NovelToon NovelToon

SULTAN UDIN

DI PANTI ASUHAN

Cahaya menatap sayu bayi dalam gendongannya, Pangeran As'ad sang suami merangkul nya disertai usapan lembut di bahu.

" Bagaimana Bu??" Tanya Aini pemilik yayasan Al-Hikmah bertanya kepastian dua pasangan muda yang terlihat sepadan.

" Yah" Hanya itu saja yang keluar dari bibir Cahaya. Ia menahan gelombang kesedihan yang luar biasa. Bagaimana tidak? Ia harus berpisah dari anaknya.

Semua itu ia lakukan demi keselamatan sang anak. Cahaya tidak boleh memiliki anak. Jika dia memiliki anak, maka anak itu akan meninggal dalam kurun waktu empat puluh hari.

Dan ini adalah anaknya yang ke tujuh, Cahaya tidak mau anaknya ini akan bernasib sama dengan ke enam anaknya yang lain.

Hanya ada satu cara, Cahaya harus membuang anaknya ke tempat jauh. Dan inilah yang Cahaya lakukan saat ini.

Semua itu bukan karena sebarang alasan, Cahaya adalah penjaga pusaka legendaris topeng iblis pencabut nyawa. Adalah satu pantangan bagi penjaga nya yaitu tidak boleh memiliki keturunan.

Jika sampai memiliki anak, maka anak itu akan meninggal.

Cahaya baru bisa berkumpul kembali dengan anaknya jika anak itu sudah baligh.

Pangeran As'ad mencium pipi putranya, bersamaan dengan itu. Cahaya menyelipkan dua jimat warisan sang kakek di belakang cuping telinga anaknya. Yaitu Jimat pengasihan pengantin dan batu kecubung.

" Ku beri nama kau Muhammad Jamaluddin" ucap Cahaya dengan suara bergetar, bayi itu mengeliat seolah menyambut nama yang diberikan Ibunya.

Pangeran As'ad tersenyum hambar, ia mengambil alih putranya lalu ia serahkan kepada sang ketua panti asuhan.

" Jangan kau berikan anak ini kepada siapapun, karena kami akan kembali setelah dia aqil baligh" Pangeran As'ad memberikan pesan, Aini mengangguk setuju.

Bayi Muhammad Jamaluddin tersenyum saat ia dipangku oleh Aini. Wanita itu langsung jatuh cinta dengan bayi mungil nan tampan rupawan.

Pangeran As'ad memeluk istrinya dan mengajaknya pergi, Namun Cahaya enggan. Ia masih ingin menggendong putranya itu.

"Sayang,,,, Ayo..." bisik Pangeran As'ad , akhirnya Cahaya pun melepaskan anaknya disertai deraian air mata.

Setelah kedua pasangan itu pergi, Aini membawa bayi Jamal masuk ke dalam. Untuk bayi yang masih bayi seperti ini, Aini memang mengasuh nya sendiri.

Selain telaten, Aini memang penyuka bayi. Karena dirinya bukanlah wanita yang beruntung seperti wanita lainnya. Ia mandul, dan diceraikan oleh suaminya.

" Bayi baru datang Mbak?" sapa Saleha teman seperjuangan Aini. Yang ditanya menjawab dengan anggukan kepala sembari tersenyum.

" Waahhh tampan sekali ya Mbak, kaya bule"puji Saleha.

" Orang tuanya aja tadi ganteng dan cantik, pantas anaknya ganteng"

" Ada ya orang tua yang nitipin anaknya ke panti asuhan saat dia baru lahir . Kenapa mereka mau buat anak , Kalau akhirnya nggak mau ngurusin" Komentar Nurul yang baru saja selesai mencuci.

" Mereka pasti punya alasan sendiri ,, Tadi aku lihat mereka sangat tidak rela melepaskan anaknya" jelas Aini.

Nurul mencebikkan bibirnya sambil mengangkat kedua bahunya.

" Gimana Nurul -?-semuanya udah dicuci ?? Udah dijemur?? Setrika-an gimana??" Aini mengalihkan pembicaraan.

" Beres!!" Nurul mengangkat ibu jarinya.

" Ya udah, kamu istirahat aja dulu... Biar Saleha yang masak "

Nurul mengangguk setuju.

Setahun berlalu ---

Kini Jamal bayi sudah mulai belajar berjalan, pertumbuhan anak itu sangatlah pesat.

Pada suatu hari, di Panti asuhan yayasan Al-Hikmah. Kedatangan seorang bayi perempuan, katanya Ibunya sudah meninggal saat melahirkan.

Karena masih bayi, ia diletakkan satu kamar dengan bayi Jamal.

Bayi Jamal memperhatikan saat bayi itu diletakkan dalam box bayi. Ia melihat dengan jelas bahwa ada sosok wanita yang mengikuti.

Bayi Jamal menatap wanita itu, wajahnya tergurat kesedihan yang mendalam.

Aini meninggalkan bayi yang baru datang setelah tertidur pulas. Ia kembali melanjutkan aktivitas lainnya.

Salehah dan Nurul pun sibuk dengan kegiatannya masing-masing.

Jam berdentang satu kali, pertanda malam sudah melewati pertengahan.

Salehah datang seperti biasa, mengecek semua bayi yang sekamar dengan Bayi Jamal.

" Hey Jamal, kau selalu tidak tidur ya..." Sapa Salehah sambil mencubit lembut pipi gebu Si Jamal.

Tidak lupa Salehah memeriksa popok Jamal. Kemudian ia meletakkan kembali Jamal di tempat tidur nya.

Bayi Jamal memang jarang tidur, kebiasaan Ilyas menurun padanya. Tapi ia tidak rewel, justru ia akan menenangkan bayi-bayi yang lain.

Malam itu Suasananya sedikit lain, udaranya dingin mencekam. Salehah menutup fentilasi jendela dan mengurangi suhu AC agar tidak terlalu dingin bagi para bayi.

Di kamar itu ada tujuh bayi, dan Bayi Jamal yang paling besar diantara yang lain. Tiga diantaranya ada dalam box bayi, sedangkan Bayi Jamal dan tiga bayi lainnya lagi tidur di kasur yang di hampar di atas lantai.

Bayi Jamal memperhatikan ke sekeliling sesaat setelah Salehah keluar dari kamar nya. Ia merangkak ke arah pintu.

BRAK!!

Daun pintu terhempas kuat, Bayi Jamal mempercepat rangkak-annya. Ia mendorong daun pintu hingga tertutup kembali.

Sosok wanita berambut panjang berwajah pucat dengan memakai kebaya putih.

Yang berdiri di luar kamar tercengang,ia baru saja akan siap masuk. Tapi mendadak pintu tertutup rapat dari dalam.

Ia mengulang kembali mengeluarkan keahliannya mendorong pintu hanya dengan membeliakan matanya.

Tapi kali ini pintu sama sekali tidak bergerak. Hal itu disebabkan oleh Bayi Jamal menyenderkan sebelah kakinya ke daun pintu. Ia dengan santainya tengkurap sambil tertawa terpingkal-pingkal.

Si Kuntilanak sekali lagi mengeluarkan kekuatan nya, namun hasilnya nihil. Ia tidak pantang menyerah, sampai kedua tangannya membantu melebarkan matanya agar semakin bertambah kekuatan nya. Tetap saja tidak berhasil.

" Eh... Kenapa tidak bisa dibuka? Tadi bisa kok, sampai berair mataku karena melotot, nggak bisa-bisa. Hemmm aku intip aja kali ya"

Kuntilanak itu menyibakkan tangan nya, tirai jendela terbuka dengan sendirinya.

Bayi Jamal mengalihkan pandangannya ke tirai yang bergerak sendiri. Teman-temannya sesama bayi pada menangis karena merasakan aura negatif mendekati.

Bayi Jamal menaiki salah satu box bayi dengan cekatan. Ia menunggu di Kuntilanak mendekat ke jendela.

BAAAA (bayi Jamal muncul dengan tiba-tiba di balik kaca jendela)

WAAAAKKKKK

Si Kuntilanak menjerit kuat hingga tubuhnya terseret jauh ke belakang.

" Xixixixixixixi" Bayi Jamal cekikikan sambil memegang perut nya.

Sementara si Kuntilanak memegang dadanya yang berdenyut kencang karena kaget.

" Makhluk apa-an barusan ?? Kok dia bisa menakuti ku?? Ah aku takut loh, tapi kok aku takut?? Padahal banyak orang takut padaku"

" Aduh aku perlu mempermak wajahku biar lebih menakutkan lagi... Aku pergi dulu dah, nanti aku balik lagi dengan tampang lebih menyeramkan"

Si Kuntilanak melayang jauh meninggalkan area yayasan Al-Hikmah.

Bayi Jamal memperhatikan dari balik jendela kepergian si Kuntilanak.

TENDANGAN BEBAS

Para bayi mulai tenang setelah Kuntilanak itu pergi. Bayi Jamal bergelayut turun dari Box bayi, ia kembali ke tempat tidur nya. Tidak lupa ia membenarkan selimut teman-temannya.

Sedangkan si Kuntilanak kembali berkumpul bersama rombongan nya dengan wajah sedih.

Sosok pocong melompat menghampiri Kuntilanak yang tengah gundah gulana.

" Kamu kenapa Kun?? Bukannya kamu tadi pamit mau menemui anakmu di Panti? Seharusnya kamu kan senang, ketawa-ketiwi. Ini kok malah manyun?"

Si Kuntilanak melirik Pocong, ia malu jika harus menceritakan kejadian yang sebenarnya.

Namun dalam hatinya si Kuntilanak berniat akan datang kembali dan pasti akan berhasil masuk ke dalam kamar anaknya.

*

*

Malam berikut nya, Kuntilanak itu kembali. Tentunya dengan penampilan baru. Matanya bergelantung sebelah, Hidung nya berongga dengan banyaknya belatung berlompatan.

Ia merangkak di bawah atap koridor menuju kamar bayi. Si Kuntilanak sangat yakin bahwa kali ini tidak akan ada yang menakuti nya lagi.

Bayi Jamal menengok melalui kaca jendela, ia bisa melihat bayangan makhluk yang mengerikan itu di cermin. Bibir tipis nya melengkung.

Segera bayi Jamal turun, ia berhasil menggerakkan tuas pintu dengan menaiki bantal yang disusun.

Lalu bayi Jamal melongokkan kepalanya terlebih dahulu, ia melihat makhluk yang kini berwujud lebih mengerikan daripada semalam telah mendekat.

Makhluk itu bergelantungan turun menapak lantai. Sorot matanya tajam, samar-samar ia bisa melihat bayi Jamal di ambang pintu.

KHHHRRRRRRRR

Ia keluarkan suara serau dari mulutnya, kedua kakinya melayang semakin mendekat.

Tepat di depan pintu, makhluk itu berhenti. Kepalanya tengleng ke kiri disertai suara kretek Kretek. Lalu berputar tiba-tiba menatap bayi Jamal.

Bayi Jamal melebarkan matanya, nafasnya tertahan. Wajahnya menampakkan ketakutan.

Si makhluk itu dengan percaya diri nya menggelindingkan kepalanya ke lantai, lalu bergulir ke hadapan Bayi Jamal.

Kelopak matanya terbuka, dan satu matanya langsung copot menggelantung.

Bayi Jamal menggigit jari, pandangan nya terangkat. Kini makhluk itu berdiri tanpa kepala.

Makhluk itu menyeringai, dari giginya keluar darah kental berbau anyir.

Tangan bayi Jamal terjulur pelan, ia meraba wajah busuk itu tanpa jijik.

Si Kuntilanak yang melotot jadi heran, apa yang dilakukan anak itu??

Tak disangka, bayi Jamal menggenggam bola mata yang menggelantung. Lalu memasukkan kembali ke rongga mata si Kuntilanak.

Tapi justru terbalik, bola mata yang ada pupilnya justru berada di dalam. Dengan tanpa sungkan, bayi Jamal mencolok kembali mata itu. Si Kuntilanak tersentak kesakitan,

" Cuuup cuuup" santai sekali Bayi Jamal menenangkan si Kuntilanak dengan menirukan gaya Aini mendiamkan bayi menangis.

Si Kuntilanak malah nurut lagi, kepalanya manggut-manggut. Bayi Jamal memasukkan kembali bola mata yang sebelumnya terbalik. Dan kini sudah benar, itu sangat melegakan.

Bayi Jamal berdiri sambil berpegangan ke kusen pintu. Tangannya membelai rambut kucel si Kuntilanak.

Tanpa ba-bi-bu, bayi Jamal melakukan ancang-ancang selayaknya pemain bola akan menendang di kotak pinalti.

BUK

Bayi Jamal menendang kepala si Kuntilanak hingga melambung jauh.

WAAAAAAAAAAAAAAAAAAA

Jeritan Kuntilanak mengaum jauh. Bayi Jamal melompat-lompat kegirangan sambil bertepuk tangan.

Alhasil, tubuh si Kuntilanak berjalan seperti orang buta. Tertabrak kesana-kemari, membuat bayi Jamal tertawa sampai terguling-guling.

*

Huhuhuhuhuhu

Si Kuntilanak menangis tersedu-sedu, ia kesusahan menyibak rambut yang menggulung wajah nya.

Sedangkan tubuhnya masih terbentur kesana-kesini mencari letak kepala nya.

" Tolong..." Serunya parau, ia berharap ada temannya yang bisa membantu nya.

Benar saja, pocong datang melompat menghampiri.

" Kun, apakah itu kamu??" tanya si pocong.

" Cong, tolong aku"

" Kamu kenapa?? Kok tinggal kepala doang?? Tubuh mu kemana?" Si pocong celingukan mencari tubuh Kuntilanak.

" Nggak tahulah nyungsep dimana tubuhku, Cong tolong angkat aku dan rapikan rambut ku" Pinta si Kuntilanak.

" Bagaimana caranya?? tangan ku di lilit begini Kun" Si pocong melihat kondisi dirinya yang tidak bisa berbuat banyak.

" Aduh Cong Cong... Kamu memang tidak berguna, tolong panggil teman kita yang lain dong buat bantuin aku" pinta Kuntilanak.

" Baiklah, tunggu sebentar"

Si pocong melompat pergi mencari bantuan.

Sejak dari pada itu, Kuntilanak tidak ingin datang ke tempat anaknya berada. Rasa trauma dan takut membuat nya tidak berani untuk mendekati area yayasan Al-Hikmah.

Meskipun sebenarnya dia cuma ingin melihat anaknya yang SE kamar dengan bayi Jamal.

Tapi kekuatan anak balita yang tidak ia ketahui siapa namanya membuat nya enggan datang kembali.

Bayi Jamal sendiri merasa jenuh karena tidak ada mainan untuk nya jika ia tidak bisa tidur malam.

Ia menunggu kedatangan Kuntilanak itu, tapi tak muncul-muncul.

Teman-temannya pada nyenyak sekali, tapi dirinya tidak bisa.

Maka ia akan keluar merangkak berkeliaran di sekitar yayasan.

Di satu malam, saat ia berkeliaran. Bayi Jamal melihat pengasuh nya si Aini tengah duduk menangis di taman dengan di temani oleh saleha dan Nurul.

Bayi Jamal mendekat tapi ia bersembunyi di balik gazebo menguping pembicaraan para pengasuh nya.

" Aku tidak tahu harus bagaimana sekarang?? , tega-teganya Kak Arsyad menjamin kan tanah ini untuk mengambil pinjaman ke Bank. Padahal dia tahu sendiri jika tanah ini sudah di wakaf kan dan tidak boleh diganggu gugat lagi" Aini menyeka air matanya.

Salehah dan Nurul dengan setia mendampinginya di sisi kanan dan kiri.

" Terus gimana Mbak?? Apa tanah ini akan disita sama Bank?" Tanya Nurul.

" Aku tidak akan membiarkan hal itu terjadi Nurul, aku akan menjual aset yang aku miliki untuk menebusnya" Jawab Aini yakin.

" Tapi Mbak akan kehilangan harta Mbak" tegur Salehah.

" Nggak apa-apa, bukan semuanya kok. Dari pada yayasan ini di gusur, lebih baik aku kehilangan sebagian harta benda ku. Setelah itu aku akan menyimpan sertifikat tanah ini ke loker bank" Aini terlihat pasrah.

Salehah dan Nurul tidak bisa berkata apa-apa lagi. Karena memang mereka sudah tidak memiliki rencana lain untuk membantu.

Arsyad yang tahu kalau hutangnya di bayar oleh adiknya, sangat lah geram. Padahal ia lakukan ini hanya untuk mendapatkan tanah yayasan.

Setahun yang lalu seseorang datang untuk bertanya mengenai tanah yayasan itu. Ada satu perusahaan besar yang sangat tertarik dengan tanah yayasan.

Mereka berniat untuk membangun sebuah anak perusahaan disana.

Tapi karena Aini menolak untuk menjual nya, terpaksa mereka mendatangi Arsyad, Kakak kandung Aini.

Arsyad yang sememangnya mata duitan pun tak menolak untuk membantu. Tapi ia harus menelan kecewa karena Aini bersikeras tidak akan menjual tanah wakaf kedua orang tua mereka.

Akhirnya Arsyad bercadang untuk mengambil pinjaman bank dengan jaminan sertifikat tanah wakaf yayasan.

Lumayan bisa dapat uang , itulah pikiran Arsyad. Toh Aini tidak akan tahu.

Tapi alih-alih bisa disita, ternyata Aini justru menjual hartanya sendiri untuk menebus sertifikat tanah wakaf itu.

Dan sekarang sertifikat tanah wakaf sudah di pegang oleh Aini. Ini akan semakin mempersulit penjualan tanah tersebut.

BAYI JAMAL HILANG??

Arsyad jadi gamang, ia tidak menemukan jalan keluar untuk menjual tanah wakaf itu.

Sedangkan orang kepercayaan pengusaha yang menginginkan tanah itu terus saja menelfon. Karena Arsyad sudah menerima uang pelicin dari mereka.

Kalau Arsyad tidak bisa membuat tanah itu terjual, dia harus mengembalikan uang pelicin berikut bunga. Semakin pusing lah si Arsyad ini.

" Mas .." Istri Arsyad datang menghampiri, ia menangkap kegundahan di wajah suaminya.

" Mas kenapa?? nampak gusar sekali "

Arsyad menghirup nikotin dalam-dalam, lalu menghembuskannya perlahan.

" Aku bingung, Aini kini sudah menyimpan sertifikat tanah wakaf itu" jawab Arsyad.

" Kalau aku tidak berhasil menjual tanah itu kepada mereka, aku harus membayar kembali uang yang mereka berikan berikut bunga nya"

Sang istri menautkan kedua alisnya, ia nampak ikut berpikir keras.

" Mas, selama Aini dan anak-anak gelandangan itu masih berada di sana . Tentu kau akan kesulitan untuk menjual tanah wakaf itu"

" Apa kamu punya rencana?" Arsyad melirik istrinya, Sang istri tersenyum. Ia mendekatkan wajahnya ke telinga sang suami.

" Kita bakar saja panti asuhan itu, Tapi kau harus berhati-hati jangan sampai ada korban. Kita hanya membakar panti asuhan itu agar mereka pergi dari tempat itu Mas"

Bibir yang mulai menghitam karena terlalu sering merokok, melengkung sempurna.

" Kau memang pintar sayang " puji Arsyad kepada istrinya. Yang di puji tersenyum tipis.

" Baiklah, malam ini aku akan bertindak "

*

*

Bayi Jamal merasa gelisah, perasaan nya tidak seperti biasanya. Tiba-tiba dari sisi wajahnya keluar cahaya merah kehitaman dan kuning keemasan. Dua cahaya itu menari-nari di depan bayi Jamal, membuat bocah itu tergelak riang.

Dua cahaya itu terus menari-nari namun semakin menjauh. Bayi Jamal mengejar nya, hingga tanpa disadari Bayi Jamal sudah keluar dari pintu belakang yayasan.

Bayi Jamal menoleh ke belakang, ia menyadari jika ia sudah terlampau jauh. Tapi dua cahaya itu menggoda si bayi agar terus mengejarnya.

Namanya juga bayi, si Jamal dengan suka cita mengikuti dua cahaya tersebut.

Sedangkan di Yayasan Al-Hikmah telah terjadi kebakaran hebat yang menghabiskan hampir delapan puluh persen bangunan.

Tapi untung nya tidak ada korban jiwa, semua anak-anak telah berhasil dievakuasi. Dan api sebagian sudah bisa dipadamkan.

Meskipun begitu, Aini masih panik. Ia menghitung bayi anak asuhnya. Berkali-kali ia hitung, bayinya ada enam. Tapi dia sangat yakin sekali saat ia melakukan penyelamatan, tidak ada manusia lagi di dalam.

" Kenapa Mbak Aini??" Tanya Salehah.

" Bayinya kurang, siapa yang nggak ada??" Jawab Aini, ia benar-benar tidak bisa mengingat bayi yang mana yang hilang.

" Hah?? Masa Mbak??" Salehah turut panik mendengar penuturan Aini. Ia pun menghitung para bayi yang hanya berjumlah enam.

" Iya, biasanya kan tujuh ya Mbak?"

" Kamu coba ingat-ingat siapa yang nggak ada?" Aini memberikan perintah, karena kepala nya sudah berdenyut sakit. Salehah mengangguk patuh. Ia mulai mengabsen nama-nama bayi yang berhasil ia ingat namanya.

" Caca, Lili, Oval, Aya', Restu, Ridho, Jamal?? Hah?? Jamal kemana??" Salehah memutar tubuhnya mencari Jamal.

" Yah!! Jamal, Jamal yang hilang" seru Aini baru ingat nama bayi yang tidak ada.

" Ada apa ini?" tanya Nurul yang baru saja masuk ke dalam perkemahan.

" Bayi Jamal hilang" jawab Salehah.

" Hah? kok bisa ? Tadi kan kita sudah mengamankan seluruh ruangan" Nurul mengernyitkan keningnya.

" Iya Nurul, kamu ingatkan kita tadi sudah cek bahwa nggak ada anak-anak lagi di dalam yayasan yang sudah terbakar " Timpal Aini, Nurul mengiyakan .

" Terus, kemana perginya bayi Jamal??" Salehah menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

" Uh tu bayi emang merepotkan, tiap malam selalu ngilang" Gerutu Nurul kesal.

Ia jadi teringat bahwa dalam satu malam ia pergi ke toilet karena kebelet pi-pis. Tapi tiba-tiba ia dikagetkan dan hampir pingsan dengan kemunculan bayi Jamal di dalam toilet.

Bayi itu merangkak mengejar cecak di dinding, Nurul sampai terken-cing di celana melihat kejadian aneh tersebut.

Ia menceritakan hal itu kepada Aini dan Salehah. Tapi tidak ada satu diantara dua temannya itu yang mempercayainya.

*

*

Pagi menjelang, Bayi Jamal kini berada di tepi jalan yang ramai, ia masih mengikuti dua cahaya yang menari-nari.

Orang-orang yang berlalu lalang seperti tidak menyadari jika ada bayi mungil merangkak disana.

Dua cahaya masuk ke dalam sebuah mobil angkutan umum. Bayi Jamal pun merangkak naik, di dalam sana masih belum ada penumpang.

Bayi Jamal diminta untuk duduk di pojokan oleh dua cahaya itu. Si Bayi pun mengikuti apa yang diarahkan.

Selang beberapa saat, beberapa penumpang sudah berdatangan. Seorang wanita membawa keranjang masuk terlebih dahulu dan duduk di sebelah bayi Jamal.

Wanita itu melemparkan senyuman saat melihat bayi Jamal, bayi Jamal pun membalas dengan senyuman hingga menampakkan gusi yang masih ompong.

Si Wanita mengira itu anaknya si supir, jadi dia tidak mengatakan apapun.

Supir yang melihat mobil nya sudah penuh, tersenyum lebar. Ia gegas melajukan mobilnya membawa penumpang nya ke tempat tujuan.

Satu persatu penumpang diturunkan, dan wanita si pembawa keranjang turun terakhir.

Bayi Jamal merangkak mengikuti saat wanita itu turun. Tapi si wanita tidak menyadari jika bayi Jamal mengikuti dirinya.

Barulah setelah angkutan yang dinaiki nya pergi dan ia berbalik untuk pulang. Ia menoleh dan melihat bayi Jamal.

" Hah?? Kamu kok turun?? aduh, pak supir!!!" Wanita itu memanggil angkutan umum yang sudah menjauh.

Bayi Jamal merangkak cepat memeluk kaki wanita itu. Membuat si wanita terperangah kaget untuk beberapa saat.

Siapa yang tidak tersentuh hatinya diperlakukan seperti ini oleh seorang bayi? Wanita yang berusia sekitar tiga puluh lima tahun itu berjongkok meraih bayi Jamal dalam gendongannya.

Bayi Jamal langsung nempel, dengan memeluk erat di wanita.

" Kau mau ikut dengan ku?" Tanya wanita itu, Bayi Jamal mengangguk. Si wanita tersenyum tipis.

" Baiklah.." Akhirnya tanpa pikir panjang, wanita yang bernama Siti membawa bayi Jamal ke rumah nya.

" Assalamualaikum..." Seru Siti sambil mendorong pintu rumah kayu yang menjadi tempat tinggal nya.

" Wa'alaikum salam, Ibu... Ibu bawa bayi siapa?" suara Wati anak sulung Siti membuat Satriyo keluar dari dalam.

" Ibu Nemu di jalan" jawab Siti jujur, ia meletakkan keranjang nya lalu duduk di kursi kayu sambil memangku Bayi Jamal.

" Nemu di jalan gimana Bu? kamu jangan macam-macam ya Bu. Nanti kalau ada yang lapor polisi disangka kamu menculik bayi itu" Satriyo menimpali.

" Ya nggak lah Pak, kalau emang ada yang nyari ? Ibu kembali kan lah" jawab Siti santai.

" Kamu Bu, kok nggak mikir! wong kita hidup aja kekurangan, ini malah bawa bayi orang"

Siti tak menyahut, ia mencium pipi Bayi Jamal dengan gemas.

" Nggak apa-apa Pak, itung-itung buat jadi temannya dek Rahul" justru Wati yang menjawab.

Siti tersenyum karena merasa ada yang membela nya. Anak gadisnya yang berumur sekitar sembilan tahun.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!