NovelToon NovelToon

After One Night Stand With CEO

Awal mula

"Rebahan diri mu di tempat tidur." Perintah Matthew pada Irina. Irina pun menutut.

"Naikkan tubuh mu." perintah Matthew lagi, menyuruh Irina untuk tiduran di atas tempat tidurnya di kamar hotel. Gadis berusia 20 tahun itu pun menuruti apa kata pria yang telah membayarnya malah tersebut.

Karena kedua mata Irina tertutup. Matthew kemudian membantu Irina untuk bisa rebahan dan meletakkan kepala Irina ke salah satu bantal di atas tempat tidurnya.

Kepasrahan Irina membuat Matthew makin terpacu dan gemas. Karena wanita yang sedang ia kuasai ini benar-benar tidak banyak bicara dan hanya diam mematuhi perintahnya.

Dan malam itu, menjadi malam yang panas dan panjang bagi keduanya.

Flashback.........

Sebuah mobil mewah bermerek Porsche keluaran terbaru. Melintas di sebuah area parkiran hotel berbintang di tengah-tengah ibukota.

Pria yang baru saja selesai dari kantor tersebut. Nampak langsung bergegas menuju hotel tempat ia telah membooking sebuah kamar hotel di sana.

Keluar dari mobil dengan wajah penuh rasa lelah dan penat. Pria yang kira kira berusia 27 tahun tersebut nampak berjalan dengan begitu elegannya menuju ke sebuah lift yang ada di parkiran hotel.

Sampai di dalam lift. Ia langsung menekan nomor lantai dimana kamar hotel pesanannya telah ia booking sebelumnya.

Sesampainya di dalam kamar hotel. Pria tersebut langsung melepaskan jasnya dan juga melepaskan kemeja yang sudah seharian melekat di tubuhnya yang kekar. Kemudian ia langsung bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

Berada di bawah guyuran air shower yang mengguyuri seluruh tubuhnya. Pria tersebut nampak menikmati guyuran hangat air shower. Sambil meletakkan kedua tangannya di dinding kamar mandi.

Seolah-olah ia sedang merasakan sensasi guyuran air shower yang hangat itu begitu segar mengguyur bagian pundaknya.

Setelah selesai membersihkan diri. Pria tersebut kemudian mengambil jubah handuk dan mengenakan jubah itu untuk menutupi tubuh polosnya.

Keluar dari kamar mandi, pria itu langsung mengambil sesuatu dari sebuah paper bag yang tadi ia bawa.

Ia kemudian mengeluarkan sebuah botol wine yang sepertinya baru saja ia beli. Kemudian ia menuangkan wine tersebut ke dalam sebuah gelas bening yang sudah disiapkan di dalam kamar hotel.

Pria yang nampak terlihat gagah dan sudah wangi setelah membersihkan diri itu. Kini sambil membawa minuman wine yang ada di tangannya. Ia nampak menyingkap kordeng kamar hotel.

Kemudian ia berjalan menuju balkon yang terdapat di kamar hotelnya.

Sambil menikmati wine yang ada di tangannya. Pria itu nampak menikmati suasana pemandangan malam yang tersaji dari balkon kamar.

Tak lama berselang, suara berderingan ponsel miliknya mengalihkan pandangan dan perhatian pria tersebut. Ia kemudian masuk kembali ke dalam kamar hotel dan mengangkat telepon yang masuk tersebut.

"Halo." Suara lembut nan tegas itu terdengar mengalun merdu dari sosok seorang pria bernama Matthew Alvaro.

"Wanita pesanan anda saat ini sedang menuju ke hotel tempat anda menginap. Seperti yang anda inginkan. Dia masih single, masih gadis, dan ia baru saja menawarkan diri kepadaku untuk di carikan seseorang yang mau membelinya dengan harga mahal. Dan kebetulan sekali. Wanita itu sepertinya selera anda. Dan untuk harganya, seperti yang sudah kita sepakati. Aku meminta harga gadis tersebut 5 kali lebih mahal daripada wanita-wanita yang pernah anda sewa sebelumnya. Karena permintaan anda kali ini spesial. Saya berikan yang spesial pula. Saya jamin dia masih perawan. Jika saya bohong, saya akan kembalikan semua uang jualannya. Penampilannya juga menarik dan cantik. Saya juga sudah mengirimkan foto gadis itu kepada anda kan. Karena anda sudah menyetujuinya. Berarti sekarang kita deal ya." Ucap seseorang di sebrang telepon.

"Deal." jawab singkat Matthew kepada seseorang yang baru saja menelpon.

Setelah mengakhiri panggilan tersebut. Matthew kemudian menaruh ponselnya ke di atas tempat tidur.

Kemudian ia kembali ke balkon untuk melanjutkan menikmati winenya.

Seorang gadis berparas cantik, bertubuh langsing dan memiliki kulit begitu putih mulus bak pualam. Kini tengah berada di dalam taksi yang akan membawanya ke sebuah hotel.

Pandangan gadis itu nampak kosong ketika ia melihat pemandangan di luar mobil.

Malam itu hujan turun rintik-rintik. Sehingga kaca taksi mobil yang ia kendari terlihat ada titik-titik air hujan yang menempel di kaca mobil tersebut.

Dengan pikiran yang melayang entah ke mana. Gadis tersebut sepertinya tengah berperang melawan sisi dirinya.

Pikirannya nampak berat memikirkan sesuatu. Memikirkan sebuah tindakan yang besar yang sebenarnya ia tahu konsekuensinya akan seperti apa dan berefek seperti apa kedepannya.

Tetapi apa boleh buat. Tidak ada cara lain bagi gadis itu untuk bisa mendapatkan uang sebanyak itu dalam waktu singkat. Untuk membayarkan hutang-hutang kedua orang tuanya yang sudah menumpuk. Sampai-sampai kini kehidupan keluarganya terancam akibat ulah sang kakak yang menggadaikan sertifikat rumah untuk berjudi.

Dengan tempo waktu singkat yang diberikan oleh seorang rentenir. Jika dalam sebulan ia tidak bisa melunasi hutang-hutang sang kakak. Maka rumah yang ditempati oleh keluarga gadis tersebut akan disita dan di ambil alih oleh sang rentenir.

Pada saat itu, kondisi kedua orang tua gadis yang bernama Irina Ivanka tersebut sedangkan dalam kondisi yang tidak sehat.

Sebelumnya, kakak Irina lah yang menanggung kehidupan mereka semua. Dan yang mencukupi kebutuhan keluarga. Tapi, semenjak sang kakak sedang gila dengan judi online. Membuat sang kakak gelap mata. Sampai-sampai ia menggadaikan sertifikat rumah.

Di tambah lagi sang kakak kini juga sudah dipecat dari pekerjaannya. Sehingga membuat perekonomian keluarga Irina menjadi kacau.

Dan untuk menyelamatkan kehidupan keluarga. Mau tidak mau, Irina memutuskan untuk menjual diri.

Karena di tempat kuliahnya. Irina sudah terbiasa mendengar beberapa temannya yang juga menjajakan dirinya kepada sugar daddy.

Untuk membiayai kuliah dan untuk mendapatkan uang dengan cara instan.

Pada saat itulah. Irina pikir, ia bisa menyelamatkan keluarganya dengan mencari uang dengan cara yang cepat, dengan cara menjual diri.

Padahal, Irina sendiri pernah berjanji pada dirinya. Jika ia tidak akan pernah melakukan hal yang sama seperti teman-temannya.

Tapi ternyata, dirinya malah tenggelam dalam pekerjaan yang sama seperti yang dilakukan oleh teman-temannya. Demi bisa mendapatkan uang secara instan dan banyak.

Dan keputusan Irina yang akan menyerahkan ke gadisan dan juga keperawanannya kepada seseorang yang entah dia tidak tahu siapa yang akan ia layani pada malam itu. Benar benar membuat Irina frustasi.

Tidak lama kemudian, Irina telah sampai di sebuah hotel tempat di mana ia akan melayani seseorang.

Karena dia sudah tahu nomor hotel seseorang yang akan ia layani. Irina langsung memasuki hotel dan kemudian ia menuju resepsionis untuk memberi tau jika ia ingin bertemu dengan seseorang.

Irina pun kemudian masuk kedalam lift dengan perasaan gelisah serta kedua tangganya kini mulai dingin.

Ini adalah pengalaman pertamanya menjadi seorang wanita panggilan. Dan sejujurnya Irina benar-benar takut dan juga bingung.

Belum lagi ia tidak tau dengan siapa yang akan ia layani.

Tapi di lain sisi, dia harus melakukan itu. Karena tidak ada cara lain untuk bisa mendapatkan uang selain dengan cara instan seperti apa yang ia akan lakukan saat ini.

Ting

Setelah pintu lift terbuka. Irina kemudian langsung berjalan menuju sebuah koridor kamar hotel.

Irina nampak menoleh kiri dan kanan untuk mencari nomor kamar hotel yang sedang ia tuju.

Saat kini ia sudah berada tepat di depan kamar hotel yang ia tuju. Irina nampak menarik nafas dengan berat.

Ia kemudian menekan sebuah bel yang ada di samping kamar hotel tersebut.

Dan tak berapa lama, pintu kamar hotel terbuka secara otomatis. Dan ia pun kemudian langsung melangkah masuk menuju ke dalam kamar hotel tersebut dengan sudah berpasrah diri.

1001 Malam

Irina nampak menoleh kiri dan kanan untuk mencari nomor kamar hotel yang sedang ia tuju.

Saat kini ia sudah berada tepat di depan kamar hotel yang ia tuju. Irina nampak menarik nafas dengan berat.

Ia kemudian menekan sebuah bel yang ada di samping kamar hotel tersebut.

Dan tak berapa lama, pintu kamar hotel terbuka secara otomatis. Dan ia pun kemudian langsung melangkah masuk menuju ke dalam kamar hotel tersebut dengan sudah berpasrah diri.

Dengan perasaan yang berdebar. Serta hati penuh dengan rasa cemas yang kini melanda dirinya. Irina terus melangkahkan kakinya untuk memasuki sebuah ruangan kamar hotel yang kini terlihat gelap.

Bahkan suasana kamar tersebut nyaris gelap gulita.

Tidak ada sama sekali lampu yang di nyalakan. Seisi ruangan kamar hanya terlihat samar-samar.

Dan sumber pencahayaannya hanya dari sebuah jendela kaca yang sengaja disinggap gordennya oleh sang pemilik kamar hotel.

Semua itu semakin membuat Irina merasa mencekam.

Irina sendiri tidak tahu siapa yang akan ia layani pada malam itu. Bisa saja dia seorang kakek-kakek, atau biasa saja dia seorang penjahat, atau siapapun.

Tapi karena Irina sudah mendapatkan seperempat dari pembayaran total dirinya melayani orang tersebut. Membuat Irina tidak bisa mundur atau membatalkan kesepakatan yang sudah ia sepakati dengan seseorang yang telah membelinya pada malam itu.

Dari tempat ia berdiri, Irina bisa melihat seulet seorang pria tengah duduk di sebuah kursi yang ada di sudut ruangan kamar hotel. Dan pria itu nampak masih memegang sebuah minuman yang ada di tangannya. Bahkan untuk menatap pria tersebut. Irina harus memfokuskan pandangannya terhadap pria misterius itu.

"Selamat malam." sapa Irina, pertama-tama ia bersuara. Dari tempatnya ia duduk, Matthew kemudian langsung berdiri. Ia kemudian menaruh gelas yang ada di tangannya ke atas meja di sampingnya.

"Malam juga." Jawab Matthew. Irina tetap berdiri di tempatnya. Dan masih berdiri tertegun beberapa langkah dari pintu kamar hotel. Sedangkan Matthew kini mulai berjalan perlahan mendekati Irina.

"Siapa namamu?"

"Irina." jawab singkat Irina, dengan nada suara bergetar.

"Aku tidak perlu berkata banyak dan panjang lebar. Kau pasti sudah tahu kan tugasmu. Aku hanya ingin memberi beberapa hal pada mu. Selama kita berhubungan intim. Aku melarang mu untuk menyentuh ku. Jangan menyentuh ku sama sekali. Jika kau lakukan itu. Aku tidak akan membayar mu sesuai dengan harga yang sudah kita sepakati. Kau paham?"

Dengan sedikit bigung, Irina hanya bisa mengiyakan perkataan Matthew.

"Dan satu lagi. Aku menyukai berhubungan intim dengan suasana gelap. Jadi, jangan harap aku akan menyalakan lampu di kamar ini. Aku akan menutup mata mu. Selama hubungan intim kita berlangsung. Kamu wajib untuk mau aku tutup matanya. Karena aku tidak ingin kamu melihat diriku. Jadi kau harus mau aku tutup kedua matamu dengan sebuah ikat menutup mata." Imbuh Matthew.

Irina mencoba untuk memahami semua perkataan pria yang ia tak tau nama dan wajahnya tersebut.

"Aku sudah menunggu sejak tadi." Ucap Matthew dengan suara lirih. Kini tangannya sudah mulai menyentuh tangan Irina yang masih tertutup sweater yang ia kenakan.

Jika Irina belum tau wajah pria yang akan ia layani. Sedangkan Matthew sudah melihat wajah Irina. Karena sebelumnya, Matias telah memberikan foto Irina padanya.

"Nama mu cantik. Secantik orangnya." bisik Matthew. Yang mulai melancarkan aksinya dan mulai mengendus leher Irina dari belakang. Serta ia mencengkram kedua lengan Irina dengan kuat.

"Sepertinya kamu sedikit rapuh." cemooh Matthew. Karena tubuh Irina memang mungil.

"Tapi kamu cukup wangi. Aku suka." Setelah beberapa saat Matthew mengendus tubuh Irina. Matthew kemudian berjalan menuju laci dan ia mengambil sesuatu dari dalam laci yang ada di kamar hotel.

"Seperti apa yang aku katakan tadi. Jika aku akan menutup mata mu. Dan dengan penutup mata ini. Aku hanya berpesan. Jangan pernah berusaha atau sengaja membuka penutup mata yang akan aku ikatkan ke kepala mu. Kau paham kan!" seru Matthew, berpesan pada Irina.

"Ya." jawab Irina singkat. Dan kini ia semakin deg-degan di buatnya.

Matthew kemudian langsung mengikatkan kain penutup mata itu pada wajah Irina. Berdiri tepat di belakang Irina. Postur tubuh Matthew terlihat tinggi besar. Berbanding kontras dengan tubuh Irina yang mungil.

Irina yang sudah berdiri di depan Matthew. Hanya bisa pasrah saat kini kedua matanya sudah ditutup dan diikat dengan kian penutup mata oleh pria yang akan menyetubuhinya.

Dalam hati, perasaan Irina makin tidak karuan. Dan jantungnya berdebar-debar lebih kencang.

Setelah menutup kedua mata Irina. Matthew kini mulai aksinya.

Dengan suasana kamar yang gelap. Mata elang Matthew masih bisa melihat dengan jelas setiap lekuk dan inci tubuh setiap wanita yang biasa ia ajak tidur.

Kini Matthew mulai menciumi lagi aroma wangi tubuh Irina. Secara insting, Matthew langsung menelusuri leher jenjang Irina dan ia menghirup banyak banyak wangi tubuh Irina yang sejujurnya aroma tubuh Irina sangat Matthew sukai.

Dan Matthew tau, wangi tubuh Irina berbeda dari wangi wanita wanita yang sudah pernah ia ajak tidur bersama.

Tidak hanya wangi parfum dan tubuh Irina saja yang membuat bulu kuduk Matthew merinding. Tetapi juga kelembutan kulit Irina yang begitu lembut dan mulus itu. Sudah cukup membuat gairah **** Matthew naik secara dramatis.

"Kau sungguh berbeda." Bisik Matthew lirih tepat di telinga Irina.

Secara perlahan dan pasti. Matthew mulai melepaskan kencing baju bagian depan Irina.

Irina kala itu mengenakan sebuah baju kemeja warna putih dan di padukan dengan sebuah rok span selutut berwarna cokelat tua. Selain mengenakan kemeja, Irina juga mengenakan sebuah sweater.

"Apa ini kali pertamanya kau menjual diri?" tanya Matthew disela sela ia membuka kancing baju Irina dari belakang.

"Aku hanya menjual diri pada mu. Dan aku tidak berniat untuk melacurkan diri setelah ini." jawab Irina. Dan jawaban Irina nampak diremehkan Matthew. Dengan sedikit menertawakan jawaban Irina tadi.

"Aku membayar mu mahal untuk malam ini. Dan bayaran mu 10 kali lebih mahal dari wanita-wanita yang aku ajak tidur sebelumnya. Tapi lihatlah dirimu. Tidak mampukah kau beli baju yang lebih layak untuk melayani tamu mu. Biasanya mereka akan pakaian pakai yang seksi dan sensual. Tapi lihatlah dirimu. Kau malah berpakaian seperti seorang wanita kampungan. Sekelas wanita malam kenapa kau justru memakai kemeja dan sweater sebagai baju dinas mu. Seperti sedang ingin melamar pekerjaan saja." cibir Matthew lagi.

"Sudah aku katakan. Aku sebenarnya bukan wanita malam. Aku melakukan ini karena terpaksa, demi keluargaku." jawab Iriana

"Alasan klasik yang sudah sering seorang pelacur katakan. Jika mereka melakukan pekerjaan seperti ini hanya karena keuangan keluarga. Aku tidak percaya. Pelacur tetaplah pelacur. Wanita malam tetaplah wanita malam. Mereka semua sampah dan tidak ada artinya sama sekali. Mereka hanya pemuas nafsu orang-orang yang menginginkan gairah seksualnya terpenuhi." Hina Matthew.

Ingin rasanya Irina.membalas ucapan Matthew dengan berkata bahwa dirimu juga brengsek. Tetapi Irina menahannya.

Jika tidak demi uang. Irina mungkin sudah menendang milik Pria yang sedang aktif di belakangnya itu.

Irina nampak memejamkan kedua matanya pasrah.

Irina seperti berada di ujung neraka dan sebentar lagi dirinya akan hangus terbakar ke dalam api kemaksiatannya. Yang akan membakar tubuhnya dengan dosa. Namun apa boleh buat. Irina tidak akan bisa lari dan mundur dari sebuah keputusan yang sudah diambil detik itu.

Air mata Irina nampak menetes. Karena sebagai seorang perempuan. Ia merasa sudah hina.

Rasanya berbeda

Setelah semua pakaian bagian atas Irina sudah di lepaskan oleh Matthew. Sampai tidak ada satu helai benang pun yang menutupi tubuh bagian atas Irina. Irina yang saat ini sudah dalam keadaan polos. Matthew tidak menyia-nyiakan kesempatan.

Matthew terusan melancarkan aksinya. Ia menenggelamkan kepalanya ke ceruk leher Irina.

Menghirup banyak banyak aroma wangi tubuh Irina yang memabukkan.

Dan Matthew semakin mengeratkan pelukannya dari belakang dengan posesif.

Setelah beberapa saat bereksplorasi dengan tubuh Irina. Semua itu sudah cukup membuat gairah Matthew semakin memanas.

Kini, giliran rok milik Irina yang hendak dilepaskan oleh Matthew. Dan ia seperti sudah tidak sabaran dan segera membuang rok yang Irina kenakan ke lantai. Setelah ia berhasil melepaskan pengait yang ada di rok Irina.

Saat kini rok Irina sudah terjatuh kelantai. Matthew kemudian ikut berjongkok dan ia menciumi kaki jenjang mulus nan putih milik wanita yang cukup membuat Matthew tergila gila pada pertemuan pertamanya.

"Tubuh mu sungguh sempurna Irina. Aku menyukai tubuhmu. Kau benar-benar sempurna. Beda dari yang lain." puji Matthew.

Pujian Matthew tak lantas membuat Irina bangga. Tapi ia justru jijik dengan dirinya sendiri yang sudah terjamah.

Irina hanya bisa memejamkan matanya.

Tidak tahan lagi dengan serangan gairah yang sudah mau meledak di dalam diri Matthew. Ia langsung melepaskan jubah yang tadi masih ia kenakan dan ia langsung membuangnya secara asal.

Dengan perlahan, Matthew kemudian menggiring Irina untuk bisa sampai di atas tempat tidur.

Setelah sampai di tempat tidur. Matthew menyuruh Irina untuk tiduran dengan posisi tengkurap.

"Rebahan diri mu di tempat tidur dengan posisi tengkurap." perintah Matthew. Irina pun menutut.

Tak banyak bicara. Sesampainya di tempat tidur. Irina langsung merebahkan tubuhnya dengan posisi tengkurap. Kemudian Matthew segera menindih tubuh Irina dan ia berada di atas tubuh Irina. Lagi lagi Irina hanya bisa pasrah. Saat pria bertubuh besar dan kekar itu sudah berada di atasnya.

"Naikkan tubuh mu." perintah Matthew lagi, menyuruh Irina untuk tiduran di atas tempat tidur.

Karena kedua mata Irina tertutup. Matthew kemudian membantu Irina untuk bisa rebahan dan meletakkan kepala Irina ke salah satu bantal.

Kepasrahan Irina membuat Matthew makin terpacu dan gemas. Karena wanita yang sedang ia kuasai ini benar tidak banyak bicara dan hanya diam. Mematuhi perintahnya.

Tidak mau menyia-nyiakan kesempatan. Matthew kini sudah berada tepat di atas tubuh mungil Irina dan siap melakukan penyatuan.

Sebelum melakukan penyatuan. Matthew kembali melakukan aktivitasnya untuk bereksplorasi pada tubuh Irina. Menjelajahi setiap inci tubuh Irina yang wangi.

Dan secara naluriah. Walau Irina menolak hubungan itu. Irina juga sudah di sulut gairah.

Bahkan kala itu Irina sempat mendesah lirih. Karena Matthew sendiri sudah mengingat agar ia tidak mengeluarkan suara. Maka Irina hanya bisa menahan suaranya.

"Apakah ini yang pertama kalinya untuk mu?" Tanya Matthew sebelum ia benar-benar melakukan penyatuannya pada Irina. Sedikit ragu untuk jujur, Irina kemudian berkata sejujurnya.

"Iya, ini adalah untuk yang yang pertama bagiku." Jawab Irina dengan suara serak.

"Mungkin untuk yang pertama akan terasa sakit. Tapi setelah aku berhasil memasuki mu. Rasa sakit itu akan hilang dan akan berganti dengan kenikmatan. Maka nikmati saja apa yang akan aku lakukan terhadap dirimu. Satu lagi, aku tidak ingin mendengar ******* mu. Jika kau juga merasakan kenikmatan itu. Tahan suara mu." ucap Matthew memperingatkan.

"Aku tidak akan bersuara dan tidak akan menyentuh mu." jawab Irina paham.

Secara perlahan namun pasti. Matthew kini melepaskan sebuah benda berbentuk segitiga yang masih tersisa di tubuh Irina. Satu-satunya benda yang masih menempel dan menutupi ******** Irina.

Setelah Matthew berhasil melepaskan dan membuang benda tersebut. Tidak menunggu lagi. Matthew yang sudah tersulut api gairah sejak tadi secara perlahan mencoba untuk memasuki milik Irina.

Dan benar saja, Matthew merasa kesulitan untuk memasuki milik wanita yang benar-benar masih gadis tersebut. Dan Matthew mendengar suara rintihan kesakitan yang dirasakan oleh Irina ketika ia mencoba untuk memasukinya.

Dengan memegang sprei dengan kuat. Irina mencoba untuk menahan rada perih dan sakit kala itu. Ketika sesuatu yang berusaha untuk menerobos masuk kedalam miliknya.

Keringat dingin kini sudah membanjiri tubuh Irina. Peluh keringat menahan sakit dan sensasi yang berbeda menjadi satu.

"Please, jangan terlalu memaksakan. Berikan jeda. Itu benar-benar sakit." Ujar Irina protes. Karena ia benar-benar tidak tahan dengan rasa sakit yang ia alami ketika Matthew melakukan penetrasi ke miliknya.

Jika biasanya Matthew tidak ingin wanita yang diajak bercinta banyak protes. Entah kenapa saat ia mendengarkan perkataan Irina yang kesakitan. Ia pun kemudian memberikan jeda dan menarik kembali miliknya untuk tidak memaksakannya.

Setelah memberikan waktu beberapa detik. Kemudian Matthew mencoba lagi untuk bisa memastikan dia berhasil melakukannya.

Setelah beberapa kali percobaan, Matthew belum juga berhasil memasukkan miliknya ke milik Irina.

" Sungguh rapat." bisik Matthew.

Kemudian Matthew beranjak dari tubuh Irina dan kemudian ia berjalan menuju laci. Ia nampak mengambil sesuatu dari dalam laci.

Baru kali ini Matthew mendapat wanita pemuas hasrat yang berbeda dari wanita yang pernah ia ajak bermain.

Dan ada perasaan rasa tidak tega yang menggelitik hati Matthew pada Irina. Ketika mendengar Irina merintih kesakitan.

Matthew kemudian membuka sebuah botol kecil yang terdapat cairan di sana. Sepertinya cairan itu bisa membantu mengurangi rasa sakit yang Irina rasakan ketika Matthew benar benar akan mendapatkan keperawanan Irina.

Secara perlahan dan dengan pelan pelan. Serta memberikan sedikit dorongan kecil. Kini milik Matthew benar benar sudah berada di sana.

Ada rasa bangga dan kebahagiaan ketika Matthew berhasil melakukan itu. Dan bagi Irina sendiri. Ia hanya bisa memejamkan matanya menahan sakit dan pedih ketika Matthew kini berhasil mendapatkan kehormatannya.

Setelah berhasil, Matthew mulai memacu untuk mendapatkan lebih kenikmatan dari hubungan intim yang ia jalani bersama Irina.

Semakin lama, Matthew semakin cepat memacunya. Ia tidak pernah mendapat kenikmatan senikmat itu sebelumnya. Ia merasa kualahan menghadapi napsunya sendiri. Apalagi lawannya sungguh berbeda rasanya dari wanita wanita yang ia ajak bercinta sebelumnya.

Sedangkan Irina tetap berusaha untuk membungkam mulutnya untuk tidak mendesah dan mengerang. Karena jujur saja. Sebenarnya ia ingin menyuarakan apa yang ia rasakan. sebagai bentuk pelampiasan apa yang ia juga rasakan.

Matthew semakin menikmati hubungan. Dan Irina hanya bisa pasrah berada di bawah kekuasaan Matthew yang benar-benar mengobrak abrik dirinya.

Iriana hanya bisa mengucapkan selamat tinggal untuk keperawanannya. Yang terpaksa ia berikan kepada laki-laki yang entah ia tidak tahu siapa laki-laki yang sedang menggagahinya pada malam itu.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!