah... saya akan datang lagi nanti sore... tidak bisa sekarang bu, maaf, saya masih kerja... saya usahakan jam 2 selesai.... di PT. ELANG CORP, bu... tidak perlu dijemput bu, biar saya naik motor ke sana.. iya... sampaikan salamku pada Ethan ya bu, terimakasih" Aurel menutup percakapan itu dengan perasaan penuh kemenangan. Senyumnya mengembang seraya mengangkat tinggi kedua tangannya yang mengepal.

"Yess... selangkah lebih maju.. woohooo..." pekiknya menari nari sambil bergelantungan.

"Reeeel.... jangan banyak tingkah nanti jatoh kamu" teriak Tomo dari sisi barat kala menyadari tingkah tak biasa rekannya itu.

"Bang Tomo, Aurel hari ini beresin 6 lantai ya, biar besok beres" balas Aurel tak menghiraukan peringatan Tomo.

"Ngaco kamu. Diluar schedule lah" timpal Tomo berteriak.

"Bodo amat. Yang penting kerjaan aku kelar" Aurel bergegas kembali mengerjakan pekerjaannya dengan lincah dan cekatan. Semangatnya membara karena rencananya berjalan lancar.

sreeet

brukk

Aurel mendarat mantap dengan kedua kakinya kala pekerjaannya selesai tepat jam makan siang tiba.

Peluh yang bercucuran hanya ia seka pada bagian keningnya saja.

"Rel, ada yang nyariin tuh" tunjuk Tomo dengan dagunya kearah belakang.

Sedikitnya Aurel terkejut kala mendapati 2 orang beda generasi itu tengah menunggunya di siang nan terik ini.

PASTI UDAH KETEBAK KAAN SIAPA YANG DATENG

LANJUT JANGAAAN😆

JEMPOL NYA JANGAN PELIT PELIT DOOONG👍🏻👍🏻👍🏻

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!