NovelToon NovelToon

ARISTOKRAT

HOTEL DIAMOND SEA

*Apa kau masih ingat? Kapan terakhir kali kamu bahagia? *

Dan apa kau ingat Kapan terakhir kali kamu tersenyum ?

****

Hari ini, suasana di Hotel Diamond Sea menjadi lebih ramai dibanding hari hari biasa nya, banyak orang orang kalangan atas yang berdatangan untuk merayakan Ulang tahun nyonya Raisa, selaku istri dari pengusaha terkenal Rudi Hartono, sekaligus untuk melihat pameran lukisan yang di adakan di Aula hotel tersebut. Mereka berbondong bondong untuk melihat karya lukisan salah seorang seniman terkenal di kota itu.

Adalah Angga seorang remaja 17 tahun yang sudah memulai debut nya untuk mengadakan pameran seni lukis di berbagai negara, bakat nya melukis sudah terlihat sejak dia masih duduk di bangku Sekolah Dasar, remaja tampan itu memang sangat menggilai Seni, apapun objek itu yang di nilai nya menarik, akan menjadi nilai komersial tersendiri dari tangan dingin nya.

" Tiara, tolong bereskan meja yang ada di sebelah sana!" ucap seorang pelayan senior yang sudah bekerja belasan tahun di sana.

" baik!" dia mengangguk kan kepalanya, perempuan yang lengkap menggunakan atribut khas pelayan Hotel itu dengan cekatan membereskan sisa sisa gelas yang bekas di pakai oleh orang orang dari kalangan atas tersebut, untuk perjamuan sebagai tamu undangan yang sengaja di undang oleh Bapak Rudi Hartono, selaku pemilik acara yang bekerja sama dengan pemilik hotel Diamond Sea untuk mengadakan pameran lukisan sebagai hadiah ulang tahun istri tercinta nya, Nyonya Raisa, sekaligus sebagai hiburan untuk kolega kolega bisnis nya yang sudah menjamur di Indonesia.

Puluhan orang orang kelas atas, berdatangan saling berjabat tangan. Sudah bukan rahasia lagi kan? mereka yang bersaing di bidang bisnis selalu menampak kan senyum di wajah, ketika bertemu dengan rekan rekan bisnis nya, tapi tidak banyak juga dari mereka yang berhati licik, terlihat senyum di depan, tapi di belakang menusuk dan siap melakukan apa saja untuk men jatuh kan pesaing pesaing bisnis nya.

" jadi kamu yang bernama Angga Wijaya itu? Ternyata kamu masih sangat muda ya?" Suara laki laki yang bernama Rudi Hartono itu menggelegar, diantara ratusan orang yang hadir di sana, mulut nya tertawa lebar sembari menjabat tangan seorang Angga, pemuda tampan yang berdiri di hadapan nya itu, pemuda itu hanya menganggukkan kepalanya, dengan senyuman tipis yang terlihat menghiasi bibir nya,

" perkenalkan, ini Raisa istri saya!" laki laki berusia 33 tahun itu, memperkenalkan istri nya yang sedari tadi menemani nya untuk menemui para tamu undangan yang memadati hotel. Perempuan dengan tubuh tinggi semampai itu, menggunakan dress berwarna gold yang terlihat menyatu dengan warna kulit nya yang putih bersih, dengan sedikit senyuman di bibir nya, dia mengulurkan tangan nya untuk berjabat tangan dengan Angga Wijaya,

" Raisa!" ucap nya, suara nya terdengar Anggun, Se anggun wajah nya yang bersinar seperti bulan purnama, Angga tak sedikit pun menatap wajah wanita itu, karena dia sudah terbiasa untuk tidak menatap langsung wajah lawan jenis nya ketika saling berbicara, pemuda tampan itu sangat menghargai wanita, disamping itu, sifat nya memang sedikit pemalu, matanya hanya terfokus pada pergelangan tangan wanita tersebut, yang terlihat sedikit berbeda dari warna kulit yang lai nya, ada sedikit lebam di sekitaran tangan nya,

Raisa segera menyadari hal itu, perempuan berusia 30 tahun itu, segera menarik tangan nya, dari genggaman Angga.

" ma,maaf!" ucap Angga, dia merasa sudah melakukan kesalahan dengan tidak segera melepas jabatan tangan nya, Rudi yang melihat hal itu, segera menyeret tangan Raisa untuk pergi dari sana.

"ya sudah, lanjut kan pameran mu anak muda, biar kami menemui para tamu undangan kami!" ucap Rudi, dengan sedikit menarik paksa tangan Raisa yang sebenarnya tidak ingin secepat nya enyah dari sana, dia masih ingin ngobrol ngobrol lebih lama dengan Angga tentang seni Lukis, karena melukis juga sudah menjadi kegemaran nya sejak masih remaja, namun dengan sedikit terpelanting, dia mampu mengimbangi langkah Rudi yang menggandeng tangan nya dengan kasar itu, sementara Angga hanya melihatnya dengan tatapan heran dari kejauhan.

" pelayan, tolong ambilkan saya minuman yang ada di meja itu!" seorang perempuan cantik yang bergaya seperti super model dengan dress warna merah yang terdapat belahan panjang di antara kaki nya, memanggil Tiara, pelayan magang yang sedang membereskan gelas gelas kotor tadi.

" baik nyonya!" ucap nya, lagi lagi pelayan magang itu, dengan cekatan mengambilkan gelas berisi Anggur kepada wanita cantik yang datang bersama seorang pengusaha yang tak kalah hebat nya dengan Rudi, mereka kerap kali bersaing dalam mendapatkan tender di bidang property, meskipun Rudi sangat membenci nya, namun mau tidak mau, dia harus mengundang Alan sebagai bentuk penghormatan lantaran sama sama bekerja di bidang bisnis.

Tiara berjalan menuju wanita cantik tersebut, dengan senyuman khas nya, dia berusaha menjadi pelayan profesional demi untuk kelanjutan karir nya yang akan datang, dia sangat bersemangat hari ini, bagi nya, bekerja itu memang harus sepenuh hati, agar hasil yang di dapatkan ya sebanding dengan keringat yang dia keluar kan, dan lagi pula, hanya hotel ini yang mau menerima gadis lulusan SMA seperti nya.

" aduh, gue bosen banget lagi disini, terpaksa banget harus hadiri acara bapak bapak sama ibuk ibuk, lo tau nggak sih An, gak ad satu pun yang masih muda disini, cuma gue! Mana harus lihat pameran lukisan yang membosankan lagi, mending tadi gue absen, trus ikut lo hang out ke cafe yang banyak anak muda nya!" seorang perempuan remaja, yang juga tak kalah cantik dengan ibu ibu yang hadir disana, sedang asik menelpon teman nya, tanpa melihat sekeliling nya, matanya hanya fokus pada satu arah, yaitu segelas jus yang hendak di ambilnya di atas meja hidangan, namun alih alih mengambil jus, tas yang dia kenakan terjatuh ke lantai, terpaksa dia harus membungkuk kan badan nya dan berjongkok untuk mengambil tas yang jatuh di lantai tersebut, sedang kan Tiara yang tidak melihat ada orang yang berjongkok di hadapan nya, masih berjalan dengan segelas Anggur nya untuk diberikan kepada wanita cantik berbaju merah yang meminta nya tolong tadi,

namun untung tak dapat di raih, kaki nya menyandung gadis remaja tadi, sehingga membuat tubuh nya terjungkal mendarat di atas lantai, gelas berisi Anggur yang di bawa nya tadi, terlempar dan mengenai baju mahal yang dikenakan wanita yang meminta tolong kepada nya tadi, pecahan pecahan kaca dari gelas itu, merobek lapisan kulit nya yang mulus. sehingga menyebabkan darah yang bercucuran keluar dari robekan luka nya. Rudi yang melihat hal itu segera berlari mendatangi perempuan cantik tersebut.

" Megan!" teriak nya, raut wajah nya sangat panik, sorot mata nya tajam menatap Tiara yang tidak tau apa apa.

" ma, maaf tuan, saya tidak sengaja!" Tiara yang baru bangkit dari terjatuh tadi, mersa sangat ketakutan, melihat wajah Rudi yang merah padam, seperti monster yang siap menerkam mangsa nya.

" hey, pelayan belagu Lo, gara gara Elo Hp gue jatuh, badan gue sakit ke injek kaki eLo!" ucap gadis remaja tadi, sembari mengelus elus kali nya yang merasa kesakitan, gadis remaja tadi, segera berdiri dari posisi nya, tangan nya menyahut segelas minuman yang kebetulan di bawa oleh pelayan lain yang lewat di dekat nya, dengan tanpa nurani, dia menyiramkan minuman itu di atas kepala Tiara.

Hati perempuan yang saat ini menjadi pelayan tersebut, terasa pedih, seperti di sayat sayat dengan pisau, dia tidak habis pikir, kenapa orang orang kaya ini sangat angkuh? Mereka hanya mempedulikan diri nya sendiri, tanpa memperhatikan luka yang juga di dapat kan nya,

" mana pak Haris?" teriak Rudi, mencari teman bisnis nya selaku pengelolah hotel diamond sea yang di sewa nya itu.

Haris yang melihat kejadian itu, segera datang menghampiri Rudi, dia sangat tau sifat sahabat nya itu, yang tak segan segan melakukan apa saja untuk Megan, wanita yang sangat di cintai nya selama ini.

" ada apa Rud?" laki laki setengah botak itu menghampiri Rudi yang sedang di selimuti amarah.

" saya tidak mau tau, kamu harus pecat pegawai itu sekarang juga!" teriak Rudi sembari menggendong tubuh Megan ke kamar hotel yang sudah di siapkan untuk para tamu, Haris tidak segera menimpali permintaan Rudi tadi, dia hanya menatap tajam ke arah Tiara, dan meminta nya untuk segera membereskan pecahan pecahan kaca dari gelas jatuh tadi.

" bereskan!" Haris memberi perintah, Tiara menunduk, wajah nya pucat Pasih, dia sangat takut bos nya itu akan segera memecat nya, jika benar itu terjadi, dia tidak tau lagi harus berbuat apa? Sebab dia baru saja menemukan pekerjaan, setelah sekian banyak nya ditolak oleh perusahaan perusahaan tempat dia melamar kerja.

Alan, hanya tersenyum melihat Rudi yang menggendong pasangan nya itu kedalam kamar hotel, pemandangan itu sudah menjadi makanan sehari hari bagi nya, dia tak pernah memasalahkan nya, toh Megan hanyalah seorang wanita penghibur yang memang sengaja di sewa nya untuk melemahkan Rudi, sinar mata nya hanya tertuju pada Raisa, dia melihat perempuan malang itu, yang sedang berkaca kaca, menahan air mata nya untuk tidak keluar dari bola mata nya yang indah.

HOTEL DIAMOND SEA 2

Tiara membereskan serpihan kaca bekas gelas yang dia jatuhkan tadi, dengan menahan kesakitan di tangan dan kaki nya yang terluka, akibat dari insiden kecil yang terjadi di Aula hotel barusan, lepas beberes, dia bergegas menuju dapur khusus karyawan yang ada di hotel tersebut, dengan penuh kesal, ia meluapkan amarahnya di dapur itu sendirian, dia terduduk lemas, sembari menyandarkan tubuh nya di tembok dapur dia menekuk lutut nya dengan kedua tangan yang menutupi wajah cantik nya.

" ahhhhh,!" teriak nya, dengan membungkam mulut nya, agar suara teriakan kekesalan nya tak terdengar orang orang yang ada di sekitar sana. saat sedang larut dalam perasaan kecewa nya, tiba tiba dia di kejutkan dengan suara pintu yang di buka dari depan, dia melihat seseorang yang terlihat 3 tahun lebih tua dari usia nya, lengkap dengan setelan jas seperti petinggi petinggi hotel itu pada umumnya, sedang berdiri di depan pintu dapur tersebut, Tiara yang semula duduk di lantai, dengan cepat berdiri dan merapikan baju nya,

"ada yang bisa saya bantu?" dia menghiasi wajah nya dengan senyuman yang sedikit terpaksa.

" tidak ada,saya bisa sendiri!" ujar laki laki berwajah tampan itu tanpa ekspresi

" kalau begitu boleh tau anda siapa?" Tiara lancang bertanya. Tanpa mengetahui siapa dia sebenar nya.

" saya orang baru di sini!" ucap laki laki itu, sembari membuat secangkir kopi racikan nya sendiri, sebenar nya bisa saja dia meminta barista untuk menyajikan kopi Ter enak di sana, namun sifat nya yang tidak mudah percaya kepada orang lain, dia lebih suka menikmati kopi buatan nya sendiri, dari pada harus menikmati hasil buatan orang lain.

" oh, asisten nya pak Haris, yang kemarin kan sudah resign y?" Tiara selalu sok akrab dengan orang orang baru disana, namun laki laki itu hanya melirik Tiara, sembari menyeruput kopi buatan nya tadi.

Pria itu tak mengeluarkan sepatah kata pun, dia hanya melihat tangan Tiara yang penuh luka akibat pecahan kaca dari gelas yang jatuh tadi.

" lain kali kalau bekerja lebih berhati hati, dan perhatikan SOP yang berlaku!" pria itu menyeruput kopi terakhir nya, kemudian meninggalkan nya bersama Tiara di dalam dapur.

" Asisten pak Haris wangi bener y?" gumam nya, hati nya sedikit senang, masih ada orang yang peduli dengan perasaan dan luka luka yang ada di tangan serta kaki nya tersebut.

****

Di sebuah kamar yang berada di lantai 20 hotel tersebut, Rudi membersihkan kaki Megan dari darah segar yang keluar disela sela luka akibat goresan dari pecahan kaca tadi.

Dia mengangkat kaki Megan dan meletak kan di atas paha nya, dengan lembut dia menyentuh kaki wanita itu, seraya membersihkan luka nya dengan anti septik,

" Aku rasa, tindakan mu terlalu berlebihan terhadap ku!" wanita yang duduk bersandar di atas kasur dengan kaki yang berada di pangkuan laki laki pemimpin megantara group itu, menahan perih akibat dari anti septik yang menyerap ke dalam luka luka nya itu.

" Aku tidak akan membiarkan sesuatu sekecil apapun menyakiti tubuhmu yang indah ini!" laki laki itu mengelus elus kaki mulus Megan, tangan nya merayap secara perlahan hingga ke pangkal paha nya, dengan sigap Megan menarik tangan Rudi yang sudah hampir masuk ke dalam area terlarang nya. melihat hal itu, Rudi merasa sangat kesal, kemudian secara paksa menyambar bibir wanita cantik yang ada di hadapannya tersebut, namun lagi lagi dia mendorong tubuh Rudi hingga tersungkur di atas tempat tidur, dan berniat meninggalkan nya, namun dengan cepat Rudi memeluk nya dari belakang, dan mencumbui leher jenjang nya itu,

" kenapa? Bukankah kau sering melakukanya dengan laki laki lain?" bisik Rudi di telinga nya. Dengan menahan geli, emosi Megan meradang mendengar ucapan itu, secara spontan dia mendaratkan pukulan keras ke pipi Rudi, hingga meninggalkan bekas kemerahan di kulit putih nya.

" jaga ucapan mu, meskipun Aku seorang wanita penghibur, tapi Aku masih punya harga diri!" Megan begitu marah dengan pernyataan Rudi yang menyinggung nya, meskipun harus ia akui, Rudi adalah satu satu nya orang yang paling dia cintai di dunia ini.

" Megan, meskipun Aku tidak bisa memiliki mu, setidak nya ijin kan Aku membeli mu malam ini saja, berapa yang kau mau? Akan Aku berikan, bahkan jika itu nyawaku!" laki laki garang itu hanya bisa bertekuk lutut di hadapan perempuan Cantik yang berprofesi sebagai wanita penghibur para kalangan atas yang membutuhkan jasa nya.

" Aku tidak akan mengijinkan mu menyentuhku, meskipun kau membeli ku dengan dunia seisi nya, Aku sudah berjanji pada diriku sendiri Rud!" perempuan itu memang tidak pernah mengijinkan Rudi menyentuhnya sedikit pun, meskipun dia benar benar mencintai laki laki hebat yang berdiri di hadapan nya tersebut. Meskipun berkali kali dia berhubungan dengan banyak laki laki dari para pengusaha yang gemar bermain wanita, tapi dia sangat lemah dengan cinta, di hadapan Rudi, dia merasa sangat malu dengan keadaan nya saat ini, ingin rasa nya dia menguasai ilmu menghilang, agar tidak lagi ber urusan dengan Rudi. Air mata nya mengalir membasahi wajah nya yang cantik itu, Rudi yang merasa iba melihat nya, merangkul nya dan mengajak nya duduk di atas Sofa yang menghadap langsung ke jendela,

" maafkan Aku Megan, hari ini kau sangat cantik, Aku tak kuasa menahan hasrat ku yang hanya untuk mu!" sembari membersihkan air mata yang membasahi wajah cantik nya.

" berjanjilah Rud, jangan lagi kau lakukan hal ini, jika tak ingin Aku menghilang!" ungkap nya, sembari menyandarkan kepala nya dalam dekapan Rudi.

" iya, Aku berjanji!" laki laki itu terlampau Bucin terhadap Megan, seolah olah dia lupa, jika sudah memiliki istri saat berada di dekat Megan.

***

Raisa yang menahan air mata nya, memilih menyendiri diatas rooftop hotel yang sudah disewa suaminya secara eksklusif itu, ditemani dengan pemandangan kota malam hari, yang bertabur lampu lampu dari bangunan gedung yang terlihat kecil jika dilihat dari ketinggian rooftop tersebut. pemandangan itu terlihat sangat indah, sehingga membuat suasana hati nya sedikit tenang, dia menyandarkan tubuh nya di permukaan tembok pembatas yang berada di sisi sisi bangunan gedung itu,sembari menikmati segelas jus jeruk di tangan nya, dia hanya bisa diam mengingat suami nya yang begitu perhatian terhadap Megan, ingin sekali dia menangis sejadi jadi nya disana, dan meluapkan semua kekecewaan atas apa yang terjadi kepada nya selama ini,

Namun air mata nya serasa membeku, sebeku hati nya yang hampir tidak pernah mendapatkan kasih sayang yang tulus dari suami nya selama mereka hidup bersama.

" menangislah nyonya, jika kamu ingin menangis, karena airmata itu anugrah!" terdengar suara dari seseorang yang sedang duduk di sofa rooftop tersebut, Raisa memutar badan nya mencari sumber suara itu,

" Tuan Angga, sejak kapan tuan berada di sini?" Raisa sedikit terkejut, sebab dia merasa sedari tadi tak ada seorang pun disana, hanya ada dia seorang.

" jangan memanggilku Tuan Nyonya, panggil saja Aku Angga, usiaku jauh lebih muda dari pada nyonya!" ucap Angga yang sedang membaca tabloid ternama yang memang disediakan untuk para pengunjung hotel,

" sejak kapan kamu disini?" Raisa kembali mempertanyakan hal yang sama kepada nya.

Angga bangkit dari duduknya, kemudian berjalan ke arah tembok tempat Raisa bersandar.

" sejak saya melihat nyonya menahan airmata!" jawab nya, laki laki remaja itu ikut menikmati pemandangan kota yang tampak indah jika di lihat dari ketinggian itu.

" jangan kamu menertawakan ku, Aku sudah terbiasa dengan hal itu!" Raisa sedikit tersinggung dengan ucapan Angga, yang seakan akan menghina kegagalan nya sebagai seorang istri yang di dambakan suami nya.

" jangan di biasakan sesuatu yang buruk menjadi terbiasa, karena pasir di lautan, mampu menutup perhiasan berharga yang ada di dalam nya!" Raisa terperangah, dengan kedewasaan Angga yang bertutur kata, di usia nya yang baru menginjak 17 tahun, Remaja itu mencoba memotivasi Raisa yang sedang dalam keadaan terpuruk,

" apa anda tau nyonya? saya pernah diminta oleh seseorang untuk melukis wajah istri nya, namun sampai saat ini belum juga selesai!" Angga kembali memecah keheningan diantara mereka berdua, masih dengan posisi menatap kota yang terlihat indah itu.

" kenapa belum di selesaikan?!" tanya Raisa penasaran,

" orang itu memintaku untuk memberikan tema wanita yang bahagia, sebagai kado ulang tahun pernikahannya yang pertama, tapi Aku sama sekali tidak menemukan kebahagiaan di wajah wanita itu, hasil lukisanku terlihat absurd, seharusnya senyum nya bahagia, tapi dia malah terlihat seperti ingin menangis!" ucap Angga sedikit tertawa,

Raisa hanya terdiam mencoba mencerna apa hubungan nya dengan wanita dalam lukisan nya itu.

" sejak kapan anda belajar melukis?" tanya Raisa kepada kepada Angga yang sejak awal tak pernah menatap wajah nya itu.

" sejak Aku masih kecil, datanglah ke tempat ku nyonya, Aku akan memperlihatkan hasil karya ku disana!" sembari memberikan sebuah kertas kecil berisi nama dan alamat lengkap galeri lukis nya.

Raisa menerima kertas itu, sebelum Angga berpamitan untuk pergi dari sana.

" saya pergi dulu nyonya, semoga anda berkenan untuk hadir, saya dengar anda pecinta seni lukis!" Angga membungkuk kan badan nya, dan berniat untuk pergi dari sana, Raisa hanya menganggukkan kepala nya, tanpa mengeluarkan sepatah kata, dia melihat punggung Angga yang berjalan membelakangi nya, entah mengapa? Dia merasa ada seseorang yang benar benar menghargai nya, setelah sekian lama orang orang disekitar nya hanya memandang dia sebagai perempuan bodoh, yang menjadi istri boneka seorang koleris seperti Rudi Hartono.

ISTRI BONEKA

Malam sudah semakin larut, para undangan pesta berbondong bondong untuk pulang, sebagian dari mereka yang datang dari luar kota atau pun luar pulau, sudah di sediakan kamar untuk menginap bagi mereka yang bersedia.

Hari ini, Rudi menghabis kan malam nya dengan Megan, dia yang biasa nya jarang tertidur lelap, kini terbenam dalam pelukan Megan yang hangat, seperti anak kecil yang terbuai dalam pelukan Ibu nya, Rudi tertidur dengan sangat lelap, Megan yang sedari tadi menepuk-nepuk punggung Rudi, menghentikan aktivitas nya dan memastikan laki laki tersebut apakah benar benar sudah tertidur dengan lelap?

Perlahan lahan dia menurunkan kaki nya dari tempat tidur, dia memutar otak, agar tak sedikitpun menimbulkan suara yang bisa membuat Rudi terjaga dari tidur nya, dengan kaki yang berjinjit, dia mengambil tas nya yang ada di sofa dekat tempat tidur, dengan langkah yang nyaris tak terdengar, dia menyegerakan diri untuk keluar dari kamar itu.

" maafkan Aku Rud!" gumamnya, kemudian menutup kembali pintu kamar, dan beranjak pergi dengan setengah berlari, Rudi yang benar benar tertidur lelap, sama sekali tak menyadari kepergian Megan.

Dengan tergesa gesa, dia menuju lobi hote, dilihat nya, masih banyak orang orang dari Even Organizer yang menangani pesta tadi, sibuk berlalu lalang membersihkan sisa sisa dekorasi dari acara pesta yang di gelar cukup meriah itu, Megan yang berjalan cepat, sesekali menolehkan kepala nya kebelakang, dia takut Rudi menyadari kepergian nya, dan membuntutinya begitu saja, disaat seperti itu, dia sama sekali tidak menyadari, ada seorang wanita yang sedang bersusah payah membawa tumpukan kardus berisi peralatan peralatan pesta, berjalan di depan nya, pandangan nya yang tertutupi oleh tumpukan kardus itu, juga membuat nya tidak bisa melihat, bahwasanya ada Megan yang berjalan tepat dihadapan nya.

Brukk

Mereka saling bertabrakan, sehingga kardus kardus berisi peralatan pesta yang di bawa oleh perempuan tadi terlempar dan jatuh berceceran di lantai.

" maaf mbak, saya tidak sengaja!" ucap Megan, sembari membantu wanita itu untuk berdiri,

" nggak papa mbak, santai saja! Mbak mau kemana tengah malam begini?" tanya perempuan muda itu, ber basa-basi,

" saya mau pulang, ibu ku sakit di rumah!" ujar nya sedikit berbohong kepada perempuan yang tidak di kenal nya itu.

" owh, begitu, ya sudah mbak pulang saja, biar semua nya saya bereskan sendir, hati hati di perjalanan ya mbak, malam malam gini itu rawan perampokan!" perempuan itu berbaik hati untuk mengingatkan Megan,

" terima kasih ya mbak, sekali lagi maafkan saya!" Megan membungkuk kan badan nya,kemudian dengan langkah yang kembali tergesa gesa, dia segera pergi dari lobi, untuk mencari taksi yang masih beroperasi di tengah malam begini.

Melihat barang bawaan nya berceceran di lantai, perempuan itu berkacak pinggang, sembari menghela kan nafas panjang.

" huft, harus menata dari ulang lagi, haduh!" gumamnya.

" mana si Yuni absen lagi, emang dasar anak itu y!" sembari memasuk kan barang barang yang berceceran tadi kembali ke dalam kardus,

"ibuk, ibuk gak papa kan?" seorang laki laki yang sudah melihat nya dari kejauhan atas insiden tadi, datang untuk membantu nya,

" gak papa kog!" jawab perempuan pemilik EO tersebut.

" mau saya ambilkan minum Buk?"

" boleh deh, kebetulan lagi haus!" ucap perempuan yang bernama Laras itu. Dia memutuskan untuk istirahat sejenak lantaran merasa capek harus menata ulang barang barang yang sudah di tata nya sedari tadi, biasa nya dia tidak melakukan nya sendiri, asisten nya yang bernama Yuni itu kebetulan absen dari acara kali ini, dia berdalih ada kepentingan keluarga.

Sesaat kemudian, laki laki yang membantunya tadi datang membawa segelas air putih di tangan nya,

" ini Buk air nya!" sembari menyodorkan nya kepada Laras,

" kog kamu tau sih Aku suka nya minum air putih?" ucap Laras, dia segera mengambil gelas berisi air itu untuk di minum nya.

" saya perhatikan ibuk jarang minum minuman manis, di meja kantor ibuk hanya ada air putih saja" ujar nya, sembari meneruskan pekerjaan Laras untuk menata barang barang yang berceceran tadi ke kardus.

" oh ya? Jadi kamu karyawan di kantor ku juga y? Siapa namamu? Kok Aku nggak pernah lihat kamu y?" ucap Laras, yang masih duduk di dekat kardus kardus tadi.

" saya Jaka Buk, sudah setahun ini saya kerja di kantor ibuk!" laki laki itu berbicara sambil menundukkan kepala nya, untuk menghormati atasan nya tersebut.

" oh, begitu y?" ujar nya, sedikit terheran dengan dirinya sendiri, yang benar benar jarang mengenal karyawan nya, maklum sekali memang, dia adalah pengusaha Even Organizer paling sukses, dengan cabang nya yang ada dimana mana, banyak perusahaan perusahaan besar yang menggunakan jasa nya setiap ada acara acara besar di perusahaan mereka,boleh di bilang dia memang sangat sukses dalam membangun karir, tetapi tidak dengan urusan cinta, di usia nya yang sudah cukup matang itu, dia belum juga menemukan tambatan hati untuk ke jenjang yang lebih serius, di tambah lagi sering nya dia tidak cocok dengan pasangan yang di kencani nya, sejauh ini tidak ada yang membuat nya terkesan, banyak dari mereka yang malah memanfaatkan kekayaan dan ketenaran nya, bahkan ada yang tak segan segan untuk memoroti nya dengan menjadi parasit di hubungan mereka, hal itulah yang membuat dirinya merasa jerah saat mencoba membangun hubungan dengan lawan jenis nya.

***

Di tengah dingin nya malam, Megan yang sudah sampai di cafe milik sahabat nya, yang memang selalu menjadi tujuan nya ketika dalam keadaan kalut seperti ini.

Rina, selaku sahabatnya pemilik Cafe tersebut, sengaja membiarkan Megan untuk menyendiri di atas rooftop, dia memberi kesempatan untuk Megan, agar mampu berfikir jernih di tempat favorit nya itu, saat sedang galau.

Megan membenamkan wajah nya menengadah ke langit, dia mengingat ingat kejadian sebelum dia bersumpah untuk tidak mau disentuh atau pun di beli dengan harga berapa pun, oleh Rudi laki laki yang pernah menjadi kekasih nya selama 3 tahun itu. Dalam lamunan nya, dia teringat tentang Raisa yang memohon mohon kepada nya.

~~

Malam itu, hujan turun dengan lebat membasahi seisi kota yang semula keronta, seorang wanita dengan menggunakan jas hujan, berjalan kaki menuju apartemen yang di tempati nya. Tubuh nya yang kurus, wajah nya yang layu, berjalan dengan gontai menuju pintu apartemen nya,

tok tok tok

Terdengar seseorang mengetuk pintu apartemennya. Megan yang kebetulan berada disana, melihat dari kamera yang terpasang di handel pintu apartemen tersebut, di lihat nya seorang wanita muda, berdiri didepan pintu kamar nya,tak biasa nya seorang wanita bertandang ke apartemen nya, lagi pula tidak sembarang orang tau alamat asli tempat tinggal nya, dengan sedikit ragu, dia membukakan pintu untuk wanita itu.

" mbak Megan ya?" tanya perempuan tersebut.

" iya!" jawab Megan sedikit ragu,

" boleh Aku bertamu ke sini mbak?" perempuan itu sangat sopan, menghancurkan kecurigaan Megan tentang nya.

" silahkan masuk!" Megan mengajak nya untuk masuk ke dalam, seraya mengunci kembali pintu apartemen itu.

" silahkan duduk, Aku akan membuatkan mu secangkir teh,untuk menghangatkan tubuh mu!" Megan menuju ke dapur nya, untuk membuatkan Raisa secangkir teh hangat,

Sembari menunggu Megan menyiapkan teh untuk nya, dia melihat lihat sekeliling ruangan apartemen yang di kunjungi nya tersebut, dilihat nya beberapa foto Megan bersama Rudi yang sedang berjalan jalan keluar negri, atau pun sekedar menikmati makan bersama di dalam apartemen itu, banyak sekali koleksi foto mereka berdua yang terpampang dengan mesra saling bergandengan tangan atau pun berpelukan dalam beberapa momen, Raisa yang melihat nya tak mampu berkata apa apa, kenapa Rudi lebih mencintai wanita ini dibanding dengan diri nya selaku istri sah nya, mata nya terfokus pada satu foto yang menunjukan Rudi dan Megan sedang berada di atas ranjang bersama saat liburan ke Pulau Dewata Bali, dia yang semula duduk langsung berdiri untuk memastikan keaslian foto itu.

" ada apa mbak?" suara Megan yang datang sembari membawa secangkir teh hangat membuyarkan lamunan nya.

Raisa yang semula berdiri melihat foto itu sedikit tersentak, kemudian kembali duduk di sofa apartemen itu,

" jadi, laki laki itu kekasih mbak?" Raisa menyeruput teh hangat itu, sembari melontarkan pertanyaan seolah olah tidak mengenal orang yang berada di dalam foto itu.

" lebih tepat nya kami sudah bertunangan,sebentar lagi kami akan melangsungkan pernikahan mbak!" yang juga menyeruput secangkir teh hangat yang ada di depan nya, Megan tersenyum manis, ke arah Raisa,

" apa mbak sudah tau seluk buluk keluarga nya?" tanya Raisa yang memendam luka teramat dalam di hati nya, dia bersusah payah menahan air mata di pelupuk mata nya, agar tak jatuh menghujani pipi nya yang tirus,

" kebetulan, saya belum di perkenalkan dengan keluarga nya, rencana nya Minggu depan dia mengajak saya menemui keluarga nya!" ujar Megan, yang masih belum mengetahui siapa Raisa yang sebenar nya.

" mbak, apa mbak tau foto siapa ini?" dia sudah tidak tahan lagi menahan rasa kecewa yang bergejolak, Raisa menunjukan sebuah buku pernikahan yang dia bawa di dalam tas nya sedari tadi, dari buku itu, terpampang jelas wajah Raisa dan Rudi yang disejajarkan dalam satu buku pernikahan.

" jadi, selama ini Rudi sudah punya istri?" Megan terkejut bukan main, dia merasa sangat terpukul karena Rudi telah membohongi nya, sekaligus malu dengan perempuan yang ada di hadapan nya kini.

" kami menikah karena perjodohan beberapa bulan yang lalu mbak, Ayah saya adalah sahabat baik dari Ayah Rudi, sejak kecil kami sudah saling mengenal!" ucap Raisa yang sama sekali tak marah atau pun menaruh benci kepada Megan.

" wah, kalau begitu selamat ya mbak, atas pernikahan kalian!" Megan mulai salah tingkah, sembari menahan tangis di wajah nya, tapi dia merasa tidak pantas menangis, sebab bagi nya orang yang paling tersakiti adalah Raisa selaku istri sah nya, bukan diri nya yang hanya menyandang status pacar.

" mbak, Aku mohon, jangan ucap kan selamat kepadaku, Aku tau perasaan mbak yang sebenar nya seperti apa?" Raisa memegang tangan Megan yang sudah mulai dingin itu, Megan yang sedang Menahan airmata nya, tiba tiba terfokus pada sekujur tangan Raisa yang penuh dengan bercak ungu kebiruan, seperti lebam lebam habis terkena hantaman benda keras,

" mbak, kenapa dengan tangan mbak?" Megan segera bangkit dari duduk nya, kemudian memeriksa tangan Raisa, yang ternyata memiliki lebam Sampai di pangkal kedua lengan nya, tak hanya di tangan dan lengan nya, wanita itu memiliki beberapa luka lebam di leher dan wajah nya,

" astaga, kenapa sampai seperti ini?" Megan semakin terkejut, Raisa berusaha menyembunyikan luka luka itu, namun tak berhasil, Megan lebih dulu mengetahui nya,

" ini adalah buah cinta ku kepada Rudi mbak, semakin dia memikirkan mbak, semakin Aku di buat tersiksa!" ucap nya,tersendat sendat, pada akhir nya, airmata yang semula di tahan nya, kini jatuh bercucuran, membasahi wajah nya yang polos itu.

" jadi, Rudi yang melakukan ini semua?"

Raisa menganggukkan kepala nya, Megan dengan penuh rasa iba, memeluk tubuh Raisa yang ringkih, dia tidak habis pikir, ada perempuan sebaik Raisa, yang berani menemui kekasih Suami nya tanpa amarah sedikit pun di wajah nya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!