NovelToon NovelToon

Pernikahan Rahasia Murid Dan Guru

Insiden

Alea di marahi habis-habisan oleh ayahnya karena insiden yang di alaminya, bahkan mendapatkan tamparan.

"Keterlaluan kamu. Begitu caramu menbalas orangtua. Hah!" Kata Eko ayahnya Alea masih belum puas memarahinya.

"Ayah, dengarkan aku dulu, kejadian itu tidak di sengaja." Jelas Alea.

"Iya,Om. Kejadian itu tidak di sengaja tolong dengarkan penjelasan kami dulu." Kata Ardi.

"Diam kau!" Bentak Eko kepada Ardi.

"Ada apa ini, Mas?" Tanya Yuli ibunya Alea.

"Mereka berduan di pos ronda saat hujan tadi." Jawab Eko dengan nada agak tinggi, kemudian menceritakan apa yang terjadi.

Flash back on

Hari baru menjelang maghrib namun langit sudah gelap karena mendung, perlahan-lahan hujan pun turun. Hujan turun dengan lebat dan menggangu aktivitas orang-orang yang masih ada di luar termasuk Alea, ia berada di perjalanan pulang dari rumah temannya. Karena itu ia pun berteduh di salah satu pos ronda yang tak jauh dari Alea berjalan, tanpa dia sadari ada seorang pria yang berteduh di sana juga.

"Hari semakin gelap, kenapa hujannya tidak kunjung reda juga." Kata Ardi.

"Oh tidak tidak, jangan mati." Kata Alea sibuk mengotak-atik ponselnya yang basah karena kehujanan.

"Ayolah, kenapa tidak mau menyala."

"Hei kau, apa tidak bisa membantuku?" Tanya Alea kepada Ardi namun tidak di respon.

"Aku bertanya padamu, apa kau itu tuli?" Tanya Alea lagi sedikit berteriak namun tetap tidak mendapat respon.

"Menyebalkan." Kata Alea menghentakkan kakinya karena kesal.

Kerena merasa kesal di acuhkan Alea berniat menjahili Ardi dengan menyipratkan air hujan ke bajunya.

"Hei apa yang kau lakukan, pakaianku jadi basah tahu." Protes Ardi.

"Salah sendiri kenapa diam saja." Kata Alea.

"Lihat sudah mulai gelap, nyalakan senter di ponselmu. Ponselku mati." Kata Alea menjelaskan keadaan saat ini.

"Aku tidak bawa ponsel." Kata Ardi santay.

"Apa, yang benar saja, lalu bagaimana sekarang."

"Sudah gelap, aku tidak bisa melihat apa-apa dan aku terjebak di sini bersama pria aneh ini. Menyebalkan." Gerutu Alea.

Tiba tiba ada sesuatu yang yang menggeliat di kaki Alea.

"Aaa.. apa ini!" Pekik Alea terkejut.

"Hei ada apa ini, lepaskan aku apa yang kau lakukan." Kata Ardi terkejut karena Alea memeluknya.

"Ada yang menggeliat di kakiku, sepertinya itu ular." Kata Alea masih memeluk Ardi karena ketakutan.

"Menyingkirlah dariku." Kata Ardi berusahan melepaskan pelukan Alea namun, malah terpeleset dan jatuh menimpa Alea.

Brukk

Jika saja saat itu terang, mata mereka bertemu saling menatap, belum sempat mereka bangun tiba-tiba saja ada cahaya senter yang menyorot mereka.

"Alea!" Teriak seorang pria.

"A-ayah." Ucap Alea mengenali suara pria tersebut.

Pria itu tidak lain adalah ayahnya, ia ingin pergi menyusul istrinya yang ada di rumah sahabat lama istrinya yaitu ibunya Ardi. Mereka tinggal di luar kota dan pergi mengunjungi orangtuanya, kebetulan jalan menuju rumah sahabat lama istrinya itu melewati pos ronda tersebut. Ketika Ayahnya Alea mendengar suara berisik di pos ronda itu pun pergi memeriksanya. Mengetahui hal itu pun tanpa pikir panjang Ayahnya Alea menyeret Alea dan Ardi langsung ke rumah ibunya Ardi.

Flash back off

"Ini pasti salah paham, putraku tidak mungkin melakukan hal seperti itu." Kata Tantri Ibunya Ardi.

"Aku melihatnya dengan jelas." Kata Eko.

"Ibu dengarkan aku, mereka salah paham tidak seperti itu kejadiannya." Kata Ardi.

"Iya, Ardi. Coba ceritakan pelan-pelan." Kata Tantri.

Ardi pun menceritakan kejadian yang sebenarnya kepada ibunya.

"Aku mengenal baik putraku, mereka tidak mungkin melakukan hal seperti itu. Jadi jangan memarahi putrimu seperti itu." Kata Tantri.

"Aku tidak mau tahu, sengaja maupun tidak sengaja mereka harus menikah." Kata Eko tegas.

"Apa? Ayah aku masih sekolah." Protes Alea tidak terima dengan keputusan ayahnya.

"Apa pedulimu tentang sekolah, hah? Kau saja sering bolos, nilai jelek. Ayah sudah muak dengan tingkahmu itu." Kata Eko.

"Bilang saja jika Ayah ingin menyingkirkan aku dari kehidupan Ayah." Kata Alea.

"Apa maksudmu?" Tanya Eko.

"Sejak kecil kalian tidak peduli denganku, jika memang aku tidak kalian inginkan hadir, kenapa tidak melenyapkan aku saja sejak bayi atau membuangnya. Kenapa menyiksaku seperti ini." Jawab Alea dengan berlinangan air mata.

"Alea!!!" Teriak Eko sambil mengangkat tangannya siap menampar Alea.

"Kenapa berhenti, Yah. Ayo tampar, tampar." Tantang Alea.

"Sudah, Mas. Jangan membuat keributan ini rumah orang." Kata Yuli menasehati suaminya.

"Katakan itu pada anakmu itu. Lihat, semakin hari kelakuannya semakin tidak terkendali." Kata Eko masih tersulut emosi

"Iya, Mas. Aku tahu, tenanglah kita bicarakan baik-baik." Kata Yuli lagi.

Melihat kejadian itu, Ardi sebagai guru bk bisa menyimpulkan bahwa Alea kurang kasih sayang dari orangtuanya.

"Jadi bagaimana ini?" Tanya Alma neneknya Ardi.

"Pokoknya aku tidak mau menikah." Jawab Alea.

"Halah sudahlah, lagian kamu itu ngapain sekolah. Cuma ngabisin uang jajan aja." Kata Erika kakaknya Alea.

"Gak usah ikut campur." Kata Alea.

"Emang gitukan, udahlah nikahin aja dia, Yah. Lagiankan mas Ardi guru bk, bisa mendidik Alea nantinya." Kata Erika lagi mengompori ayahnya.

"Bener juga sih." Kata Eko.

"Tapi Alea masih sekolah, Er." Kata Yuli.

"Dia sudah kelas XII dan tinggal satu semester lagi." Kata Erika.

"Yang di katakan Erika itu benar, mungkin saja ini memang pertanda dari Tuhan." Kata Eko.

"Dih sok-sokan pake nyebut Tuhan." Batin Alea.

"Iya ya, mungkin Ardi memang bisa mendidik Alea." Kata Yuli.

"Tapi, Yul. Bagaimana dengan sekolahnya Alea?" Tanya Tantri.

"Hah entahlah aku sudah pusing memikirkannya, tolong bantu aku untuk mendidiknya. Aku benar-benar kewalahan, tidak tahu harus bagaimana lagi." Jelas Yuli.

"Sepertinya mereka memang sudah tidak menginginkan aku lagi." Batin Alea sambil menunduk sedih.

"Bagaimana, Ardi?" Tanya Tantri kepada putranya yang sejak tadi hanya diam saja.

"Iya, Buk. Aku akan menikahi Alea." Jawab Ardi setelah diam beberapa saat melihat Alea.

"Apa? Serius?" Kata Alea tidak habis pikir.

"Tapikan aku..." Kata Alea namun di sela oleh ayahnya.

"Sudahlah nurut saja ini demi kebaikan kamu, Nak." Kata Eko.

"Ya baiklah, tapi aku tetap melanjutkan sekolah dan pernikahan ini di rahasiakan." Kata Alea pasrah.

"Ya sudah kalau begitu, malam ini kalian nikah siri dulu setelah Alea lulus baru di resmikan." Kata Yuda kakeknya Ardi.

"Hah malam ini!" Kata Alea dan Ardi serentak.

"Ya kaliankan sudah terciduk, gak baik kalau lama-lama. Lagian kamu sama ibumu kan besok pulang." Jelas Yuda.

Akhirnya mereka pun pasrah menerima keputusan itu. Mereka di nikahkan malam ini dengan ustad yang ada di sana dan di saksikan oleh keluarga dan rt. Ardi dengan lancar mengucapkan ijab kabul tersebut meskipun terpaksa. Alea hanya menunduk sedih menerima kenyataan yang pahit ini, bagaimana tidak ia sudah tidak di anggab lagi oleh keluarganya sendiri dan sekarang sudah menjadi seorang istri padahal ia masih sekolah, seakan-akan harapannya hancur begitu saja dan entah bagaimana kehidupannya yang selanjutnya.

Bersambung.....

Hah istri?

"Ini sudah malam, kami pamit pulang dulu." Kata Yuli.

"Iya, Yul. Terima masih sudah mau datang kemari." Kata Tantri.

"Iya sama-sama. Aku titip Alea ya." Kata Yuli lagi

"Iya, Yul aku akan menjaganya dengan baik." Kata Tantri.

"Alea. ibu, ayah dan kakak pulang dulu ya. Jaga dirimu baik-baik." Kata Yuli sambil memeluk Alea dengan penuh kasih sayang.

Alea hanya diam menahan rasa sesak di dadanya, sudah lama sekali ia tidak mendapatkan pelukan hangat dari ibunya. Kini ia mendapatkannya lagi namun, yang terakhir kalinya dan dia tidak akan mendapatkannya lagi.

"Jangan nakal ya, kamu sudah besar belajarlah menjadi orang yang baik ya, Nak." Kata Yuli sambil memengan kedua pipi Alea sambil menahan air matanya.

Meski pun selama ini Ibunya kurang perhatian kepada dirinya namun, rasa sedih akan berpisah dari putrinya tidak terelakkan. Mau bagaimana pun Alea adalah putri kandungnya dan ikatan ibu dan anak itu lebih kuat dari pada ikatan dengan yang lainnya. Sedangkan ayah dan kakaknya terlihat biasa saja, seakan Alea bukan anggota keluarganya.

Setelah kepergian keluarganya, Alea masih saja terdiam mematung di tempatnya.

"Alea." Panggil Tantri menepuk bahu Alea pelan.

"Eh. Iya, Bik." Kata Alea tersadar dari lamunannya.

"Panggil ibu, sekarang kamu adalah putri ibu. Ini sudah malam beristirahatlah." Kata Tantri dengan lembut.

"Iya, Ibu." Kata Alea.

"Ardi!" Seru Tantri memanggil Ardi.

"Iya, Bu." Sahut Ardi sambil berjalan menghampiri ibunya.

"Ajak Alea ke kamar untuk istirahat, kasihan sudah malam." Kata Tantri.

"Maksudnya aku harus tidur sekamar dengan dia gitu?" Tanya Alea terkejut.

"Ya kaliankan suami istri sekarang." Jawab Tantri.

"Aku tidak mau tidur dengannya, Ibu." Kata Alea.

"Tidak apa-apa, lama-lama nanti juga terbiasa." Kata Tantri.

"Sudah sana."

"Ayo ikut aku!" Ajak Ardi.

"Dih nyebelin banget sih." Gerutu Alea.

"Katanya guru, tapi tega banget nikahi mahasiswi SMA." Kata Alea sambil berjalan mengikuti Ardi namun tidak di respon.

"Guru apa coba. Gak pantes deh di sebut guru." Kata Alea lagi.

"Heh dengar ya, aku nikahin kamu hanya karena aku kasihan kepadamu." Kata Ardi berhenti dan membalikkan badannya.

"Tapi aku tidak butuh belas kasihanmu." Kata Alea.

"Tidurlah di ranjang, aku akan tidur di sofa." Kata Ardi mengambil bantal.

"Tidak, aku yang akan tidur di sofa." Kata Alea merebut bantal yang di pegang Ardi.

"Terserah." Kata Ardi tidak peduli.

Alea pun langsung berbaring di sofa menghadap ke bagian belakang sofa.

Malam semakin larut namun belum ada satu pun yang tidur di antara mereka. Ardi merasa tidak nyaman karena ada seorang gadis di kamarnya sesekali dia melihat ke arah Alea. Ia melihat tubuh Alea bergetar karena menangis dalam diam. Ardi sebenarnya merasa kasihan melihatnya namun, dia tidak bisa berbuat apa-apa untuk saat ini.

.....

Keesokan harinya Ardi bangun lebih dulu sedangkan Alea masih tidur, Ardi menghampiri Alea untuk membenarkan selimut yang Alea kenakan dan ia melihat Alea tertidur pulas dengan matanya yang sembab akibat terlalu lama menangis. Kemudian Ardi membiarkan Alea tidur, ia pergi keluar kamar menemui ibunya sedang memasak di dapur.

"Ibu!"

"Iya."

"Sudah bangun, Alea mana?" Tanya Tantri.

"Masih tidur, Bu. Biarkan saja hampir semalaman dia menangis. Aku kasihan padanya, Bu. Tidakkah lebih baik di putuskan saja pernikahan ini, Bu." Jawab Ardi

"Pernikahan itu bukan ikatan sembarangan yang mudah di putus begitu saja. Ibu mengerti bagaimana perasaan Alea, dia kurang mendapatkan kasih sayang dari orang tuanya dan pasti tertekan karena pernikahan ini. Untuk itu kita yang akan menjaga dan menyayanginya dan semua ini bukanlah sebuah kebetulan, Nak." Jelas Tantri.

"Seiring berjalannya waktu kalian pasti juga bisa saling menerima, terlebih Alea sangat membutuhkan dirimu, karena itulah kalian di pertemukan." Lanjut Tantri.

"Iya, Bu." Kata Ardi mengerti.

"Ya sudah, bangunkan Alea untuk sarapan bersama-sama." Kata Tantri.

"Iya, Bu."

.....

"Alea bangun, sarapan dulu." Kata Ardi membangunkan Alea tanpa menyentuhnya.

"Aku tidak lapar." Jawab Alea dengan suara parau dan masih memejamkan mata.

"Ibu, Nenek dan Kakek sudah menunggu di luar." Kata Ardi lagi.

"Sudahku bilang aku tidak lapar." Kata Alea lagi masih memejamkan mata.

"Mereka tidak akan mau makan, sebelum kamu ikut makan bersama mereka." Jelas Ardi namun tidak direspon oleh Alea.

"Kamu ingin membiarkan keluargaku kelaparan." Kata Ardi sedikit membentak.

"Hah iya iya aku bangun, aku akan cuci muka dulu." Kata Alea sambil duduk.

Alea pun segera berdiri dan mencuci mukanya di kamar mandi karena Ardi menunggunya. Setelah selesai mereka pergi ke meja makan bersama.

"Alea sini, Nak. Sarapan dulu." Kata Tantri.

"Iya, Bu."

"Makan yang banyak, tidak perlu sungkan." Kata Alma.

"Iya, Nek."

"Iya, Al. Makan yang banyak nantikan kalian akan melakukan perjalanan cukup jauh." Lanjut Yuda.

"Iya, Kek."

Setelah sarapan Tantri, Ardi dan Alea segera berangkat kembali ke kota dimana mereka tinggal. Di sepanjang perjalanan Alea hanya termenung bersandar di dekat pintu mobil sambil melihat ke luar.

"Ibu, apa ayah sudah tahu?" Tanya Ardi.

"Belum, nanti biar ibu yang memberi tahu ayahmu." Jawab Tantri.

"Tapi nanti kalau ayah marah bagaimana, Bu?" Tanya Ardi.

"Tenang saja, ibu akan menjelaskannya nanti. Ayahmu pasti bisa mengerti." Jawab Tantri.

"Lalu bagaimana dengan para tetangga, Bu. Apa kata mereka nanti aku menikahi seorang mahasiswi SMA." Kata Ardi.

"Hm, iya juga ya. Bilang aja kalau Alea itu keponakan kamu." Kata Tantri.

Setelah menempuh perjalanan yang membosankan itu akhirnya mereka pun tiba di rumah. Mereka di sambut oleh Rama ayah dari Ardi.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

"Bagaimana perjalanan kalian?" Tanya Rama.

"Alhamdulillah lancar, Yah." Jawab Ardi.

"Eh ini siapa?" Tanya Rama melihat ada seorang gadis pulang bersana mereka.

"Istrinya Ardi, Mas." Jawab Tantri.

"Hah istri? pulang-pulang bawa istri aja, jangan bercanda kamu, Ar." Kata Rama terkejut.

"Gak bercanda, Mas. Mereka memang sudah menikah." Jelas Tantri.

"Bagaimana ceritanya? Kok aku gak di kabari?" Tanya Rama.

"Nanti akan ku jelaskan." Jawab Tantri.

"Kalian pasti lelah, istirahatlah." Kata Tantri.

"Iya, Bu." Kata Ardi.

"Bibik em maksudku Ibu, apa tidak ada kamar lain? Masa aku sekamar dengan dia." Tanya Alea sambil menunjuk Ardi.

"Ada, tapi belum di bersihkan, untuk sementara satu kamar dulu dengan Ardi ya. Lagiankan kalian suami istri, kenapa harus pisah kamar." Jelas Tantri.

"Menyebalkan." Kata Alea dengan menghentakkan kakinya.

"Sudahlah, mana sini biarku bawakan kopermu." Kata Ardi.

"Tidak usah, aku bisa sendiri." Kata Alea ketus.

Ardi pun hanya pasrah dan pergi berjalan menuju kamar lebih dulu di ikuti Alea dari belakang. Sedangkan Rama menatap tajam istrinya seakan meminta penjelasan apa yang sebenarnya terjadi.

"Tenanglah akan aku jelaskan." Kata Tantri mengerti isyarat dari suaminya itu. Kemudian Tantri pun mulai menjelaskannya.

"Kenapa kamu setuju saja? Harusnya kamu bilang dulu sama aku. Bagaimana sekolahnya Alea nanti? Dan bagaimana kamu menjelaskan ke tetangga kita nanti? Apa kata mereka?" Tanya Rama bertubi-tubi setelah mendengar penjelasan dari Tantri.

"Alea akan tetap melanjutkan sekolahnya, masalah tetangga bilang aja kalau Alea itu keponakannya Ardi." Jawab Tantri.

"Hah ya sudahlah." Kata Rama pasrah.

....

Setelah masuk kamar Alea langsung saja merebahkan diri di sofa sambil bermain ponsel. Begitu juga dengan Ardi ia juga merebahkan diri di ranjang sambil memainkan ponselnya. Tidak ada percakapan di antara mereka, hanya sibuk dengan ponsel mereka masing-masing hingga mereka ketiduran.

Bersambung....

Murid baru

Alea sibuk membersihkan kamar yang akan ia tempati sendirian saja, Tantri sedang sibuk memasak untuk makan siang di dapur, sedangkan Ardi tidak tahu pergi kemana.

"Tidak ada yang peduli padaku, aku harus membersihkan ini sendiri. Dan entah kemana orang yang sok peduli itu, malah ngilang pas di butuhin." Gerutu Alea.

"Aduhh, sakit." Kata Alea setelah menendang kursi karena kesal.

"Ada apa, Nak?" Tanya Tantri memeriksa Alea karena mendengar suara berisik.

"Tidak apa-apa, Bu. Hanya tersandung kursi." Jawab Alea sambil memegang kakinya.

"Istirahatlah dulu." Kata Tantri.

"Iya, Bu."

"Orang itu pergi kemana, Bu? Tidak terlihat sejak tadi." Tanya Alea.

"Orang itu, siapa?" Kata Tantri bertanya kembali.

"Siapa lagi jika bukan si menyebalkan itu." Jawab Alea.

"Maksudmu Ardi." Kata Tantri sambil terkekeh mendengar sebutan Alea kepada putranya.

"Assalamualaikum."

"Nah itu dia orangnya datang."

"Waalaikumsalam."

"Kamu dari mana, Ar? Di cariin Alea tuh." Tanya Tantri menggoda.

Ardi menoleh ke arah Alea yang duduk di sofa dengan mengalihkan pandangannya ke arah lain sambil melipat kedua tangannya.

"Pergi ke sekolah untuk mendaftarkan Alea, Bu." Jawab Ardi.

"Ini seragam sekolahmu, mulai besuk kamu sudah bisa sekolah." Kata Ardi meletakkan seragam sekolah di samping Alea.

"Terima kasih." Ucap Alea lirih.

"Apa? Aku tidak dengar?" Tanya Ardi.

"Terima kasih!" Jawab Alea sedikit berteriak karena kesal.

"Apa begitu caranya berterima kasih? Lakukan dengan benar!" Protes Ardi.

"Iya, terima kasih." Kata Alea dengan lembut namun tetap tidak mengubah posisinya.

"Puas." Kata Alea melihat Ardi sebentar.

"Hm." Ardi hanya menanggapinya dengan berdeham singkat.

"Hihihi, sudah-sudah di lanjut nanti saja. Kita makan dulu yuk!" Kata Tantri sambil tertawa kecil melihat tingkah pengantin baru itu.

.....

Alea sedang bersiap-siap pergi ke sekolah ia sudah memakai seragamnya dengan lengkap, kini hanya tinggal menata rambutnya saja. Ia biasa mengucir ekor kuda rambutnya, dengan sedikit poni sepanjang dagu yang menjuntai di kedua sisi telinganya.

"Alea, apa kamu sudah siap?" Tanya Tantri menghampiri Alea di kamar.

"Iya, Bu. Sudah." Jawab Alea menoleh ke arah Tantri.

"Wah cantik sekali putri Ibu." Kata Tantri sambil memegang kedua pipi Alea.

Sedangkan Alea sendiri hanya tersenyum menanggapinya.

"Ya sudah ayo kita sarapan dulu!" Ajak Tantri namun Alea hanya diam mematung di tempat dan tanpa ia sadari air matanya jatuh begitu saja tanpa ada yang menyuruhnya.

"Hei, kenapa masih berdiri di situ?" Tanya Tantri melihat Alea masih berdiri di tempatnya.

"Ee iya, Bu." Kata Alea segera menghapus air matanya dan menyusul Tantri.

"Ada apa, cerita sama ibu. Aku ini juga ibumu." Kata Tantri memegang dagu Alea.

"Tidak, Bu. Aku hanya terharu saja, aku tidak pernah mendapatkan perlakuan seperti itu ketika akan berangkat sekolah." Kata Alea.

"Ya sudah, ayo sarapan dulu nanti telat!" Ajak Tantri sambil menggandeng tangan Alea.

"Nanti berangkat bareng siapa?" Tanya Tantri kepada Alea.

"Berangkat sendiri aja, Bu." Jawab Alea.

"Kenapa gak bareng Ardi aja, kaliankan satu sekolah." Kata Tantri.

"Hah, aku satu sekolah dengan dia. Yang benar saja." Kata Alea terkejut.

"Kenapa? Tidak usah protes, yang pentingkan kamu sekolah. Dengan begitu aku akan lebih mudah untuk mengawasimu." Jelas Ardi datar.

"Emangnya aku siapa, pake di awasi segala. Terserahlah, tapi aku akan berangkat ke sekolah sendiri." Protes Alea.

"Bagaimana kalau berangkat sama ayah." Kata Rama.

"Memangnya boleh?" Tanya Alea ragu.

"Tentu saja boleh, kamukan putri ayah juga." Jawab Rama.

"Benarkah?"

"Iya."

"Baiklah kalau begitu, aku berangkat sama ayah saja." Kata Alea penuh semangat.

.....

SMAN CEMPAKA 1

Alea telah sampai di sekolah barunya dengan penuh kebahagiaan karena mendapatkan perhatian dan kasih sayang yang tak pernah ia dapatkan sebelumnya.

"Tunggu sebentar aku masuk kelas mana? Hah aku lupa bertanya kepada orang itu." Kata Alea bingung.

"Hah sudahlah aku jalan-jalan saja dulu." Kata Alea.

Akhirnya Alea pun memutuskan untuk berkeliling sekolah itu sambil mencari ruang bk dimana Ardi berada.

Sedang asik berkeliling tiba-tiba saja ada yang menabrak Alea dari belakang hingga terjatuh.

"Aduh."

"Woe! Berhenti! Kalau jalan lihat-lihat dong!" Teriak Alea kepada orang yang menabraknya tadi.

"Salah sendiri kenapa di situ." Kata orang tadi.

"Dih nyebelin banget sih tuh orang, bukannya minta maaf malah pergi gitu aja. Baru juga seneng udah dapat masalah lagi, merusak mood aja sih. Mana lagi tuh orang." Gerutu Alea.

"Nah itu dia."

"Hei aku masuk kelas mana nih?" Tanya Alea.

"Ho ha ho he, yang sopan kalau bicara, aku guru kamu di sini." Bentak Ardi.

"Iya, maaf." Ucap Alea.

"Ayo ikut aku dulu menemui kepala sekolah untuk mengisi beberapa data!" Ajak Ardi.

....

Ardi dan Alea memasuki ruang kelas yang akan di tempati Alea nantinya dan kebetulan Ardi juga yang mengajar di jam pertama dan sekalian ia wali kelas dari kelas tersebut.

"Selamat pagi semuanya." Ucap Ardi kepada para murid yang ada di kelas itu.

"Pagi, Pak." Sahut para murid di kelas itu.

"Hari ini kita kedatangan murid baru. Silahkan perkenalkan diri kamu!" Kata Ardi.

"Hai, namaku Alea Safitri biasa di panggil Alea." Kata Alea memperkenalkan diri.

"Baiklah, kamu bisa duduk sekarang." Kata Ardi.

Alea pun segera mencari tempat duduk yang kosong di sana.

Waktu begitu cepat berlalu, pelajaran pun telah usai dan kini waktunya untuk istirahat. Alea sedang memasukkan buku-bukunya ke dalam tas, kemudan ada dua orang siswi menghampirinya.

"Hai, Alea." Sapa salah satu siswi tersebut.

"Hai, juga." Balas Alea.

"Kenalin namaku Fani dan ini sahabatku Rita." Kata siswi tadi memperkenalkan diri dan juga temannya.

"Senang berkenalan dengan kalian." Kata Alea.

"Ke kantin yuk!" Ajak Fani.

"Ayo." Kata Alea setuju.

Mereka bertiga pun pergi ke kantin bersama-sama sambil mengobrol.

"Kamu pindahan dari mana?" Tanya Rita.

"Dari SMAN MELATI 1." Jawab Alea.

"Wah jauh juga ya." Kata Fani.

"Kenapa kamu pindah kesini?" Tanya Rita.

"Em orang tuaku pergi ke luar negri, tapi aku tidak mau ikut. Jadi aku pindah kesini dan tinggal bersama omku." Jawab Alea.

"Oh begitu."

"Iya."

"Kamu suka makan apa Alea?" Tanya Rita.

"Apa ajalah yang penting pedes." Jawab Alea.

"Kamu suka makanan pedas juga ternyata." Kata Fani.

"Wah kita sama." Kata Rita.

"Ya udah kita beli makanan yang sama, gimana." Kata Fani.

"Boleh juga tuh, tapi beli apa." Kata Alea.

"Gimana kalau mie ayam di mix sama bakso, trus di kasih pangsit." Usul Alea.

"Emangnya enak?" Tanya Rita.

"Aku juga belum nyoba sih, tapi kayaknya enak." Jawab Alea.

"Hm menarik juga sih, aku penasaran gimana rasanya." Kata Fani.

"Ya udah tunggu apa lagi. Ayo kita beli!" Ajak Alea.

Begitu bahagianya Alea hari ini selain mendapatkan kasih sayang dari mertuanya, ia juga mendapatkan teman-teman yang baik. Seakan dunianya yang kelabu kembali berwarna lagi.

Bersambung.....

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!