NovelToon NovelToon

Anak Nakal Pak Kyai

Bab 1. Awal Ketemu

Devan merasa sangat marah dengan ayahnya yang menikah lagi setelah ibunya meninggal. Untuk melepaskan emosi dan kemarahannya terhadap ayahnya yang juga seorang Kyai di pondok pesantren Tahfidz dengan ribuan santri, Devan memutuskan untuk bergabung dengan geng motor. Geng motor ini terdiri dari teman-temannya saat mereka masih bersekolah di SMA.

Devan memiliki keahlian yang sangat baik dalam mengendarai sepeda motor, sehingga ia dipilih oleh semua anggota geng untuk menjadi pemimpin mereka. Sebagai anak seorang Kyai, Devan memiliki kharisma dan kekuasaan yang terpancar dari wajahnya yang tampan dan gagah.

Semua teman-teman Devan selalu patuh dan menurut pada semua keputusan yang dibuat oleh Devan. Devan selalu menang setiap kali geng motor mereka melakukan balapan liar dengan geng motor lainnya. Hal itu membuat anak buahnya yang lain semakin takluk kepadanya.

"Ketua. Malam ini kita harus melakukan balapan liar bersama dengan semua anggota kita untuk melawan geng motor Scorpio yang selalu menantang geng kita dan menyepelekan anggota geng motor kita. Kita tidak boleh membiarkan mereka menginjak-injak harga diri kita!" Badri sedang membujuk kepada Devan untuk melakukan balapan liar bersama geng motor yang selama ini selalu menjadi musuh bebuyutan mereka.

Devan yang memang memiliki hasrat menggebu untuk menjadi nomor satu di daerah kawasan tersebut tanpa ragu langsung menyetujui usulan dari Badri.

Devan tidak merasa curiga sama sekali kepada Badri yang sebenarnya sedang merencanakan sesuatu yang jahat kepada Devan karena dia ingin menjadi pengganti depan sebagai ketua geng motor mereka.

Devan kemudian pulang ke rumahnya karena dia harus menservis dulu motornya agar nanti malam bisa tampil maksimal.

Kyai Ibrahim hanya menggelengkan kepalanya melihat Putra kebanggaannya lebih sibuk mengurus motornya daripada mengurus hafalan yang susah payah dia dapatkan dari para ustad yang mengajarkan dirinya untuk menjadi seorang Hafidz.

"Devan! Mau apa kau menservis motor kamu itu?" tanya Kyai Ibrahim yang merasa tidak senang melihat putranya lebih banyak bermain bersama dengan geng motornya daripada sibuk di masjid dan mengajar santri mereka.

Devan yang selama ini memang sangat membenci ayahnya, karena sang ayah yang menikah dengan santrinya sendiri setelah ibunya meninggal 3 bulan lamanya.

Devan masih ingat, ayahnya mengatakan bahwa dirinya tidak tahan hidup sendirian setelah ibu kandung Devan meninggal karena sakit parah.

"Devan! Abi ini masih muda, anakku. Abi tidak mau sampai terjerumus ke dalam dosa hanya karena tidak mempunyai istri. Abi ingin menyempurnakan agama Abi dengan memiliki seorang Istri yang bisa membantu Abi untuk mengurus pondok pesantren ini dan juga mengurusmu." Devan yang saat itu baru lulus SMA hanya bisa menatap sang ayah dengan mata kesal dan jengkel.

Devan sangat tahu apa yang dikatakan oleh ayahnya adalah sesuatu yang benar tetapi dia benar-benar tidak mau kalau harus melihat ayahnya menikahi santri yang selama ini selalu membantu ibunya di rumah mereka.

Devan merasa seperti dikhianati oleh sang ayah. "Apakah harus Tante Halimah yang menjadi istri Abi? Devan selama ini sudah menganggapnya sebagai tante sendiri. Abi, tidak mungkin Devan harus memanggil dia sebagai ibuku!" Devan menyuarakan isi hatinya kepada sang ayah yang menurut Devan sangat keterlaluan dan tidak tahu diri.

Pola pikir remaja tanggung seperti Devan yang belum terlalu mengerti masalah orang dewasa. Bisa dipahami oleh Kyai Ibrahim dan juga calon istrinya yang sejak tadi hanya diam saja menetap Devan yang sedang marah kepada ayahnya.

"Devan! Tante berjanji akan menyayangimu seperti anak tante sendiri!" Halimah berusaha untuk membujuk Devan agar mau menerimanya sebagai calon istri sang ayah yang sudah menduda.

Devan terkesiap ketika bahunya disentuh oleh Kyai Ibrahim yang masih menunggu jawabannya.

"Bukan urusan Abi! Abi urus saja pondok Abi dan juga istri Abi yang sok cantik itu. Abi tidak usah memperdulikan Devan!" Kyai Ibrahim hanya bisa mengelus dadanya dan terus beristighfar melihat kelakuan anaknya yang sudah kelewatan dan tidak memiliki sopan santun sama sekali kepada orang tuanya.

"Tampaknya Abi memang benar-benar sudah salah dalam mendidik kamu. Devan! Apakah kamu harus melakukan semua ini? Apakah kamu tahu kalau kamu sedang menghancurkan hati Abi dan juga ibumu yang sekarang berada di atas sana dengan semua kelakuan negatif kamu ini?" tanya Kyai Ibrahim yang matanya mulai berkaca-kaca.

Devan tidak memperdulikan sama sekali apapun yang dikatakan oleh ayahnya. Karena hatinya sampai saat ini masih merasakan sakit dan tidak bisa memaafkan sang ayah karena tidak setia kepada ibunya yang sudah meninggal.

Devan langsung mengendarai motornya untuk segera pergi ke tempat balapan liar yang akan diadakan oleh geng motornya bersama geng Scorpio, musuh bebuyutan Devan cs.

"Ketua! Cepatlah karena kita akan segera memulai balapan liarnya!" Badri segera menyongsong Devan yang sudah datang ke lokasi balapan liar dan bersiap-siap untuk melakukan balapan motor yang sudah direncanakan untuk mencelakai Devan yang selama ini tidak cocok gaya kepemimpinannya dengan dirinya.

Devan sudah bersiap di atas motornya dan menatap pimpinan geng Scorpio yang menatap dirinya dengan penuh kebencian.

Devan tidak tahu kalau Badri sudah bekerja sama dengan geng Scorpio untuk mencelakakan dirinya.

Mereka sudah menelpon polisi untuk menjebak Devan agar Devan ditangkap oleh Polisi. Benar saja, sekitar 200 kilo meter dari tempat balapan liar, tiba-tiba saja Polisi datang mengepung mereka yang sedang melakukan balapan liar. Hal itu membuat Devan sangat gugup hingga akhirnya kehilangan fokus dan jatuh ke pinggir jalan. Sementara motor Devan jatuh menimpa tubuhnya. 

Devan kesakitan luar biasa. Sekujur tubuhnya dipenuhi dengan darah yang mengalir dari luka-luka di badannya yang jatuh dengan keras ke tanah dari motornya yang auto mogok seketika. 

Sisil yang kebetulan lewat di tempat kejadian, setelah Sisil pulang dari tempat kuliahnya. Sisil merasa kasihan kepada Devan yang terlihat begitu menderita.

"Eh, kamu tidak apa-apa? Ayo aku akan mengantarmu ke rumah sakit!" Sisil berusaha sekuat tenaga untuk mengangkat tubuh Devan yang berdarah ke dalam mobilnya.

Devan hanya bisa pasrah dirinya duduk di sebelah Sisil yang menolong dirinya.

"Tolong bawa aku ke rumahmu saja. Kamu jangan bawa aku ke rumah sakit. Aku saat ini sedang dikejar-kejar oleh polisi. Kalau sampai aku di bawa ke rumah sakit,  mereka pasti bisa menemukanku di sana!" Devan langsung pingsan karena kehabisan darah yang cukup banyak.

Sisil yang merupakan seorang mahasiswa kedokteran. Sisil kemudian mengambil kotak P3K miliknya yang ada di dalam mobilnya untuk membersihkan darah yang mengalir di tubuh Devan agar Sisil bisa lebih leluasa membawa Devan ke dalam rumah ayahnya tanpa dicurigai oleh keluarganya.

Sisil sebenarnya takut kalau Devan adalah seorang penjahat. Tetapi jiwa sosial dan kebaikan hatinya membuat Sisil tidak tega untuk meninggalkan Devan begitu saja di jalanan.

Setelah membersihkan tubuh Devan dan membuang darah Devan yang tadi dia bersihkan di tubuh Devan, Sisil kemudian langsung melajukan mobilnya menuju rumah yang tidak terlalu jauh dari lokasi dirinya menemukan Devan.

Bab 2. Di Paksa Menikah

Rahmat yang merasa curiga karena ada bercak-bercak darah yang menuju kamar putrinya akhirnya mengetuk pintu kamar Sisil. Rahmat takut kalau putri kesayangan hasil pernikahannya bersama istri yang sangat dia cintai mengalami musibah.

"Sisil! Apakah kamu ada di dalam kamarmu, sayang? Kenapa ada begitu banyak bercak darah di lantai apakah kamu baik-baik saja, sayang?" Terlihat Rahmat yang begitu mengkhawatirkan putrinya yang sejak tadi tidak juga keluar dari kamarnya.

Sisil yang saat ini masih membersihkan luka-luka di tubuh Devan terkejut seketika mendengar suara Ayahnya di luar pintu kamarnya.

Amelia yang melihat sang suami berdiri di depan pintu Sisil langsung mendekati sang suami yang malam-malam bukannya tidur malah mencari keributan di depan kamar anak tirinya yang tidak dia suka.

Amelia memang tidak menyukai Sisil sejak dulu karena Sisil lebih cantik lebih pintar dan lebih dicintai oleh Rahmat ketimbang anaknya yang dia bawa dari suaminya yang pertama.

"Ada apa sih, Pah?? Malam-malam bukannya tidur malah ribut di sini. Eh, darah siapa ini Pah?" Amelia sontak terkejut ketika matanya tanpa sengaja melihat begitu banyak bercak darah di lantai yang belum sempat dibersihkan oleh Sisil karena dia harus membantu Devan yang sampai saat ini masih pingsan di ranjangnya.

Rahmat menatap istrinya yang terlihat panik seperti dirinya juga, waktu pertama kali melihat bercak darah itu di lantai.

"Ini Papa sedang menanyakan kepada Sisil tentang bercak darah itu. Papa takut kalau Sisil kenapa-napa." Rahmat mencoba menjelaskan kepada Amelia.

Karena lama tidak juga dibuka pintunya oleh Sisil. Amelia yang tidak sabar pun kemudian langsung mencari kunci cadangan dan memaksa masuk ke dalam kamar Sisil.

Mata keduanya terbelalak melihat Sisil yang saat ini sedang menyentuh tubuh seorang laki-laki tampan yang berbaring di atas ranjang tanpa pakaian. Hanya berselimut saja dari pinggang sampai ke kakinya.

"Sisil!! Omg!! Apa yang kau lakukan ini? Berani-beraninya kamu berbuat mesum di dalam rumah ini?" Amelia terlihat melotot kepada Sisil.

Akan tetapi di dalam hati Amelia dia bersorak bahagia karena akhirnya bisa menemukan suatu cara untuk menendang Sisil dari rumah itu.

'Akhirnya anak kurang ajar ini bisa juga aku tendang. Aku akan menyuruh Mas Rahmat untuk menikahkan dia dengan laki-laki itu yang sudah tidak senonoh di dalam rumah kami. Wah, beruntung juga Sisil karena memiliki suami yang tampan seperti laki-laki itu.' batin Amelia yang seperti menemukan sebuah cara untuk membuat Sisil keluar dari rumah suaminya.

Sisil yang terkejut melihat ayahnya saat ini sedang menatap tajam kepadanya dengan amarah langsung mendekati sang ayah dan berusaha untuk menjelaskan semua yang terjadi di dalam kamarnya.

"Pah yang terlihat oleh kalian ini tidak seperti yang kalian bayangkan. Sisil hanya sedang menolong laki-laki ini yang tadi mengalami kecelakaan di jalan." Sisil berusaha untuk memegang telapak tangan ayahnya tetapi Rahmat yang sudah merasa kesal langsung menghempaskan tangan Sisil dari tangannya.

Amelia benar-benar merasa bahagia melihat kejadian itu. "Pah, Kita harus menikahkan mereka berdua ini tidak bisa dibiarkan begitu saja. Hal ini bisa menjadi aib untuk keluarga kita!" Dengan begitu bersemangat Amelia mengompor-kompori Rahmat agar hatinya panas dan menikahkan Sisil dengan laki-laki asing yang belum pernah mereka temui.

Sisil terkejut sekali mendengar apa yang dikatakan oleh Amelia yang tidak masuk akal baginya.

"Mama jangan bicara sembarangan! Sisil tidak melakukan apapun dengan dia. Sisil hanya menolongnya dan mengobati luka-lukanya!" Sisil menatap tajam kepada Amelia yang langsung marah kepadanya.

Rahmat langsung memisahkan perdebatan antara Amelia dan Sisil yang membuat kepalanya semakin pusing.

"Jaga sopan santun mau Sisil! Karena bagaimanapun juga dia adalah ibumu!" Rahmat menegur Sisil yang dia rasa tidak menghargai Amelia sebagai ibunya.

"Ibuku sudah meninggal lama sekali! Papa jangan mengada-ngada! Karena selamanya Sisil tidak akan pernah anggap wanita jahat ini sebagai ibuku!" Mendengar apa yang dikatakan oleh putrinya Rahmat langsung menamparnya.

Amelia benar-benar senang sekali melihat adegan itu dia pun semakin melancarkan aksinya dengan berpura-pura menangis.

"Mama tahu sejak dulu kamu tidak pernah menerimaku sebagai ibumu tapi tidak perlu juga kau begitu ekstrim seperti ini, Sisil!" Sisil benar-benar muak melihat Amelia yang sedang berakting di hadapan ayahnya.

Karena mendengar keributan yang ada di sekitarnya Devan pun kemudian membuka matanya dan merasakan sekujur tubuhnya yang begitu sakit.

Devan melihat ke sekeliling dan merasa terkejut ketika melihat begitu banyak orang yang saat ini sedang bersitegang di kamar sempit yang ditempati oleh Sisil.

"Kalian siapa? Kenapa ribut-ribut di sini? Aih! Kenapa kepalaku rasanya sakit sekali?" Devan menyentuh kepalanya yang terasa begitu berat.

Sisil yang merasa senang melihat Devan yang sudah sadar dari pingsannya langsung mendekatinya.

"Tenanglah saat ini kamu berada di dalam kamarku. Mereka berdua adalah ayah dan juga Ibu tiriku. Aku menolongmu ketika kamu mengalami kecelakaan. Apa kau ingat itu?" tanya Sisil mengecek apakah ada yang salah dengan Devan.

Devan terlihat berpikir dan terus menatap wajah orang yang ada di dalam kamar itu satu demi satu.

"Yah, aku mengingatnya. Aku sedang melakukan balapan liar bersama dengan teman-temanku di geng motor yang aku Pimpin. Tapi tiba-tiba saja ada polisi yang mengejar kami. Sehingga aku panik dan kehilangan fokus saat aku mengendarai motorku dengan kecepatan tinggi dan akhirnya motorku jatuh karena menabrak pembatas jalan!" Devan menjelaskan semuanya kepada Sisil sehingga perempuan itu bisa memahami apa yang sedang terjadi kepada Devan.

Rahmat dan Amelia saling menatap satu sama lain setelah mendengar apa yang dikatakan oleh Devan.

"Oh jadi kamu ini seorang berandalan yang sedang dikejar oleh Polisi? Pah laporkan saja dia ke kantor polisi kalau dia menolak untuk menikah dengan Sisil. Hmm, ingin melihat bagaimana wajahnya ketika dia berada dalam jeruji besi atas tuduhan berbuat mesum dengan Sisil di kamar ini dan juga balapan liar yang merupakan ilegal!" Amelia sengaja mengompor-kompori ayahnya Sisil agar mengikuti apa yang dia katakan untuk menikahkan Sisil dengan Devan.

Hanya membayangkannya saja Amelia sudah sangat bahagia bahwa Sisil akan menikah dengan seorang berandalan yang tidak memiliki masa depan dan calon orang blangsak masa depannya.

'Alangkah bahagianya melihat Sisil menjadi orang miskin yang tak berguna dan memiliki suami sampah seperti dia. Aku akan sangat bahagia sekali melihat Sukma yang bisa menikahi Rehan Dewangga yang merupakan seorang dokter hebat dan tampan. Lebih penting dari itu semua, Rehan adalah seorang pewaris dari sebuah rumah sakit yang sangat terkenal! Ya ampun baru membayangkannya saja hatiku sudah sangat bahagia sekali!' batin Amelia sambil senyum-senyum karena sedang membayangkan Sukma yang menikahi Rehan, calon menantu idamannya.

Rahmat menatap Sisil yang sejak tadi terus menggelengkan kepala karena tidak suka dengan apa yang dikatakan Amelia kepada Devan yang terlihat sebagai pemuda yang baik.

"Pah, kami berdua tidak melakukan apa-apa di kamar ini. Kenapa kalian harus memaksa kami untuk menikah?" Sisil tampak begitu frustasi dengan semua yang dikatakan oleh ibu tirinya yang sangat jahat kepadanya sejak dulu.

Bab 3. Pernikahan Paksa

Setelah keadaan Devan sudah lebih baik. Mereka pun kemudian berbicara di ruang tamu untuk mendiskusikan perihal masalah pernikahan yang diinginkan oleh Rahmat dan Amelia yang akan mereka paksa harus terjadi kepada Sisil dan Devan.

Devan sebenarnya merasa bahwa saat ini dirinya sedang diperas dan di jebak oleh keluarga Sisil yang memaksanya untuk menikahi wanita yang asing di matanya. Karena dia memiliki seorang kekasih yang sangat dia cintai akan tetapi tidak direstui oleh ayahnya karena beda agama.

Rahmat bisa melihat penolakan di dalam mata Devan dan juga Sisil.

"Sisil!l Kamu adalah seorang wanita yang terhormat. Bagaimana mungkin kamu sembarangan memasukkan seorang laki-laki ke dalam kamarmu? Kalau berita ini sampai tersebar keluar nama keluarga kita pasti akan tercemar. Kehormatanmu sebagai seorang wanita akan dipertanyakan oleh semua orang!" Rahmat saat ini sedang berusaha untuk mencoba membujuk sisir agar menerima apa yang dia inginkan pada mereka berdua.

Devan melirik sekilas kepada Sisil yang terlihat begitu cantik walaupun hanya berpenampilan sederhana.

Devan sendiri tidak terlalu menggilai wanita-wanita seksi atau cantik. Karena bagaimanapun juga dia adalah seorang Gus, anak dari Kyai besar yang terhormat. Tidak mungkin dia berpikiran kotor seperti itu kepada seorang wanita asing seperti Sisil yang sudah menolongnya.

Kalau malam ini Sisil tidak membantu dia untuk meninggalkan tempat kejadian dia kecelakaan dirinya saat ini pasti sudah berada di dalam penjara karena ditangkap oleh Polisi.

"Baiklah aku akan menikahi anak gadismu. Diamlah! Tidak usah banyak cerewet! Kepalaku masih sangat pusing dan badanku sakit semuanya aku juga sangat lapar." Tanpa merasa canggung ataupun malu Devan langsung pergi ke arah dapur karena dia ingin makan.

Devan yang sudah merasa sebagai rumahnya sendiri karena mereka semua yang memaksa dirinya untuk menikahi Sisil tanpa merasa canggung sama sekali langsung menyantap makanan yang ada di atas meja dengan lahap.

Rahmat dan Amelia hanya bisa menatap satu sama lain melihat kelakuan barbar seorang Devan yang menurut mereka tidak punya sopan santun.

Bagaimanapun juga Devan sadar, apa yang terjadi pada dirinya malam ini memang benar-benar salah. Dia sebagai seorang laki-laki memiliki kewajiban untuk memperbaiki kesalahan tersebut dengan bertanggung jawab kepada Sisil yang sudah menolongnya dengan mengorbankan nama baiknya di hadapan keluarganya.

Sisil yang merasa kasihan kepada Devan yang pasti kelaparan akhirnya menemani pemuda itu makan di sana karena dia sendiri juga merasa lapar setelah seharian berada di luar rumah.

"Makanlah pelan-pelan! Nanti kamu keselek, tidak ada yang berbuat makanan denganmu!" Sisil menasehati Devan yang akan terburu-buru.

Tanpa sengaja mata mereka saling bertaut selama beberapa menit, saat Sisil mengambilkan lauk pauk untuk Devan yang sudah habis di piringnya.

Entah kenapa Sisil merasa jantungnya berdebar sangat cepat saat tanpa sengaja lengan Devan menyentuh telapak tangannya saat mereka sama-sama hendak mengambil nasi.

Interaksi antara Devan dan Sisil terus diperhatikan oleh Rahmat dan Amelia.

"Lihatlah mereka berdua siapapun yang melihat itu pasti langsung bisa mengetahui kalau mereka memiliki hubungan spesial masih saja berkelit kalau mereka melakukan hal-hal yang tidak senonoh di dalam kamar itu!" Amelia terus memanasi hati Rahmat agar benar-benar merealisasikan pernikahan paksa antara Sisil dan Devan.

Amelia tidak akan membiarkan masalah malam ini lepas begitu saja dia akan memanfaatkan untuk bisa membuat Sisil segera keluar dari rumah suaminya.

Sudah sejak lama Amelia merasakan Sisil sebagai duri di dalam dagingnya karena sang suami yang lebih menyayangi Sisil daripada Sukma yang merupakan anak dari hasil pernikahannya dengan suami pertamanya.

'Pasti akan sangat menyenangkan kalau melihat Sisil menikahi b******* seperti laki-laki itu! Sementara Sukma akan menikah dengan Rehan yang merupakan seorang dokter yang sangat kaya dan kaya karena anak pemilik rumah sakit yang besar di kota ini.' Otak jahat Amelia bekerja dengan sangat cepat merencanakan segala sesuatu agar pernikahan Sisil dan Devan benar-benar terjadi.

Setelah melihat Revan dan Sisil sudah selesai makan Rahmat pun kemudian memanggil Devan untuk bertemu dengannya di ruang kerja.

"Cepat telepon kedua orang tuamu untuk segera datang kemari malam ini juga kita harus merencanakan pernikahanmu!" Rahmat menatap tajam kepada Devan yang cukup terkejut mendapatkan pedoman semacam itu dari Rahmat.

Devan sendiri tidak terlalu mengerti apa yang saat ini sedang dipikirkan oleh semua orang yang ada di rumah Sisil.

Devan bisa melihat kalau sesuai adalah seorang gadis yang baik dan tidak mungkin memanfaatkan kondisi itu untuk bisa menjadi istrinya.

Devan bisa merasakan bahwa Sisil tidak bahagia berada di rumah itu terlihat dari wanita yang mengaku sebagai ibunya Sisil terus saja memojokkannya dan menghina dirinya.

"Baiklah berikan ponselmu. Kelihatannya ponselku jatuh di jalan ketika aku mengalami kecelakaan tadi!" Devan pun mengulurkan telapak tangannya untuk meminta ponsel dari Rahmat.

Rahmat pun kemudian memberikan ponselnya kepada Devan yang terlihat memencet nomor telepon yang dia hafal.

"Abi, ada seseorang yang ingin bicara dengan Abi!" Devan pun kemudian memberikan ponselnya kepada Rahmat yang cukup terkejut mendengar Devan memanggil Abi kepada ayahnya.

Rahmat kemudian mengambil ponsel tersebut dan mulai berbicara kepada ayahnya Devan.

"Maaf apakah Anda ayah dari laki-laki yang tadi menelepon anda?" tanya Rahmat kepada Kyai Ibrahim yang terkejut mendengar suara orang lain berbicara dengannya.

"Benar, Devan adalah putraku. Kenapa dia bisa bersama Anda?" Kyai Ibrahim terlihat begitu panik memikirkan hal-hal negatif yang terjadi kepada Putra bengalnya yang sangat susah diatur.

Rahmat Kemudian menceritakan semuanya kepada Kyai Ibrahim tentang kejadian yang menimpa Devan malam ini yang membuat sang Kyai menjadi khawatir luar biasa dengan keselamatan putranya yang hanya satu-satunya.

Kyai Ibrahim kemudian langsung mendatangi rumah milik Rahmat dan menemui Devan yang masih terlihat pucat wajahnya karena hanya diobati begitu saja oleh Sisil yang cukup Mahir untuk mengobati luka-luka seperti itu mengingat dirinya adalah seorang mahasiswa kedokteran yang sangat pintar.

Rahmat cukup terkejut ketika Kyai Ibrahim dan juga istrinya datang ke rumahnya.

Benar-benar tidak bisa berkata-kata karena ternyata laki-laki yang sejak tadi terus dihina istrinya ternyata adalah anak seorang Kyai yang sangat terkenal di lingkungannya.

Rahmat sampai tidak bisa berkata-kata ketika berhadapan dengan Kyai Ibrahim yang terlihat khawatir dengan keadaan Devan.

"Kamu baik-baik saja Devan? Ayo kita ke rumah sakit. Abi benar-benar sangat khawatir denganmu!" Kyai Ibrahim menyentuh telapak tangan putranya dengan penuh kasih sayang.

Akan tetapi Devan yang masih merasa kesal sontak menghempaskannya begitu saja dan itu dilihat oleh Sisil yang langsung mengerutkan keningnya karena ketidaksopanan yang ditunjukkan oleh Devan kepada ayahnya sendiri yang seorang Kyai terkenal.

Mendadak rasa suka yang tadi dirasakan oleh Sisil menghilang seketika melihat Apa yang dilakukan oleh Devan di hadapan ayahnya yang begitu sabar menghadapi kebengalan putranya yang tidak patuh kepada orang tuanya.

Akan tetapi Sisil tidak berani mengatakan apa-apa pada Devan. Karena saat ini statusnya hanyalah orang asing di dalam kehidupan Devan, belum resmi sebagai istrinya seperti yang diinginkan oleh ayah dan juga ibu tirinya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!