NovelToon NovelToon

One Night Stand With Polisi Tampan

Satu

"Acchhhh..."

Suara erotis Nikita terdengar begitu memabukan di telinga seorang laki-laki yang terus saja memacu pergerakan nya di atas tubuh wanita cantik itu.

"Teruss sayang, acchhh... "

Kini erangan panjang keluar dari mulut Nikita dan membuat nya tak berdaya hingga kelelahan dan kewalahan mendapat serangan kenikmatan dari pria di atas nya.

Pria itu terus saja melakukan penyatuan tanpa lelah, benar-benar stamina nya perlu di acungi jempol.

Setelah Nikita benar-benar tak berdaya pria itu menyudahi aktivitasnya dengan menyemburkan cairan putih kental di dalam rahim nikita, lalu merebahkan tubuh nya di samping Niki yang sudah lebih dulu terlelap.

Paginya Niki terbangun karena ingin buang air kecil namun ia malah merasa seluruh tubuhnya remuk dan sakit apalagi di daerah intinya.

"Awww... " Suara parau Nikita terdengar seperti sedang menahan sakit.

"Kenapa sakit gini sih" Eluh Nikita sambil menyentuh ************ nya, ia masih belum sadar apa yang terjadi padanya.

"Hahh, aku dimana?" tanya Niki saat ia melihat di sekeliling nya tampak asing, ia mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan dan betapa kaget nya saat ia melihat ke samping tempat nya berbaring.

"What... "

Niki langsung terperanjat saat ia melihat seorang pria tampan sedang tidur dengan tenang di samping nya.

" Apa-apan ini? " Niki langsung teringat kejadian semalam saat ia di pengaruhi obat perangsang.

Flashback On

" Niki.. " Panggil Laura.

Nikita langsung menengok ke arah suara wanita paruh baya yang masih terlihat begitu cantik, " Apa.. " jawabnya ketus.

Laura adalah ibu sambung nya yang kini menjadi musuhnya, pasalnya sang ayah sangat tergila-gila kepada Laura membuat Nikita benar-benar muak.

"Jutek amat sih" ucap Laura sambil tersenyum manis.

"Cepet bilang, gak usah basa basi" Nikita benar-benar tidak menyukai Laura, membuatnya sering bersikap sinis dan itu membuat ayahnya sering marah padanya.

"Niki jangan bicara seperti itu, dia itu ibu mu sayang sopan sedikit bisa kan! " Kini suara Erlan terdengar dari belakang nya, membuat niki memutar kepalanya ke belakang.

" Ibu aku cuma mama Risa. " kilahnya dan membuat Erlan hanya menggelengkan kepalanya.

" Sudah mas gak apa apa kok, dia belum bisa menerima aku sekarang, suatu saat dia pasti bisa nerima aku. " Laura mulai berakting di depan suaminya dan membuat Erlan tersenyum.

" Lihat saja apa yang akan aku lakukan padamu bocah tengik" bathi Laura sambil tersenyum smirik.

Niki langsung memperlihatkan ekpresi mau muntah saat ibu tirinya itu pura-pura baik di depan ayahnya.

"Niki bisa temani Mami nanti malam ya ke pernikahan anak teman mami." Laura mengajak Niki untuk menjalankan aksinya.

"Ogah, pergi aja sama Papi sana. " Niki langsung menolak.

" Niki bersiap sekarang, atau papi akan menyita semua fasilitas yang papi kasih buat kamu. " ancam Erlan.

" Papiiii... " Laura langsung menghentakan kaki nya kesal, ia tak berdaya kalau papi nya benar-benar menyita semua fasilitasnya, dan Laura langsung pergi ke kamar nya untuk bersiap pergi ke pesta.

Sementara Laura tersenyum penuh kemenangan.

Di pernikahan anak temannya Laura, Nikita benar-benar jenuh namun Laura dengan sok baik memberikan sebuah minuman kepadanya.

Ia memang sedang haus dan akhirnya meminum minuman itu membuat Laura benar-benar senang.

"Anak baik, gitu dong cantik" goda Laura dengan senyum jahatnya.

Tak berapa lama Niki merasa kepalanya pusing, ia mulai bergerak mencari Laura namun yang ia lihat malah seorang pria botak dengan perut buncit di hadapnnya.

"Kamu kenapa cantik? " tanya nya genit.

" Awas aku mau pergi" Niki menepis tangan si botak dengan kasar saat dia ingin menyentuh dagu Niki.

Namun karena Niki menolak akhirnya si botak langsung mencekal tangan Niki dan membawanya keluar dari gedung pernikahan itu.

"Ayo ikut aku" ucap si botak dengan penuh percaya diri namun Niki yang masih setengah sadar langsung menolak mentah-mentah dan membuat si botak marah.

"Dasar ****** sudah aku bayar mahal malah nolak, sok jual mahal kamu"

"Eh dasar botak bicara sembarangan, bilang bayar-bayar emang nya aku cewek apakah? " sahut nya dengan nada tidak bersahabat dan terjadilah tarik menarik antara si botak dan Niki membuat seseorang yang sedang melintas terpaksa memberhentikan mobil nya dan langsung menghampiri keduanya.

" Ada apa ini? " tanya pria itu.

" Gak usah campuri urusanku, atau kamu tau akibat nya. " ketus si botak.

Lalu pria itu menyingkap jaket kulit nya dan di pinggangnya terselip sebuah senjata api yang membuat si botak langsung melepaskan Niki.

" Maaf ini salah paham" ucapnya pasrah dan langsung meninggalkan kedua orang di hadapannya.

"Sial! " Ucap Si botak

Namun Niki kini benar-benar sudah kehilangan akalnya, ia langsung memeluk pria di hadapnnya.

Arhan langsung kaget dan mendorong tubuh Niki agar menjauh darinya, Pria itu bernama Arhan Leodra.

" Tolong aku, aku gak tau kenapa rasanya panas sekali" ucap Niki yang hendak menyingkap gaun nya membuat Arhan replek mencekal tangan nya.

"Sepertinya ada yang tidak beres dengan wanita ini"

Arhan langsung membawa Niki ke mobilnya dan mendudukkan Niki di sebelahnya.

Arhan melajukan mobilnya untuk mengantar Niki pulang, namun Niki tak menggubris semua pertanyaan Arhan yang menanyakan alamat rumahnya.

Niki malah sibuk ingin melepas baju nya, bahkan kini gaun nya sudah tersingkap sedikit membuat paha putih dan mulus itu terlihat menggiurkan di mata Arhan pria yang tentunya masih Normal.

"Oh.. Shiiit... Wanita ini benar-benar menggoda ku, tahan Arhan.. Tahan.. " Arhan menguatkan dirinya agar bisa menahan hasrat nya.

Niki sudah benar-benar kehilangan kesadaran nya ia melepas gaun nya dan menyisakan kain berbentuk kaca mata dan segitiga yang berwarna hitam senada, membuat jakun Arhan naik turun, Arhan terus saja mencoba membuat Niki kembali memakai pakaian nya lagi namun ia salah memegang, yang ia pegang malah dua buah bukit kembar Niki.

"Astogeee salah pegang lagi, gede dan kenyal lagi tapi rezeki lah.." Arhan langsung memberhentikan mobilnya di pinggir jalan yang sepi, ia harus berusaha membuat Niki kembali berpakaian, ia tak mau hilap tentunya.

Namun bukannya berpakaia Niki malah kembali melepaskan penutup kain kacamata itu membuat dadanya benar-benar terekspose, dan membuat si Sosis bertelur dua itu menegang seketika.

"Oh my god, cobaan apalagi ini? Hei cepat pakai lagi, nanti aku bisa hilap. " ucap Arhan dengan suara beratnya menandakan hasrat nya sudah di ambang batas.

" Tolong tubuhku panas, aku mau keluar" Niki malah membuka pintu mobil dan ingin keluar dari mobil membuat Arhan langsung mencegahnya.

Arhan yang sudah mencoba menahan nya tapi malah hilang kendali ia langsung menyambar bibir Niki dengan agresif dan Nikipun langsung membalas serangan fajar dari Arhan.

Keduanya bergelut dengan hasrat yang menggebu, bahkan tangan Arhan kini sudah mulai bergerilya di dada Niki membuat Niki berdes@h.

"Achhh. "

Kedua insan itu benar-benar seperti kerasukan, gairah mereka sedang berada di level tinggi, bahkan mulut Arhan kini sudah berada di atas dada Niki dan memainkan bukit kembar itu dengan liar.

"Tolong.." ucap Niki sambil meletakan tangan Arhan di bawah perut nya, membuat Arhan terperdaya dan langsung menghentikan aksinya.

Arhan yang sudah tak tahan langsung memakaikan Niki baju nya kembali dan melajukan mobil nya.

" Kita ke hotel sekarang."

Flashback Of

To be continued

Hallo reader tersayang, ini karya teteh pertama semoga kalian suka, dan mohon bantuan nya untuk mendukung novel ini ya.

Like komen dan kasih give juga, terimakasih..

Dua

Otak Nikita berpikir keras, apa yang terjadi sebenarnya dengan dirinya, mengapa dia ada disebuah kamar dengan seorang pria di samping nya bahkan yang memalukan nya ia tak memakai sehelai benangpun ditubuhnya.

"Achhh sial, aku ingat sekarang." ucap Niki tampak frustasi.

Niki mulai beranjak dari tempat tidur nya, dengan perlahan ia memunguti pakaian nya yang berserakan satu persatu dengan sedikit meringis karena rasa sakit yang ia rasakan di sekujur tubuh nya.

"Aku harus cepat-cepat pergi sebelum pria itu bangun dan menerkam aku lagi." ucap Niki pelan, ia berjalan menuju kamar mandi dengan mengendap-ngendap agar tak bersuara dan bisa membangunkan pria itu.

Setelah selesai bersih-bersih Niki langsung mencari tas nya yang ia ingat semalam masih berada di tangan nya, namun sayang sudah di cari kemana pun sling bag nya tak ketemu dan ia menyerah lalu pergi meninggalkan kamar hotel dengan keadaan rapi namun wajahnya tanpa polesan make up.

Sementara Arhan yang baru terjaga ia mengedarkan pandangan nya, ia menelisik setiap sudut mencari Niki dan ia tak bisa menemukannya.

"Kemana wanita itu? Main pergi saja tanpa minta maaf sudah mengambil keperjakaanku." gerutu Arhan yang kesal saat mengetahui Niki tidak ada.

Arhan langsung menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya, tak perlu lama ia sudah selesai dan bersiap akan meninggalkan hotel tempat dimana ia mengagahi seorang wanita yang tak di kenalnya, namun sebelum pergi ia melihat ke arah kasur dan betapa terkejutnya saat melihat noda merah di seprai putih itu.

"Waduhh seperti nya wanita itu juga masih perawan."

Arhan langsung duduk di tepi ranjang ia memutar otaknya, ia tak mau membuat wanita itu hamil, namun sayang nya semalam ia beberapa kali menyemburkan nya di dalam.

"Kenapa bodoh sekali aku," Arhan terdiam sejenak ia tampak sedikit frustasi mengingat ia adalah seorang abdi negara, masa iya ia menghamili seorang wanita bahkan tak di kenalnya.

"Apa yang harus aku lakukan kalau nanti tiba-tiba wanita itu hamil dan meminta pertanggung jawabanku dan memviralkan nya di media sosial." gerutunya dalam hati.

Arhan pun kembali bergerak ia mulai berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.

Sementara di sebuah taxi seorang wanita yang tak lain adalah Nikita Aurora Dirgantara salah satu anak pengusaha terkaya di kota itu sedang menangis tersedu, ia menyesal dengan apa yang terjadi kepada dirinya.

"Ya Tuhan kenapa harus terjadi padaku, bagaimana kalau papi tau bisa -bisa dia mengusirku hiks..hiks.." ucap Niki sambil terisak.

"Apalagi kalau sampai Kak Alvin tau, ia pasti akan merasa jijik padaku, Argghhhh...." Niki berteriak frustasi membuat supir taxi itu langsung menghentikan laju mobilnya dengan mengerem mendadak membuat kepala Niki terantuk ke jok kursi di hadapnnya.

Cekkiiiiittttt

Duuugggh

"Awwwhh..." Niki meringis menahan rasa sakitnya, benar-benar sial dia hari ini, tubuhnya hatinya bahkan sekarang kepalanya juga ikut sakit.

"Pakk hati-hati dong, ini kepala aku benjol tau." ketus Niki.

" ma..maaf neng, saya kaget denger teriakan neng jadi replek menginjak rem." jelas sopir itu.

"Kapan aku berteriak?" tanya Niki yang tak sadar.

" tadi neng berteriak dan membuat saya kaget, untung aja yang saya injak rem kalau sampe pedal gas dan saya banting stir gimana bisa-bisa kita celaka dan mati terjun bebas ke jurang itu" Ucap supir itu sembari menunjk jurang yang berada di pinggir jalan.

"Lebih baik aku mati saja lah, daripada harus begini."

"Ehh istighfar neng, gak boleh ngomong gitu pamali loh, kalau punya masalah itu di selesaikan neng jangan mau menghindar dengan cara bunuh diri, kita lanjut lagi ya jalan nya solanya sudah banyak yang antre di belakang mau lewat."

"Terserah.." Jawab Niki ketus.

Tak lama kemudian mobil itu telah sampai di rumah Niki, rumah mewah dan sangat besar membuat supir taksi itu begitu takjub melihat nya.

"Pak sebentar aku ambil uang dulu."

" "Iya neng" jawab supir itu dan menunggunya.

Supir itu melihat bagaimana cara Niki berjalan seperti menahan sakit di ************ nya. "si neng jalannya lucu ya, seperti yang udah di ***..***.. Hihihi..." tawa nya renyah.

Tak lama seorang perempuan paru baya keluar dengan membawa beberapa lembar uang.

"tok..tok..tok.." wanita yang tak lain adalah bi Sumi itu mengetuk kaca mobil dan memberikan uang kepada supir taxi itu.

"Maaf pak ini uang dari Nona," sembari menyodorkan beberapa lembar uang berwarna merah dan biru.

"Ehh bu ini kebanyakan, ongkosnya hanya delapan puluh ribu saja"

"Tapi nona menyiruh saya untuk memberikan nya semua pada anda, nona akan marah kalau saya tidak melakukannya, sudah pak gak apa-apa anggap saja rezeki bapak."

Supir itu tersenyum senang, ia baru kali ini menerima ongkos dengan berki lipat, "Alhamdulillah kalau begitu, terimakasih bu dan saya pamit ya."

Bi Sumi pun tersenyum dan mengangguk, mobil itu meninggalkan rumah Niki dan bi Sumi kembali ke rumah itu.

Di dalam rumah Niki tampak Laura tersenyum melihat Niki baru kembali dengan keadaan sedikit acak-acakan.

"haissh jam segini baru pulang, dari mana saja kamu semalam aku cari-cari malah menghilang."

"Berisik" ketus Niki dan langsung melenggang jauh ke kamar nya.

"dasar anak kurang garam." sinis Laura.

Niki langsung masuk ke kamar dan melangkah mendekat ke kamar mandinya, ia membuka kran shower dan duduk bersimpuh di bawah derasnya kucuran air dari shower itu, tanpa membuka baju nya ia membasahi dirinya dan terlihat ia menangis di bawah sana.

"Ini salahku, aku malah meminta laki-laki itu menolongku dan berakhir seperti ini,, apa yang harus aku lakukan Tuhan?"

Niki benar-benar frustasi dengan keadaan nya apalagi ia takut akan mengandung anak dari pria yang tak di kenalnya itu.

"Argggghhh... Hiks...hiks..hiks..."

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

To be continued

Jangan lupa goyang jempolnya ya, like komen and give nya, terimakasih, semoga terhibur.

Tiga

Malam ini Niki tampak tak bersemangat, papi nya yang sedari tadi mengetuk pintu untuk mengajaknya makan malam bersama ia acuhkan begitu saja membuat Erlan tak mengerti.

"Sayang.. Ayo makan malam dulu kalao gak makan nanti kamu sakit, papi dengar sedari pagi kamu gak mau makan kenapa, ayo buka dulu pintu nya. " bujuk Erlan.

Namun tanpa mau menyahut sedikitpun Niki tetap dalam lamunan nya, tatapan nya kosong, ia hanya duduk di sandaran kasur besar nya.

Nya semenjak pulang dari hotel dan mandi ia tak mau keluar kamar ia hanya berdiam diri dengan mata yang terus saja mengeluarkan tangisan.

"Mami, aku ingin ikut mami saja hiks..hiks.." entah berapa ember air mata yang sudah ia keluarkan hari ini, namun tampaknya airmata nya tak habis-habis juga bahkan matanya sudah sangat sembab dan merah.Mata Niki terpejam dan ia tak sadarkan diri.

Erlan yang khawatir karena Niki tak jua keluar kamar ia langsung mencari kunci cadangan di laci, setelah ketemu Erlan bergegas kembali naik ke lantai atas untuk membuka kamar Niki.

Ceklek

Suara pintu yang terbuka, "Niki..." suara Erlan memanggil anaknya dan terlihat Niki sedang duduk bersandar dengan mata terpejam.

"Anak ini tidur, pantas saja aku panggil dia tidak menyahut, kebiasaan" gerutu Erlan dan langsung menyentuh lengan Niki untuk membangunkannya, namun betapa terkejut nya Erlan saat tahu tubuh Niki panas.

"Oh astaga, sepertinya dia demam" ucap Erlan sambil menyentuh kening Niki.

Erlan langsung saja menghubungi dokter keluarga untuk memeriksa keadaan putri semata wayang nya, dulu Erlan adalah sosok ayah yang hangat, ia selalu ada disaat Niki butuhkan, namun sekarang semenjak menikah dengan Laura semuanya berubah seakan perhatian itu terbagi menjadi 80-20, ya 80% untuk Laura dan 20% untuk Niki.

Membuat Niki kadang merasa dirinya sudah tak berarti lagi untuk Erlan, Erlan benar-benar berubah.

"halo.. Dok.. Cepet segera kerumah saya, anak saya sakit.. iya saya tunggu sekarang.. " terdengar Erlan sedang menelpon dokternya.

Erlan terlihat sangat khawatir melihat keadaan Niki sekarang, tiba-tiba Laura datang dan menanyakan apa yang terjadi.

" Mas.. Ada apa? "

" Niki demam sayang"

"Ya Tuhan kok bisa demam, cepat kita bawa kerumah sakit mas. " Laura dengan kepura-puraannya mencoba menyentuh tubuh Niki dan memang benar tubuhnya Panas, bahkan sepertinya menggoreng telur mata sapi di kening nya akan cepat matang.

" Sayang tolong jaga sebentar, aku akan menunggu dokter Edi di bawah. " Erlan izin keluar dan meninggalkan mereka di kamar Niki.

Laura hanya tersenyum dan mengangguk, senyumnya benar-benar manis, semanis madu bagaimana Erlan tidak klepek-klepek padanya, senyum maut nya benar-benar bisa membuat candu.

" ishh anak ini benar-benar menyusahkan, kenapa tidak mati saja sih kamu semalam sama si botak. " Laura sangat geram ketika tahu si botak tak berhasil membawa nya ke hotel, jadi dia tak punya bukti untuk menghancurkan Laura, bahkan bayaran si botak pun harus di kembalikan gara-gara gagal.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Sementara di sebuah kantor polisi Arhan benar-benar tidak fokus bekerja, sedari tadi polisi tampan itu hanya melamun dan sesekali ia harus memijit kepalanya yang tidak pusing tapi sangat memusingkan pikirnya.

"Siapa wanita itu, aku harus menemuinya. "

Namun ia teringat tas wanita yang tak lain adalan Niki masih berada di mobilnya, ia pun bergegas menuju mobilnya dan ia berharap ada identitas wanita itu di sana.

Tak perlu lama ia pun menemukan tas Niki, ia perlahan membuka tas Niki dan mencari dompet nya.

"Good... " Arhan tersenyum senang karena ia menemukan apa yang ia cari tanpa harus repot mengerahkan anak buahnya.

"hemm Nikita Aurora Dirgantara, sepertinya aku tidak asing dengan nama wanita ini." Arhan yang penasaran langsung membuka handphone nya dan mencari tahu tentang Niki.

"Dia memang benar-benar anak konglomerat itu, "Arhan tersenyum senang pasalnya ia juga sedang menyelidiki kasus yang sedang ia tangani mengenai perusahaan Erlan.

" Sambil menyelam minum air. "

Arhan yang sudah selesai dengan pekerjaannya ia pun melajukan mobilnya untuk pulang ke apartemen nya.

Di sepanjang jalan ia terus tersenyum bahkan sesekali bernyanyi malam ini ia benar-benar seperti menang jackpot.

" Wanita itu memang cantik, body nya juga oke, menarik... " Arhan kembali mengingat wajah Niki apalagi saat berada di bawah kungkungannya benar-benar menggemaskan.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Dokter Edi kini sudah berada di kediaman keluarga Dirgantara, ia sedang memeriksa keadaan Niki.

" Bagaimana keadaannya dok? "tanya Laura yang sok care.

" Dia sepertinya kecapean dan juga sedikit stress, apa sebelumnya ada masalah yang sedang dia hadapi? "tanya dokter itu.

Erlan dan Laura saling menatap dan keduanya sama-sama menggeleng tanda tidak tahu.

" Kami tidak tahu dok, semalam sebelum pergi ke pesta ia terlihat biasa saja, dan baru pagi tadi ia pulang kerumah dan ia terlihat tidak baik-baik saja" jelas Laura.

"Apa.. Dia pulang pagi? "Erlan terkejut saat tahu Niki pulang pagi.

" Sudah-sudah pak biarkan Niki istirahat dulu saya sudah meresepkan obat untuk di tebus" Dokter Edi menyerahkan selembar kertas pada Erlan.

"Baik kalau begitu saya pamit"

"Baiklah dok terima kasih, mari saya antar! "

Erlan pun mengantar Dokter Edi ke bawah, sementara Laura sedikit kecewa pasalnya ia tak bisa melihat kemarahan Erlan saat tahu Niki pulang pagi, Erlan pasti akan membiarkan Niki sembuh dulu baru akan memarahinya nanti setelah sembuh.

" Seandainya kamu tidak sakit pasti papi mu akan marah besar padamu dan itu membuatku senang hahaha . " Laura tertawa renyah.

" Laura... "

Suara bariton Erlan terdengar begitu keras dan membuat Laura terkejut, ia melihat Erlan seperti sedang marah.

" Astaga.. Apa dia mendengar aku bicara barusan, bahaya.. " Laura tampak sedikit takut melihat Erlan namun mau tak mau ia harus menenangkannya.

" Kenapa mas..? " Tanya Laura dengan suara lembutnya.

To be continued

Hayo... Kira kira apa yang membuat Erlan marah?

Ada yang tahu?

Jangan lupa sajen buat othor biar tetap semangat buat up..

Makasihhh.. 😘😘😘

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!