Zee Zemira merupakan gadis tercantik di desa tempat tinggalnya.
Terlahir dari keluarga yang berantakan, mengajarkan Zemira untuk berusaha sendiri.
Namun, diusianya yang ke delapan tahun, dia harus menerima kenyataan kalau kedua orangtuanya memilih bercerai dan tidak ada satu pun dari mereka yang mau menampungnya.
Keduanya ingin hidup bebas dan tidak mau ada beban, meskipun itu putri kandung mereka sendiri.
Demi menyambung hidup, Zemira mengerjakan setiap pekerjaan yang ditawarkan padanya. Seperti menjual kue keliling, membersihkan rumah dengan upah yang sangat sedikit.
Satu-satunya hal yang disyukuri Zemira, karena kepintarannya, dia bisa mendapatkan beasiswa selama pendidikan. Walaupun harus menempuh perjalan panjang untuk ke sekolah.
Namun, semua itu hanyalah masa lalu kelam untuknya. Kini dia telah dewasa, yang sebentar lagi akan menikah dengan kekasih hatinya.
Tidak mau menyimpan dendam dan ingin memulai hidup baru, Zee Zemira memilih melupakan perbuatan kedua orangtuanya.
Meskipun tidak yakin kedua orangtuanya masih mengingat kalau mereka memiliki putri yang dibuang, tapi Zemira memilih menelepon dan memberitahukan kabar baik itu.
“Baik, Sayang. Kami pasti akan datang. Maafkan mama yang meninggalkanmu waktu itu.”
“Maafkan papa yang tidak berpikir dewasa hingga meninggalkanmu waktu itu.”
Permintaan maaf yang keluar dari mulut kedua orangtuanya seperti air sejuk yang mampu membuatnya meneteskan airmata bahagia.
Sampai hari yang ditunggu pun tiba.
Mata Zee Zemira memindai sekeliling, mencari sosok yang dinantinya.
Sampai dia melangkah di altar pernikahan pun, orangtuanya tidak juga terlihat.
Walaupun kecewa tapi Zemira ikhlas, dia tidak mau merusak hari bahagianya dengan ketidak munculan orangtuanya.
Namun itu hanya sesaat, ketika pemberkatan baru akan berlangsung terdengar suara yang asing di telinga Zemira. “Tunggu!”
Zemira menatap asal suara, airmatanya hampir menetes. Dia bahagia ketika melihat kedua orangtuanya muncul secara berdampingan.
‘Ya Tuhan terima kasih banyak. Ini adalah hadiah terindah yang Engkau berikan padaku dihari pernikahan ini.’ Batin Zemira.
Zemira dan Danar meminta izin menemui orangtuanya terlebih dahulu untuk meminta restu.
Dengan persetujuan bersama pemberkatan ditunda sepuluh menit.
“Tinggalkan putriku! Kami akan membayar mu dua ratus lima puluh juta rupiah," pinta Gilang, ayah kandung Zemira.
Hal yang sama dilakukan Celin, "Tinggalkan Zemira putriku!”
Permintaan kedua orangtuanya seperti petir yang menyambar di telinga Zemira. Dia ingin menjerit, hatinya terasa hancur, dia merasa seperti dipermainkan oleh waktu. Ketika dia membutuhkan kasih sayang, orangtuanya justru meninggalkannya di sebuah gubuk tua. Di saat dia menemukan kebahagiaan, orangtuanya kembali untuk menghancurkannya.
“Tidak! Aku tidak bisa!”
Namun, kalimat yang keluar dari mulut sang kekasih membuat Zemira dapat bernafas lega. Setidaknya masih ada yang peduli padanya, bahkan membelanya.
“Berikan aku lima ratus juta rupiah, satu unit rumah, satu unit mobil dan ganti semua biaya pernikahan yang telah aku keluarkan, maka kalian boleh membawa putrimu! Bukankah selama ini kalian pergi meninggalkannya?”
Mendengar itu Zemira seperti jatuh ke jurang tak berdasar. Dia merasa mati tapi masih bisa bernafas. Dia tidak menyangka kalau Danar kekasihnya, justru memberikan penawaran.
“Kamu mau menjual ku?” Tanya Zemira menatap sang kekasih dengan airmata berlinang.
“Kenapa tidak? Kalau kamu bisa menghasilkan uang, maka aku ikhlas melepaskan mu!”
Zemira tidak bisa menjawab, hatinya benar-benar hancur. Dia sama sekali tidak menyangka kekasihnya sendiri menjualnya.
“Baik! Tapi kami butuh bantuan mu.” Kata Gilang kemudian membisikkan sesuatu di telinga Danar.
“Asal ada uang, maka semua bisa diatur.”
Setelah mencapai kesepakatan, Gilang langsung saja mentransfer uang ke rekening Danar.
Danar menarik pergelangan tangan Zemira. Kini keduanya berada ditengah kerumunan para tamu yang tidak lain adalah warga desa sendiri.
“Hari ini! Detik ini juga! Aku, Danar. Membatalkan pernikahan ini!”
Tidak ada pembelaan yang keluar dari mulut Zemira , hanya airmata yang terus mengalir.
“Kenapa bisa?"
“Bukankah kalian telah lama berpacaran?”
“Apakah ini ada hubungannya dengan kedatangan kedua orangtua Zemira?”
“Apa kalian berdua datang untuk menghancurkan putri yang telah lama kalian buang?”
“Dasar orangtua tidak punya hati!”
Pertanyaan, umpatan, keluar dari mulut warga desa. Mereka tidak terima, karena bagi mereka Zemira pantas mendapatkan kebahagiaan.
Mata Danar memindai sekeliling, “Ini tidak ada hubungannya dengan kedua orangtua Zemira!" pandangan matanya berhenti pada Zemira, "Maafkan aku Zemira, aku tidak bisa menepati janjiku, padamu. Melihat canda dan tawa warga desa, membuatku sadar, aku tidak boleh egois."
“Setelah mempersiapkan pesta pernikahan yang megah dan mengeluarkan banyak uang, terus kamu hanya akan membatalkannya tanpa alasan jelas? Apa kamu hanya ingin mempermalukan Zemira?”
“Kalau kamu tidak mencintainya untuk apa melamarnya dan mempersiapkan pesta, bahkan mengundang seluruh warga desa?”
Kebaikan Zemira membuat warga desa tidak bisa terima ketika Danar membatalkan pernikahan, apalagi melihat airmata yang mengalir dari wajah cantiknya. Bagi mereka Zee Zemira adalah gadis yang sempurna, karena kebaikannya selama ini membuatnya dicintai warga desa.
Danar tidak menjawab, dia melangkah mendekati lelaki yang memegang kendali laptop yang terhubung dengan proyektor.
Bukan hanya warga desa yang terkejut, tapi Zemira juga.
Ya! Dilayar LCD, kini terpampang video yang berdurasi tidak sampai satu menit.
Dalam video itu terlihat jelas, seorang lelaki yang sedang mengerayangi bagian-bagian sensitif Zemira, tapi bukan Danar. Dan berakhir dengan adegan tak senonoh, adegan yang sengaja di blur agar tidak memperlihatkan pergulatan kedua insan yang sedang dimabuk asmara.
Bukan itu saja, video itu ditutup dengan Testpack 2 garis, beserta hasil pemeriksaan dokter secara resmi, yang menyatakan kalau Zemira sedang mengandung tiga Minggu.
"Maafkan aku, Zemira. Aku tidak punya pilihan, kalau aku tidak menunjukkan video ini. Warga pasti akan memaksaku menikah denganmu."
Ya! Sebagai mantan penduduk desa A, Gilang dan Celin tahu betul kelemahan warga desa tersebut. Warga desa mempercayai kalau gadis yang hamil diluar nikah dipandang rendah dan dianggap pembawa sial sekaligus kutukan.
Demi mendapatkan putri mereka dengan cara aman, maka mereka siap untuk mengeluarkan uang banyak dan meminta Danar melakukan itu.
Menjual nama baik putri kandung mereka sendiri.
Melihat video itu, membuat warga desa murka. Mereka langsung menyeret Zemira keluar dan mendorongnya dengan kasar.
Auw ….
Zemira menjerit, airmata semakin banyak mengalir dari kelopak matanya. Sudah jatuh tertimpa tangga, itulah yang dirasakan Zemira saat itu.
“Stop! Stop! Kami akan membawa anak kami. Di mata kalian mungkin putri kami telah kotor tapi mau bagaimanapun dalam darahnya mengalir darah kami.”
Seperti seorang pahlawan kesiangan, sang ayah membela Zemira dan membantunya berdiri.
“Bawa pergi putrimu, sebelum desa kami terkena musibah!”
Airmata semakin deras mengalir dari kelopak mata Zemira. Kini dia terjebak dalam permainan kedua orangtua dan kekasih hatinya.
Dengan kondisi yang ada, Zemira sadar betul tinggal di desa itu sangat mustahil untuknya. Jadi tidak ada pilihan lain selain mengikuti orangtua yang rela menghancurkan masa depan anak yang telah mereka buang selama ini.
Tanpa warga desa sadari, kini Zemira gadis yang terkenal polos dan baik hati itu telah berada dalam genggaman harimau ganas.
“Menangislah sepuas mu! Setelah tiba di Jakarta maka kamu harus menjadi bidadari tercantik yang akan menghasilkan uang untuk kami.” Kata Celin tersenyum sinis.
“Apa salahku? Aku anakmu, anak yang dilahirkan dari rahinmu, kenapa kamu begitu membenciku, Ma? Tidak adakah sedikit saja belas kasihan dariMu?” tanya Zemira mencoba menghapus airmata yang mengalir dari wajah cantiknya, tapi semakin dia menghapusnya, maka akan lebih banyak airmata lainnya yang keluar.
“Sembilan bulan aku mengandung kamu, aku melahirkan kamu dengan mempertaruhkan nyawa, aku membesarkan kamu selama delapan tahun. Apa itu bukanlah sebuah pengorbanan? Harusnya kamu bersyukur karena aku masih membiarkan kamu menghirup udara segar, bukannya mengugurkan kamu!” cetus Celin kesal.
“Masuk saja, jangan banyak ngomel!” bentak Gilang kesal dan langsung saja mendorong Zemira masuk helikopter.
Tidak ada yang dapat dilakukan Zemira ketika helikopter terbang menyeberangi lautan luas.
Ya, Jakarta dan Desa A dipisahkan oleh pulau yang cukup luas, maka hanya menggunakan helikopter mereka bisa sampai ke tujuan dengan cepat.
Begitu helikopter mendarat di halaman yang luas, Zemira bingung melihat seorang lelaki paruh baya yang memakai setelan jas berwarna coklat dan dibelakangnya berdiri sepuluh orang pengawal, yang menggenakan setelan jas hitam-hitam. Perasaan tidak enak langsung menyerang batin gadis polos itu.
Perlahan namun pasti lelaki paruh bayah itu mendekati Zemira dan memperhatikan tiap detail penampilannya. “Aku suka yang seperti ini, kecantikannya alami dan terlihat polos. Aku akan segera mentransfer uang ke rekening kalian.”
“Apa Tuan berani menambah bayaran kalau ternyata gadis ini masih perawan?” tanya Celin menatap lelaki paruh baya itu.
Kata-kata Celin merupakan tamparan yang tak terlihat, namun mampu membuat goresan luka yang dalam dan tidak akan pernah sembuh dalam waktu yang singkat.
Kembali airmata mengalir dari kelopak mata Zemira, dia merasa kini hidupnya benar-benar hancur.
“Hapus airmata mu, Sayang. Kalau kamu sudah menjadi istri kesembilan aku, maka kamu akan menjadi ratu dalam keluarga Smith.” Kata lelaki paruh baya itu sambil menghapus airmata Zemira.
“Lepaskan aku! Lebih baik aku hidup di jalanan dari pada menjadi istri kesembilan keluarga Smith!” Zemira langsung saja menepis tangan lelaki paruh baya itu dengan kasar.
Bukannya marah tapi lelaki paruh baya itu justru tertarik dengan nada bicara Zemira. Baginya amarah Zemira adalah godaan terbesar untuknya.
“Bagaimana, Tuan? Akankah kami mendapatkan tambahan uang jika dia masih perawan?” Tanya Celin mengulangi pertanyaan yang sama dengan nada hati-hati.
‘Apa salahku? Kenapa Engkau memberikan cobaan yang aku sendiri tidak mampu melaluinya? Apakah aku jahat dikehidupan sebelumnya, hingga aku dilahirkan dan besar dalam penderitaan?’ Zemira menjerit dalam hati.
Bahkan menyalahkan sang khalik. Sesuatu yang tidak pernah dia lakukan sebelumnya.
“Uang bukan masalah untukku!”
Delapan mobil mewah meluncur dengan kecepatan sedang menuju rumah sakit AA untuk melakukan tes keperawanan.
Begitu sampai tujuan dokter kepercayaan James Smith segera memeriksa keperawanan Zemira.
“Dia masih perawan.” Kata dokter itu singkat.
Selain Zemira, semua yang berada dalam ruangan itu gembira. Bagi orangtua Zemira, itu adalah sumber tambahan uang.
Sedangkan bagi lelaki paruh baya itu, dia bahagia karena pada akhirnya menemukan gadis yang memang belum pernah tersentuh oleh siapapun. Apalagi gadis itu sesuai dengan kriterianya.
Tanpa menunggu lagi lelaki paruh baya itu segera mentransfer uang ke nomor rekening Gilang dan Celin, “Cek saja, aku sudah mengirimkan lebih dari yang kalian minta!”
Gilang dan Celin terkejut ketika melihat nominal uang yang masuk ke rekening mereka.
Jumlah yang jauh lebih besar dari dugaan mereka sebelumnya.
“Satu panggilan telepon kamu, mampu menyelamatkan perusahaan mama dari krisis! Terima kasih!” bisik Celin di telinga Zemira. Hal yang sama dilakukan Gilang.
“Terima kasih, Tuan. Sekarang gadis ini menjadi milikmu, kami permisi dulu.”
Lelaki paruh baya itu sudah tidak mempedulikan Gilang dan Celin lagi, dia sibuk memperhatikan gadis yang kini terbaring di atas brankar rumah sakit.
“Diantara semua istri-istri ku, kamulah yang paling teristimewa. Jadi istri-istri ku harus patuh pada perintah mu, karena mulai hari ini kamu akan menjadi ratu di rumahku dan kamulah yang akan menemani malam ku.” Kata lelaki paruh baya itu tidak berhenti menatap wajah Zemira dengan penuh kekaguman.
‘Aku tahu ini mustahil tapi tidak ada salahnya jika berusaha. Aku harus keluar dari sini,' batin Zemira.
Begitu mendapat kesempatan Zemira langsung melarikan diri. Gaun pengantin yang dikenakan membuatnya kesulitan dalam melarikan diri, hingga membuatnya masuk ke ruang dokter dan mencari gunting.
Setelah menemukan apa yang dicari, Zemira langsung saja menggunting gaun pengantin menjadi pendek, serta menggunting sayap-sayap gaun itu.
“Aku rasa seperti ini akan lebih leluasa untukku melarikan diri.” Kata Zemira pelan.
Dengan tangan gemetar dia mengintip dari balik ruangan dokter, merasa aman Zemira kembali melarikan diri. Rintangan dapat dilewati Zemira, sampai akhirnya dia dapat bernafas lega ketika berhasil keluar dari rumah sakit.
“Cepat jalankan motornya, Pak! Ada orang gila yang melarikan diri dari rumah sakit jiwa, sekarang dia mengejar ku dengan membawa pistol polisi.” Perintah Zemira gemetaran.
“Apa?”
“Cepat jalan, aku tidak punya waktu menjelaskan!”
Lelaki itu langsung saja menghidupkan stater tangan dan membawa Zemira pergi jauh dari rumah sakit itu.
Setelah merasa cukup jauh, Zemira memilih turun, dan langsung melarikan diri kembali. Karena dia tidak punya uang untuk membayar ongkos.
Zemira tidak tahu sudah seberapa jauh dia berlari, namun dia sama sekali tidak merasakan letih.
Kalau biasanya, ke mana pun Zemira melangkah akan ada tatapan kagum dari lelaki penggoda, tapi tidak dengan kondisinya sekarang. Rambutnya yang acak-acakan, wajahnya berkeringat tidak membuatnya memilih membersihkan diri namun sebaliknya. Zemira justru mengambil tanah yang berada dipinggiran jalan dan mengosok ke wajahnya.
“Jangan mendekat, ada orang gila!”
“Pasti putus cinta. Sekarang hal itu sudah biasa, putus cinta kalau tidak bunuh diri pasti akan menjadi seperti dia, gila.”
“Kasihan orangtuanya, membesarkan anak susah payah tapi merusak diri sendiri karena pacar.”
Bisikan-bisikan itu dapat didengar jelas oleh Zemira, tapi dia tidak peduli.
***
Bintang Morales, seorang CEO yang memegang kendali dunia bisnis, CEO yang berhati dingin dan misterius.
Walaupun memegang kendali dunia bisnis, tapi tidak banyak yang mengenal sosoknya secara langsung.
Jangankan pengusaha kelas menengah kebawah, bahkan karyawan RnB Mobile sendiri hanya mengenal Bintang sebagai asisten sekaligus pengasuh.
Ya! Hanya orang-orang tertentu yang mengenal sosok CEO RnB Mobile, Bintang Morales.
Bintang langsung meloncat dari kasurnya, ketika mendengar laporan dari anak buahnya.
"Gunakan segala cara! Tuntun dia menuju jalan C Blok B!" teriak Bintang murka. Dia langsung meraih kunci mobil yang ada di atas nakas dan berlari keluar, tanpa mengganti pakaian.
"Ba-ba-baik, Bos."
***
Zemira kembali berlari ketakutan, ketika melihat mobil hitam-hitam mengejarnya dengan sengaja.
Entah sudah berapa gang yang dilewatinya, sampai akhirnya dia kembali ke jalan raya. Namun, dia sendiri tidak tahu berada di wilayah mana.
Namun, satu hal yang pasti Zemira bersyukur bisa lepas dari kejaran orang-orang tak dikenal.
Langkah kaki Zemira berhenti, tepat disebuah rumah sederhana yang sedang melaksanakan resepsi pernikahan.
Dia melihat resepsi pernikahan itu dengan tatapan jijik.
Ya! Semenjak penghianatan yang dilakukan oleh calon suaminya, Zemira tidak mempercayai yang namanya laki-laki, dia juga tidak percaya akan adanya pernikahan seumur hidup. Baginya semua palsu.
Airmata kembali mengalir dari kelopak matanya.
‘Harusnya hari ini aku bahagia, harusnya hari ini aku menjadi pengantin. Namun takdir berkata lain, hari ini kekasihku justru menukar ku dengan kekayaan, orangtuaku menjual ku demi uang. Aku sekarang menjadi buronan lelaki paruh baya yang doyan menikah. Cepat atau lambat lelaki itu pasti akan menemukanku,’ batin Zemira ketakutan.
Tanpa Zemira sadari, seorang lelaki sedang memperhatikan setiap gerak geriknya.
Berlahan dia mendekati Zemira dan bertanya, “Maukah kamu menikah denganku?”
Sejenak Zemira menatap lelaki tampan yang kini berdiri disampingnya, entah kapan dia berdiri di sana. Namun Zemira segera membuang muka, dia yakin pertanyaan itu bukan untuknya.
“Maaf nona, maukah kamu menikah denganku secara sah?” Tanya lelaki itu menatap Zemira.
“Aku?” tanya Zemira menunjuk dirinya sendiri.
“Benar, Anda. Bukankah di sini hanya ada kamu seorang?”
Zemira bingung harus menjawab apa. Dia menatap lelaki itu dari ujung rambut sampai kaki. Wajah yang sempurna dengan tinggi badan sekitar 180 M, kulit putih mulus membuat Zemira tidak yakin kalau lelaki itu bisa bekerja. Dari penampilan, sangat jelas kalau lelaki itu anak manja.
Namun, mengingat kalau sekarang dia sedang menjadi buronan lelaki paruh baya yang memiliki kekuasaan. Memikirkan bagaimana kedua orangtuanya yang telah lama bercerai, justru bekerjasama dan menjualnya hanya demi pundi-pundi kekayaan. Mengingat bagaimana sang ibu menawarkan keperawanannya, membuatnya marah.
‘Kalian tidak layak untuk menjadi orangtua, dan aku tidak akan pernah membiarkan kalian menang! Lebih baik aku berikan keperawanan ku kepada orang tak kukenal dari pada menyerahkan kepada lelaki paruh baya yang doyan menikah!’ batin Zemira yakin.
“Bagaimana? Maukah kau menikah denganku?” lelaki itu mengulangi pertanyaan yang sama.
Zemira hanya menganggukkan kepalanya sebagai tanda setuju.
“Maaf, nama kamu siapa?” tanya Zemira.
“Bintang Morales. Namamu?”
“Aku Zee Zemira.”
Bintang menganggukan kepalanya.
“Tapi ada satu masalah!” kata Zemira.
“Apa?”
“Aku tidak memiliki kartu keluarga, apalagi kartu tanda penduduk.”
“Tidak masalah.” Kata Bintang dan mengirim pesan lewat aplikasi hijau.
Bintang Morales langsung saja menarik pergelangan tangan Zemira dan melangkah dalam diam.
Entah sudah berapa lama keduanya berjalan, yang pasti tidak ada satupun dari keduanya yang merasa kelelahan. Sampai akhirnya mereka tiba didepan Gedung pencatatan sipil.
“Kami ingin menikah sah secara hukum dan agama.” Kata lelaki itu tanpa basa basi.
Semua yang berada dalam ruangan itu langsung saja menatap keduanya.
“Apakah mereka gila?”
“Sepertinya mereka pasangan yang tidak direstui keluarga, hingga melarikan diri untuk menikah.”
Kini Bintang Morales dan Zee Zemira menjadi pusat perhatian orang-orang yang berada dalam ruangan.
“Menikah tidak semuda membalikkan telapak tangan, harus ada berkas-berkas yang harus kalian siapkan karena ...."
“Ini berkasnya.” Kata Bintang sambil menyerahkan map kepada lelaki yang duduk dibalik meja kerja.
Sejenak lelaki itu menatap sekelilinya sebelum menerima map itu.
‘Sejak kapan map itu berada di tangan Bintang?’ batin Zemira bingung.
Sesuai permintaan, maka keduanya dinikahkan secara sah. Saat semuanya selesai, keduanya keluar Gedung capil. Akte nikah berada dalam genggaman tangan Bintang.
Zemira yang takut kalau lelaki paruh baya itu menemukannya, langsung saja bertanya kepada Bintang. “Di mana kita akan menghabiskan malam? Bukankah ini akan menjadi malam pertama kita?”
Pertanyaan Zemira yang secara tiba-tiba sontak saja membuat Bintang terkejut. 'Astaga! Inikah sifat wanita yang aku nikahi? Dia bahkan baru bertemu denganku, terus sekarang? Dia justru bertanya di mana akan menghabiskan malam? Sial! Jangan-jangan dia wanita malam atau pelakor yang kepergok hingga diserang istri sah sampai penampilannya menjadi seperti ini.' Batin Bintang kesal.
Bintang tidak menjawab, dia terus saja melangkah keluar, ke jalan raya tanpa melepaskan tangan Zemira.
Walaupun menyesal telah menikahi wanita yang tidak dikenalnya, tapi Bintang senang karena harapan orangtuanya kini pupus sudah. Bukan hanya menikahi gadis miskin, tapi Bintang juga yakin kalau Zemira merupakan wanita panggilan.
Ya! Setelah pernikahan dinyatakan sah, Bintang menerima pesan aplikasi hijau dari anak buahnya. Pesan singkat yang langsung membuatnya shock. Tapi apa boleh buat, nasi telah menjadi bubur.
Melihat mobil mewah yang mendekat kearah mereka, membuat tangan Zemira gemetar.
‘Tidak! Apakah ini mobil lelaki paruh baya itu? Dari mana dia tahu kalau aku berada di sini?’ batinnya.
“Aku harus pergi, lepaskan aku!” pinta Zemira mencoba melepaskan pegangan tangan Bintang. Namun tak berhasil. Ketakutannya semakin bertambah ketika mobil mewah itu berhenti didepan mereka.
‘Kenapa wanita ini ketakutan saat melihat mobil mewah? Apakah dia simpanan lelaki konglomerat? Apa mobilku sama seperti mobil istri sah pacarnya?' batin Bintang.
Zemira langsung bersembunyi dibelakang Bintang ketika pintu mobil terbuka dan seseorang turun dari dalamnya.
“Kamu mau kita berdiri terus di sini atau masuk mobil sekarang?!” tanya Bintang.
“Masuk ….”
Mendengar kata masuk, Bintang langsung saja menyeret Zemira masuk ke dalam mobilnya. Padahal Zemira bukannya meminta masuk, tapi dia hendak bertanya.
Mobil meluncur dengan kecepatan sedang menuju tempat yang sama sekali tidak diketahui Zemira. Tidak ada satupun dari mereka yang membuka percakapan sampai tiba ditempat tujuan.
“Mau tetap di mobil atau mau turun?” tanya Bintang datar.
Zemira tidak menjawab, dia masih saja duduk sambil menatap rumah mewah yang hanya bisa dilihatnya di televisi. “Apa majikanmu tidak akan keberatan kamu membawaku ke sini?”
“Kamu masih mau duduk di dalam mobil atau mau turun?” tanya Bintang kembali, dia tidak menjawab pertanyaan yang diajukan oleh sang istri.
“Turun!”
Langkah kaki Rena berhenti.
“Kamu kenapa lagi?” cetus Bintang kesal.
“Aku takut. Bagaimana kalau kamu dimarahin bos karena membawaku ke sini? Oh … jangan-jangan kamu mau menjualku dan orang-orang capil tadi semuanya palsu?!”
‘Selain wanita malam, ternyata wanita ini sinting juga!’ batin Bintang.
“Jangan banyak bicara apalagi berprasangka yang tidak-tidak!” kata Bintang dan langsung menarik Zemira memasuki rumah mewah itu.
“Apa-apaan ini Bintang! Siapa gadis ini?”
“Ini adalah menantu ibu. Ini akte nikah milik kami!” jawab Bintang dan langsung menyerahkan map yang berada dalam genggaman tangannya.
Jawaban Stiven seperti petir yang menyambar di telinga sang ibu, berbeda dengan Zemira. Dia justru terkejut menemukan kenyataan kalau suaminya yang hanya memakai celana pendek dan kaos oblong ternyata seorang anak konglomerat.
“Apa maksudmu, Zemira!” bentak seorang lelaki yang tiba-tiba muncul.
“Ini akibatnya, berani mengganggu kehidupan pribadi Bintang, ayah! Bukankah sudah Bintang katakan kalian akan menyesal! Ini hadiah untuk kalian, seorang menantu yang hanya dari kalangan orang biasa dan ada juga hal paling penting ….” Bintang tersenyum menatap orangtuanya yang jelas-jelas marah.
“Yang paling penting apa Bintang?!”
“Yang paling penting gadis ini, menantu kalian adalah wanita malam dan seorang pelakor!” kata Bintang tersenyum penuh kemenangan.
“Apa yang dikatakan putraku benar, ha? Kamu hanyalah wanita malam sekaligus pelakor? Jawab!” teriak wanita paruh baya itu memegang kepalanya, dia merasakan pening.
“Jangan berpura-pura lagi, ibu! Apapun yang akan kalian lakukan juga percuma. Pernikahan kami sah di mata agama dan hukum!” kata Bintang dan langsung menarik map yang ada dalam genggaman tangan sang ibu, kemudian menarik pergelangan tangan Zemira menaiki tangga menuju lantai dua.
Zemira bingung. Disatu sisi dia tidak keberatan ketika dijuluki sebagai wanita malam ataupun pelakor. Itu artinya kesuciannya akan tetap terjaga. Dia yakin Bintang pasti jijik menyentuhnya. Namun, disisi lainnya dia tidak akan pernah ikhlas kalau keperawanannya justru direnggut oleh lelaki paruh baya yang telah membayarnya dengan harga mahal.
“Cepat bersihkan dirimu di kamar mandi! Pakai saja ini, besok baru kita beli pakaian untukmu.” Kata Bintang dan melemparkan piyama tidurnya kepada Zemira.
“Kenapa masih diam saja? Sana mandi!”
“Baik!”
Bintang bingung menatap Zemira yang justru melangkah menuju pintu keluar. “Hei … hei … kamu mau ke mana? Bukankah aku menyuruhmu mandi?!”
“Aku mau keluar mencari kamar mandi. Kamu jangan khawatir, aku tidak akan membantah sedikitpun kepada kedua orangtuamu.”
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!