Laki-laki yang pantas dicintai
oleh anak perempuan yang belum menikah adalah "Ayah"
sosok laki-laki yang tak pernah menyakiti
Rela berkorban demi putri yang dicintai
~Takdir Terindah~
Ukhfira
Sebelum baca cerita ini jangan lupa sholat dan baca Al-Quran dulu ya
Selamat membaca
Semoga suka
🌻🌻🌻
Sinar matahari pagi yang mulai menyeruak masuk dari cela-cela jendela yang baru saja tirainya terbuka membuat seorang perempuan yang tengah tertidur pulas di kasur empuknya merasa terganggu, tetapi enggan untuk terbangun dari tidur nyenyaknya justru malah lebih mengeratkan selimut yang membungkus seluruh tubuhnya, kemudian kembali ke alam bawah sadarnya.
"Alesya Faihanah,,, bangun Sayang, Sdah pagi."
Setelah membuka tirai jendela kamar anaknya, perempuan paru baya yang anggun dengan khimar syarinya itu menghampiri sang Putri yang belum terbangun juga dari tidurnya.
Tubuh yang sedari tadi diguncang-guncangkan dengan lembut rupanya belum memberikan respon, membuat perempuan paru baya tersebut hanya dapat menghela napas dan tersenyum simpul sembari menatap wajah damai sang putri yang kini sudah beranjak dewasa dan tengah menempuh pendidikannya di perguruan tinggi.
"Alesya, hari ini kamu ada kuliah pagi kan Sayang, ayo bangun."
"Hmmm, iya Bun bentar lagi, memangnya sudah jam berapa Bun?"
Dengan mata yang masih tertutup perempuan dibalik selimut itu merespon ucapan perempuan paru baya yang tak lain adalah ibunya.
"Sudah jam 6, ayo bangun."
Tiba-tiba saja perempuan yang bernama Alesya itu bangkit dari tidurnya dengan kedua mata langsung terbelalak ketika mendengar sang Bunda mengatakan bahwa sudah jam 6 pagi.
"Astaghfirullahal adzim, sudah jam 6?, Alesya bisa telat nih Bun, Bunda Aiza yang cantik, kok baru bangunin Alesya sih?"
Bukannya langsung bangun dan ke kamar mandi, Alesya malah protes kepada Bundanya karena tidak membangunkannya sejak tadi.
Aiza menghela napas "Bunda sudah bangunin kamu berapa kali, cuma kamunya saja yang matras alias mati rasa, sudah sana mandi, habis itu sarapan, Bunda sama Ayah tunggu di bawah ya."
Tanpa menunggu perintah lagi, Alesya langsung beranjak dari kasurnya dengan langkah seperti orang kesetanan sampai-sampai ia kejedot pintu kamar mandi.
Perempuan paru baya yang bernama Aiza itu hanya bisa tersenyum sembari mengeleng-gelengkan kepalanya melihat putri bungsunya yang sedang kalang kabut akibat bangun kesiangan.
Ketika sang putri masuk ke dalam kamar mandi seketika itu pula bunda Aiza keluar dari kamar putrinya yang bernuasa peach muda.
^^^^^
"Lesya mana Bun?, kok lama sekali, Ayah juga bisa telat nih ke kantornya." Oceh seorang pria paru baya yang sudah rapi dengan baju kantornya dan baru saja selesai menikmati sarapan paginya.
"Mungkin masih siap-siap Yah, Ayah yang sabar ya."
Aiza yang tengah menemani suaminya sarapan itu hanya bisa tersenyum melihat suaminya yang tak lain adalah Ayah dari Alesya terus bergumam sembari menoleh kearah anak tangga yang menjulang tinggi menyambung dengan lantai atas dimana sang putri bungsu sedang berada.
Ayah Alesya dapat bernapas lega ketika melihat perempuan cantik dengan gamis plus khimar syarinya yang menutupi badannya dengan sempurna sedang melangkah turun dari anak tangga dan segera menghampirinya.
"Selamat pagi Ayah, maaf ya Yah, Lesya bangunnya kesiangan, Ayah marah ya sama Lesya?"
Wajah cantik Alesya kini tengah diselimuti rasa bersalah ketika berhadapan dengan sang Ayah yang hanya diam saja bahkan wajahnya datar sekali.
"Ayah nggak marah kok, masa Ayah marah sama anak sendiri, tapi besok-besok walaupun kamu lagi cuti sholat, jangan bangun kesiangan ya, selain dilarang dalam agama, juga nggak baik lho bagi kesehatan."
Alesya pun merasa malu sendiri karena masih pagi saja sudah diceramahi oleh Ayahnya, alhasil ia hanya bisa cengar-cengir saja.
"Siyap Bapak Ahyar Lazuardy yang paling guanteng sedunia, putrimu yang cantik ini akan berjanji besok tidak akan bangun siang lagi, tapi tetap tidur pagi, heheh bercanda Ayah."
"Itu baru anak Ayah, ya sudah ayo berangkat, nanti ayah ditegur sama atasan Ayah lagi."
Dengan sigap Aiza segera meraih tangan sang suami lalu mencium punggung tangannya kemudian disusul Alesya yang mencium punggung tangan Bundanya.
"Assalamualaikum."
"Wa'alaikumussalam."
^^^^^
Mobil yang membawa Alesya sekaligus dikendalikan oleh Ahyar baru saja tiba di halaman kampus Islam ternama di ibukota Jakarta yang sudah 2 tahun ini Alesya keluar masuk untuk menuntut ilmu.
"Fii amanillah Ayah, hamasah kerjanya Ayah, doa Lesya selalu menyertai Ayah."
"Aamiin, kamu juga belajarnya yang semangat ya, biar seperti Kakakmu yang sekarang udah menempuh S2"
Merasa dibanding-bandingkan, Alesya langsung cemberut seketika. Alesya amat tidak suka jika dibanding-bandingkan apalagi Ayahnya lebih membanggakan kakak sulungnya yang sekarang sedang menempuh pendidikan S2nya.
"Ayah, Lesya nggak suka Ayah banding-bandingkan Lesya sama Kakak, kita beda Ayah. Ya sudah deh Lesya masuk dulu, Assalamualaikum."
Setelah berhasil mencium punggung tangan Ayahnya dengan raut wajah yang masih cemberut Alesya pun melangkah masuk ke dalam area kampusnya yang besar, sedangkan sang Ayah hanya dapat geleng-geleng kepala lalu kembali melajukan mobilnya.
^^^^^
Tiga jam lebih berlalu, kelas pagi Alesya yang langsung 2 matkul tanpa ampun akhirnya selesai. Semua teman-temannya pada berhambur keluar tentunya setelah dosen keluar duluan dari kelas mereka. Alesya pun ikut keluar bersama salah satu sahabat dekatnya yang penampilannya sama persis dengannya yaitu menutup aurat hanya saja khimar mereka berbeda jika Alesya menggunakan khimar instan pet sedangkan sahabatnya itu menggunakan pashmina nonpet.
"Kamu langsung pulang Al?"
"Nggak Sil, aku ke kantin dulu, aku lapar nih, nggak sempet sarapan tadi, ayo temani aku Sil."
"Aduh Al afwan aku nggak bisa menemani kamu, soalnya..."
Sahabat Alesya yang bernama Silmi itu tidak lantas menerima ajakan Alesya untuk menemaninya makan di kantin, ntah apa sebabnya tetapi sepertinya karena sering bersama, Alesya sudah hafal betul dengan gelagat sahabat satu-satunya itu yang tidak seperti biasanya.
"Sudah nggak usah nolak, aku traktir kok."
"Alhamdulillah akhirnya kamu peka juga Al, tahu saja kalau hari ini aku lagi krisis fulus, hehehe"
Rupanya Silmi sedang tidak memiliki banyak uang makanya dia sempat memberikan kode penolakan atas ajakan Alesya untuk menemaninya makan, dan Alesya sudah tau betul masalah sepele itu.
"Allahu Robbi, Alesya gitu lho, sudah kebaca dari wajah kamu Sil, anak kost seperti kamu yang lagi krisis uang itu bisa ketebak, ya sudah ayo ke kantin."
Silmi pun hanya bisa tersenyum memperlihatkan barisan giginya yang rapi kepada Alesya yang hanya geleng-geleng kepala lalu tanpa babibu lagi Alesya langsung menarik lengan Silmi untuk menuju kantin.
^^^^^
"Kak Alula berapa hari liburan di Singapur Al?"
"Gak tau tuh, betah banget di Singapur, mentang-mentang lagi liburan sama mama, jadi lupa sama yang di Indonesia deh"
Rupanya mereka sedang membahas kakak sulung Alesya yang bernama Alula yang kini sedang berada di Singapura untuk menghabiskan waktu liburnya bersama mama kandung mereka yang sudah 17 tahun berpisah dengan Ayah mereka dan menikah lagi sekaligus menetap di Singapura sampai saat ini.
Bunda Aiza memang bukan Ibu kandung Alesya tetapi Alesya sangat mencintai Bunda Aiza seperti Ibu kandungnya sendiri karena Bunda Aiza sudah merawatnya dari kecil lebih tepatnya ketika Alesya berumur 10 tahun yaitu 7 tahun setelah kedua orang tuanya bercerai hingga Ayahnya menikah lagi dengan Bunda Aiza, sebelum itu Mama kandungnya sudah lebih dulu menikah dengan laki-laki berkewarganegaraan Singapura.
"Alesya"
Kedatangan seorang laki-laki dihadapan Alesya cukup membuat dirinya kaget dan seketika berucap istighfar.
"Reno?, ada apa?"
Rupanya pria yang kini berdiri dihadapannya tidak asing bahkan Alesya tahu namanya.
"Alesya, ada yang ingin aku bicarakan sama kamu, empat mata"
Seketika tatapan Alesya langsung tertuju kearah Silmi setelah Reno mengungkapkan bahwa ia ingin berbicara dengannya empat mata itu artinya secara tidak langsung Reno mengusir Silmi.
"Kalau kamu ingin ngomong, ya sudah ngomong saja disini."
"Aku,,, aku cinta sama kamu Alesya, kamu mau gak jadi pacar aku?"
Hening
Alesya menyerngitkan dahinya. Ia seperti tidak berminat untuk menjawab pertanyaan Reno yang serius.
Merasa Filzah tidak menjawab pertanyaannya Reno kembali bersuara. "Jadi bagaimana Alesya, kamu mau kan jadi pacar aku?"
Lagi-lagi Alesya harus mendengar pertanyaan yang tidak disukai oleh pendengarannya itu, dimana Reno terang-terangan mengungkapkan cintanya bahkan langsung menembak Alesya.
"Apa kamu serius mencintai aku?" Tanya Alesya dengan ekspresi serius.
Reno mengangguk mantap. "Iya Alesya aku serius mencintai kamu."
Alesya tersenyum singkat. "Kalau kamu serius mencintai aku, temui Ayahku, ajak aku menikah bukan pacaran. Bagaimana kamu berani mengajak aku menikah?"
Reno tersentak. Ia Menggeleng tak percaya atas ucapan Alesya yang tidak main-main. "Yang benar saja Alesya, ya aku memang mencintai kamu, tapi kita masih kuliah dan masih muda, masa sudah mau menikah."
"Kalau kamu nggak mau menikah jangan menyatakan cinta, karena di dalam agama Islam tidak ada yang namanya pacaran tapi adanya pernikahan. Permisi."
"Assalaamu 'alaikum."
Alesya yang disusul oleh Silmi langsung angkat kaki dari hadapan Reno. Sementara Reno hanya bisa menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Ya gagal deh mendapatkan Alesya, ya tapi masa gue mau menikah sekarang, bagaimana dengan kuliah gue?" Ujar Reno berucap kepada dirinya sendiri.
"Al kamu serius tadi ngajak Reno nikah?, memang kamu sudah siap menikah?"
Silmi berhasil menghentikan langkah Alesya. Bahkan tatapan Alesya tertuju kepada Silmi.
Alesya menyengir kuda. Ia pun geleng-geleng kepala. Lalu Silmi menepuk jidatnya, tak mengerti dengan jalan pikiran sahabatnya itu.
"Terus kalau kamu nggak siap menikah kenapa tadi ngajak Reno nikah?, kalau tadi dia bilang iya, berabe kamu Al."
"Ish bukan begitu Sil, tadi aku bilang seperti itu memang benar kan?, dalam Islam itu nggak ada yang namanya pacaran adanya ya pernikahan."
Silmi pun manggut-manggut. "Iya sih benar apa kata kamu Al. Lagi pula laki-laki seperti Reno mana mau menikah muda, sayang sekali ya dia, cakep-cakep ilmu agamanya secuil, bagaimana mau jadi imam rumah tangga yang baik. Kira-kira ada nggak ya laki-laki yang nggak hanya wajahnya yang cakep tapi agamanya juga cakep."
Alesya terkekeh. Ia pun menyadarkan perempuan disampingnya yang asyik melamun. "In syaa Allah ada, kalau perempuannya juga demikian, karena jodoh itu adalah cerminan diri."
Kedua bola mata Silmi membesar. Wajahnya langsung berseri-seri. "Iya Al, kamu benar, aku akan memperbaiki diriku agar jodohku juga baik. Kira-kira jodohku seperti apa ya?" Silmi kembali berangan-angan hal ini lantas membuat Alesya geleng-geleng kepala.
"Sudah, nggak usah memikirkan jodoh, sebaiknya pikirkan tugas kuliah yang menumpuk!"
"Aduh-aduh tiba-tiba kepalaku pusing tujuh keliling nih." Oceh Silmi sembari memijit pelipisnya.
Alesya terkekeh. Ia tidak tahu lagi harus bagaimana menghadapi kekonyolan sahabatnya itu. Giliran disuruh memikirkan tugas kuliah malah mendadak pusing. Ada-ada saja.
^^^^^
"Assalamualaikum"
"Wa 'alaikumus salaam, Lesya sudah pulang."
Alesya baru saja mencium punggung tangan sang Ayah yang sedang duduk di teras rumahnya dengan ditemani secangkir teh hangat plus setoples biskuit sembari menatap langit yang gelap tetapi bertaburan bintang-bintang yang bercahaya.
"Ayah sedang apa diluar?, kok sendirian?, memangnya Bunda kemana yah?." Tanya Alesya sembari duduk dikursi sebelahnya untuk menemani sang ayah.
"Ayah sedang menunggu putri bungsu Ayah yang paling cantik ini."
Bagai kupu-kupu berterbangan, ketika mendengar pujian dari sang Ayah yang membuat dirinya merasa sangat dicintai oleh laki-laki cinta pertama dalam hidup Alesya.
Tiba-tiba saja Alesya beranjak dari tempat duduknya dan langsung berhambur ke pelukan laki-laki paru baya yang mencintainya dengan tulus tanpa pamrih.
"Ayah, Lesya sayang Ayah, Ayah adalah laki-laki terhebat yang Lesya punya."
"Ayah juga sayang sama Lesya, sekarang putri kecil Ayah sudah dewasa ya, sudah 20 tahun, makin cantik seperti Ayah."
Dalam suasana haru saja Ayah Ahyar masih bisa bercanda membuat Alesya yang sudah berkaca-kaca menjadi tertawa dan air mata tidak jadi terjatuh.
"Ayah, Ayah kan laki-laki, masa Ayah cantik sih." Oceh Alesya dengan terkekeh.
"Ayah terima kasih ya, karena dulu Ayah mau mengikuti permintaan Lesya sama kakak supaya Ayah menikah lagi, karena Lesya nggak ingin melihat Ayah kesepian, sendirian terus, Lesya sayang sama Ayah, Lesya ingin Ayah tersenyum bahagia, seperti sekarang ini."
"Ayah yang seharusnya berterima kasih karena kalian mengizinkan Ayah untuk menikah lagi, jujur awalnya Ayah tidak ada keinginan untuk menikah lagi tapi Ayah kasihan sama anak-anak Ayah, masih kecil sudah kehilangan sosok Ibu di kehidupan kalian, tetapi Alhamdulillah sekarang Ayah bahagia karena anak-anak Ayah sudah mendapatkan kasih sayang seorang Ibu yang sebaik Bunda Aiza."
Air mata tak terasa jatuh dipelupuk mata Ayah Ahyar yang sedang mengingat kisah masa lalunya yang kelam tetapi kini sudah berselimut bahagia dengan kehadiran wanita syurga pembawa kebahagiaan bagi mereka siapa lagi kalau bukan Bunda Aiza, perempuan baik hati yang mau menerima keluarga Alesya yang dulunya tidak punya apa-apa sekaligus mau menjadi Ibu sambung bagi Alesya dan kakaknya, Alula.
"Ayah adalah laki-laki cinta pertamanya Lesya, sampai kapanpun Lesya akan cinta sama Ayah, terima kasih Ayah karena cinta tulus Ayah, Lesya menjadi perempuan yang saaangat bahagia."
"Sampai kapanpun Ayah juga akan cinta sama putri kecil Ayah yang paling cantik."
Betapa bahagianya Alesya mempunyai seorang Ayah yang hebat bagaikan pahlawan tanpa jasa yang tulus mencintai dan menyayanginya. Menurut Alesya sebelum ia menikah, laki-laki yang pantas mendapatkan cintanya adalah Ayahnya, karena Ayah adalah laki-laki yang tulus mencintai.
🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻
Jangan lupa Vote dan komentarnya
Yah Readers
🙏🙏🙏
See you in next chapter
❤❤❤
*jika suka tulisan saya tolong beri dukungan dan komentar yah, karena dukungan dan komentar kalian adalah suntikan semangat bagi saya Readers*
Walaupun banyak perbedaan
Sampai terjadi permusuhan
Bahkan tak mau bertegur sapa
Percayalah ikatan saudara akan tetap terikat
Karena letak bahagiamu ketika bersama saudaramu
~Takdir Terindah~
Ukhfira
Sebelum baca cerita ini jangan lupa sholat dan baca Al-Quran dulu ya
Selamat membaca
Semoga suka
🌻🌻🌻
"Kakak!"
"Kak!"
Suara melengking yang terdengar dari lantai atas menghentikan aktivitas sarapan Aiza bersama seorang perempuan muda yang cantik dengan balutan khimar model segi empat yang menutupi dadanya dengan dilengkapi kacamata minus yang bertengger dihidung mancungnya.
"Kakak."
Raut wajah Alesya begitu geram ketika kini sudah berdiri tepat dihadapan seorang perempuan cantik berkacamata yang dengan santainya terus mengunyah nasi goreng sarapan paginya.
"Hm."
Hanya deheman yang Alesya dapatkan. Sontak membuat dirinya naik pitam dan langsung melotot kearah perempuan berkacamata tersebut yang menyadari bahwa Alesya sedang mempelototi dirinya.
"Kenapa?, pagi-pagi sudah seram banget mukanya."
"Saudari Alula Farzanah, mana khimar maroonku?, sudah 1 minggu anda pinjam dan nggak balik-balik, lebih tepatnya sebelum anda melancong ke Singapura."
Yang ditanya malah mengangkat sebelah alisnya sembari sedang memikirkan sesuatu hal. Jelas hal ini membuat keadaan semakin tegang dan Alesya langsung melipat tangan didepan dadanya.
"Aku ngak merasa meminjam tuh, mungkin kamu yang lupa naruh kali."
"Apa?!, nggak merasa minjam?, sudah jelas-jelas di lemari aku nggak ada, siapa lagi yang ngambil kalo bukan situ, sudah sini balikin, aku mau siap-siap kuliah ini."
Percekcokan yang sudah 1 minggu libur kini riuh kembali membuat Aiza yang berada dihadapan kedua putri sambungnya itu segera mengambil tindakan.
"Astaghfirullahal adzim, kalian ini masih pagi saja udah berantem, cuma hal sepele lagi."
"Adek nih Bun, pagi-pagi bukannya sarapan, malah mau makan orang." Oceh Alula dengan nada ketus dan melanjutkan mengunyah nasi gorengnya.
"Ishhh, Kakak tuh nyebelin, bukannya pulang dari Singapura bawa oleh-oleh malah buat orang emosi, sini khimar maroonku!"
Masih saja Alesya meminta paksa khimar maroon miliknya yang katanya dipinjam Kakak satu-satunya itu yang baru saja tadi malam tiba di rumah tetapi pagi-pagi sudah dibuat selera makannya hilang.
"Mana aku tahu khimar kamu dimana, miscall saja sana siapa tahu berdering."
Ditanya serius malah jawabnya dengan gurauan. Ini yang membuat Alesya tidak dapat menahan emosinya tetapi ia tidak meluapkan emosi yang datang sekelebat saja.
Untuk kesekian kalinya Alesya menghirup napas panjang untuk mengatur emosi yang hampir saja tak terkendalikan.
"Sudah-sudah, Alesya kamu sarapan dulu saja ya, biar Bunda coba cari ditempat setrikaan."
Alesya pun hanya bisa mengaggukkan kepala seraya duduk dikursi yang kosong untuk menuruti permintaan Bundanya yang menyuruhnya untuk sarapan. Sementara Aiza memilih mangkir dari ruang makan.
Kedua Kakak beradik yang umurnya hanya beda 2 tahun itu saling diam seribu kata dengan kesibukannya masing-masing yaitu mengunyah nasi goreng buatan sang Bunda, Aiza.
Selang beberapa menit kemudian Aiza sudah kembali ke ruang makan dengan membawa lipatan kain berwarna maroon.
"Ini khimarnya Sayang, kemarin ada ditumpukan pakaian kotor dan alhamdulillah sudah Bunda cuci dan sudah disetrika, sekarang sudah bisa dipakai."
Mendengar ucapan sang Bunda yang menemukan keberadaan khimar maroonnya dan kini sudah berada ditangan Bundanya sontak membuat Alesya langsung bangkit dengan wajah ceria karena yang dicari sudah ditemukan.
"Alhamdulillah akhirnya ketemu juga, Jazakillah khoiron Bunda."
"Wa jazakillah khoiron Sayang."
Setelah mengambil khimar maroon ditangan Bundanya bukannya Alesya beranjak untuk segera bersiap-siap tetapi ia malah menoleh kearah Alula yang langsung salah tingkah dan terburu-buru makan.
"Dasar nggak tanggung jawab, habis pinjam bukannya dikembalikan malah ditelantarkan."
"Maaf, namanya juga lupa-"
"Lupa terus sampai sukses."
Merasa apa yang dicari sudah ketemu dan hatinya juga sudah lega setelah memberi peringatan kepada sang Kakak yang kebiasaannya meminjam barang miliknya tetapi selalu lupa untuk mengembalikan, kemudian Aleysa langsung beranjak melangkah menaiki anak tangga untuk segera bersiap-siap berangkat kuliah.
"Alula, lain kali jangan diulangi lagi ya Sayang, kasihan Adik kamu tuh, masa tiap hari harus marah-marah terus."
"Iya Bun, lagian aku benar-benar lupa Bun."
"Ya sudah lanjutkan sarapannya ya Sayang."
Sebenarnya tanpa disuruh Bundanya, Alula sudah menyantap sarapan paginya itu sebab ia merasa lapar sekali karena dari tadi malam menahan lapar akibat ngantuk yang luar biasa setelah perjalanan lumayan jauh dari Singapura menuju Indonesia.
^^^^^
"Bunda, Alesya mau berangkat kuliah pakai apa nih?, Ayah kok ngak tungguin Alesya sih."
Masih pagi saja wajah cantik Alesya sudah cemberut. Bagaimana tidak ia yang setiap harinya berangkat kuliah diantar sang Ayah, untuk hari ini ia tidak bisa diantar Ayahnya sebab sang Ayah sudah berangkat pagi-pagi sekali dikarenakan ada meeting penting di kantornya.
"Sayang, Ayah kan tadi malam sudah bilang sama kamu kalau Ayah besok berangkatnya pagi-pagi sekali soalnya ada meeting."
"Ya sudah, naik angkutan umum saja, manja banget sih sudah semester 5 juga, masih minta antar."
Alesya menoleh kearah datangnya suara dari dalam rumahnya, siapa lagi kalau bukan sang Kakak tercinta yang sukanya mengomentari hidupnya.
"Ishhh, selalu deh main nyelenong nyahut saja, lagian sirik banget, bilang saja iri, soalnya kan nggak pernah diantar kuliah sama Ayah, ya kan?"
Ucapan Alesya yang bernada nyindir itu bukannya membuat Alula kesal tetapi malah dibuat tertawa.
"Apa?, iri?, ngapain iri, memang anak SD yang harus diantar-antar segala, dasar bocah."
"Apa?, bocah, ishhh ngeselin!"
"Astaghfirullahal adzim, sudah-sudah."
Lagi-lagi Aiza harus berucap istighfar ketika kedua putrinya beradu mulut untuk kedua kalinya dihari yang sama. Benar-benar harus ekstra sabar menghadapi kedua putrinya yang selalu ada saja yang diperdebatkan.
"Alesya, ini sudah mau siang, kamu harus berangkat kuliah kan?"
"Iya Bun, tapi aku nggak tahu mau naik apa, kalo ojek online nunggunya takut kelamaan."
"Ya sudah minta antar kakak saja ya, Bunda mau masuk dulu."
Ucapan sang bunda ada benarnya juga tapi gengsi sekali jika Alesya meminta kakaknya untuk mengantarnya kuliah, apalagi mereka baru saja beradu mulut dan bukan cuma sekali bahkan sampai dua kali.
Merasa Alesya sudah senyum-senyum sok baik kearahnya, sontak Alula langsung bergegas menyusul Aiza untuk masuk ke dalam rumah, tetapi Aleysa berhasil meraih lengannya.
"Kakak tunggu."
"Kenapa?"
"Kakak Alula yang cantik, antarkan Adikmu yang manis ini dong ke kampus, ya-ya."
Melihat wajah sang Adik yang amat memohon kepadanya itu cukup membuat Alula tersenyum singkat.
"Ogah."
Dengan satu hentakan lengan Alula berhasil terlepas dari pegangan tangan Aleysa yang lemas seketika setelah mendengar penolakan mentah-mentah dari sang kakak yang sudah nyelonong masuk ke dalam rumah.
Helaan napas kasar seakan mewakilkan perasaan gusar Alesya karena hari ini sepertinya ia akan terlambat masuk kuliah, bagaimana tidak kakaknya tidak mau mengantarnya ditambah lagi aplikasi ojek online di handponenya eror tiba-tiba, jadi mau tidak mau Alesya harus mencari angkot yang susah sekali dicari diarea rumahnya dan ia harus menunggu di halte yang letaknya lumayan jauh dari rumahnya.
"Ayo."
Tatapan Alesya langsung tertuju kearah perempuan cantik dengan kacamatanya yang kini sudah berdiri saja disampingnya, ntah kapan Alesya juga tidak tau tapi yang terpenting sepertinya Alesya tidak perlu capek-capek jalan kaki menuju halte karena sang kakak sudah melangkah menuju garasi dan menaiki motor maticnya yang berwarna coklat lalu memasang helm berwarna senada dikepalanya.
"Nih pakai helmnya."
Bukannya segera mengambil sekaligus memakaikan helmnya, Alesya malah senyum-senyum tiada henti memperhatikan sang Kakak yang malah memperhatikan dirinya dengan tatapan aneh.
"Ayo dik, katanya mau berangkat kuliah."
"I-ya Kak, ayo."
"Bismillahirrohmaanirrohiim"
Dengan sigap Alesya langsung mengambil sekaligus memakai helmnya kemudian duduk tepat dibelakang Alula yang langsung menyalakan mesin motornya kemudian melaju meninggalkan halaman rumah mereka.
^^^^^
Kedua kaki Alesya baru saja menapaki halaman kampusnya yang sudah banyak lalu lalang keluar masuk kampus para mahasiswa dan mahasiswi yang sama seperti dirinya sebagai seorang pelajar.
"Jazakillah khoiron Kakakku yang cantik."
"Iya."
Baru saja Alula bersiap-siap untuk menyalakan mesin motornya tiba-tiba saja sebuah angkot berhenti tepat dihadapan mereka dan keluarlah beberapa mahasiswa dan mahasiswi dari angkot tersebut termasuk Silmi yang baru saja turun dari angkot dan langsung menghampiri Kakak beradik yang saling tersenyum akan kedatangannya.
"Assalamualaikum."
"Wa 'alaikumus salaam."
"Eh ada Kak Alula, apa kabar nih?, sudah satu minggu nggak ketemu."
Silmi segera menghampiri Alula yang sudah berdiri untuk menerima pelukan hangat dari sahabat adiknya yang sudah ia anggap sebagai adiknya juga. Apalagi hubungan mereka memang sangat dekat karena sering bertemu dan Silmi sering bermain ke rumah mereka.
"Alhamdulillah aku baik Sil, oh ya aku punya oleh-oleh lho buat kamu, bentar aku ambil dulu."
Mendengar ucapan Alula yang terang-terangan bahwa dirinya mempunyai buah tangan untuk Silmi yang notabenenya bukan siapa-siapa langsung membuat Alesya terbelalak.
Lalu Alula segera mengeluarkan sebuah gantungan kunci dari tas miliknya kemudian langsung memberikan kepada Silmi yang antusias banget menerimanya dan berkali-kali mengucapkan terima kasih sedangkan Alesya masih terdiam di posisinya.
^^^^^
"Selamat malam Ayah ganteng sama Bunda cantik."
Ahyar dan Aiza yang sedang menikmati makan malam langsung menoleh kearah datangnya suara yang sudah tidak asing lagi, siapa lagi kalau bukan putri bungsu mereka yang baru saja ikut bergabung untuk makan malam.
"Disini ada 3 orang lho, kok yang disiapa cuma Ayah sama Bunda, Kakak yang cantik juga nggak disapa nih?"
Sindiran tegas yang dilayangkan Alula sukses membuat Alesya tersenyum sinis, bahkan ia malah cuek tak menghiraukannya dan langsung duduk manis untuk mencicipi hidangan makan malamnya.
Alula yang merasa dicuekin hanya dapat menghela napas saja lalu melanjutkan makan malam yang hangat bersama keluarganya yang lengkap.
"Hmmm, Ohya Ayah, Bunda, tahu nggak masa ada ya seorang kakak ngasih oleh-oleh ke sahabat Adiknya tapi Adiknya sendiri nggak dikasih, Kakak itu pilih kasih sekali ya."
Ahyar dan Aiza yang kompak mendengarkan celotehan Alesya malah saling beradu pandang dengan wajah yang bertanya-tanya.
Sementara Alula merasa bahwa Adiknya itu tengah menyindirnya habis-habisan didepan kedua orang tuanya akibat kejadian tadi pagi dimana ia memberikan oleh-oleh kepada Silmi tepat dihadapan Alesya jadi tidak diragukam lagi bahwa Alesya pasti iri dan cemburu karena ia tidak memberikan adiknya oleh-oleh.
"Lula."
Ahyar yang sudah peka akan kode yang diberikan oleh putri bungsunya itu langsung menyebut nama putri pertamanya dengan nada peringatan supaya Alula tidak mengulanginya lagi.
"Tukang ngadu." Sindir Alula dengan nada sinis dan langsung beranjak dari tempat duduknya.
Melihat sang Kakak pergi dengan guratan amarah, sangat membuat Alesya langsung membulatkan kedua matanya dan merasa bersalah akibat ucapannya yang mungkin membuat nafsu makan sang kakak hilang sehingga beranjak dari aktivitas makan malam bersama keluarganya.
"Alesya, lain kali jangan begitu ya, kasihan Kakak kamu tuh, dia jadi ngembek sampai nggak lanjutkan makan malamnya."
Nasihat Aiza yang lemah lembut terdengar itu sangat membuat Alesya melupakan kemarahannya kepada sang Kakak dan langsung berubah menjadi merasa bersalah karena sudah membuat mood kakaknya menjadi buruk.
"Iya Bun, Alesya nggak akan buat mood Kakak jelek lagi, kalau begitu Alesya susul Kakak dulu ya."
Baru saja Alesya beranjak dari duduknya untuk menyusul sang Kakak yang mungkin sedang uring-uringan di kamarnya tetapi seketika ia tersentak melihat yang akan ia susul sudah berdiri dihadapannya dengan menyodorkan sebuah goody bag kepada.
"Nih buat kamu!."
Setelah goody bag berhasil berada ditangan Alesya, Alula langsung kembali duduk dan melanjutkan makan malamnya yang sempat terhenti karena harus mengambil oleh-oleh untuk sang adik yang rewel seperti bocah.
Sedangkan yang diberi oleh-oleh masih tidak percaya tapi langsung memeluk sang kakak tercinta yang ternyata tidak pernah lupa untuk memberikannya oleh-oleh.
"Jazakillah khoiron Kakakku yang cantik, aku saaayang Kakak."
"Wa jazakillah khoiron, tapi lain kali jangan seudzhon dulu, nggak baik." lho dek"
"Siyappp bos"
Rupanya pelukan Alesya langsung dibalas oleh Alula yang juga ikut tersenyum melihat sang adik nampak bahagia ketika mendapatkan oleh-oleh darinya. Sebenarnya Alula tidak lupa untuk membelikan Alesya oleh-oleh namun ia sengaja membuat adik semata wayangnya itu kesal anggap saja ini balasan karena penyambutan kepulangannya yang tidak disambut baik oleh Alesya yang tadi pagi ngomel-ngomel masalah khimar maroonnya, tapi kini mereka sudah berdamai ntah akan bertahan berapa lama, atau mungkin besok sudah beradu mulut lagi. Tapi setidaknya setelah perang saudara sedang dimulai, masih ada kedamaian setelahnya.
Namanya juga saudara, walau satu rahim tetapi belum tentu memiliki fisik dan watak yang sama, seperti halnya Alula dan Alesya meskipun satu aliran darah tetapi mereka tetap memiliki yang namanya sebuah perbedaan.
🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻
Jangan lupa Vote dan komentarnya
Yah Readers!🙏
See you in next chapter
❤❤❤
*jika suka tulisan saya tolong beri dukungan dan komentar yah, karena dukungan dan komentar kalian adalah suntikan semangat bagi saya, Readers*
Ketika paras wajah yang indah
Dikagumi oleh setiap mata yang memandang
Bukan itu letak kesempurnaan seseorang
Melainkan memiliki paras hati dan akhlak yang baik
~Takdir Terindah~
Ukhfira
Sebelum baca cerita ini jangan lupa sholat dan baca Al-Quran dulu ya
Selamat membaca
Semoga suka
🌻🌻🌻
Kedua perempuan muslimah cantik dengan pakaian syar'i yang membalut tubuhnya baru saja tiba di depan kampus tempat mereka menimba ilmu, lebih tepatnya mereka baru saja turun dari angkutan umum. Siapa lagi jikan bukan sepasang sahabat karib yang bernama Alesya dan Silmi.
Karena tugas kuliah yang harus dikumpulkan hari ini Alesya rela pagi-pagi sekali menyambangi kost kediaman Silmi. Mereka janjian untuk berangkat kuliah bersama bukan sekedar alasan tugas tetapi karena ada sebab lain dipihak Alesya yaitu tersebab karena Ayahnya tidak bisa mengantarnya ke kampus dengan alasan yang sama seperti kemarin yaitu ada meeting pagi-pagi sekali di kantornya. Entah mengapa akhir-akhir ini Ayah Ahyar sedang sibuk-sibuknya bekerja mungkin karena perekonomian mereka yang semakin menjulang tinggi yaitu harus membayar biaya kuliah kedua putrinya juga ditambah kebutuhan sehari-hari keluarga mereka.
Sebenarnya Alesya bisa meminta diantarkan sang Kakak, Alula yang sedang duduk santai di rumah dikarenakan jadwal kuliahnya yang masih siang nanti tetapi Alesya sudah jera untuk meminta antar oleh sang kakak karena pasti ujung-ujungnya mereka harus berperang dulu dan itu sangat tidak diinginkan oleh Alesya, karena jika dari rumah moodnya sudah berantakan maka dipastikan sampai kampus moodnya malah bertambah berantakan.
"Semoga Pak Anjas puas ya dengan tugas kita yang super dadakan ini."
"Iya Al semoga saja, untung saja tugasnya nggak susah jadi bisa dikerjakan secepat kilat, ayo kita masuk Al."
Setelah perbincangan ringan mengenai tugas mereka telah usai, akhirnya mereka pun segera masuk ke dalam kampus untuk segera mengisi kelas pagi ini.
Baru saja baik Alesya maupun Silmi menginjakkan kakinya di area halaman kampus mereka, tiba-tiba sorot mata mereka tertuju kearah para mahasiswi yang sedang tersenyum berbinar-binar penuh cinta. Entah apa yang membuat mereka tersenyum, seakan-akan sedang melihat hal yang mengagumkan.
"Mereka pada kenapa sih kok senyum-senyum nggak jelas gitu ya?"
Rasa penasaran Alesya sudah tidak dapat dibendung lagi sehingga ia mencoba bertanya kepada Silmi yang hanya dapat mengedikkan bahunya mengisyaratkan ketidaktahuan akan sesuatu yang ditanya oleh Alesya.
"Afnan."
Sebuah nama yang terlontar dari beberapa mahasiswi yang hampir bersamaan itu langsung membuat Alesya dan Silmi langsung mengalihkan pandangan mereka kebelakang.
Terlihat sorang laki-laki tampan dengan memakai t-shirt lengan panjang berwarna dongker kombinasi putih dengan dipadukan celana panjang berwarna hitam yang menambah kesan keren dan karismatik itu baru saja keluar dari mobilnya yang terparkir di tempat khusus parkir kemudian melangkah melewati segerombolan mahasiswi yang memenuhi lorong-lorong kampus.
Senyum indah terukir di wajah tampannya tatkala menyapa para mahasiswi yang tengah tersenyum duluan kearahnya.
Sedangkan Alesya bukannya ikut tersenyum memandangi wajah tampan laki-laki itu justru ia merasa ilfeel dan membuang pandangannya ketika laki-laki itu berjalan dihadapannya, begitu juga dengan Silmi yang menatap penuh risih ketika laki-laki itu berjalan melewatinya.
Laki-laki tampan tersebut akhirnya hilang dihadapan mereka dan para mahasiswi yang notebenenya berhijab semua pada bubar dan kembali keurusan masing-masing.
"Baru saja kemarin bisa bernapas lega, eh dia muncul lagi, kenapa nggak pindah kampus saja sih, muak sekali lihat wajah sok gantengnya itu."
"Ya namanya juga pangeran kampus Al, mana mungkin dia mau pindah kampus."
Laki-laki tampan yang baru saja lewat dihadapan mereka ternyata adalah seorang pangeran kampus yang bernama lengkap Muhammad Afnan Rafisqy. Laki-laki berwajah tampan yang berseri-seri itulah arti dari nama indah seindah wajahnya yang membuat siapa saja yang melihatnya dibuat terkagum-kagum dan bahkan sampai jatuh cinta tetapi tidak dengan Alesya yang justru kebalikannya yaitu sangat membenci laki-laki tampan tersebut.
"Aku heran deh sama mereka, apa coba istimewanya laki-laki sok ganteng itu, lagian dia itu nggak pantas dijuluki sebagai pangeran kampus, modal tampang doang kok, nggak ada apa-apanya."
"Sudah lah Al, ngapain bahas pangeran kampus itu, sekarang itu ada yang lebih penting dari dia."
"Pak Anjas!"
Dengan kompaknya Alesya dan Silmi saling menyebut nama pak Anjas dengan mata yang sudah membulat bahkan langsung melangkah dengan setengah berlari menuju kelas mereka.
Baik Alesya maupun Silmi berharap semoga mereka tidak telat masuk ke kelas mata kuliah pagi ini hanya karena mereka terlalu fokus hanyut dalam suasana yang sebenarnya muak sekali, bagaimana tidak hampir setiap hari jika laki-laki sok ganteng itu lewat pasti para mahasiswi langsung klepek-klepek dan tatapan penuh cinta tertuju kearah laki-laki yang dijuluki pangeran kampus tersebut.
Akhirnya Alesya dan Silmi dapat bernapas lega ketika mereka sudah sampai di dalam kelas karena dosen yang akan memberikan pelajaran mata kuliah pagi ini belum tiba di kelas.
^^^^^
Mata kuliah pagi ini telah usai, tugas Alesya pun juga sudah dikumpulkan bersama dengan tugas Silmi dan teman sekelasnya bahkan setelah dosennya yang bernama Anjas keluar para mahasiswa dan mahasiswi yang memenuhi kelas ikut keluar berhamburan begitu juga dengan Alesya dan Silmi yang seperti yang sudah-sudah selalu meluangkan waktu untuk sarapan pagi di kantin karena nanti siang ada mata kuliah lagi.
"Mau pesan apa Al?, biar aku saja yang pesan."
"Aku pesan nasi goreng plus telur ceplok sama air mineral."
Setelah mendengar pesanan makanan yang Alesya ingin pesan Silmi langsung bergegas menuju tempat pesan sedangkan Alesya memilih duduk di kursi yang kosong untuk menunggu Silmi datang.
"Loe mau pesan apa Bro, biar gue yang pesankan."
"Gue pesan bakso sama es teh saja."
Dua orang laki-laki yang terlihat keren dengan pakaian style outfitnya itu baru saja masuk ke dalam kantin, bersamaan itu pula para mahasiswi yang tengah menikmati makanan bahkan ada yang tidak jadi menyuapkan sendok ke mulutnya setelah melihat kedatangan laki-laki tampan yang mendapat julukan pangeran kampus.
Muhammad Afnan Rafisqy baru saja duduk di kursi yang kosong tepat dihadapan Alesya duduk tetapi sangat jauh, Alesya yang baru saja sadar akan kehadiran laki-laki yang sok ganteng menurutnya itu langsung dibuat kesel dan tak ingin memandang kearah dimana laki-laki itu sudah menjadi pusat perhatian para mahasiswi yang sedang menghabiskan waktunya di kantin.
"Males banget sih harus melihat dia lagi, bikin selera makan jadi hilang."
Merasa sangat terganggu dengan kehadiran laki-laki yang sok ganteng itu, Alesya langsung beranjak dari duduknya dan menghampiri Silmi yang masih menunggu pesanan makanan mereka.
"Sil, aku nggak jadi makan, selera makan aku mendadak hilang."
Silmi terkejut ketika Alesya sudah berada disampingnya dan bahkan tidak jadi makan. Benar-benar aneh.
"Lho kenapa Al?, ini bentar lagi pesanan kita mau selesai lho."
"Batalkan saja, kita makannya nanti saja, aku lagi nggak mood nih."
Akhirnya mau tidak mau Silmi langsung membatalkan pesanan mereka dan seketika itu pula ia menoleh kearah Alesya yang sedang menoleh kearah samping dengan tatapan risih.
"Oh, karena itu kamu nggak jadi makan, aku juga nggak jadi makan deh."
"Ya sudah ayo pergi Sil."
Tanpa mau berlama-lama lagi Alesya langsung menggandeng Silmi untuk keluar dari kantin. Rupanya kepergian mereka menjadi pusat perhatian seorang laki-laki yang tengah menunggu pesanannya.
Laki-laki tersebut segera melangkah menghampiri Afnan setelah menerima pesanan makanan yang dipesannya.
"Loe nhgak makan Bro?"
"Nggak, gue masih kenyang, oh ya Bro tadi ada dua cewek yang nggak jadi makan dan gue lihat mereka menoleh kearah loe dengan tatapan nggak suka gitu, aneh ya, baru kali ini ada cewek yang nggak demen sama loe, secara loe kan pangeran kampus yang terkenal ganteng dan keren."
Afnan yang mendengar cerita singkat dari sahabatnya yang bernama Shuwan itu dibuat terkekeh tetapi otaknya sepertinya sependapat dengan ucapan Shuwan. Terkenal ganteng dan keren sampai digilai para mahasiswi lebih khususnya para mahasiswi yang satu fakultas dengannya yaitu fakultas agama Islam, tapi ternyata tidak semua menggilai ketampanannya, buktinya Shuan mendapati cewek yang tidak suka dengannya dua cewe sekaligus.
"Iya juga ya Bro, baru kali ini gue dengar ada cewek yang nggak suka sama gue, tapi gue bersyukur setidaknya beban gue berkurang, semoga nanti banyak yang nyusul dua cewe itu ya, biar gue terbebas dari fitnah dunia."
Jawaban Afnan itu cukup membuat Shuwan kebingungan dan merasa aneh, bagaimana tidak laki-laki yang digilai mahasiswi satu kampus merasa tidak terbebani. Mungkin jika Shua berada diposisi Afnan, ia sangat beruntung dan terbang diatas awan, tapi sayangnya itu hanya khayalan Shuwan saja.
"Kok loe aneh sih, bukannya senang disukai banyak wanita, bahkan kalau loe mau loe bisa pilih yang paling cantik buat dijadikan calon istri loe."
"Shuwan-Shuwan, pikiran loe tetep nggak berubah ya, cewek saja terus yang melayang-layang dipikiran loe itu."
Shuwan yang mendengar ucapan Afnan yang terang-terangan menyindir dirinya membuatnya langsung tersenyum masam, walau sebenarnya apa yang dikatakan sahabatnya itu benar tetapi bukan Shuwan namanya kalo mau mengakui kelemahannya yaitu selalu memikirkan yang namanya perempuan.
"Bagi gue semua perempuan yang suka sama gue adalah beban bahkan masalah besar, menurut gue kegantengan gue bukan membuat gue bahagia tapi membuat gue bermasalah, karena sejatinya perempuan itu adalah fitnah yang nyata bagi kita seorang laki-laki."
Penuturan Afnan yang sangat bijak terdengar membuat Shuwan kagum kepada sahabatnya yang pemikirannya religius sekali, dan jika dipikir omongan Afnan itu benar sekali, perempuan adalah sumber fitnah yang nyata bagi kaum adam. Akhirnya pemikiran Shuwan menyatu juga dengan Afnan.
"Mantap Bosqu, sekarang gue tahu kenapa loe ngebet banget pengen nikah, ya karena salah satu alasannya loe ingin terhindar dari fitnah wanita yang amat nyata bagi kaum adam, ya kan Bro." Tebak Shuwan tepat sasaran.
Afnan pun mengulas senyum manisnya tatkala mendengar ucapan Shuwan yang seperti membaca pikirannya saja.
^^^^^
Walau sesibuk apapun rutinitas sebagai seorang mahasiswi tidak membutakan Alesya untuk tidak menjalankan kewajibannya sebagai seorang muslimah.
Kesibukan bukan suatu alasan untuknya tidak menjalankan kewajibannya untuk sholat lima waktu, selain untuk menggugurkan kewajibannya bagi Alesya sholat adalah caranya untuk berkomunikasi kepada sang maha pencipta.
Usai sholat ashar berjamaah di masjid yang memang menjadi fasilitas wajib di kampusnya, Alesya beserta Silmi segera keluar dari masjid untuk segera pulang ke kediamannya masing-masing.
"Assalamu 'alaikum Kak Al, Kak Sil."
Seorang wanita cantik dengan berpsotur tubuh mungil yang dibalutkan dengan baju+rok muslimah ditambah khimar scraf polos yang syari itu menghampiri Alesya dan Silmi yang baru keluar dari masjid.
Dengan kompak Alesya dan Silmi menjawab salam dari perempuan muslimah yang terlihat lebih muda dari mereka "Wa 'alaikumus salaam."
"Maa syaa Allah, Ziva?, kamu kemana saja kok baru muncul sih."
Tanpa ragu lagi Alesya langsung memeluk tubuh seorang perempuan dihadapannya itu untuk mengobati rasa rindu yang sempat bersarang.
Ziva adalah adik tingkat Alesya dan Silmi tetapi mereka tidak satu jurusan melainkan mereka saling mengenal karena sering ikut kajian bersama yang diselenggarakan oleh pengurus masjid Universitas Islam Jakarta.
"Iya nih kita kangen sama kebawelan kamu Zi, memangnya kemarin kemana?, kok nggak kelihatan mancung hidungnya?, mentang-mentang kemarin nggak ada kajian jadi nggak nemuin kita nih."
Ziva yang mendengar celotehan-celotehan kakak-kakak tingkatnya yang sudah ia anggap kakaknya sendiri itu malah tersenyum bahagia karena ia merasa orang yang penting bagi mereka karena sehari saja tidak ada kabar langsung dicariin.
"Cieee ada yang kangen sama Ziva yang cantik dan lucu ini, hmmm Ziva jadi terharu deh."
Karena umurnya yang masih 19 tahun, jadi dapat dilihat bagaimana sifat manja dan kekanak-kanakan Ziva. Justru hal itu yang membuat Alesya dan Silmi semakin lucu dan gemas terhadap gadis muda nan belia dihadapan mereka.
"Ziva kemarin memang nggak masuk kuliah Kak, kemarin Ziva keluar kota sama keluarga, karena sepupu Ziva ada yang menikah."
Alesya dan Silmi yang mendengar jawaban Ziva dengan nada khasnya itu saling ber-o ria karena rasa penasaran mereka sudah gugur.
"Oh ya, Ziva punya oleh-oleh buat Kak Al sama Kak Sil, nih semoga suka ya."
Goody bag berukuran mini yang tadinya setia Ziva genggam kini sudah berada diatas tangan Alesya dan Silmi.
Dengan kompak mereka membukanya, terdapat kain bermotif indah berwarna pastel. Rupanya Ziva memberikan oleh-oleh kepada Alesya dan Silmi berupa khimar scraf bermotif dengan diujungnya bertuliskan Ziva Kinanah.
"Ini khimar scraf kok ada tulisan nama kamu Zi?" Tanya Alesya penasaran.
"Kamu bisnis khimar scraf ya Zi?"
Mendengar tebakan Silmi yang secara spontanitas itu justru langsung dianggukan kepala bahkan dibalut senyuman termanis oleh Ziva.
"Maa syaa Allah jawaban Kak Sil benar 100 %, selamat anda mendapatkan satu buah khimar scarf by Ziva Kinanah."
Dengan riang gembira Silmi langsung bertepuk tangan seolah-olah sedang memenangkan kuis dan mendapatkan hadiah dari kuis tersebut. Alesya yang melihat tingkah Ziva dan Silmi hanya bisa geleng-geleng kepala saja.
"Kak Al, Kak Sil, doain Ziva ya semoga bisnis Ziva lancar, dagangan Ziva laku keras, dan Ziva minta tolong promosikan juga ya, hehehe."
Dengan penuh harap Ziva meminta tolong kepada dua wanita cantik yang sama-sama kompak memasang wajah mikir seolah-olah membutuhkan pertimbangan untuk membantu Ziva.
"Kok pada mikir gitu sih?, memangnya berat banget ya permintaan Ziva?"
Melihat Ziva yang cemberut itu berhasil membuat kedua sahabat yang tadinya nampak mikir langsung tertawa pecah akibat kelucuan wajah Ziva yang bisa dikatakan baby face.
"In syaa Allah Ziva kita akan selalu doakan yang terbaik buat kamu, buat kesuksesan dagangan kamu."
Ucapan Alesya yang mantap itu sukses membuat Ziva dapat bernapas lega dan langsung tersenyum manis bahkan tak lupa ngucapin banyak-banyak terima kasih baik kepada Alesya maupun Silmi.
"Ngomong-ngomong apa sih motivasi kamu bisnis khimar begini, padahal kan orang tua kamu mampu dan nggak kekurangan kekurangan aku, tapi apa sih yang mendorong kamu Zi?"
Lagi-lagi Ziva tersenyum dan sepertinya ia sedang teringat akan sesuatu setelah mendengar pertanyaan yang dilontarkan Silmi barusan.
"Sebenarnya Ziva berbisnis khimar scraf ini karena Ziva ingin mandiri, ya walaupun orang tua Ziva alhamdulillah mampu membiayai kuliah dan hidup Ziva tapi bukan berarti Ziva menengadah tangan terus kepada Papi dan Mami."
"Maa syaa Allah, bijak banget sih gadis cantik nan mungil ini, siapa yang mengajatkan nak?"
Alesya pun terharu dengan ucapan Ziva yang bijak, ternyata walau bertubuh mungil, berwajah bayi bahkan berwatak manja bukan berarti pemikiran Ziva seperti anak-anak, sekarang dia membuktikan bahwa dirinya bisa berpemikiran dewasa.
"Ziva termotivasi sama Abang Af, Abang Ziva, dia masih kuliah tapi sudah sukses diusi muda, pokoknya Abang Af adalah idola Ziva"
Terjawab sudah pertanyaan Alesya sekaligus Silmi yang tadinya sempat bertanya-tanya siapa dalang dibalik keinginan Ziva memulai dengan peruntungan berbisnis, dia adalah sang Abang tercinta sekaligus Abang satu-satunya yang Ziva punya.
Alesya dan Silmi sudah mengetahui tentang latar belakang keluarga Ziva tetapi tidak sampai mendalam bahkan nama dan wajah abang Ziva saja mereka tidak tahu, dan mereka juga tidak terlalu mementingkan itu apalagi Alesya yang memang bisa dibilang anti dengan laki-laki. Karena bagi Alesya hanya Ayahnya lah laki-laki satu-satunya yang ia tahu dan ia tidak mau tahu tentang laki-laki selain Ayahnya.
🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻
"Aku tidak meninggalkan satu fitnah pun yang membahayakan para lelaki selain fitnah wanita"
{HR. Bukhori & Muslim}
Jangan lupa Vote dan komentarnya
Yah Readers
🙏🙏🙏
See you in next chapter
❤❤❤
*jika suka tulisan saya tolong beri dukungan dan komentar yah, karena dukungan dan komentar kalian adalah suntikan semangat bagi saya Readers*
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!