NovelToon NovelToon

Wanita Pilihan

Mimpi yang terkubur

Setelah kelulusan dari Sekolah menengah (SMA), ada tiga orang sahabat wanita yang sedang duduk bersama di bawah sebuah pohon yang cukup rindang di pinggiran desa yang cukup terpencil. Mereka sedang minum kopi dan menikmati cemilan seadanya yang di bawa dari rumah sebelumnya. Mereka sedang membahas kisah masing-masing tentang apa saja yang sudah mereka lalui. Mereka mengenang kehidupan masa kecil hingga bercerita terkait perjalanan apa saja yang sudah di lewati bersama.

Amaya Thamrin yang sering di sapa Maya adalah seorang wanita sederhana, seorang petani gandum di desa tersebut, berkulit putih mulus dengan postur semampai paras wajahnya. Aura kepemimpinan yang tegas terpancar jelas dari tatapannya mata yang kuat melambangkan telah banyak melewati hal kurang baik selama perjalan hidupnya. Dengan kehidupan orang tuanya sebagai petani gandum yang miskin, pakaian yang di gunakan juga adalah pakaian sederhana apa adanya. Tapi Maya itu tetap terlihat anggun dan modis dan aura kecantikan dari dalam tubuhnya selalu terpancar keluar. Dari semasa kecil dia sudah hidup dalam kondisi situasi ekonomi keluarga yang cuma petani kecil, dan hal inilah yang memaksa Maya untuk ikut bekerja keras membantu kedua orang tuanya menggarap ladang gandum, setidaknya itu aktivitas untuk membantu meringankan beban kedua orang tua nya. Maya juga merupakan Putri semata wayang dari pasangan Bapak Farhan dan Ibu Orly orangtuanya.

Di sebelahnya sahabat dekatnya Maharani Putri atau yang biasa di sapa Rani. Rani yang satu ini memiliki karakter sifat keibuan dan pelindung, ia juga kerap menjadi pemutus sebuah keputusan untuk di lakukan jika mereka dalam menemukan masalah atau memutuskan apapun yang akan mereka lakukan.

Kehidupan Rani sedikit lebih baik daripada Maya karena ladang gandum yang di garap oleh orang tua Maya adalah milik keluarga Rani. Semenjak masa kanak-kanak mereka sudah sering bermain bersama karena kerap di ajak orang tua maya bekerja, dan juga di sebabkan umur mereka yang sebaya. Itupun di dukung dari jarak rumah orang tua maya dan orang tua Rani tidak terlalu jauh sehingga akses untuk bermain tidak perlu susah.

Dan yang terakhir adalah Siska Wulandari anak seorang Kepala Desa. Mereka mulai berkenalan saat orang tua siska di tugaskan di daerah itu dan bersekolah di sekolah dasar yang sama. Jika Maya adalah karakter seorang yang lemah dan penakut karena selalu di rundung pembullyan, Rani yang keibuan dan dewasa, sedangkan Siska malah seperti seorang tomboy. Itu terlihat dari pakaian dan riasan yang sering di gunakan olehnya terlalu simple. Dia juga merupakan seorang pengawal handal dan pembela yang kuat ketika Maya atau Rani mendapatkan perlakuan kurang menyenangkan dari orang lain. Hal ini pun di dukung karena latar belakang orang tuanya yang menjabat sebagai Pimpinan di desa tersebut.

Semenjak SMP Maya sudah sering di bully di lingkungannya entah itu sekolah atau pun tempat publik. Dan siska lah yang selalu berdiri di depan mengusir atau malah menghajar pembully jika itu sudah keterlaluan. Dan Rani di belakang mendukung dan memberikan semangat untuk bangkit dengan nasihat-nasihat yang baik.

**

Saat ini Rani memandang Maya dengan penuh kekaguman. "Maya, kamu tahu gak, aku selalu kagum sama kamu. kamu itu kuat dan tegar banget meskipun banyak yang berusaha membully atau menjegal mu."

Maya tersenyum, tapi matanya menunjukan kesedihan. "Hehe makasih, Rani. Tapi sebenarnya, di balik kekuatan yang kalian lihat, ada perasaan sakit dan penderitaan yang selalu merusak pikiranku."

Siska menatap Maya dengan penuh empati. "Kami tahu itu, Maya. Kami juga tahu betapa susahnya hidupmu dan segala penderitaan yang kamu alami. Tapi ingat, kamu tidak sendirian. Kami akan selalu di sini untuk mu."

Maya mengangguk dan bibirnya bergetar sedikit. "Aku tahu, temen-temen. Dan aku selalu bersyukur banget punya kalian di sampingku. Kalian itu sumber kekuatanku buat terus maju, meskipun takdirku mungkin tidak sejalan sama yang kalian atau orang-orang harapkan."

Rina menarik napas dalam-dalam. "Sudahlah kamu itu tidak sendirian. Kamu harus yakin dan percaya bahwa wanita pedesaan seperti kita juga bisa punya pengaruh dan kekuatan yang besar. Jangan biarkan siapa pun meremehkan kamu atau berusaha menjegal mimpimu."

Siska mengangguk setuju. "Kamu itu wanita pilihan dan kuat yang gak pernah mundur, meskipun dijegal, menurutku. Kekuatanmu melebihi apa pun di luar sana. Jangan biarkan siapa pun meragukan mu."

Maya merasa hatinya hangat mendengar kata-kata teman-temannya. Dia menyadari bahwa harusnya dia bukanlah korban takdir, melainkan penentu jalan takdirnya sendiri untuk melakukan perubahan. Dia memutuskan untuk bangkit, menunjukkan keberanian dan kekuatan yang dia miliki walau banyak yang masih sering membullynya atau malah ingin menjegalnya.

Seperti insiden saat kelulusan mereka pagi tadi, beberapa siswa berprestasi mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan pendidikan ke bangku kuliah di kota. Sedangkan Maya yang merupakan salah satu bagian dari itu tidak mendapatkan hak yang sama. Kepala sekolah dengan jelas mengatakan pada saat pidatonya bahwa Maya sekali pun di berikan beasiswa itu akan sia-sia karena dengan kondisi finansial keluarganya. Maya tidak akan bertahan hidup di kota metropolitan dalam jangka waktu yang lama, Jadi percuma beasiswa itu di berikan jika di pakai tapi tidak akan berhasil sampai selesai. Di tambahkan oleh Kepala sekolahnya, Maya berasal dari keluarga petani yang miskin, kontribusi maya ke depan pun tidak akan membuat perubahan yang signifikan terhadap desa jika pun ia menyelesaikan studinya.

Alasan Maya tidak di berikan beasiswa itu sebenarnya semua orang bisa berspekulasi jika, penerima setelah maya tidak lain adalah anak Kepala sekolah itu sendiri Merlin. Semua teman-teman seangkatannya tau dengan baik nilai akademik merlin seperti apa, tapi yang mengejutkan adalah dia mendapat juara empat nem tertinggi untuk kelulusan di sekolah menengah satau-satunya yang ada di desa itu.

Saat itu Maya ingin protes tapi hal itu di dengarkan semua orang tua wali siswa dari teman-teman seangkatannya. Banyak orang tua tidak setuju dengan keputusan pihak sekolah terhadap Maya salah satu siswa berprestasi, tetapi tidak bisa membatalkan keputusan yang telah di jatuhkan. Karena hampir semua hadirin yang hadir disana tau bagaimana kondisi finansial kedua orang tua Maya. Saat itu Maya sangat malu terhadap kedua orang tuanya, dan setelah acara kelulusan selesai hingga sore ini ia belum pulang karena tidak tega bertemu kedua orang tuanya.

**

Dengan segelas kopi yang terasa semakin dingin di tangan, Maya bersumpah pada dirinya sendiri. "Aku akan lawan takdir yang keras dan menghadapi semua cemoohan orang dengan kepala tegak. Aku bakal jadi wanita kuat yang bisa merubah dunia dan pedesaan ini khususnya." Bathin nya

Obrolan mereka berakhir dengan tawa dan kebersamaan, tetapi di balik itu, ada tekad yang kuat untuk mengubah nasib mereka dan membuktikan bahwa wanita pedesaan juga bisa menjadi pilihan yang berarti.

Dan meskipun mereka berasal dari latar belakang yang berbeda, yaitu Rani sebagai anak seorang pemilik beberapa hektar ladang gandum sedangkan Siska yang sebagai anak kepala desa. Dan Maya sebagai anak seorang petani gandum yang miskin dimana orang tuanya bekerja di ladang milik keluarga Rani. Tetapi perbedaan itu tidak serta merta sekalipun melunturkan hubungan persahabatan mereka yang terjalin dari masa kanak-kanak.

Maya adalah sosok yang selalu ceria dan penuh semangat meskipun hidupnya tidak secemerlang Rani dan Siska. Dari saat mereka masih anak-anak, mereka sudah sering bermain bersama di ladang milik orang tua Rani, merasakan kelezatan masakan olahan dari bahan gandum yang ditanam di sana, dan saling mendukung satu sama lain.

Saat ini setelah lulus dari sekolah menengah, cita-cita mereka pun semakin jelas di depan mata untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi. Rani ingin melanjutkan bisnis keluarganya sebagai pemilik beberapa hektar ladang gandum. Dia bercita-cita mengembangkan dan memperluas bisnis tersebut agar keluarganya semakin sejahtera ke depannya.

Siska memiliki mimpi ingin menjadi inisiator dan pengembang properti. Dia ingin merancang dan membangun lingkungan yang berkelanjutan dan memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar. Siska selalu memiliki visi yang luas dan terus belajar untuk mewujudkan impian tersebut mengikuti jejak pamannya yang sukses di perkotaan pada pekerjaan yang sama.

Disisi lain Maya, yang hidup dalam keterbatasan ekonomi, juga sebenarnya memiliki semangat dan keinginan yang besar untuk mengubah jalan takdir hidup nya dan keluarga. Dia juga bercita-cita menjadi seorang wanita karir yang sukses dengan memiliki beberapa anak perusahaan. Maya ingin sekali membawa perubahan positif bagi keluarganya dan masyarakat sekitarnya melalui usahanya di kemudian hari nantinya. Tetapi mimpi itu sepertinya harus di kubur dalam-dalam karena niatnya pergi ke kota untuk melanjutkan pendidikan harus kandas karena situasi ekonomi keluarga yang tidak mendukung itu terwujud.

**

Mereka sudah sering duduk bersama di bawah pohon besar yang ada di dekat ladang milik keluarga Rani, dan selalu berbagi mimpi dan rencana masa depan mereka masing-masing. Saling memberikan dukungan, motivasi, dan ide-ide untuk mencapai tujuan masing-masing.

Rani sendiri juga sudah sering memberikan Maya wawasan tentang bisnis keluarganya dan membantu Maya memperluas pengetahuannya tentang pengelolaan usaha. Siska melalui pengetahuan dari pamannya tentang bisnis properti selalu memberikan panduan kepada Rani dan Maya mengenai pengembangan properti yang berkelanjutan dan menghubungkan mereka dengan profesional di bidang tersebut. Kadang Siska juga memberikan ide-ide inovatif kepada Maya dan Rani. Ia memberikan saran tentang pengembangan properti yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat desa dan juga mencari peluang bisnis di bidang pariwisata. Siska terus mengajak Rani dan Maya untuk berpikir besar dan tidak terjebak dalam keterbatasan lingkungan mereka.

Sehingga ketika nanti mereka akan memasuki usia dewasa, Di harapkan persahabatan mereka semakin kokoh. Saling menginspirasi, saling mendukung, dan bekerja sama untuk mewujudkan impian masing-masing. Rani, Siska, dan Maya ingin mewujudkan melalui persaudaraan sejati, di mana perbedaan sosial dan ekonomi tidak pernah menjadi penghalang dalam menjalin ikatan yang kuat. Tetapi itu dulu saat mereka belum menemukan endingnya akan seperti ini, dan Maya harus menguburkan impiannya, dan melanjutkan membantu kedua orang tuanya menggarap ladang gandum milik keluarga Rani turun temurun.

**

Rencana awal mereka sebelumnya jika selepas mereka lulus dari sekolah menengah ini, Rani, Siska dan Maya berencana untuk melanjutkan pendidikan mereka ke tingkat perguruan tinggi. Dan memilih jurusan yang di minati mereka masing-masing, Karena seperti di ketahui setiap tahun lima orang siswa-siswi berprestasi akan di beri beasiswa oleh desa untuk melanjutkan pendidikan yang tinggi di kota. Ayah Siska sebagai seorang kepala desa pun tidak bisa mengambil sikap, karena semua itu sudah merupakan keputusan mutlak dari pihak sekolah. Sebagai pimpinan di desa itu, ia hanya menerima laporan dan memberi persetujuan, karena keputusan berada dalam rapat semua warga atau pihak sekolah seperti kasus saat ini. Dan ia pun tidak bisa memutuskan sepihak terkait masalah yang di hadapi oleh Maya.

Saat mereka masih di bangku sekolah menengah, Rani sudah dengan yakin memilih bidang untuk melanjutkan bisnis keluarganya. Di sisi lain ia juga merasa memiliki tanggung jawab untuk melanjutkan bisnis keluarganya. Dia memilih jurusan Manajemen Bisnis dengan fokus pada pertanian dan agribisnis. Rani berharap bisa diterima di universitas bergengsi yang terkenal dengan program pertanian dan mendapatkan kesempatan untuk belajar dari para pakar di bidangnya.

Siska, dengan inspirasi dari pamannya yang sukses, memilih jurusan arsitektur untuk mengikuti jejaknya dalam industri properti. Siska juga sudah mendapat dukungan penuh dari pamannya yang sukses di bidang pengembangan properti. Pamannya juga sudah menawarkan diri untuk mengambil Siska tinggal bersama nantinya agar memudahkan memberikan bimbingan serta pelatihan praktis dalam industri properti. Dengan dorongan ini, Siska semakin yakin dan termotivasi untuk mengejar karirnya di bidang arsitektur dengan tekad yang kuat.

Sedangkan Maya saat ini hanya duduk diam dan pasrah tanpa memberikan atau memamerkan keahlian kepada kedua sahabatnya dengan kondisi ekonomi keluarga yang miskin, baginya untuk bisa ikut kuliah seperti teman-temannya saat orang tuanya tidak mampu membiayai kuliah bukanlah ide yang baik. Meskipun berkecimpung dalam kesulitan ekonomi, ia tetap memiliki hasrat yang besar untuk menciptakan perubahan dan berencana menempuh menuju sukses sesuai apa yang diinginkan yaitu bisnis internasional melalui jalan yang berbeda pula. Ia ingin membuktikan bahwa apa yang di sampaikan oleh kepala sekolahnya saat siang tadi tidak sepenuhnya benar. Maya ingin membuktikan bahwa untuk menjadi sukses pasti memiliki jalan berbeda untuk setiap pribadi.

Walau pun saat ini ia sedih karena merasa tak mungkin bisa mewujudkan mimpinya melanjutkan pendidikannya lebih tinggi. Dalam benaknya dia juga sudah berencana merantau ke kota untuk mencari pekerjaan dan mencoba untuk mendaftarkan kuliah suatu saat nanti, jika memiliki kesempatan untuk itu setidaknya menambah wawasannya dalam berpikir dalam meniti karir.

Berkah Impian

Maya pulang ke rumah dengan perasaan pasrah setelah obrolan seru dan menyentuh di bawah pohon rindang tadi bersama kedua sahabatnya. Di dalam hatinya, tekadnya yang kuat mulai memudar. Meskipun tetap termotivasi dengan obrolan teman-teman, dia masih merasa takut dan khawatir bahwa niat tingginya untuk meraih sukses sepertinya harus dikubur dalam-dalam. Saat melangkah masuk ke rumahnya yang sederhana.

Maya disambut oleh kedua orang tuanya yang sudah dari seharian ini menunggunya pulang dan membahas semuanya, saat ini mereka sedang duduk di meja makan karena memang bertepatan dengan waktunya makan malam.

Setelah menikmati hidangan seadanya di meja dengan penuh keheningan, dengan gontai Maya pamitan dan berjalan menuju kamarnya. Melihat anaknya yang kurang semangat dan terlihat lesu Orang tua Maya, merasakan kegelisahan di hati putri mereka. Mereka masuk ke kamar Maya dan dengan penuh kasih sayang mencoba menghiburnya. Dan sesampainya disana terlihat Maya duduk di kamarnya dengan perasaan sedih dan bimbang sambil mengotak atik telpon selulernya melihat album foto bersama teman-temannya saat perpisahan sekolah siang tadi. Ibunya duduk di samping Maya sambil mengusap lembut punggungnya.

"Nak, janganlah berkecil hati. Setiap orang memiliki jalannya masing-masing menuju sukses. Takdirmu juga akan membawamu ke tempat yang tepat." Kata ibunya berusaha menenangkannya.

"Ma, Pah, aku bingung. Dari kecil aku selalu bermimpi besar merubah takdir masa depanku kearah yang lebih baik, tapi saat ini rasanya mimpi semakin jauh dari kenyataan," ucap Maya dengan suara rendah, menyimpan ponselnya dan memandang ke lantai karena takut membuat kedua orang tuanya kecewa.

Ayah Maya meletakkan tangannya di pundaknya sambil berkata, "Maya, setiap orang memiliki jalannya masing-masing menuju kesuksesan. Jangan berkecil hati. Kita belum tahu apa yang akan terjadi di masa depan."

"Ingatlah, keberanian dan kecerdasanmu adalah harta yang tak ternilai. Tak semua orang diberi kesempatan yang sama. Terimalah apa adanya, tapi tetaplah berjuang dengan keras." Ibu Maya menambahkan.

"Kita harus memahami bahwa hidup bukanlah tentang seberapa tinggi kita mencapainya, tetapi seberapa kuat kita berdiri ketika menghadapi tantangan. Teruslah berjuang, Maya." Ayahnya mengangguk dan menambahkan.

Orang tua Maya melihat ekspresi putrinya yang sedih terus mencoba menghiburnya untuk beberapa saat. Kata-kata kedua orang tua Maya itu merangkum rasa cemas dan harapan yang mereka miliki untuk putri semata wayang mereka. Maya merasa sedikit lebih baik dan menyalurkan rasa terima kasihnya kepada mereka, merasa sedikit tenang mendengar kata-kata orang tuanya. Mereka selalu ada di sampingnya, memberikan dukungan tanpa syarat. Ia mengambil nafas dalam-dalam dan berjanji pada dirinya sendiri bahwa ia tidak akan menyerah begitu saja.

**

Disisi lain di rumah Rani, dia tidak bisa tidur semalaman saat ini, karena memikirkan keadaan Maya yang tekadnya terguncang karena sepertinya mimpi maya akan di kuburkan dalam-dalam. Dia memutuskan untuk berbicara dengan orang tuanya tentang situasi Maya keesokan paginya. Rani ingin mencoba membujuk mereka agar mau membantu Maya untuk mewujudkan mimpinya agar pergi bersamanya kuliah di kota.

"Papa, Mama, Aku sangat peduli dengan Maya. Seperti kalian tau dia adalah sahabat terbaikku dari kecil dan dia memiliki potensi yang sangat luar biasa. Tapi saat ini sepertinya mimpi yang selama ini dia idam-idamkan harus di kubur dalam-dalam karena tidak mungkin dia akan ikut aku kuliah di kota. Dan jika Maya tidak mendapatkan dukungan untuk kuliah, kasihan bakatnya akan terbuang percuma." Ucap Rani pada saat sarapan pagi kepada kedua orang tuanya, mencoba berkata dengan tulus.

“Keputusan sekolah membatalkan kuliah kepadanya, membuat dia sangat hancur” Tambahnya.

Kedua orang tua Rani saling memandang satu sama lain tapi tidak membalas apa yang disampaikan Rani barusan, Ayahnya hanya menarik napas panjang dan melanjutkan memasukan makanan di mulutnya. Rani pun paham dan dia membiarkan hal itu berlalu dan dia juga segera menyelesaikan sarapannya sendiri.

“Nanti ayah kabarin kamu sore nanti” Kata ayahnya yang telah menyelesaikan sarapannya dan hendak berangkat ke ladang memeriksa pekerjaan para petani.

“Hmm” Rani hanya menjawab singkat dan dia pun beranjak ke kamarnya.

Menjelang sore melalui diskusi yang panjang, kedua orang tua Rani juga awalnya ragu, karena mereka juga memiliki keterbatasan ekonomi. Namun, setelah mendengarkan argumen tambahan Rani yang meyakinkan sore itu. melalui perdebatan panjang dalam mempertimbangkan keputusan untuk membantu tentang nasib Maya.

Dan finalnya mereka memutuskan bahwa mereka bersedia hanya membiayai biaya kuliah Maya ke kota tapi tidak dengan kesehariannya yang artinya tidak ada uang saku kepadanya setiap bulan. Mereka ingin membuka pintu kesempatan untuk Maya dan mempercayai bahwa investasi ini akan memberikan hasil yang berarti.

Mendengar itu Rani dengan kegirangan dan ingin segera memberitahukan tentang keputusan kedua orang tuanya yang bersedia memberikan Maya beasiswa kuliah di kota dengannya dan siska. Saat mendengar kabar itu Rani merasa campur aduk antara terharu dan gembira. Rani yang merasa beruntung memiliki teman seperti Maya selama ini berterima kasih yang tak terkira kepada kedua orang tuanya setelah keputusan itu. Dia selama ini selalu merasa terinspirasi dan bersyukur atas kebesaran hati Maya yang tidak pernah mendendam kepada setiap orang yang membully atau menjegalnya. Dalam hatinya dia bersyukur kepada Tuhan bahwa dalam kegelapan selalu ada cahaya yang menyinari.

**

Sehari setelahnya Maya, Rani, dan Siska berkumpul kembali di bawah pohon rindang di desa itu lagi, setelah di hubungi Rani malam hari sebelumnya untuk segera ingin bertemu. Saat ini mereka sedang merencanakan dan menyusun langkah selanjutnya untuk mewujudkan impian Mereka, setelah berita baik itu di terima tentang di bukanya jalan bagi Maya. Maya yang masih terharu dengan dukungan yang diberikan oleh keluarga Rani dalam memberikan beasiswanya, masih bingung dengan langkah seperti apa nantinya karena semenjak kecil dia belum pernah keluar dari desa kemana pun sama sekali dan yang membingungkan adalah saat ini mereka sedang membahas apa saja yang akan di lakukan mereka terkait bagaimana hidup di kota yang sangat ramai nantinya.

"Aku benar-benar berterima kasih atas segala bantuan orang tua mu dan dukungan yang kalian berikan," ucap Maya dengan penuh rasa syukur.

"Dengan bantuan kalian semua, Aku merasa semakin yakin bahwa Aku bisa melanjutkan pendidikan di kota dan meraih impianku, walau pun detail apa yang kalian bahas aku masih belum memahaminya karena belum pernah sekali pun aku kesana."

"Sudahlah Kita adalah sahabat sejati. Kami akan selalu mendukungmu dan berada di sampingmu dalam setiap langkah yang kamu ambil. Bersama-sama, kita akan menghadapi tantangan ini dan mewujudkan impian kita masing-masing." Jawab Rani menghibur Maya.

Siska, yang selalu ceria, bergabung dalam percakapan, "Benar sekali! Kita tidak akan menyerah. Bersama-sama, kita bisa melewati segala rintangan dan meraih kesuksesan yang kita impikan. Jangan pernah lupakan bahwa kita adalah tim, dan tim kita tidak bisa dikalahkan!"

Maya, Rani, dan Siska menggenggam tangan satu sama lain, saling memberikan kekuatan dan semangat. Mereka tahu bahwa perjalanan menuju impian mereka tidak akan mudah, tetapi dengan persahabatan dan tekad yang kuat, mereka siap menghadapinya. Bersama, mereka melangkah ke depan dengan keyakinan bahwa masa depan cerah menanti di kota yang baru.

**

Setelah hari yang penuh makna di bawah pohon rindang itu, Maya pulang dengan perasaan bahagia yang tak terkira. Dia merasa terinspirasi oleh teman-temannya, Rina dan Siska, yang selalu mendukung dan memotivasinya. Maya tiba di rumah dengan senyum cerah di wajahnya, membawa kabar gembira kepada kedua orang tuanya.

"Ma, Pah, aku punya berita baik!" seru Maya dengan semangat saat memasuki rumah mereka.

Kedua orang tuanya, yang sedang duduk di ruang tengah, memandang Maya dengan penasaran berita apa kali ini. Mereka tahu betapa kerasnya Maya bekerja dan berjuang untuk mengubah takdirnya agar impiannya berjalan dengan baik.

Ibunya, dengan penuh kelembutan menjawab, "Apa kabar baiknya, Nak? Ceritakan Lah."

Maya berdiri tegak di hadapan orang tuanya, bibirnya bergetar sedikit karena kegembiraan. "Ma, Pah, aku sangat beruntung. Orang tua Rani, juragan kita, bersedia membiayai untuk kuliahku di kota!"

Wajah kedua orang tua Maya tersirat kaget dan dengan kekaguman dan kebahagiaan yang tak terkira. Mereka tidak bisa menyembunyikan rasa bangga mereka terhadap putri mereka yang tangguh dan berbakat. Dalam bathin Ibunya mengucap terima kasih kepada orang tua Rani atas kedermawanan dan kebaikan hatinya. Dalam hati ayahnya maya, ia masih memikirkan apa bentuk konsekuensi dari keputusan ini dan semoga tidak terlalu memberatkan.

**

Keesokan harinya, kedua orang tua Rani mengundang Maya dan kedua orang tuanya untuk datang ke rumah mereka. Mereka ingin membahas rencana detail perjalanan dan tinggal Maya ke kota untuk melanjutkan pendidikannya. Saat di rumah orang tua Rani, Maya dan Rani saling berpegangan tangan serasa tidak boleh ada yang memisahkan mereka. Mereka duduk bersama di ruang keluarga, membicarakan apa saja yang di perlukan di lakukan mereka untuk melanjutkan pendidikan yang otomatis harus tinggal ke kota.

Rani menggenggam erat tangan Maya selama mendengarkan ayah maya dan ayah rani berinteraksi membicarakan banyak hal. Dalam diam mereka berjanji akan tetap menjaga hubungan persahabatan mereka dan merencanakan untuk tinggal bersama di kota. Mereka percaya bahwa bersama-sama, mereka bisa menghadapi semua tantangan yang ada. Dan orang tua rani dengan tulus membantu memberikan beasiswa kepada Maya tanpa menghitung untung ruginya, tetapi suatu saat setelah maya mendapatkan ilmu ia harus memberikan kontribusi terkait bisnis gandum itu sendiri.

Setelah pertemuan itu, rani mengundang Siska untuk mereka bertiga keluar makan malam dan menikmati hidangan laut di restoran satu-satunya yang ada di desa itu untuk merayakan kejadian ini. Setibanya di restoran, mereka memilih duduk di pojok dengan pemandangan terbuka, menggenggam tangan satu sama lain, dan berbicara tentang masa depan mereka di kota nantinya. Mereka tahu bahwa mereka akan menghadapi berbagai rintangan dan tantangan di sepanjang jalan, tetapi dengan persahabatan mereka yang kuat dan tekad yang tak tergoyahkan, mereka siap menghadapinya.

**

Dalam cahaya senja yang indah, mereka menggenggam janji satu sama lain. Mereka berjanji akan saling mendukung, memotivasi, dan selalu ada di samping satu sama lain dalam perjalanan mereka menuju mimpi-mimpi mereka. Bersama-sama, mereka akan menghadapi dunia dengan keberanian dan keteguhan hati, tak peduli apa pun yang datang menghadang.

Dan di balik cahaya senja, terpancar kepercayaan diri Maya yang baru. Dia tahu bahwa dengan dukungan teman-teman dan kedua orang tuanya, tidak ada yang tak mungkin baginya. Bersama Rani dan Siska, Maya siap menghadapi tantangan apa pun yang menunggunya di perjalanan hidupnya yang baru.

Menuju Tempat Impian Baru

Tangis haru mengisi wajah Maya saat ia melambaikan tangan kepada orang tuanya yang berdiri di halaman rumah keluarga Rani. Di balik kerinduan yang tulus, Maya membawa serta doa-doa dan harapan orang tuanya yang terpatri dalam benaknya. Setelah ini perjalanannya akan panjang, dengan niat hati berjanji untuk menjaga impian dan harapan mereka yang tak terhingga. Saat ini kedua orang tua maya tidak bisa mengantarkan ke kota karena pekerjaan dan memang untuk menghemat biaya pengeluaran yang tidak terlalu urgent. Maya di temani rani dan ayahnya berangkat ke kota.

Perjalanan nanti akan sangat panjang menuju kota diantarkan oleh sopir keluarga mereka, Saat ini Ia merasakan perasaan campur aduk di dalam dadanya - antara gugup dan antusiasme. Namun, di tengah kegugupan itu, Maya merasa didukung oleh semangat dan tekad orang tuanya yang terus mengalir melalui setiap detak jantungnya.

Sinar mentari pagi menyinari perjalanan Maya menuju kota yang jauh. Di dalam mobil yang melaju kencang, Maya merenung tentang perubahan besar yang akan terjadi dalam hidupnya. Ia saat ini teringat akan doa-doa dan harapan-harapan orang tuanya yang terus mengiringinya dalam setiap langkah dan berjanji dalam hati untuk memberikan hasil akhir yang lebih baik.

Mobil melaju perlahan meninggalkan rumah dan memasuki hari semakin terik. Maya merasa tegar dan penuh semangat dan sudah tidak sabar untuk segera mengarungi kehidupan baru dalam merubah takdir hidupnya. Ia memandangi jalan yang terbentang di depannya, siap menghadapi segala tantangan dan peluang baru yang menantinya di kota. Di balik jarak yang memisahkan, ia merasa dekat dengan orang tuanya melalui ikatan cinta dan doa yang tak tergoyahkan setiap detak jantungnya.

Waktu berlalu dan jarak semakin mendekat kepada mimpi yang ia inginkan. Maya melihat pemandangan yang berubah-ubah di sepanjang perjalanan. Desa-desa yang berlalu, sawah yang hijau, dan gunung yang menjulang tinggi. Semua itu mengingatkannya akan akar dan identitasnya yang berasal dari keluarga sederhana di desa.

Saat mobil melintasi jalan raya yang ramai, Maya merasa bahwa perjalanan ini bukan hanya sekadar fisik, tetapi juga perjalanan menuju perubahan hidupnya yang lebih baik. Dalam hatinya, ia bersyukur kepada orang tua Rani yang telah memberikan kesempatan berharga ini.

Dalam perjalanan nantinya akan di tempuh selama tujuh jam lebih kurang. Maya terus merenungi keputusan yang telah diambil dan Ia tahu bahwa ini adalah awal dari perjalanan yang akan mengubah hidupnya untuk menjadi lebih baik. Dalam Kilauan cahaya mentari yang akan condong ke barat, Dalam benaknya Maya berjanji untuk menjadi wanita kuat yang akan menggapai impian dan untuk membahagiakan kedua orang tuanya.

Mobil meluncur dalam kecepatan yang stabil. Maya dengan berbinar dan serasa sudah melihat cahaya kota yang semakin dekat, seolah memberikan sinyal bahwa perubahan telah tiba. Dalam hatinya, Maya mengucapkan terima kasih kepada orang tua Rani yang telah memberikan peluang emas ini tanpa henti. Ia berjanji untuk menghormati kepercayaan yang telah diberikan dan membuktikan bahwa mereka telah membuat keputusan yang tepat.

Mata Maya dipenuhi harapan dan semangat saat mobil yang mereka tumpangi semakin mendekat ke kota tujuan mereka. Perjalanan yang panjang dan melelahkan terasa berat namun perjalanan hidupnya yang baru saja dimulai. Dengan semangat Maya ingin melangkah ke depan dengan keyakinan dan tekad yang tulus. Ia siap mengubah garis hidupnya dari seorang gadis desa menjadi wanita yang mampu mewujudkan impian dan membahagiakan kedua orang tuanya.

**

Setelah hampir lima jam perjalanan yang melelahkan dari desa menuju kota, mobil keluarga Rani akhirnya tiba di sebuah rest area di pinggir jalan. Ayah Rani, Rani, dan Maya merasa perlu beristirahat sejenak untuk mengisi perut mereka yang kosong dan juga melepas kepenatan dari perjalanan yang panjang tersebut.

Mobil berhenti di tempat parkir rest area yang ramai. Ayah Rani mengucapkan terima kasih kepada sopir keluarga mereka yang telah mengemudikan dengan baik selama perjalanan tersebut. Mereka semua turun dari mobil dan menghirup udara segar rest area yang sejuk.

"Rasanya perutku sudah minta diisi, bagaimana dengan kalian?" tanya Ayah Rani sambil tersenyum kepada Rani dan Maya.

Rani mengangguk setuju sambil mengelus perutnya yang terdengar berbunyi. "Sudah lapar sekali, Ayah. Apa yang bisa kita makan di restoran di sini?"

Maya juga yang merasakan rasa lapar yang sama tanpa malu-malu menimpali. "Iya, om. Sepertinya istirahat sejenak untuk makan akan menjadi ide yang bagus."

Ayah Rani melihat sekeliling rest area dan menunjuk ke arah sebuah restoran yang terlihat cukup ramai. "Nampaknya restoran itu menjadi pilihan yang tepat. Ayo, kita ke sana."

Mereka berjalan bersama menuju restoran yang terletak beberapa langkah dari tempat parkir. Begitu masuk, mereka disambut dengan aroma makanan yang menggugah selera. Meja kosong sudah disiapkan untuk mereka di sudut restoran.

Setelah duduk, mereka memeriksa menu yang ada di meja dan memutuskan untuk memesan makanan yang berbeda-beda. Ayah Rani memesan hidangan daging panggang yang terkenal di restoran tersebut, sementara Rani dan Maya memilih hidangan mie goreng dan nasi goreng yang menggoda selera.

Sambil menunggu pesanan mereka datang, mereka saling bercerita tentang perjalanan yang telah mereka lalui, mengingat momen-momen lucu dan mengasyikkan. Gelak tawa pun pecah dari meja mereka, menambah kehangatan suasana.

Ketika hidangan mereka tiba, aroma sedap memenuhi meja. Mereka dengan lahap mulai menyantap makanan mereka sambil menikmati percakapan yang penuh keceriaan. Makanan yang lezat dan suasana yang hangat membuat perasaan lelah mereka terlupakan sejenak.

Setelah selesai makan, mereka kembali ke mobil dengan perut kenyang dan semangat yang baru. Mereka siap melanjutkan perjalanan menuju kota dengan semangat yang tinggi setelah mendapatkan istirahat dan mengisi energi di rest area tersebut.

Perjalanan mereka dilanjutkan dengan pemandangan yang indah dan cerita-cerita yang tak terlupakan. Mereka bersyukur bisa melewati perjalanan panjang tersebut bersama-sama dan saling memberikan dukungan dan keceriaan di sepanjang jalan.

Hari masih panjang dan petualangan mereka belum berakhir. Dalam perjalanan mereka, mereka membayangkan semua hal menarik yang akan mereka lakukan ketika tiba di kota. Dengan semangat yang membara, mereka melanjutkan perjalanan dengan harapan dan kegembiraan yang tak terbatas.

Berselang dua jam kemudian setelah memasuki kota tempat tujuan mereka, Maya, Rani, dan Ayah Rani berkeliling untuk mencari tempat menginap sementara yang terjangkau. Setelah beberapa saat pencarian, mereka akhirnya menemukan sebuah guest house yang cocok untuk mereka tinggali.

Guest house tersebut terletak di lingkungan yang nyaman dan dekat dengan kampus-kampus yang diminati Maya dan Rani. Meskipun sederhana, namun tempat tersebut bersih dan memiliki fasilitas yang memadai untuk tinggal sementara.

Mereka menyewa beberapa kamar di guest house tersebut untuk beberapa hari, sambil mencari tempat tinggal yang lebih permanen. Mereka membicarakan rencana untuk mendaftar kuliah sesuai jurusan yang mereka minati, dan dengan semangat yang tinggi, mereka berencana untuk mengejar impian mereka bersama-sama.

Disisi lain Siska, yang telah tiba di kota lebih dulu, merasa senang karena sudah menemukan kampus yang sesuai dengan minatnya dalam bidang pengembangan properti. Pamannya, yang bekerja di industri properti, telah membantunya mencari informasi dan memilih kampus yang tepat.

Saat Maya, Rani, dan Ayah Rani tiba di kota dan menetap di guest house, mereka segera bertemu dengan Siska. Siska bercerita tentang keseruannya menjelajahi kampus dan berkenalan dengan beberapa mahasiswa lain yang memiliki minat yang sama dengannya.

Maya dan Rani pun merasa antusias mendengar cerita Siska. Mereka saling bertukar pengalaman dan bercerita tentang jurusan yang mereka pilih. Saling memberi dukungan dan semangat, mereka merasa semakin yakin dengan pilihan yang telah mereka buat.

Dalam beberapa hari berikutnya, Maya dan Rani mendatangi kampus-kampus yang mereka incar. Mereka mengikuti tur kampus, menghadiri seminar, dan berbicara dengan para dosen dan mahasiswa senior untuk mendapatkan informasi lebih lanjut tentang program studi yang mereka minati.

Di sela-sela mencari info tentang kampus yang akan dimasuki, mereka juga menjelajahi kota, mengunjungi tempat-tempat menarik, dan mencoba makanan khas daerah tersebut. Mereka saling mendukung dan menjaga semangat satu sama lain di tengah kegiatan yang sibuk.

Setelah beberapa waktu, Maya dan Rani berhasil mendaftar kuliah sesuai dengan pilihan jurusan mereka. Mereka merasa senang dan bangga dengan pencapaian ini, dan bersiap-siap untuk memulai babak baru dalam hidup mereka sebagai mahasiswa. Mereka juga saling membantu satu sama lain dengan mencari informasi, menyiapkan berkas, dan berlatih untuk tes masuk kuliah.

Sementara itu, Ayah Rani turut berbahagia melihat semangat dan tekad anak-anaknya dalam mengejar impian mereka. Dia memberikan dukungan penuh dan berjanji untuk selalu mendukung mereka dalam perjalanan kuliah yang akan datang, dan segera berpamitan untuk kembali ke desa.

Selama tinggal di guest house, mereka juga menemukan beberapa opsi tempat tinggal yang cocok untuk mereka berdua. Dengan bantuan kolega bisnis Ayah Rani, berhasil menemukan sebuah apartemen yang terjangkau dan strategis, dekat dengan kampus dan fasilitas umum.

Setelah Rani menemukan apartemen yang cocok dan dekat dengan kampusnya, ia merasa senang dan segera menandatangani kontrak perjanjian sewa. Dia mulai merencanakan pengaturan apartemennya dan berpikir tentang dekorasi yang ingin dia terapkan.

Di sisi lain, Maya memilih untuk tinggal di asrama kampus yang disediakan oleh universitas. Mengingat situasi finansial nya, tinggal di asrama adalah pilihan yang lebih terjangkau baginya. Meskipun awalnya mereka bermimpi tinggal bersama, namun dengan kampus yang berbeda, rencana tersebut sepertinya tidak bisa terwujud.

Maya, Siska dan Rani menerima kenyataan ini dengan dewasa. Mereka sadar bahwa meskipun tidak bisa tinggal bersama, tetapi tetap bisa menjaga hubungan persahabatan mereka yang kuat. Mereka berjanji untuk selalu saling mendukung dan menghabiskan waktu bersama ketika kesempatan itu ada.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!