Keluarga Agapius, keluarga dari mana Darwys Agapius dilahirkanbadalah keluarga yang mempunyai kekayaan berlimpah. Ayah Darwys menginginkannya menikah dengan anak sahabatnya yaitu Grace Ola Amor. Merekapun menikah karena perjodohan bisnis keluarga. Darwys mengenal Grace sedari mereka kecil dan hubungan mereka sangat baik. Para kerabat keluarga pun menyukai kedekatan antara Darwys dan Grace. Mereka bilang bagai perangko dan amplop, tak terpisahkan. Membangun rumahtangga yang penuh kasih sayang meskipun hasil dari perjodohan, Darwys sangat mencintai Grace. Hingga sampai beberapa bulan lalu.Darwys membawa perempuan saat dia pulang dari pekerjaan proyek untuk membeli sebidang tanah di desa pinggir kota.
"Sarah ayo masuk, anggap rumah sendiri ya," Darwis mempersilahkan perempuan itu masuk kedalam istananya, kedalam perahu rumah tangganya.
"Tia tolong bantu Sarah membersihkan badan yah dan siapkan kamar serta kebutuhannya sebaik mungkin," Darwys menyuruh Tia asisten pribadi Grace.
"Maaf tuan saya asisten nyonya grace, saya akan lakukan jika nyonya yang menyuruh saya tuan," Tia membungkukkan punggungnya. Darwys mendengus nafas kesal,"Tia yang mempekerjakanmu adalah saya kenapa perlu persetujuan Grace! "Tia yang hanya asisten menunduk menurut tidak bisa menolak lagi akhirnya ia membawa Sarah ke kamar paling ujung di rumah dan dia melakukan apa yang diperintah tuannya.
Aisshh..kotor dan bau sekali badan perempuan ini, kenapa tuan mau membawa wanita seperti ini kerumah,tidak mungkin dia anggota keluarga Agapius ucap Tia dalam hati.
"Kamu siapa, dan kenapa kamu ikut pulang bersama tuan Darwys? " tanya Tia sembari menyisir rambut sarah setelah mandi. Memang dia tidak suka perempuan ini tapi karena perintah tuan dia harus lakukan.
"A-aku Sarah, gadis desa biasa mba. Waktu itu Tuan melihat Sarah sedang menjemur baju di rumah, terus mata kita saling bertemu. Sampai akhirnya Tuan menggunakan gubuk saya sebagai tempat persinggahan selama sebulan sepertinya tuan jatuh hati sama Sarah mba," ucap Sarah lembut.Sarah tak mengira dia akan dibawa ke istana sebesar ini, rumah ini benar-benar 100xlipat besar rumahnya di desa. Bahkan kamar yang di berikan Darwys untuk tidur setara dengan besar rumahnya.
Andai aku jadi nyonya disini
ucap lirih Sarah.Grace sampai dirumah pukul 16.30 , Dia tahu kalo suaminya sudah pulang tetapi belum tahu kalau suaminya membawa ole-oleh seorang gadis desa.
"Nyonya..nyonya sudah tahu belum soal tuan," Tia meraih tas branded dan jaket mantel majikannya itu."Tuan udah pulang? Saya sudah tau Tia."
"Iya sih nyah, tapi tuan pulang tidak sendiri nyah, Tuan BAWA GADIS," ucap Tia berbisik antusias dengan penekanan di akhir kalimat.Seketika langkah kaki Grace terhenti.
"Tia Kita lanjut cerita di kamar ya, ceritakan semunya. " Ucap Grace dengan nada tenang meski hatinya sakit.Selesai membersihkan diri, Grace duduk didepan meja rias nya.
"Jadi ceritakan apa yang terjadi hari ini Tia? " Tanya Grace." Itu loh nyah, Tuan tadi pulang bawa gadis desa, namanya Sarah. Saya dari awal tidak suka nyah. Masa masuk kerumah sambil nempel nempel lengan tuan so manja gitu. "
"Terus apa lagi Tia? " Tanya Grace masih tenang."Tuan menyuruh saya membantu membersihkan badan si gadis itu nyah, tapi tenang nyah saya sudah cuci tangan 1000x sebelum menyentuh Nyonya Grace. "Grace tertawa mendengar ucapan asistennya itu. "Memangnya Tuan kenal Sarah itu dimana Tia? " Tanya Sarah lagi."Saya tidak tahu nyah, sepertinya tuan asal ambil dari pinggir jalan. Memang sih cantik tapi tetap Nyonya yang tercantik di rumah ini" Ucap Tia membanggakan majikannya.
Darwys mengetuk pintu kamar Sarah untuk memastikan keadaannya. Sarah mempersilahlan masuk tanpa membukakan pintu. Terlihat Sarah terduduk lemah di tempat tidurnya. Sarah mabuk perjalanan karena belum terbiasa naik kuda besi roda empat."Sarah boleh aku duduk di sampingmu? " Darwys mendekat. Sarah mengangguk.
"Gimana keadaanmu, sudah enakan? Masih ada yang sakit? " Tanya darwis khawatir.
Belum sempat Sarah menjawab terdengar ketukan pintu, Siti asisten pelayan pribadi Grace datang mebawa kereta makanan.
"Tuan ini makanan yang Anda pesan. Saya langsung pamit ya tuan, nyonya sudah pulang." Siti asisten pelayan sudah tau siapa Sarah dari Tia, Siti pun tak menyukai Sarah.
"Tunggu Siti, kamu disini saja. Untuk sementara waktu sekarang kamu jadi asisten pribadi Sarah dulu ya. Cukupi kebutuhannya, kasian Sarah masih lemah. " Darwys sambil menyuapi Sarah dengan telaten.
"Tapi tuan, nyonya sudah pulang. Dan saya harus... " Belum sempat selesai Darwys menengok ke arah Siti dengan tatapan tajam." Iya tau siti, Nyonyamu sudah ada Tia. Saya hanya menyuruhmu untuk sementara sebelum saya menemukan asisten baru untuk Sarah! "
Siti yang hanya asisten dirumah itu akhirnya ikut mengalah sekarang ia hanya berdiri sembari mendengarkan percakapan antara tuannya dan Si gadis desa itu. Darwys menemani Sarah hingga tertidur.
Setelah Sarah tertidur Siti memohon diri meninggalkan majikan dan perempuan itu di kamar, Siti kembali ke tugas awalnya menjadi asisten pelayan Grace. Sesampai di kamar Grace Siti ikut nimbrung gosip bersama Tia.
"Maaf nyonya, saya baru datang. Tadi disuruh tuan jagain si Sarah. " Nada bicara Siti kesal.
" Ti gimana apa yang mereka lakukan dikamar? " Tanya Tia."Si Sarah itu so lemah, ih jijik sekali aku melihat aktingnya itu. Nyonya untung gak liat dia, so mesra sekali gadis itu ke tuan nyah," Badan Siti bergidik mengingat kemanjaan yang Sarah lakukan kepada tuannya.
"Sudah..sudah jangan asal bicara mungkin Sarah itu mamang lagi sakit Siti Tia. " Grace tersenyum oleh tingkah asistennya itu.
Dikamar Sarah sudah hampir sejam Darwys menemani Sarah tidur.
"Tuan.. " Sarah terbangun.
"Sarah kamu sudah bangun? "
"Sudah mendingan tuan. "
"Sarah kamu jangan manggil saya tuan, panggil saja Darwys atau panggil Mas seperti biasa yah kalau kamu merasa sungkan, tapi jangan tuan, itu hanya khusus para pekerja saja. " Darwys mengusap kepala Sarah.
"Baik mas. Mas, Sarah boleh tanya sesuatu? "
"Apa Sarah, tanyakan saja. "
" Tia dan Siti selalu berbicara nyonya nyonya. Dia itu siapa ya mas? Apakah ibunya mas Darwys? " Sarah penasaran berharap benar itu Ibunda Darwys yang mungkin saja akan jadi mertuanya esok.
" Oh itu, Dia Grace istriku. " Jawab Darwys jujur.
" Istri? Mas sudah punya istri? Kenapa tidak bilang dari awal mas? " Sarah melepas rangkulan tangannya.
" Tak apa Sarah kamu tenang saja. Grace tidak akan marah dia baik. Nanti makan malam ku kenalkan kamu kesemua orang yang ada di rumah ini ya."
Sesampai dirumah, Darwys sama sekali belum menemui istrinya. Grace sedang membaca buku di kamar pribadinya. Meski sudah berumah tangga mereka memiliki kamar masing masing. Tetapi ketika tidur mereka akan tidur di 1 kamar yang sama yaitu kamar utama.
Terdengar ketukan pintu
"sayang boleh aku masuk? "
"masuk pah"
"Kamu lagi ngapain? Kok dari tadi ga nyamperin aku, aku kangen perjalanan jauh tanpa kamu rasanya sepi? " Darwys memeluk Grace dari belakang.
"Aku dari tadi dikamar, aku denger dari Tia dan Siti kamu bawa perempuan jadi kehadiranku tidak dibutuhkan. Sengaja aku menunggumu dikamar pah. "
"Oh iya, dia Sarah aku bertemu dengannya waktu ngerjain proyek lapang. Nanti aku kenalin ke kamu yah pas kita makan malam. "
" Pah kenapa kamu bawa dia kesini apa alasan kamu bawa dia kesini? "
"Mmm nanti itu kita bicarakan setelah makan malam ya sayang. "
Meski Sarah perempuan desa dia mempunyai kulit yang putih dan mulus, tidak seperti wanita desa lainnya. Dengan badan mungil rambut panjang bergelombang, bibir pink merona, dan bola mata yang seperti boneka siapa yang tidak akan terpesona ketika melihat Sarah. Darwys jatuh cinta padanya saat pertama bertemu pandang. Sarah hidup sendiri di gubuknya maka dari itu Darwys berniat untuk membahagiakan gadis kesepian itu.
'Grace tidak akan marah kan jika aku membawa Sarah, ah lagian itu kan Rumahku kenapa aku harus bertanya Grace? ' pikirnya waktu itu saat memutuskan membawa Sarah.
Apakah Darwys akan menikahi Sarah? Seandainya apa yang kupikirkan benar, apa yang harus aku lakukan
Grace melamun di balkon kamarnya.
Setelah Darwys menemuinya dengan enteng akan membahas perempuan lain di meja makan ia lalu meninggalkan Grace sendiri dikamar.
Ketukan pintu hingga pintu itu terbuka tidak menghancurkan lamunannya. Siti yang terpaksa masuk menghampiri majikannya,
"Nyonya sedang apa? mari kita bersiap makan malam, para tamu sudah menunggu."
"Nonya.."
"Eh ya apa Siti" Grace terperanjat kaget.
"Nyonya melamun? Pasti kepikiran soal si gadis desa itu. Nyonya mau saya sama Tia selidiki dia? "
"Tak usah Siti, biarkan berjalan sebagaimana mestinya saja. "
Grace beranjak menuju ruang makan tak enak jika temannya harus menunggu lama.
Dikamar Sarah, Darwys seolah mabuk kemanjaan wanita. Selama 10 tahun menikah dengan Grace tidak pernah sedikitpun Grace bermanja manja dengannya. Darwys sempat berpikir apakah pernikahan ini hanya dirinya saja yang mencintai Grace sedangkan Grace tidak punya perasaan apa-apa. Berbeda saat masih kecil Grace selalu ceria, selalu meminta bantuan kedirinya saat Grace kesulitan .
"Mas tidak apa-apa aku masuk kerumah ini? Nanti kalo nyonya grace marah bagiamana? " Tangan Sarah merangkul lengan Darwys seolah ketakutan.
"Sudah kamu tenang saja, Grace tidak seperti itu orangnya. Dia baik hati nanti kamu lihat sendiri, kalo sampai dia apa apakan kamu biar mas yang tangani. Oh ya dan jangan panggil dia nyonya kamu panggil kaka saja. " Darwys mengelus rambut Sarah yang harum.
Senyum manja kembali merekah di bibir Sarah, "Baik mas."
"Ya sudah nanti kamu siap siap dibantu Nela, sekarang Nela asisten pribadi kamu. "
"Cuma Nela mas? "
"Iya sayang, sementara satu dulu nanti yah."
"Kok cuma satu? Kak Grace aja ada dua asisten masa aku satu mas. " Rengek Sarah ke Darwys.
Sarah baru sehari di istana ini tapi dia sudah berani meminta hal seharusnya tidak dia minta. Darwys yang melihat tingkahnya malah merasa gemas ia berjanji akan menambahkan asisten untuk Sarah jika sudah menjadi istrinya.
Sarah akan terus berusaha menarik hati Darwys meskipun sudah beristri. Ambisinya menjadi kaya raya semakin menjadi ditambah Darwys memberi lampu hijau kepadanya.
Tok.. Tok..
"Masuk" Ucap Sarah.
" Non Sarah, perkenalkan saya Nela yang akan menjadi asisten Non Sarah. " Nela menjelaskan.
"Non? Kenapa Nela tidak memanggil Sarah nyonya seperti Siti dan Tia yang memanggil Grace nyonya ?" Sarah berbicara lembut. Sarah tidak ingin terlalu mengintimidasi, Sarah akan mencari banyak pendukung di rumah ini agar bisa di terima banyak orang kedepannya.
"Maaf Non, panggilan Nyonya hanya diberikan kepada Istri tuan Darwys dan nyonya besar saja " Nela menjelaskan dengan hati-hati agar tidak menyinggung Sarah.
"Oh begitu ya sudah ayo kita ke ruang makan, Sarah sudah lapar. "
"Tapi Non Sarah alangkah lebih baiknya jika berganti baju dulu. Non masih memakai piyama tidur," Terang Nela dengan mata yang memandang penampilan Sarah.
"Kan ini hanya makan malam Nela, Habis makan bukannya langsung pada tidur? Tidak usah ribet ribet kalo jadi asisten Sarah ya. "
" Tapi Non.. " Nela meremas jemarinya karena greget.
" Sudah tidak apa apa, tolong antar Sarah ya. " .
Dimeja makan sudah Duduk Darwys, Grace, dan beberapa teman bisnis Darwys- Liev pengusaha batubara, Davis pengusaha dibidang mega konstruksi, Eldad pengusaha minyak. Disamping para tamu lelaki ada wanita elegan sang pawang pengusaha, Lissa istri Liev, Lauren istri Davis, Esme istri Eldad. Semua pasangan menggunakan baju Semi formal karena Darwys sengaja mengadakan acara jamuan kembalinya dia setelah memenangkan pembelian tanah ber hektar hektar untuk bisnis selanjutnya.
Seketika semua mata tertuju pada 2 perempuan yang melangkah ragu. Nela berjalan perlahan di belakang Sarah sambil menggigit bibir takut dimarahi tuannya. Sarah melangkah pelan bingung dengan tatapan semua orang yang hadir di meja makan.
"Wah Darwys punya pelayan baru? Cantik juga. Hahahah" Davis membuka keheningan.Grace tetap memakan hidangan pembuka dengan anggun hanya melirik sebentar ke arah Sarah lalu memalingkan pandangannya ke piring di depannya.Darwys terperangah melihat penampilan Sarah yang tidak ada sopan santunya di acara yang semi formal ini Sarah hanya memakai piyama tidur dan sandal rumah. Matanya melirik ke Nela asisten nya tetapi wajah itu terpancar ketakutan.
" Sarah kenapa kamu pakai piyama? " Tanya Darwys lembut.
"Sarah tidak tahu harus memakai pakaian bagus saat makan malam Mas, Nela juga tidak memberi tahu Sarah. Sarah ganti baju dulu ya mas. " Sedikit berbohong agar kesalahan tidak sepenuhnya jatuh kepadanya. Mata Sarah mulai berembun entah itu malu atau hanya sekedar mencari simpati Darwys. Darwys menahan langkah Sarah.
" Ya sudah tidak apa apa lain kali harus paham kondisi yah. Duduk sini kita makan bersama. "Sarah duduk di kursi samping Grace.
'Suatu saat aku yang akan duduk di tempatmu Grace' cuit nya dalam hati.
Saat makan Sarah yang tidak tau Table manner yang baik ia bingung melihat banyaknya sendok, garpu, dan pisau.
'Mana yang harus aku pakai? ' ucap Sarah lirih. Melirik cara makan Grace yang anggunly Sarah berusaha menirunya. Tapi tetap saja rasa bingung menghantu jemarinya alhasil dia menjatuhkan sendok dan garpu yang tersenggol siku lengan,
TRANNNG...suaranya bergema di keseluruhan ruangan.
" maaf Pak Darwys tolong jelaskan ini, siapa dia kenapa dia ikut makan bersama kita. Tingkahnya seperti orang tak berpendidikan. Saya jadi tidak nafsu makan. " Ucap Lauren. Grace yang sedari tadi tenang ikut melihat Darwys, menunggu jawaban pertanyaan dari istri Davis.
"Maaf atas ketidak nyamanannya Dia Gadis yang aku temui saat melaksanakan proyek lapang. Karena hidup sebatang kara jadi ku bawa kesini. Jadi tolong maklumnya ya. "
'Jawaban yang tidak masuk akal' bisik hati grace.Setelah acara makan malam selesai, Grace dan para ibu Sosialita memilih untuk berbincang di ruangan pribadi Grace tentu tanpa mengajak Sarah.Darwys menyuruh Sarah menemaninya berbincang dengan para teman pengusaha nya itu.
Sarah sebenarnya ingin ikut dengan Grace, dia ingin lebih dekat dengan Grace dan para sosialita lainnya.Setelah semua tamu pulang.
"Darwys tidak punya hati sekali membawa perempuan lain dihadapan istrinya, jika aku ibunya sudah ku tampar dia! " Lauren yang dulu pernah dihianati pacarnya sebelum menikah merasakan apa yang Grace rasakan.
"Kita lihat saja berapa kuat dia dirumah ini. Kamu akan mengusirnya kan Grace?" Esme menimpali.
"Entahlah.. Sepertinya Darwys sudah tidak mencintaiku. "
Angin berhembus sejuk masuk melalui balkon kamar Grace. Meski hatinya sedang kacau ia masih memeiliki teman yang selalu mendukungnya. Bertahan atau berpisah Grace tahu semua sahabatnya akan disisinya.
Pagi hari Dimeja makan, Grace mengambilkan nasi dan lauk untuk suaminya.
" Makan yang banyak ya mas biar selalu sehat " Sarah mengambilkan air minum untuk Darwys.
" Iya Sarah " Timpal Darwys.Grace hanya melihat tingkah dua orang itu.
"Sarah nanti kamu di rumah saja, saya dan Grace akan ke kantor," Ucap Darwys.
"Emm... Pah mulai hari ini aku akan bekerja di rumah saja. " Grace menimpali ucapan Darwys.
" Kamu yakin ?" Darwys bertanya tanpaenoleh." Yakin " Jawab Grace. Selesai sarapan Darwys langsung menuju kantor. Grace pun bersiap menuju kamar karena mulai saat ini ia akan bekerja dari rumah.
" Anu, Kak... " Sarah memanggil Grace yang akan menuju kamarnya.
" ...." Grace hanya diam yang menjawab dengan kaki yang tetap melangkah.
" A-anu... " Gelagap mata Sarah.
" Anu apa Non. Ke nyonya besar kok ana anu ana anu, yang jelas kalo ngomong. Nyonya sibuk tau !" Nada judes Ita memperingati Sarah.
" Pengin disapa Nyonya yah?? Maaf Non nyonya sibuk, mainnya juga sama sosialita. Bukan sama gadis yang ga tau diri kaya Non, " Timpal Siti.Mendengar Ita dan Siti yang lebih dulu menegur Sarah.
Akhirnya langkah Grace terhenti, " Sudah cukup Ita, Siti. Ada perlu apa dengan saya? " Tanya Grace tanpa menyebut nama. Grace tidak ingin seolah ingin dekat atau mendekati Sarah. Sarah yang senang karena Grace merespon panggilannya menjulurkan tangan niat berkenalan, " Kak kenalin aku S-Sarah, Aku gadis yang di tolong Mas Darwys. "
" Terus kenapa? " Tanya Grace datar.
" Eh.. Kenapa? " Sarah balik bertanya.Grace tidak habis fikir dengan tingkah Sarah, Dia berbalik badan meninggalkan Sarah berdiri kebingungan.
" Siti makan siang nanti saya mau makan dekat kolam ikan yah, nanti langsung bawa saja makanannya kesana. " Ucap grace sambil bergegas ke ruangannya. Grace tidak ingin makan siang hanya berdua dengan si Sarah, melihat Sarah hanya membuat dia menduga-duga apa yang suaminya sedang rencanakan.
"Baik nyonya. "
"Nela, Sarah salah apa ya ke kak Grace. Memangnya ada yang salah sama apa yang Sarah ucapin? " Sarah bertanya tak paham.
" Maaf Non. Nyonya Grace memang orangnya dingin tapi beliau sangat di hormati di rumah ini dan disegani sama teman teman tuan. Jadi lain kali Non mending tidak usah terlalu dekat sama nyonya," terang Nela. Sarah merasa kesal dengan jawaban yang ia terima,
" Ihh bukannya bela aku, malah bela Grace lagi!! " Perkataan Sarah tak selembut sebelumnya.
"Emangnya kamu kerja sudah berapa lama, so tau begitu? " Tanya Sarah lagi." Saya, Ita dan siti masuk kerumah ini bareng Non. Sudah 11 tahun. Tuan yang memilih kita dari yayasan. Hanya saja sebelumnya saya ditugaskan di dapur, " Jawab Nela.
'kukira baru di rekrut. Ternyata sudah lama kerja. Harus ku baik baikin nih orang agar kalo ngadu ke Mas Darwys bilang yang baik baik. ' Bisik hati Sarah.
Ditempat lain Darwys di kantor tampak gundah. Pikirannya yang sudah tidak fokus melayang ke antara 2 wanita yang sekarang membuatnya bingung." Grace dia istriku wanita yang sempurna dia cerdas, Cantik, Dermawan, elegan, berwibawa, baik bahkan hampir semua klien dia yang handle. " Pandangan Darwys jauh menatap puncak gedung lain dari lantai 35." Tapi Sarah.. Dia lebih manis dan lugu, perhatian juga manja. Hidup didesa selama sebulan bersama Sarah membuatku tak ingin melepaskannya. Tapi jika aku menikahi Sarah Grace bagaimana ?" Sambil menyesap kopi americano favoritnya." Ah sudahlah biar ku bicarakan nanti dengan Grace. Bagaimanapun aku kepala keluarga, aku yang menentukan keputusan atas keluarga dan kebahagiaan ku. Grace harus mengikuti apa yang jadi keputusanku nanti. "
Jam makan siang tiba, Siti sudah menyiapkan makanan di tempat yang Grace minta.
' Apa Darwys sudah tidak mencintaiku lagi? ' gumam Grace sambil menyuap makanan kemulut.
' apa lebihnya Sarah dibanding aku? Apa aku harus seperti Sarah? ' pikiran terus bertanya.
" Siti, apa aku harus seperti Sarah? Tapi sifat manjanya itu seperti anak kecil kan? " Tanya Grace.
" Apaan si nyah, dia mah bukan manja tapi caper. Nyonya yang terbaik. Mungkin dulu kalo tidak dijodohkan, banyak yang mengantri buat jadi suami nyonya. " Siti tak habis fikir dengan pertanyaan majikannya yang mau berubah seperti si gadis desa itu.
"Kak Grace..." panggil Sarah tampak terengah engah. Grace dan Siti menoleh ke sumber suara.
" Boleh Sarah ikut makan disini? " Sarah duduk tanpa meminta persetujuan. Siti melongo, dia yang sedari tadi berdiri pun tidak berani untuk meminta duduk meski majikannya memperbolehkannya hingga mengajaknya ikut makan. Sarah mengambil buah anggur yang terhidang.
" Kak, Aku Sarah. Aku gadis desa yang di bawa Mas Darwys... "
" Iya saya tahu,terus kenapa? " Belum selesai bicara Grace sudah memotong ucapan Sarah.
" Aku cuma ingin dekat dengan kaka ""Stop panggil saya kaka, saya bukan saudaramu dan lagi mau sampai kapan kamu disini!? " Cecar Grace yang mulai terusik dengan keberadaan Sarah saat dia sedang menikmati makan siang.
" Tapi Mas Darwys menyuruhku memanggilmu kaka oh ya dan Mas Darwys sudah bilang suruh anggap rumah ini rumah sendiri, jadi aku ga tau sampai kapan ada disini. "
Sarah mulai kesal karena dia merasa tersindir oleh lisan Grace, seolah secara langsung dia di usir oleh pemilik rumah.
" Apa kamu dibawa Darwys untuk jadi asisten rumah tangga juga? " Tanya Grace dengan lirikan tajam tangannya ingin sekali mengambil teh panas yang ada di cangkir dan menyiram lawan bicaranya itu. Muka Sarah yang merah karena perlakuan Grace tidak mau kalah.
" Gak mungkin Mas Darwys menjadikanku Asisten. Aku cantik dan perhatian, asal kamu tau yah selama sebulan di desaku, yang melayani Mas Darwys itu aku! " Sarah berdiri dan meninggalkan Grace.
Grace berdiam diri kehilangan nafsu makan nya, badannya bergetar, Netranya memanas meneteskan embun. Dunia seolah menjadi tempat dimana tak ingin dia tinggali lagi. Sakitnya membayangkan suami yang selalu ia hormati dan ia sayangi bermesraan dengan perempuan lain tanpa sepengetahuannya.
Flashback on
Dalam pangkuan, sarah mengelus kepala Darwys
.menikmati angin desa berhembus segar.
"sarah ingin selalu melayani mas Darwys sampai tua nanti, Darah mau menemani apapun keadaan mas."
"Jika kamu bersedia, ikut denganku dan tinggalah bersamaku Sarah. Disana kamu akan hidup lebih baik, tidak seperti disini tak ada teman rumah pun tidak nyaman. ikutlah bersamaku kamu akn merasakan kenyamanan. " Darwys menatap dalam mata Sarah dan memainkan rambutnya yang menjuntai dari pelipis.
"Lalu rumahku disini siapa yang akan rawat? "
"Tinggalkan saja gubukmu ini, aku akan menjamin kehidupanmu Sarah. Anggap ini hadiah terimakasih ku kepadamu karena sudah merawatku disini. "
"Baiklah mas Sarah akan ikut kesana."
Flashback Off
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!