Rasha Rania seorang penulis novel abad 21 meninggal dunia karena kecelakaan mobil beruntun.
Rashia memasuki tubuh dari seorang anak gadis yang sekarat karena di paksa untuk menyerahkan kekuatan dan juga sebuah cincin yang di pakainya.
Anak itu buang ke dalam hutan Beast yang di penuhi mahluk buas, tapi untungnya mereka membuangnya tidak terlalu ke dalam hutan.
Saat sadar.
Rashia membuka mata perlahan-lahan, berusaha bangun.
2 menit kemudian.
"KENAPA AKU ADA DI SINIIIIIIIII" Teriak
"Huhuhu, tolong siapapun, jelaskan padaku kenapa aku di sini?" Berlutut
"Bukankah kalau sudah mati harus ke surga, kenapa aku ada di sini?" Melihat sekeliling
"Mana hutan pula" Menunduk.
Tuing... Tuing.. Tuing.. Seekor kelinci mendekati Rashia.
"Kamu kenapa?" Tanya kelinci sambil melihat Rashia.
Membuka mata, melihat sekeliling "Siapa? Siapa yang bicara?" Rashia melihat belakang, samping kiri, kanan, atas "Siapa?" Takut.
Kelinci itu menatap Rashia dengan datar "Bawah, woe" Teriak.
Melihat ke bawah, seekor kelinci melihat kearahnya.
Kruykkkk... Sudah seharian Rashia tidak makan.
"Daging kelinci" Ngiler.
"APA!!!" Kelinci itu kaget.
Rashia menatap kelinci dengan mata yang berbinar-binar.
Kelinci itu mundur.
"Hiaaa" Tangkap.
Kelinci itu dengan cepat melompat.
"Kesini kau kelinci" Berusaha menangkap.
"Wuaaaa tolongggg, aku mau di makannn" Kelinci itu melompat-lompat menghindari Rashia.
"Kenapa kau harus makan kelinci itu?" Ujar seekor kucing yang mendekati mereka.
Rashia dan Kelinci berhenti lalu berbalik, seekor kucing hitam melihat ke arah Rashia dengan datar.
"Jelek" Ucap Rashia sambil menatap kucing yang sedang melihat kearahnya.
"APA!!!" Sakit hati.
"Phufttt" Kelinci menahan tawa.
" Manusia #&@#&+@#& " Kucing itu memaki Rashia.
"Apa-apaan kucing ini" Rashia kesal mendengar yang di katakan Kucing
"Dasar kau kucing jalanan jelalatan menjijikkan" Marah.
Rashia dan kucing itu bertengkar dengan kata-kata yang mutiara yang membuat sakit telinga.
"Apa aku harus menghentikan mereka berdua?" Pikir Kelinci.
Kelinci melihat Rashia dan kucing hitam sedang beradu mulut.
Kucing hitam itu sangat marah, dia pun bersiap untuk menyerang Rashia, Rashia merasakan niat jahat sang kucing dia pun mengambil sepotong kayu yang ada di sebelahnya.
"Oh tidak" Kelinci terkejut melihat ekspresi mereka.
Kelinci pun masuk di tengah mereka "HENTIKAN" Teriak sambil berubah menjadi burung Gagak.
Mereka berdua terkejut dengan perubahan Kelinci.
"Dia.... Gagak" Mereka berdua menunjuk burung gagak yang terbang di tengah mereka,mereka berdua mudur kebelakang.
"Hahh... Sebenarnya aku tidak ingin berubah seperti ini" Melihat Rashia dan kucing hitam yang masih terkejut dengan perubahannya, dia pun berubah lagi menjadi kelinci.
"Ahk" Rashia memegang perutnya.
Kelinci dan kucing hitam tekejut.
"Hey.. Hey.. Aku belum menyerang mu" Kucing terkejut melihat Rashia yang berlutut menahan sakit perutnya.
Kelinci mendekati Rashia "Kamu baik-baik saja"
"Lapar" Mata berkaca-kaca.
Kelinci mundur perlahan-lahan.
"Tolong aku sudah tidak tahan lagi" Menahan sakit.
Kucing mendekat "Kamu kan punya uang tinggal beli aja"
"Di mana uangnya?" Menatap Kucing.
"Di dalam cincin yang sedang kamu pakai" Melihat cincin yang di dipakai Rashia di tangan kanannya.
"Ini?" Menunjukkan jari tengah pada Kucing.
"Dasar manusia sialan, apa maksudnya kamu.." Kesal.
"Yang dia maksud cincinnya" Kelinci menatap Kucing.
"Benar, dasar kucing tolol" Kesal.
"Kau..... Huft... Iya benar, di dalam cincin mu itu menyimpan uang yang banyak" Si Kucing menjelaskan sambil menahan emosi.
"Cincin berkarat ini" Rashia melihat cincin yang terpasang di jaringannya.
"Itu tidak berkat, warnanya saja seperti itu" Kelinci menjelaskan dengan lembut.
"Tunggu ini....." Rashia berfikir sambil mengingat Komik dan Novel yang dia baca yang bergenre fantasi.
"Benar,seprti yang kamu pikirkan" Melihat Rashia "Tempat penyimpanan tak terbatas"
Kelinci mengangguk membenarkan perkataan Kucing.
"Wooaaa.." Terkejut "Lalu bagaimana cara mengeluarkan uangnya?" Menatap Kucing dan Kelinci.
"Mana kami tau, itu kan milikmu seharusnya kamu mengetahui bagaimana cara mengeluarkannya?" Kelinci pun kesal dengan Rashia.
"Aku bukan berasal dari dunia ini, jadi mana aku tau" Kesal.
"APA!!" Kelinci terkejut.
Kelinci mendekati Rashia "Apa maksud mu, cepat jelaskan padaku" Berubah menjadi Gagak dan hinggap di kepala Rashia sambil menatap Rashia dengan mata hitamnya.
"Aaaaa" Mengusir Gagak yang ada di kepalanya "Aku mau makan dulu"
Gagak turun ke bawa dan berubah menjadi lagi kelinci.
"Hey kucing, kamu pasti tau bagaimana cara mengambilnya kan" Tatap.
"Entahlah, mungkin" Bingung.
"Bagaimana?" Serius.
"Hmm.. Coba pikirkan berapa uang yang ingin kamu ambil"
"1 M" Menutup mata, lalu membuka kedua tangannya.
"Hah... Mata uang di sini berbeda dengan mata uang dari asal mu" Ujar Kelinci.
Rashia terkejut "Kau.. " Menunjuk Kelinci.
Sedangkan si Kucing menatap mereka berdua dengan bingung.
"Hahh... " Kelinci mengambil ranting pohon lalu menulis "1 koin Emas di disini setara dengan 150 perunggu"
"Lalu dengan perunggu kita bisa beli apa?" Rashia dan Kucing menatap Kelinci dengan serius.
"Hmm...kalo tidak salah 5 perunggu kamu bisa membeli sepotong roti"
"Nasi?" Rashia menatap Kelinci.
"Ikan?" Kucing menatap Kelinci dengan air liur yang mau keluar.
"Sayur" Rashia tambah lapar.
"Hah.. " Kesal "Jika kalian mau membeli semua itu setidaknya kamu mempunyai uang sekitar hm..." Berfikir
"Aku juga lapar, tapi apa dia akan membelikannya" Batin Kelinci sambil melihat Rashia lalu melihat cincin yang di pakai Rashia.
"Berapa?" Penasaran
"10"
"Perunggu?" Tanya Kucing.
"Emas" Kesal.
"EMAS!!" Rashia terkejut.
"Hey Kucing" Tatap.
"Dasar manusia sialan, Namaku Laksita" Kesal.
Rashia dan kelinci terkejut.
"Kamu memiliki nama?" Tanya Rashia.
"Tentu saja" Marah
"Ou, ok baiklah. Kucing menurutmu berapa banyak uang yang ada di dalam cincin ini?" Melihat cincin.
Laksita marah, bulunya berubah warna menjadi Biru "Manusia sialan aku akan membunuhmu" Tatap.
"Ahk" Rashia memegang perut.
Laksita membeku "Aku belum memukulmu" Kesal
Kelinci mendekati Rashia "Cepat keluarkan uangmu"
Rashia mengangguk "Aku harus membeli beberapa makanan, dan pakaian untuk kami" Batin Rashia sambil berfikir berapa uang yang akan dia keluarkan.
"Baiklah... 20 koin emas"
Laksita dan kelinci terkejut.
Uang pun keluar dari cincin, Rashia mengambil uangnya.
Rashia berdiri sambil memegang uangnya "Okeh, mari kita beli makanan" Melihat Kelinci dan Laksita "Kalian mau ikut atau tunggu di sini?"
Laksita dan Kelinci terdiam.
"Hahh... Baiklah, tunggu aku di sini dan bersembunyilah" Rashia berbalik pergi.
Laksita melihat Rashia yang sudah berjalan jauh sambil memegang perutnya "Apa menurutmu dia akan kembali?"
"Entahlah"
"Btw, siapa namamu?" Melihat Kelinci.
"Novika"
Laksita terkejut lalu tertawa "Nama itu sangat tidak cocok saat kamu berubah menjadi burung Gagak"
"Dasar kucing jalanan" Kesal.
Novika berbalik pergi.
"Itu adalah nama ku dari kehidupan ku sebelumnya, sebenarnya nama itu ingin kulupakan" Batin Novika.
"Hey, tunggu aku" Mengejar Novika.
Novika melihat kebelakang kearah Rashia, lalu berbalik pergi.
Kediaman Duchess Asadel.
Seorang pelayan berlari dari kamar putri ke arah ruang kerja Duchess Asadel.
"Nyonyaaaa" Teriak pelaya sambil membuka pintu.
Mereka semua melihat ke arah pelayan itu.
"Sikap macam apa ini" Adar Alwen menatap pelayan itu dengan marah.
ADAR ALWEN seorang ketua ksatria yang menjaga kediaman Duchess Asadel.
"Maafkan saya tuan Alwen, maafkan saya nyonya" Bungkuk.
Sebelum menikah Duchess dulunya adalah Seorang Putri dari Kerajaan Belgium,PATRICIA MABELIA DE BELGIUM.
Anak ketiga dan Putri kedua dari RAJA EFRAIM IMMANUEL DE BELGIUM dan juga salah satu kandidat sebagai Putri Mahkota.
Tapi Ia melepaskan jabatannya sebagai Putri Mahkota karena Ia jatuh hati pada pasukan kesatria kerajaan EDGAR ASADEL.
Mereka berdua pun di beri gelar Duke pertama di Kekaisaran Belgium.
Mereka di beri tugas yang berbeda, Duke Asadel mempimpin pasukan Ksatria kerajaan sedangkan Duchess mengurus harta kekayaan dan pemasukan pajak kerajaan.
"Tidak apa-apa, lanjutkan Lily" Ujar Duchess Asadel.
Lily adalah pelayan yang menjaga kamar Putri ALANA LIORA ASADEL, anak Duchess Asadel yang hilang saat berusia 1 tahun karena di bawah oleh pelayan dari kediaman Count Byron.
Karena tidak ada bukti dan pelayan yang membawa sang Putri mati sebelum sampai di kediaman Count Byron.
GARRIK ANWIR adalah bangsawan BARON yang mengelola wilayah atau tanah-tanah kecil milik kerajaan.
Tapi wilayah itu sekarang di ambil oleh Duchess Asadel, karena Duchess menerima laporan bahwa Baron Anwir melakukan kerja paksa pada rakyat dari wilayah-wilayah yang di kelolanya, dan juga ada perbudakan seksual.
Duchess hanya menyisakan satu wilayah pada Baron Anwir, yaitu wilayah yang sedang ia tinggali.
Sedangkan wilayah yang di ambil alih oleh Duchess di jaga ketat oleh Ksatria Duke Asadel.
Baron Anwir sangat marah dan menyimpan dendam pada Duchess Asadel, Ia selalu berencana untuk menyelakai Duchess tapi selalu gagal.
"Nyonya, batu sihir yang dihubungkan dengan cincin Putri bergetar nyonya" Bungkuk.
Duchess berdiri, ia langsung berlari ke kamar Putri "Putri ku" Batin Duchess.
Kedua putra Duchess yang baru selesai dari latihan berpedang melihat Ibunya yang berlari, mereka pun mengejar ibunya.
Brak.. Duchess membuka pintu kamar Putri, ia berlari ke arah Batu sihir yang berwarna kuning sama seperti warna mata Putri.
"Hah... Haa... Haa..." Duchess melihat Batu sihir.
Batu sihir itu sudah tidak menunjukkan reaksi apa-apa.
"Hah... Hah... Hah... Ada apa ibu?" Tanya AFRA RAINEY ASADEL Putra pertama Duchess berusia 12 tahun.
"Hah... Apa.. Kah.. Ana.. Sudah ketemu?" Tanya ABIZAR BAHI ASADEL Putra kedua Duchess berusia 10 tahun.
Duchess menghapus air matanya dan berusaha tegar di hadapan orang-orangnya dan kedua putranya.
Duchess mendekati kedua putranya lalu memegang pipi mereka sambil tersenyum "Sepertinya adik kalian sudah besar"
"Ana" Batin Afra dan Abizar.
Duke Asadel masuk "Ada apa ini?"
Mereka semua berbalik melihat kearah Duke.
"Selamat datang Ayah" Sambut Afra dan Abizar.
"Selamat datang Duke" Sambut orang-orang yang bekerja di kediaman Duke.
Duke mendekati kedua putranya "Aku membawakan hadiah untuk kalian" Senyum.
"Benarkah Ayah?" Tanya Afra dan Abizar terkejut.
Duke mengangguk sambil tersenyum.
"Terima kasih Ayah" Bungkuk, mereka berdua pun keluar melihat hadiah mereka.
"Keluar" Perintah Duke pada orang-orangnya.
Tinggallah Duke dan Duchess di dalam kamar Putri.
Afra yang masih di depan pintu pun mendengar suara tangisan ibunya, Afra menunduk "Ana, Kamu di mana?" Batin Afra.
Pasar.
Rashia masuk ke sebuah toko pakaian tapi selalu di tolak karena tubuhnya yang bau dan bajunya yang compang camping.
Pelayan toko mendorong Rashia "Pergi sana" Melihat Rashia dengan jijik dari atas sampai bawah "Cih gelandangan busuk" Masuk ke dalam.
"Hufttttt, sabar" Rashia menahan amarah yang akan meledak
"Dasar laki-laki paruh baya sialan, dia pikir aku tidak sanggup membayar apa,, ahkkk menyebalkan" Batin Rashia.
Rashia menunduk "Pasti mereka sedang menungguku" Sedih memikirkan Kelinci dan Kucing yang sedang menunggunya.
Kelinci sedang makan wortel yang setengah busuk, sedangkan Kucing sedang tidur.
Melihat toko baju "Ini toko yang kelima" Berbalik pergi.
"Jangankan beli baju, beli makanan aja aku di tolak, padahal kan aku akan membayarnya bukan minta, sedih banget sih hidup aku di sini" Menangis di pojokan.
"Aku mau pulang" Melihat langit.
"Tidak maksudku aku mau ke surga... " Mengalihkan pandangan
"Itu pun jika aku masuk surga" Sedih
"Tapi dosaku tidak terlalu banyak, kyknya aku bisa masuk surga deh" Berfikir.
Rashia melihat pedagang wortel, ia pun berlari ke arah pedagang itu tapi dia tiba-tiba berhenti, ia melihat ada beberapa pria berbadan besar sedang berjalan sambil melihat sekitar.
"Preman.. Fix mereka preman" Mundur.
Rashia pergi bersembunyi.
"Ah sial" Batin Rashia.
Rashia mundur ke belakang.
Brukk.. Rashia bertabrakan dengan seorang anak.
"Kamu baik-baik saja?" Tanya Rashia.
Ia hanya mengangguk.
"Baiklah maafkan aku" Rashia berdiri, ia pergi mencari toko yang mau menerimanya.
Rashia masuk ke sebuah toko kecil "Permisi"
Seorang wanita muda keluar, Ia melihat Rashia dari atas sampai bawah.
"Aku akan membayar" Tatap.
Wanita muda itu tersenyum "Berapa yang kau punya?" Tatap.
Rashia mengeluarkan satu koin emasnya, wanita muda itu kaget "Kau.. "
"Aku tidak mencurinya" Kesal.
Wanita muda itu tersenyum "Baiklah, itu cukup untuk kalian berdua" Senyum.
"Berdua?" Rashia bingung.
Wanita muda melihat kebelakang Rashia.
Rashia berbalik "Kau.. " Terkejut.
Anak kecil yang di tabrak Rashia mengikutinya dari belakang ,Ia terlihat seusia dengan Rashia kecil.
Anak itu menatap Rashia sambil memegang perutnya.
Rashia menunduk "Yang benar saja" Kesal.
Wanita muda tertawa kecil.
Rashia melihat anak itu.
"Warna yang mengelilinginya berwarna hitam dan ada kemerahan" Batin Rashia.
Rashia berbalik melihat Wanita muda.
"Huft... Satu koin emas, aku ingin mengganti semuanya dan bisakah aku numpang mandi?" Tatap.
"Tambah 25 koin perunggu" Ujar seorang anak yang usianya sama seperti Afra, turun dari tangga.
Rashia langsung mengeluarkan 1 koin emas lagi, Wanita muda itu dan anak itu terkejut.
"Aku juga mau kain yang tebal yang cocok untuk kelinci dan kucing" Tatap
"Ah, dan 2.. Tidak 4 sepasang baju untuk ku dan untuknya masing-masing 2 pasangan" Tegas.
Wanita muda dan anak itu saling memandang.
Rashia mengeluarkan satu koin lagi "Dan bisakah aku minta tolong untuk dibelikan makanan, juga wortel hmm.." Berfikir
"Dan makan yang cocok untuk kucing, di larangan yang mentah" Tatap.
Wanita muda itu tersenyum "Tentu saja Nona" Sopan.
"Ra.. " Berfikir
"Ya sudah pakai nama itu saja, aku juga tidak tau siapa namaku di dunia ini" Batin Rashia.
"Namaku Rashia" Tatap.
Wanita itu terkejut "Ah baiklah, Nona Ras... "
"Panggil Rashia saja" Canggung.
"Ah, baiklah Rashia. Nama ku Gilda Morcant dan ini putraku Leofric Morcant" Senyum.
Rashia hanya mengangguk.
"Ok baiklah, mari kita mulai" Senyum.
Rashia berbalik melihat anak yang mengikutinya "Siapa namamu?" Tatap.
Anak itu berfikir "Das" Menunduk.
Rashia berbalik melihat Gilda "Apa arti Das?"
Gilda terkejut.
"Budak" Jawab Leofric.
Rashia dan Gilda melihat Leofric.
Rashia tersenyum "Jenius" Batin Rashia.
Rashia berbalik "Euric" Menatap Das "Mulai sekarang namamu Euric buka Das, paham"
Das tersenyum lalu mengangguk, sedangkan Gilda dan Leofric terkejut juga kagum pada Rashia.
"Siapa namamu?" Tanya Rashia pada Euric.
"Euric" Jawabnya sambil tersenyum.
"Bagus, jika ada yang memanggilmu dengan nama Das, jangan pernah berbalik, jangan pernah menatapnya apalagi mengajak dia bicara, paham"
Euric mengangguk.
Rashia berbalik melihat Hilda dan Leofric "Ok, mari kita mulai. Mohon bantuannya" Senyum.
4 Jam kemudian Rashia kembali lagi ke hutan.
"Woe gagak jelaman kelinci... Laksita jelmaan kucing garong di mana kalian?" Teriak Rashia.
Melihat kesana kemari,mencari keberadaan Laksita dan Novika.
Laksita dan Novika mendengar suara Rashia yang memanggil nama mereka berdua pun kesal.
Laksita memanjat pohon, Ia berhenti tepat dia atas kepala Rashi, ia pun melompat tapi di pukul oleh Euric.
"Ahkk" Laksita terlempar.
"Sitaa" Novika berlari ke arah Laksita.
"Kucing" Rashia juga berlari ke arah Laksita.
"Kamu tidak apa-apa?" Tanya mereka berdua.
Euric menghampiri mereka.
"Maafkan saya, saya hanya mau melindungi Rashia" Menunduk.
Laksita dan Novika menatap Euric, lalu mereka saling memandang.
"Kamu memungut monster?" Ujar Laksita sambil berdiri.
Rashia berdiri lalu menatap Laksita dengan tajam.
Laksita melihat Rashia "Dia memang monster" Tatap.
Euric mundur kebelakang.
"Dia bangsa Iblis" Ujar Novika.
"Iblis!!?" Batin Rashia kaget.
Rashia melihat Euric yang sedang menunduk.
"Jika dia hanya Iblis biasa tidak apa-apa, tapi dia berasal dari Iblis bangsawan" Lanjut Laksita sambil menatap Euric.
Rashia mengeluarkan makanan Laksita dan Novika.
"Kalian makan dulu, nanti kita bicara" Mengeluarkan makanan dari dalam cincin.
Rashia berjalan menjauh dari Novika dan Laksita, Rashia menatap Euric.
Euric dan Rashia duduk di sebuah pohon yang roboh, mereka duduk saling berhadapan.
"Hahh... Siapa nama aslimu?" Tanya Rashia.
Euric menunduk "CASSIUS VLAD LIONCOURT" Menatap Rashia.
Rashia mengangguk "Namamu bagus juga" Senyum "Cassius Vald... Vlad.. Vlad... " Berfikir.
"Vlad Dracula, tapi matanya berwarna hitam bukan merah?" Batin Rashia menatap mata Euric.
"Hahaha ngk mungkin lah.. Tapi kalo benar bagaimana? Sial banget sih, hidup udah susah mana ketemu ama Dracula pula" Batin Rashia sambil menundukkan kepala.
"Huft.. " Menatap Euric "Vlad.. Bukannya mereka harus bermata merah?" Tatap.
"Aku merubahnya" Jawab Euric santai.
Rashia terkejut dengan perubahan Euric.
"Aaa ok" Canggung.
"Maafkan saya" Euric menunduk.
"Ha ha ha tidak apa-apa santai saja" Senyum.
"Tapi.. " Tatap
"Kamu tidak takut?" Bingung.
"Takut?" Berfikir.
"Sedikit... Aku lebih terkejut dari pada takut" Jawab Rashia santai.
"Mungkin karena aku sudah pernah mati,belum lagi aku masuk di tubuh yang hampir mati, jadi aku tidak terlalu takut jika mati lagi" Batin Rashia.
Euric menatap ke atas, Tiba-tiba sesuatu jatuh dan di tangkap Euric.
"Mendengar percakapan orang itu tidak baik" Tatap tajam.
Novika ketakutan dengan tatapan Euric, ia pun melompat ke pangkuan Rashia.
"Ohoo" Rashia terkejut melihat Novika.
Rashia melihat Euric, Euric juga melihat Rashia mata mereka bertemu.
"Uhuk.. Uhukkk"
Rashia terkejut dengan mata Euric yang berubah menjadi merah.
Euric menunduk, ia merubah warna matanya lagi menjadi hitam, lalu melihat Rashia lagi
"Maaf"
"Ha ha ha ha, tidak apa-apa,tidak apa-apa" Canggung.
Rashia melihat Laksita "Oee, belum kenyang"
Laksita sibuk makan.
"Ahhh" Melihat Rashia sambil tersenyum.
Laksita menghampiri Rashia lalu melompat ke pangkuan Rashia "Terima kasih"
Rashia tersenyum.
"Rindu peliharan ku yang di tabrak orang" Batin Rashia sambil melihat Laksita yang sedang bermanja-manja di pangkuannya.
"Siapa namamu?" Tanya Novika pada Rashia.
"Hmm...?" Berfikir.
"Rashia" Jawab Euric.
Novika menatap datar Euric "Aku bertanya padanya, bukan padamu"
Euric menatap balik Novika, Ia terkejut berbalik melihat Rashia.
Rashia meletakkan Novika di sebelah kirinya diantara Ia dan Euric, sedangkan Laksita di sebelah kanan, Rashia berdiri.
"Mau kemana?" Tanya Laksita.
"Mau membersihkan itu" Melihat tempat makan yang berserakan.
Laksita menunduk "Maaf"
"Biar aku saja" Ujar Euric.
Euric berjalan cepat ke arah tempat makan.
Rashia terkejut.
"Hahh.. Di beneran vampir" Merinding.
Euric merapikan tempat makanan dengan cepat.
Prok.. Prok.. Prok.. Rashia bertepuk tangan melihat kecepatan Euric,Euric tersenyum malu.
Rashia dan ketiga temannya mencari tempat untuk mereka tinggali.
Blarrr... Suara gemuruh.
"Sebentar lagi akan turun hujan" Ujar Novika yang berada di pelukan Rashia.
Mereka semua melihat langit yang mulai gelap.
"Di sekitar sana ada rumah" Ujar Euric.
"Rumah? Milik siapa?" Tanya Rashia.
"Panti asuhan" Tatap.
"Aku menolak" Melihat kearah lain.
"Kenapa?" Tanya Laksita yang berada di pelukan Euric.
"Aku tidak suka dengan anak kecil" Jawab Rashia ketus
Laksita menatap Rashia dengan datar.
"Lalu menurut mu, kamu bukan anak kecil begitu"
"Tentu saja, aku ini sudah berumur.... " Berfikir.
"29 tahun" Batin Rashia.
"8 tahun" Jawab Rashia sambil melihat kearah lain.
Laksita tertawa terbahak-bahak.
"Hey Iblis, berapa umur mu?" Tanya Laksita sambil menatap Euric.
Mereka semua menatap Euric, Euric melihat kearah lain.
"200 tahun?" Tanya Rashia.
Euric menatap Rashia.
"Beneran" Ujar Rashia kaget
"105 tahun" Jawab Euric.
"Heeeeee!!" Mereka bertiga terkejut.
"Dia lebih tua dariku" Ujar Laksita kaget.
Rashia melihat Euric dari atas sampai bawah "Tapi kamu lebih pendek dariku?" Bingung.
"Apa kamu merubahnya?" Tanya Novika.
"Tidak, ini tubuh asli ku" Jawab Euric.
"Tapi... " Lanjut Rashia terhenti karena hujan mulai turun.
Mereka pun bergegas mencari tempat untuk berteduh.
Mereka sampai di depan pantai asuhan yang dikatakan Euric.
Rashia hanya melihat panti asuhan itu, dia tidak mengetuk ataupun masuk.
"Ada apa? Cepat hujan akan semakin deras" Ujar Laksita khawatir bulunya akan basah.
"Ada apa Rashia?" Tanya Euric.
"Kita pergi saja, kita cari tempat yang lain" Jawab Rashia yang mundur perlahan-lahan.
"Sepertinya dia merasakan sesuatu?" Batin Euric yang melihat Rashia tampak cemas.
Laksita dan Novika menatap Rashia
"Ada apa dengannya?" Batin mereka.
Novika berubah menjadi Gagak, lalu dia pergi ke dalam panti melalui cela yang ada di atas pintu.
"Heyy kamu mau kemana?" Panggil Rashia pada Novika yang sudah masuk ke dalam.
Laksita mendengar langkah kaki "Mereka keluar"
Rashia terkejut, Euric memegang tangan Rashia lalu pergi menjauh dari pintu panti dengan cepat.
Mereka bersembunyi di bawah pohon besar di sebelah panti, menunggu Novika kembali.
Dua orang pria bertubuh besar keluar dari panti.
"Mereka!!" Ujar Rashia kaget melihat kedua pria berbadan besar.
"Kamu mengenalnya?" Tanya Laksita.
"Tidak, tapi aku pernah melihat mereka" Jawab Rashia.
"Warna hitam di sekitar mereka sangat pekat" Batin Rashia, merinding.
Novika datang, ia berubah menjadi seekor kelinci lalu duduk di pangkuan Rashia.
"Kita harus menyelamatkan mereka" Ujar Novika.
"Mereka siapa?" Tanya Rashia.
"Anak-anak yang ada di dalam" Menatap Rashia.
"Tapi kita tidak bisa melawan mereka" Jawab Rashia melihat kedua pria yang bertubuh besar yang masih berdiri di depan pintu.
"Siapa bilang kita tidak bisa"
Laksita melihat Euric, Euric tersenyum.
"Kamu mau kami apakan mereka?" Tanya Euric.
Rashia melihat Euric.
"Warnanya menjadi banyak.Orange, hitam pekat, dan abu-abu, ada juga warna mereh. Ini sebenarnya warna apa?" Batin Rashia.
Euric tersenyum, Rashia melihat Laksita.
"Oh, dia juga memiliki warna. Biru tua, Merah tua dan hitam" Batin Rashia.
Rashia melihat ekor Laksita berubah menjadi biru.
"Hahh... "
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!