Perkenalkan! Namaku Alya Maharani. Aku siswi di SMKN 01 Jakarta. Sekarang aku masih duduk di bangku kelas dua! Hari hariku, selalu di sibukkan dengan mengejar cinta pertamaku. Sudah dua tahun ini! Aku mengejarnya, dan selama dua tahun juga! Dia selalu acuh padaku. Gpp sih kalo di awalnya saja dia acuh. Siapa tau, lambat laun! Dia merespon cintaku. Hihihi gpp deh! Terlalu Berharap siapa tau jadi kenyataan.
🙊🙊🙊🙊🙊🙊
Pagi yang seharusnya cerah. Kini, di penuhi oleh awan hitam. Serta hujan rintik rintik yang tak kunjung berhenti, dari subuh. Yang membuat seorang gadis! tak mau beranjak dari tempat tidurnya. Dia masih betah, bergelung dengan selimutnya. Siapa lagi kalau bukan Alya Maharani.
"Alya...... bangun nak! ini sudah siang." ucap seorang paru baya.
Sembari membangunkan anak gadisnya, yang masih bermalas malasan. Ialah Lastri! bunda Alya.
Dor....dor ....dor...
Suara pintu pun, di ketuk kembali.
"Alya... bangun. Kalau kamu gak bangun bangun, bunda akan suruh ayahmu yang membangunkan mu." ucap bunda.
Seketika mataku langsung melebar sempurna. Tatkala bunda mengancam ku. Aku memang takut, kalau ayah yang memarahiku. Maksudku! bukan berarti, aku lebih berani ke bunda. Aakhhh... sudahlah lupakan. Aku bergegas bangun dari tempat ternyaman ku, dan membuka pintu kamar! Terlihat bunda masih berdiri di depan pintu.
"Hehe maaf bunda! Alya kedinginan, jadi alya tidur lagi." ucapku.
Sambil memperlihatkan gigi putihku yg rapi ini.
"Cepat! kamu mandi, dan setelah itu turun bantu bunda masak" ucap bunda.
Yang langsung meninggalkanku.
Kamarku, berada di atas lantai dua. Bunda! tidak pernah mau mempekerjakan seseorang untuk membantunya. Meskipun ayah selalu menyarankan, untuk memakai jasa asisten rumah tangga. Kata bunda! lebih enak serta puas, dengan masakan sendiri. Tentunya! lebih hemat pengeluaran. Begitulah bunda! kalau soal mengatur keuangan bunda jagonya.
Beberapa menit kemudian.
Aku menghampiri bunda yang sedang memotong sayuran.
"Bun! Alya yang ulek bumbunya dan masak sop sayurnya yah." pintaku pada bunda.
" Ya sudah. Bunda! cuci sayurnya dulu, kamu tinggal masak sayur, dan jangan lupa buat sambal terasi ya nak! Bunda, tinggal bentar ke kamar" ucap bunda.
Setiap hari, aku selalu membantu bundaku memasak. Kata bunda! jika kelak sudah bersuami. bisa melayani suami dengan baik, dengan cara belajar memasak. Aku sebagai anak sulung, dan terakhir. Hanya menuruti apa yang bunda minta.
Aroma menguar di indra penciumanku. Setelah sop sayurku matang, aku pindahkan ke mangkok kaca yang berukuran sedang.
Selesai menata masakanku di meja makan, yang sudah ada! ayam goreng dan tempe goreng. Aku melanjutkan mengulek cabe, tomat, dan terasi yang sudah aku goreng tadi. Tak lupa! beri sedikit garam dan penyedap rasa. Aaah..... pasti! Rasanya mantul (mantap betul).
" Sudah matang semua masakanmu nak?" tanya bunda.
Yang menghampiriku, dan di belakang sudah ada ayah yang mengikuti bunda.
"Sudah selesai semua bun! Ayo mari kita makan!" ucapku semangat.
Gimana yang gak mau semangat coba! Menu lauknya, favorit aku semua. Meski sederhana, tapi bikin lidah ngiler.
"Ayah gak jaga toko sekarang?" tanyaku di sela makanku.
Ayahku membuka usaha sendiri, yaitu toko bangunan. Ayah hanya mempunyai 5 karyawan. Letaknya tak jauh dari rumah, meskipun kecil- kecilan! cukup untuk biaya hidup kami. Sedangkan bunda, hanya berjualan kue kering dan kue tart. Itupun buat jika ada pesanan, dan alhamdulilah sekarang bunda selalu dapat orderan meskipun tak setiap hari. Bahkan aku sering membantu bunda mengantar pesanan ke alamat tujuan.
"Ayah sedang gak enak badan nak! Untuk hari ini toko libur dulu" ucap ayah.
" Apa gak sayang yah toko libur? Meskipun hanya satu hari. Tapi kasian sama karyawan ayah, biasanya kerja malah libur. Gimana kalau alya saja yang jaga toko" ucapku memberi saran.
"Memangnya kamu bisa jaga kasir? dan menghandle karyawan?" ucapnya.
" Bisa ayah! Alya juga sering jagain toko bareng ayah, kalau alya lagi jenuh di rumah. Apa lagi! hanya jaga kasir dan menghandle karyawan. Alya bisa yah! Satu hari ini saja ayah gak ke toko, biar alya yang menghandle semuanya" ucapku .
" Benar yah! Kata alya gpp hanya satu hari ini saja. Lagian alya bisa menghandle toko hari ini. Kasian juga karyawan kita yah" ucap bunda.
"Baiklah selesai makan, kamu buka toko! Sekalian ajak lidia untuk menemanimu" ucap ayah.
Sambil menyerahkan kunci toko padaku.
" Siap ayah" Hormatku dengan semangat.
Selesai makan! aku segera mencuci bekas piring yang aku pakai, dan mencuci peralatan dapur yang aku gunakan tadi, untuk memasak.
Beberapa menit kemudian.
" Ayah! Bunda, Alya mau berangkat ke toko dulu ya! Ayah banyakin istirahatnya, biar cepat sembuh" ucapku.
Sembari mencium tangan ayah dan bunda.
"Hati hati nak! Kalau ada apa apa telfon ayah." ucapnya.
Beruntungnya, hari ini bunda lagi free. Tidak ada orderan. Jadi waktunya hanya untuk menemani ayah dan beristirahat. Aku pun berhenti mengayuh sepedaku di depan rumah lidia, yang tak jauh dari rumahku hanya berjarak dua rumah saja. Aku sengaja memakai sepeda ontel kesayanganku si black. Karna jarak toko dari rumah hanya satu kilo meter saja. Hitung hitung membakar kalori yang ada pada tubuh. Beruntungnya hujannya sudah reda, jadi tak perlu memakai mantel.
"Lidia nya ada gak tan?" tanyaku.
Setelah memarkirkan si black di depan rumahnya, dan menghampiri tanteku yang sedang duduk santai di teras rumah. Ya aku dan lidia saudara sepupu, tanteku ini adalah adik dari ayahku. Ayah hanya mempunyai satu saudara yaitu tante dina. Tante dina hanya mempunyai tiga anak! pertama laki-laki sebut saja abang riko, dia sudah bekerja di salah satu perusahaan. Lidia anak yang ke dua, yang terakhir! Masih sekolah duduk kelas empat SD namanya Rina. Aku dan lidia seumuran hanya saja beda bulan kelahiran.
"Eh alya! Tumben nih, jam segini datang ke rumah?" tanyanya.
" Iya nih tan! Mau ngajak lidia ke toko ayah, nemenin alya jaga toko. Soalnya hari ini ayah gak bisa jaga, karna sedang gak enak badan." ucapku setelah mencium tangan tante dina.
" Lidia nya sudah bangun belom tan?" tanyaku lagi.
" Oh iya! Tante lupa. Kamu samperin saja ke kamarnya, siapa tau lidia nya masih lanjut tidur setelah makan tadi." ujarnya.
"Baik tan. Alya masuk dulu !" seruku.
Segera masuk ke dalam rumah setelah di ijinkan oleh tante, dan menuju kamar lidia yang berada di atas lantai dua di pojokan.
Dor...dor ...dor...
"Lid.... lo sudah bangun belom? Temenin gue jaga toko yuk! " seruku.
Sembari mengetuk pintu kamarnya, setelah sampai di depan pintu.
"Masuk saja al! Gak di kunci." teriaknya dari dalam.
Aku pun membuka pintu kamarnya, ternyata si lidia lagi asyik maskeran.
"Lo belom mandi lid? Iih buruan sana mandi, temenin gue jaga toko hari ini." ujarku.
Yang menarik tangannya, agar segera bangun dari mode rebahan.
"Ganggu gue saja lo al." ucapnya yang segera membersihkan diri.
Sesampainya di toko.
Aku langsung membuka gerbang toko yang di bantu oleh lidia. Jam masih pukul 07.15 itu tandanya kurang lima belas menit lagi karyawan ayah akan datang. Toko memang buka dari jam 07.30, dan akan tutup pukul 16.30 jadi! hanya buka delapan jam saja. Aku segera menuju ke kasir untuk mengecek jumlah uang laci, setelah tadi di rumah sudah di beri tahu oleh ayah.
"Assalamualaikum" ucap serempak lima karyawan ayah.
"Waalaikumsalam! para abang yang terhormat. Semangat bekerja hari ini bang" seruku.
"Loh alya? ada lidia juga! Pak bos kemana? tumben hari ini kamu yang jaga?" tanya bang iwan.
Selaku yang paling lama bekerja, di antara empat karyawan lainnya.
Aku dan lidia sudah mengenal akrab, dengan kelima karyawan ayah. Bahkan mereka seperti abangku sendiri. Yang selalu memberi nasehat nasehat baik untukku.
" Ayah lagi gak enak badan bang! Jadi alya yang jaga toko hari ini." jawabku.
" Ya sudah al. Semoga pak bos lekas sembuh! Abang mau kerja dulu. Kalo misal ada yang gak kamu ketahui, bilang sama abang." ucapnya.
Yang langsung ke belakang untuk memulai bekerja.
"Siap bang" ucapku semangat.
Seorang gadis, yang masih asyik dengan lamunannya. Sambil menatap langit langit kamar! Serta menampilkan senyuman manisnya. Setelah pulang dari toko, yang tak lain adalah alya. Entah lah! apa yang ada di pikiran alya saat ini. Sehingga membuatnya senyum senyum tak jelas di dalam kamarnya.
"Hua...... Ganteng banget sih kamu aldo. Pengen cepet jadi pacar kamu deh."
" Duh....Alya! Kayaknya kamu harus berusaha lebih keras lagi deh, biar aldo kesayangan kamu itu! Nemplok ke kamu." ucapnya menyemangati diri sendiri.
Flashback on
"Al. itu bukannya aldo yah?" tanya lidia sambil menyenggol lengan Alya .
" Jangan ngaco deh lid. Mana ada aldo di sini." ucapnya.
Yang sedang sibuk mencatat hasil penjualan toko saat ini.
"Iih coba deh lo liat dulu di depan." sambil memutar kepalaku agar tertuju ke satu obyek.
"Main putar-putar kepala aja si lid." Sungutku.
Terlihat seorang cowok memakai kaos oblong, Celana selutut serta memakai sepatu. Yang sedang berhenti untuk minum, tepat di depan toko alya.
"Wah lo beneran lid. Ada aldo! kok makin hari makin ganteng saja, apa lagi ni perasaan. makin besar rasa sayangnya ke dia. Liat deh badannya tambah berotot gitu." ucapku berbinar.
"Tunggu bentar yah! Gue mau samperin ayang gue." ucapnya.
Yang langsung lari menuju keluar.
"Ih..... Apaan si alya. Malah gue yang di tinggalin, nyesel gue kasih tahu dia kalau ujung ujungnya kayak gini. Eh tapi gpp sih! demi saudara kesayangan gue." seru lidia.
"Ha Hay do. Hm... Capek yah? kok kamu sendirian saja, gak ajak aku olahraga. Mau istirahat di dalam tokoku gak? biar lebih adem." seru alya senang .
"lagi keringetan aja kamu ganteng do! apa lagi gak pakai baju, pasti aku bisa ngeliat dada sixpack kamu" batinnya.
"Al. Hey! kok lo melamun sih! " panggil aldo.
Yang melambaikan tangan ke wajah alya.
"Hehehe. Iya nih! lagi melamun tentang kamu." ucapnya setelah sadar dari lamunannya.
"Gak jelas" gerutunya.
Sambil berlalu pergi meninggalkan Alya.
"Yaah.... Pangeranku malah pergi. Gpp deh! besok kan bisa ngeliat dia terus seharian, gak sabar nunggu hari besok"
Flashback off
Pagi yang sangat cerah. tak seperti pagi kemaren, yang di liputi oleh awan hitam. Tapi!Tidak dengan hatiku, yang setiap harinya selalu cerah bagaikan matahari menerangi bumi eaaaak.
Ku parkirkan motor kesayanganku si black, di parkiran area sekolah. Pagi sekali, aku berangkat ke sekolah demi melihat wajah pangeranku. Ya... sekarang tepatnya masih pukul 06.00 siswa yang lain, masih belom pada datang. Hanya beberapa saja yang sudah datang termasuk aku. Beginilah perjuangan cinta yang harus aku dapatkan! tidak boleh menyerah sebelum berjuang.
Pertama kali bertemu
ku selalu ingat dirimu
meski hanya dalam angan
kau selalu terbayang
"Enaknya.... dengerin suara sendiri. Berasa jadi vokalis band hahaha"
"Bentar lagi! Pangeranku pasti datang" ucapku.
Sambil melihat arloji yang ada di pergelangan tanganku.
"Gimana nanti! lo ikut balapan gak?" tanya doni temen aldo.
Yang mulai masuk ke dalam kelas bersama dua temannya. Yaitu rizki dan nanda, serta aldo yang berjalan di depan. Aldo mempunyai tiga sahabat. Mereka bersahabat sejak masih kecil.
"baru aja di omongin udah datang, emang ya jodoh gak akan lari kemana" ucap alya.
Yang berbinar melihat aldo datang. Seperti bintang di langit saja muka bisa berbinar.
"Assalamualaikum pangeran gantengku." ucap alya. Saat sudah di depan tempat duduk aldo.
"Waalaikumsalam alya cantik !" bukan aldo yang menjawab salamnya.
Tetapi, ketiga teman aldo. Sedangkan aldo hanya diam saja tak menanggapi salam alya.
"Kok gak di jawab salamnya alya do! Jangan bikin anak orang sakit hati loh !" seru si riski.
Yang paling somplak di antara teman yang lainnya.
"Sudah di jawab kali" ucapnya dingin.
"Aldo! aku bawain bekal untuk kamu. Menu nasi goreng buatanku. Di makan yah! semoga kali ini, gak kamu buang masakanku" ucapku. Yang menyodorkan paper bag di depannya.
Tadi pagi, aku sempat membuatkan nasi goreng untuknya. Agar dia tak jajan sembarangan. Setiap hari, aku selalu membawakannya dia bekal. Tapi, selalu saja di tolak, bahkan pernah bekal buatanku dia buang. Katanya! masakanku kurang menarik di matanya. Tapi! gpp sih, namanya juga cinta, harus butuh perjuangan dan harus menebalkan kesabaran di hati.
"Jangan di buang lagi yah do, kalau misal kamu gak mau makan. Kasih riski, nanda atau doni saja. Mubazir kalau makanan di buang. Aku ke bangku dulu." ucapku.
Segera berlalu menuju bangku yang berada di tengah pas di pinggir jendela.
Sedangkan aldo! hanya menatap alya tanpa ekspresi, entahlah apa yang ada di pikirannya saat ini.
"Sini bos bagi gue saja! Mubazir kata si alya." ucap nanda.
Yang hobinya selalu makan.
" Iya nih bos, sayang loh kalau lo buang makanan, lebih baik kasih si perut gentong saja." ucap Doni.
"Hahahaha....wah lo bener bener keterlaluan yah don. Anak orang di juluki gentong segala, tapi cocok juga sih hahahaha" tawa riski.
Sedangkan yang di tertawakan malah mencebikkan bibirnya karna kesal.
"Apaan sih kalian bertiga, ini punya gue, yang di kasih gue, bukan kalian." ucap aldo dingin.
" Wiih si bos, sepertinya kesambet jin penunggu pohon bringin deh. Di parkiran mobil tadi"
"Iya nih, tumben mau nerima bekal si alya. Sampai di sembunyikan segala bekalnya, sudah kecantol yah sama alya?" tanya doni yang menggoda aldo.
Yang jadi bahan topik mereka hanya memasang wajah datar dan dinginnya.
"Alyaaaa......"
" Waduh. Suara si lidia tuh! lupa gue kalau hari ini berangkat sekolah bareng" gumamku.
"Hehehe....kok tumben lid lo siang datangnya? untung aja gak telat."
"Enak loh yah! setelah melakukan kesalahan. Dengan ninggalin gue! malah nyengir aja tuh mulut tanpa dosa. Untung papa gue dengan senang hati, mengantarkan anaknya yang cantik ini pergi ke sekolah" ucapnya.
"Iya maaf. Gue tadi lupa, kalau berangkat bareng. Lagian lo juga gak ingetin gue tadi pas ada di rumah"
Alya dan lidia satu sekolah dan juga satu kelas bahkan mereka berdua satu bangku.
"Tau deh! gue ngambek jangan ajak gue ngomong." kesalnya.
Sembari duduk di sebelah alya.
"Yah! Jangan gitu donk lid. Maafin gue yah? Iya gue ngaku salah, tadi gue berangkat pagi pagi. Soalnya gak sabar buat ketemu pangeran ganteng gue. " ucap alya.
Yang memasang wajah sok imutnya. Begitulah dia guys! kalau lagi membujuk lidia 😪
"Iya sudah. Gue maafin kali ini, awas lo ya! kalau mengulangi lagi" ucapnya.
"Uuh.... makasih tayang ku. Gemes deh aku." ucapku senang sembari memeluk lidia.
"Selamat pagi anak anak. Mari kita mulai belajar." ucap mis indah.
Yang menjadi guru bahasa Inggris.
Semua murid, telah fokus dengan pelajaran hari ini. Ku lihat di belakang, di mana aldo dan tiga temannya duduk.
"lagi fokus saja tambah ganteng pangeranku. Semoga saja! perjuanganku untuk mendapatkan hatinya tak sia sia" batinku.
Teet.....teet...teet .....
Bel istirahat telah berbunyi, pertanda pelajaran pertama telah selesai. Mis indah pun, mengakhiri pelajarannya, serta pamit undur diri. Agar semua murid bisa lekas istirahat.
"Lid, ke kantin yuk ! Haus nih gue." ajakku.
"Let's go girl" serunya.
Kami berdua gegas keluar kelas, menuju kantin yang tak jauh dari kelas kami. Sebelum keluar kelas, aku menyempatkan melihat aldo yang fokus dengan benda pipih nya. Berharap aldo melihat ke arahku tapi nihil. Sampai aku keluar kelas pun, dia tidak melihat ke arahku. Semoga saja tuh bekal gak di buang lagi.
Aldo segera mengeluarkan paper bag yang ia taruh di laci bangkunya, dan mengambil bekal yang ada di dalamnya. Aldo mulai mengernyitkan dahinya! menatap surat kecil yang di tempelkan pada penutup tepak yang ia pegang.
"Wiiiih....si bos dapet surat cinta dari si al tuh !" seru doni.
"Isi suratnya apa tuh bos?" tanya riski.
"Terima aja deh! Kalau alya nembak lo bos" seru nanda yang ikut menimpali.
"Bisa diem gak kalian! " ucapnya.
Aldo pun membuka surat kecil itu dan memulai membacanya.
Selamat makan pangeran gantengku. **S**emoga setelah makan masakan buatanku, kamu mulai cinta sama aku! seperti aku mencintaimu. Nikmatilah makanannya. I love you( ˘ ³˘)♥
Selesai membaca surat dari alya. Ada sesuatu yang aneh mulai menjalar di hatinya. Tapi! Segera ia tepis.
"Apa tuh bos isi suratnya, gue pengen baca." seru riski.
"Gak ada yang boleh baca surat ini." ucapnya.
Sambil merobek surat di tangannya, lalu membuang ke sembarang arah.
"Yah... si bos malah di robek tuh surat! kita belum baca isi suratnya." seru mereka .
"Nih ambil lo. Makan tuh bekal." ujarnya.
Sambil menaruh bekal di depan nanda.
"Waaaah ......beneran nih bos, buat gue? makasih bos. Sepertinya enak deh, ada telur mata sapinya." seru nanda.
Yang berbinar melihat isi bekal yang ia pegang.
"Mau kemana bos ?" tanya riski.
Ketika melihat aldo berjalan keluar.
"Kantin." ucapnya dingin.
"Gue ikut bos, laper nih perut gue." seru riski dan doni.
"Gue ikutan juga, gue makan di kantin saja bekalnya alya." ucap nanda.
Yang bergegas mengikuti mereka.
"Ganteng banget tuh sih aldo."
"Liat deh! Riski juga ganteng kok, gak kalah ganteng dari aldo."
"Nanda juga ganteng. Apa lagi doni tuh! Meskipun dia manis, tetap saja cool dan keren bawaannya."
Suara bising siswi yang sedang memuji ketampanan aldo dan teman temannya.
Mereka menjadi idola para murid siswi. Gimana gak banyak fansnya, mereka berempat terkenal ganteng satu sekolah, pintar, serta jago main basket. Dan menjadi boy band di sekolah. Bahkan mereka setiap malam minggu mengisi acara di cafe milik aldo sendiri.
"Al, tuh aldo dateng sama si tiga semprul. Setiap kali, mereka ke kantin. Pasti semua cewek memuji mereka. Memangnya gak ada pembahasan yang lain apa? Sampai semua siswi hobi banget memuji mereka" gerutu lidia.
"Lo iri yah? Makanya! Tuh muka cantik dikit. Biar bisa di puji juga sama semua cowok di sini. Biar gak ngiri lo sama gengnya pangeran gue." ujarku cengengesan.
"Iih.... siapa juga yang iri. Gue tuh! Hanya ingin makan dengan tenang di sini. Tanpa ada suara berisik. Lah ini! Berisiknya seperti tawon yang lagi keluar dari sarangnya. Satu lagi! Gue sudah cantik ya al, gue gak butuh di puji puji cantik sama cowok. Gak ada manfaatnya juga." ketusnya.
"Iya deh iya.....Lo sudah cantik. Tapi masih cantik kan gue hahaha" tawaku mengejek.
"Mulai deh sok pedenya."
"Al liat deh, bukannya itu tepak bekal lo yah?" tunjuk lidia ke arah nanda.
Refleks aku langsung menoleh ke belakang. Di mana, mereka duduk di bangku kantin paling pojok. Kursi itu, memang sudah di klaim milik mereka. Jadi, murid yang lain tidak berani menduduki bangku tersebut, supaya terhindar dari amukan mereka.
Mataku sudah mulai berembun. Aku berusaha untuk tidak menangis, dengan mengedipkan mata. Sambil melihat ke atas! Supaya air mata ini, tak jatuh dari tempatnya .
"Al, lo baik baik saja kan?" tanyanya.
"Santai saja kali lid. Gue gpp, sudah biasa buat gue." ucapku tersenyum.
Aku berusaha menampilkan senyumanku, di depan lidia. Supaya dia, tidak lagi emosi. Yang pada akhirnya, melabrak aldo. Seperti kemaren kemaren. Karna, melihat aku menangis gara gara bekalku di buang, tepat di hadapanku. Dan kebetulan lidia melihat kejadian itu.
"Lo beneran? Sudah deh al. Gak usah bawain aldo bekal segala. Ujung ujungnya, gak dia makan. Buktinya sekarang, bekal yang lo bawa, malah di kasih ke nanda. Heran deh gue sama lo. Lagian kenapa sih, lo mengejar cowok seperti aldo. Yang gak pernah menghargai lo sama sekali." sungutnya emosi.
"Bagaimana lagi, gue udah terlanjur cinta sama dia. Siapa tau, dia juga akan luluh sama gue. Dengan terus terusan gue mengejar dia,
lagian gak masalah juga. Kalau bekal yang gue bawak gak dia makan. Malah di berikan ke nanda. Jadi gak mubazir kan, dan gue ikhlas bawain bekal untuk dia." ucapku.
Sambil melihat ke belakang, di mana nanda dengan lahapnya memakan masakan buatanku.
"Segitunya kamu do. Gak mau makan dari pemberianku. Sepertinya, aku harus berusaha, dan lebih bersabar lagi dalam menghadapi sikapmu" batinku.
" Ini mah enak banget bos, masakan alya. Gak mau cobain bos !" ujar nanda.
Sambil menyodorkan satu sendok di depan aldo.
"Habisin saja, gue gak terbiasa sama masakannya orang luar" ucapnya.
"Ya sudah. Gue habisin nih bekalnya."
"Aldo. Lo gak kasian. Liat alya selalu mengejar lo? Bahkan, setiap hari dia selalu bawain bekal buat lo. Dan pada akhirnya sama lo di buang. Bahkan sekarang saja, malah di berikan ke nanda. Gpp sih, kalau lo gak mau bekal dari dia. Setidaknya, lo hargai usahanya, satu kali saja deh. Lo makan bekal yang dia buat. Tuh liat, di depan sana ! Alya liatin lo dengan raut wajah yang kecewa." ucap riski.
"Terserah gue lah, lagian siapa juga suruh dia, bawain bekal buat gue." ucapnya dingin.
Entah kenapa, ada rasa sesak di dada. Setelah apa yang riski ucapkan tadi pada dirinya. Seperti ada rasa sesal. Tapi urung, segera ia tepis jauh jauh perasaan itu.
" Gak ngerti gue, sama lo bos." timpal doni.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!