NovelToon NovelToon

Anomali

Chapter 1: Sejarah

Pada tahun 1986 terjadi kasus hilangnya orang dari Filipina. Bukan sekedar kasus biasa, polisi yang melakukan investigasi tidak dapat menemukan identitas pelaku.

Kasus tersebut bukan yang pertama kali, tapi setiap polisi menemukan tubuh korban, pelaku dari kasus tersebut secara pasti akan meninggalkan sebuah jejak kaki di samping korban yang bahkan tidak terlihat seperti manusia atau hewan manapun. Polisi tidak dapat melakukan investigasi lebih lanjut, seolah bungkam dan tidak dapat melakukan apapun.

Ditambah lokasi bekas dari penemuan mayat orang-orang yang hilang tersebut menjadikan area sekitarnya tidak ada sinyal apapun yang masuk baik sinyal radar, sinyal radio, dan telekomunikasi.

Berita tentang orang hilang secara misterius ini telah menyebar ke seluruh kawasan Asia tenggara, bahkan yang awalnya kasus hanya berada di sekitar Filipina sekarang telah menyebar ke negara lain di dekatnya termasuk Indonesia.

Para ahli menduga pelakunya adalah hewan liar yang tidak teridentifikasi, atau belum ditemukan keberadaannya. Tapi yang pasti, saat ada orang yang menjadi korban, tempat tewasnya korban akan memiliki gangguan sinyal. Maka orang-orang menyebutnya sebagai "Anomali".

Karena kasus yang tidak terpecahkan membuat organisasi antarpemerintah seperti Interpol harus turun tangan dan menangani kasus tersebut.

Walau Interpol sudah mengirim detektif terbaik mereka, bahkan agen FBI yang ikut dalam penanganan kasus tersebut tetap kesulitan dalam menemukan pelaku utamanya.... Bahkan dengan bantuan dari militer saja tidak dapat menemukan identitas pelaku utama.

Dari tahun ke tahun jumlah korban semakin meningkat, kegelisahan muncul di masyarakat yang merasa tempat tinggalnya semakin tidak aman memutuskan untuk pergi dari negara asalnya.

Satu pelaku belum ditemukan, kini muncul lagi pelaku lain dengan motif yang sama tapi ia meninggalkan jejak yang berbeda dari pelaku sebelumnya. Tapi tetap mereka memiliki kesamaan, yaitu setiap tempat mereka menghabisi korban pasti akan mengalami gangguan sinyal.

Namun, beberapa warga memiliki kesaksian bahwa mereka sempat melihat rupa dari pelaku walau tidak jelas. Tapi, menurut kesaksian dari para warga pelaku bukanlah manusia, ia memiliki bentuk tubuh yang besar dan bungkuk serta punggung yang berduri, juga memiliki suara yang mengerikan seperti teriakan orang yang terkena sayatan pisau.

Kesaksian warga tidak hanya di Filipina, tapi juga di negara sekitarnya yang mengatakan hal yang sama tentang ciri fisik pelaku. Selain kesaksian tersebut, banyak orang yang mengaitkan hal ini dengan mitos dan makhluk halus yang tak kasat mata. Beberapa orang juga sempat mengambil gambar dari makhluk "Anomali" tersebut, tetapi gambar yang menunjukkan rupa pelaku tidak jelas dan hanya ada wajah hitam dan mata putih bersinar.

Baru juga 4 bulan setelah kasus rumit yang masih belum terpecahkan, kini muncul tiga pelaku lain dengan motif yang sama. Bahkan, ada yang hanya mengincar kelompok individu. Pelaku juga sekarang tidak hanya beraksi di malam hari, mereka juga beraksi pada siang hari untuk menghabisi nyawa orang tak bersalah....

Karena rumitnya kasus yang ditangani membuat Interpol mengeluarkan surat perintah untuk menaikkan tingkat siaga menjadi waspada ke seluruh negara di Asia tenggara.

Interpol yang dibantu oleh FBI melakukan riset untuk menciptakan alat yang dapat mendeteksi pergerakan aneh dan tidak wajar termasuk hilangnya koneksi gelombang sinyal. Setidaknya dengan alat tersebut dapat membantu pemerintah di Asia tenggara untuk mengeluarkan peringatan ke penduduknya melalui televisi jika pelaku muncul atau sedang beraksi di daerah tertentu.

Sementara di Indonesia sendiri para warga beranggapan bahwa kejadian orang hilang ada sangkut pautnya dengan pemerintah pada masa itu yang menjalan operasi petrus (Penembak misterius). Tapi setelah penduduk mendengar berita bahwa kasus orang hilang tidak hanya di Indonesia membuat para penduduk semakin khawatir akan keselamatan nyawa mereka.

Chapter 2: Raezha

Setelah berpuluh-puluh tahun lamanya kasus berjalan, tapi tidak ada yang berhasil menemukan pelaku. Bahkan anomali semakin banyak hingga menyebar ke negara Asia lain, seolah kasus ini bukanlah kasus biasa lagi tapi sudah menjadi wabah virus.

Kini makhluk yang diyakini menjadi pelaku utama telah diberi beberapa kode seperti ANM-01(B) yang merupakan kode untuk makhluk yang pertama kali memulai kasus orang hilang. Pemberian kode juga selain dimaksudkan sebagai identifikasi anomali juga dimaksudkan sebagai informasi tentang tingkat bahaya dari anomali tersebut. Seperti huruf "A" singkatan dari "Ancaman", "B" untuk "Bahaya", "H" untuk "Hindari" (Biasanya tipe H adalah anomali yang sering muncul dimalam hari tapi tidak melakukan apapun atau hanya mengamati), dan yang paling berbahaya adalah "K" untuk "Klaster" (Tingkat klaster adalah yang paling berbahaya karena makhluk anomali ini selalu muncul berkelompok, tidak sendirian).

Kode tersebut merupakan kode resmi yang dikeluarkan oleh "Badan Urusan Anomali" atau akronim "BARUNO", badan ini adalah badan nonkementerian pemerintah Indonesia yang bertugas untuk mendeteksi dan memberitahukan adanya anomali diwilayah-wilayah yang ada di Indonesia sebagai peringatan pada masyarakat untuk segera berlindung. Badan ini didirikan pada tahun 1994 sebagai respon dari lambatnya penyelesaian kasus yang marak terjadi.

Sebenarnya sudah ada banyak makhluk anomali yang ditangkap dan dimasukkan ke dalam sel khusus, tapi makhluk itu tidak bisa dimusnahkan dengan cara apapun baik ditembak atau diledakkan menggunakan bom. Hal ini juga yang dikhawatirkan oleh pemerintah jika seandainya makhluk itu tiba-tiba kabur dari sel, beberapa makhluk anomali yang ditangkap sudah ditunjukkan di media agar masyarakat dapat melihat ciri makhluk tersebut jika semisal makhluk anomali melarikan diri dari sel. Sementara makhluk anomali lain yang belum dapat ditangkap hanya bisa diklasifikasikan sementara melalui gambar ciri khas anomali. Juga melalui Lembaga Urusan Anomali, pemerintah dapat memberitahukan kepada masyarakat bahwa anomali akan menyerang seseorang yang berada sendirian di tempat gelap.

Pada tahun 2017 tepatnya 31 tahun setelah kasus orang hilang terjadi untuk pertama kalinya. Seorang pria berusia 19 tahun bernama Raezha. Sejak kecil ia tinggal bersama seorang kakek tanpa pernah tahu siapa orang tua sebenarnya, tapi pada usianya yang ke 15 ia kehilangan sosok orang yang telah menjaganya sejak kecil.

Saat ini Raezha tinggal di sebuah kos di daerah Tangerang, Raezha saat ini sedang masih mencari pekerjaan karena ia telah menganggur selama 1 tahun sejak tamat SMA. Memang bukan hal yang mudah dalam mencari pekerjaan, apa lagi Raezha saat ini tidak memiliki siapapun yang bisa membantunya. Jadi ia harus cepat-cepat menemukan pekerjaan atau ia harus berhutang dan malah berakhir tidak bisa membayar hutang karena tidak punya pekerjaan.

12 September 2017, Raezha terbangun dari tidurnya. Ia segera mencuci muka sebentar lalu mengambil mi instan di lemari dan mengambil panci lalu mengisinya dengan air. Raezha menyalakan api kompor lalu menunggu mi instannya matang. Sembari menunggu mi instan, Raezha menyalakan televisi dan menonton berita yang disiarkan.

“Hal yang sama, lagi....” Ucap Raezha sambil memegang handuk.

Berita terkait kasus anomali memang sudah menurun tapi setiap kali Raezha melihat berita tersebut ia akan kesal dan merasa muak dengan berita yang sama.

“Kenapa dunia seolah lambat mengurus kasus seperti ini? Sudah 31 tahun berjalan.” Kata Raezha dengan sinis.

Raezha kemudian berjalan kembali melihat mi instan yang ia masak, setelah mi instannya matang ia memindahkan mi ke dalam piring lalu mulai makan.

Setelah makan Raezha pergi ke kamar mandi untuk mandi. Setelah mandi Raezha segera memakai pakaiannya dengan rapi, merapikan rambut lalu menggunakan parfum.

Setelah mempersiapkan segala hal termasuk membawa dokumen, Raezha membuka pintu dan keluar dari kos lalu mengunci pintu kos.

“Aku harap aku punya kesempatan.” Raezha berjalan menjauh dari kos, pergi menuju ke tempat ia akan melamar kerja.

Setelah sampai di tempat ia akan melamar, Raezha melihat antrian orang yang juga ingin melamar. Cukup panjang, tapi Raezha tetap menunggu karena ini adalah yang puluhannya ia ditolak.

Setelah sampai pada giliran Raezha, Raezha berjalan masuk ke ruangan Interview Walau Raezha sendiri sudah tidak punya harapan kalau ia akan diterima kerja.

Raezha duduk di kursi depan meja HRD. “Perkenalkan dirimu.” Pinta HRD sambil memegang pulpen dan menatap Raezha.

“Nama saya Raezha berusia 19 tahun.” Jawab Raezha tanpa kegugupan dan wajah seolah tanpa ekspresi.

Lalu Raezha memberikan dokumen yang ia pegang kepada HRD.

HRD mengambil dokumen Raezha tapi ia tidak membaca dokumennya, bahkan dibuka saja tidak. HRD hanya menaruh dokumen Raezha di meja dan lanjut menanyai Raezha.

“Apa kamu punya pengalaman dalam pekerjaan di perusahaan ini hingga berani melamar meskipun hanya tamatan SMA?” Tanya HRD dengan sinis.

Raezha mengambil dokumennya dan langsung pergi meninggalkan ruang Interview tanpa berkata sepatah kata pun.

“Percuma saja aku menjawabnya, pada akhirnya dari pertanyaan itu aku pasti akan ditolak.” Gerutu Raezha sambil berjalan meninggalkan perusahaan.

“Lain kali aku akan melamar menjadi pelayan di resto saja dibanding harus berhadapan dengan HRD bodoh seperti itu, sudah enam kali aku ditolak dan yang kali ini adalah yang terbodoh yang pernah ku alami.” Gerutu Raezha bersungut-sungut. Raezha sebenarnya berharap ia akan diterima karena ia membutuhkan pekerjaan untuk membayar uang sewa kos, atau tidak ia akan diusir oleh pemilik kos.

Raezha berjalan pulang ke kos melalui jalan gang kecil. Kali ini ia tidak melewati jalan yang biasa ia lewati, karena sedang ada pembangunan gedung.

Saat berjalan Raezha mendengar suara dari sebuah tempat kosong dan sempit serta gelap, sulit menjelaskan tempat ini tapi tempat itu berada di antara dua rumah.

Raezha berhenti dan memperhatikan tempat gelap itu, sebuah suara pipa besi jatuh terdengar keras tapi tidak mengagetkan Raezha.

“Oh hanya kucing.” Seekor kucing melompat dari pipa besi dan berlari pergi. Raezha juga pergi meninggalkan tempat gelap itu.

Sesampainya di dalam kos Raezha langsung meletakkan dokumennya di meja lalu menyalakan televisi. Saat sedang menonton berita, siaran langsung berubah menjadi eror lalu berubah menjadi tayangan peringatan dari pemerintah melalui Lembaga Urusan Anomali.

“Apa?! Anomali lagi?!” Raezha bergegas mengunci pintu dan menutup jendela beserta tirai.

“PERINGATAN! PERINGATAN! PERINGATAN! BUKAN MERUPAKAN SIMULASI! SEBUAH ANOMALI TIPE 'ANM-047(A)' TELAH MUNCUL DI SEKITAR DAERAH TANGERANG SELATAN DAN SEKITARNYA, MASYARAKAT DIHIMBAU UNTUK BERSEMBUNYI DI RUMAH ATAU TIDAK DALAM KONDISI SENDIRIAN SAAT BERADA DI LUAR RUMAH! ANOMALI TIPE 'ANM-047(A)' MEMILIKI CIRI SEPERTI SEORANG PRIA DENGAN PAKAIAN JAS TAPI IA BERUKURAN SANGAT TINGGI DAN SETIAP TEMPAT YANG IA LALUI AKAN MENGALAMI GANGGUAN SINYAL!” Suara peringatan dari televisi diputar selama tiga kali dengan menunjukkan gambar dari anomali.

Setiap orang juga menutup pintu dan jendela rumah mereka. Lalu suara sirine peringatan terdengar keras di seluruh wilayah Tangerang Selatan dan sekitarnya, menandakan anomali telah mendekat dan sedang bersembunyi di lokasi-lokasi gelap....

Chapter 3: Panggilan

Suara sirine berhenti, Raezha mendengar suara ketukan pintu selama tiga kali secara pelan.

TOK, TOK, TOK.

Sesuai dengan arahan peringatan dari pemerintah, Raezha tidak membuka pintu karena tidak ada yang tahu apakah yang di luar itu adalah manusia atau anomali.

Saat suara ketukan itu berlangsung seluruh perangkat elektronik langsung mati dan membuat seisi ruangan kos Raezha menjadi gelap gulita dan itu menunjukkan bahwa yang barusan mengetuk pintu adalah anomali.

Suara ketukan pintu menghilang, tapi Raezha tidak bersembunyi. Sebaliknya ia mengambil pisau dapur dan menunggu di depan pintu.

Raezha tetap berdiri di depan pintu jikalau anomali tersebut mencoba menerobos masuk ke kosnya, walau dengan resiko yang sangat besar.

Setelah sekitar 30 detik kemudian perangkat elektronik kembali menyala, menandakan anomali sudah menjauh dari lokasi.

Televisi kembali menyala dan siaran yang disiarkan adalah pemberitahuan dari Badan Urusan Anomali.

“ANOMALI TELAH MENJAUH DARI WILAYAH TANGERANG SELATAN, JIKA ADA KORBAN YANG ANDA TEMUKAN MOHON SEGERA UNTUK MEMANGGIL PIHAK KEPOLISIAN SEKITAR. UNTUK SAAT INI SEMUA MASYARAKAT DIHIMBAU UNTUK KEMBALI KE RUMAH MASING-MASING UNTUK MENGHINDARI ANOMALI YANG MUNGKIN MASIH BERSEMBUNYI.” Kata pria dalam siaran peringatan.

Raezha menaruh kembali pisaunya di meja dapur lalu berjalan ke kasur dan jatuh terbaring di atas kasur.

“Apa tidak ada cara agar anomali ini bisa dihentikan?” Ucap Raezha lalu menghela napas.

Raezha tiba-tiba merasa sangat mengantuk dan perlahan menutup mata lalu tertidur.

Setelah tidur cukup lama Raezha terbangun pada pukul 17.50. Raezha masih dalam keadaan mengantuk dan mengambil smartphone-nya lalu melihat jam.

“Apa? Sudah jam 6? Lama banget aku tidur.” Kata Raezha lalu bangkit dari kasur dan berjalan ke WC untuk mencuci muka.

Setelah mencuci muka Raezha, Raezha berjalan ke depan pintu lalu membuka pintu untuk melihat ke luar.

Setelah melihat sebentar Raezha kembali masuk dan menutup pintu. Raezha berjalan ke lemari dan mengambil mi instan. Pola hidup yang tidak sehat ya, mau bagaimana lagi ia sudah tidak punya cukup uang untuk membeli lauk-pauk.

Raezha lalu mengambil panci dan mengisinya dengan air kemudian menaruhnya di atas kompor dan mulai memasak mi instan.

Setelah memasak mi Raezha duduk di depan televisi sambil menyantap mi yang telah ia masak.

Walau Raezha menonton televisi sambil menyantap mi, ia malah berpikir bagaimana agar bisa mendapatkan pekerjaan secara cepat dan mudah.

“Gimana ya cara dapetin kerjaan yang cepat tapi gaji mumpuni.” Ungkap Raezha dalam hati sambil menyantap mi.

Seusai makan mi Raezha melihat jam di-smartphone-nya. “Apa? Sudah jam 7.37? Apa aku makan selama itu? Padahal tadi baru jam 6.” Ucap Raezha yang merasa waktu berjalan sangat cepat.

Lalu Raezha menaruh piringnya di tempat cucian piring, karena cucian piring sudah banyak Raezha memutuskan untuk mencuci piring sebentar.

Seusai mencuci piring Raezha kembali melihat jam di-smartphone, dan kali ini jam menunjuk pada pukul 20.47 atau 8.47 malam

“Apa? Sudah mau jam 9? Kenapa waktu bergerak sangat cepat malam ini?”

Kemudian Raezha mendengar suara ketukan pintu dari luar, Raezha perlahan mendekat ke pintu lalu membuka pintu. Tapi, sayangnya tidak ada orang sama sekali di luar selain kegelapan malam dan kesunyian. Raezha kemudian kembali masuk ke dalam kos, tapi. Bukannya kembali ke kos, Raezha malah berada di hutan antah-berantah.

“Ha? Apa? Di mana aku? Bagaimana aku bisa di sini?!” Raezha kebingungan bagaimana ia bisa berakhir di hutan belantara.

Raezha melihat pohon-pohon besar yang mengelilingi dirinya, lalu ada banyak burung yang terbang di atas Raezha dari arah timur.

Lalu suara geraman yang kuat terdengar hampir di seluruh hutan. Raezha mencari asal suara itu. Tiba-tiba terdengar suara berisik di semak-semak dan keluar makhluk berwarna hitam dengan warna putih dan mirip seperti monster kecil yang berlari mengejar Raezha.

Raezha mau tidak mau harus berlari dari kejaran makhluk aneh itu. Raezha terus berlari menjauh dari makhluk hitam aneh, tapi ia merasa bahwa ia hanya berputar-putar saja di hutan belantara tersebut.

Raezha berbelok ke kiri sembari berlari terus menerus, makhluk yang mengejar Raezha tidak lagi terlihat menandakan bahwa Raezha sudah berada jauh darinya. Raezha memutuskan untuk duduk di sebuah pohon untuk beristirahat dan berpikir sejenak.

Raezha menghela napas panjang setelah berlari cukup lama. “Ini mimpi atau anomali sih? Gak mungkin ini mimpi, ini pasti anomali.” Ucap Raezha yang terheran-heran. “Tapi memangnya ada anomali yang membawa orang ke hutan kayak gini?”

Baru juga istirahat sebentar makhluk hitam aneh itu kembali menunjukkan diri dan mengejar Raezha sambil mengaum.

Raezha terpaksa harus berlari lagi dari kejaran makhluk hitam aneh tersebut. Raezha berlari cukup lama ke sana dan kemari untuk menghindari kejaran makhluk hitam tersebut.

Karena tidak memperhatikan apa yang ia lewati Raezha berakhir terjatuh dan terluka di bagian dengkul kanan. Makhluk hitam aneh yang mengejar Raezha perlahan mendekati Raezha. Raezha menjauhi makhluk hitam itu tapi ia di belakang terdapat pohon yang menghalanginya. Makhluk hitam itu berubah menjadi seseorang yang berwarna hitam dengan mata putih bersinar terang.

“Kau tidak bisa menghindari takdir, semua seharusnya sudah jelas tinggal kamu yang belum.” Pria hitam itu terus berjalan mendekati Raezha yang terduduk dengan luka di kakinya.

“SIAPA KAU?! APA YANG KAU INGINKAN?!” Tanya Raezha yang berteriak.

“Kupikir kau benar-benar pemberani. Tapi yang ingin kuingin adalah memberitahumu bahwa kamu adalah-” Tepat sebelum pria hitam itu menyelesaikan kata-katanya, Raezha terbangun dari tidurnya di pagi hari. “Apa?!- Ternyata hanya mimpi.” Raezha sedikit menghela napas lalu mencoba untuk bangun dari kasur. “Aww! Apa ini?” Raezha merasa kakinya sangat sakit, Raezha melihat bahwa dengkul kaki kanannya terluka. Luka yang persis sama seperti yang ia alami di dalam mimpinya.

“Bagaimana bisa aku terlu- Tunggu, ini luka yang sama seperti dalam mimpiku. Bagaimana bisa?!” Raezha masih dipenuhi pertanyaan tapi di depan pintu ada yang mengetuk.

TOK, TOK, TOK, TOK, TOK, TOK.

“Kami dari Polsek Pamulang di mohon untuk keluar sebentar.” Pinta polisi di luar.

“Ya saya akan keluar- Aduh!” Raezha mencoba untuk berdiri lalu berjalan perlahan membukakan pintu dan terlihat dua orang polisi dengan seragam lengkap yang sudah menunggu. “Ya ada apa pak?” Tanya Raezha.

“Apa benar Anda Raezha?” Tanya salah satu polisi.

“Ya benar saya Raezha, ada apa ya?” Tanya Raezha lagi.

“Di panggil untuk menjalani interogasi dari Polsek, ini bukan tentang tindak kejahatan. Hanya sekedar pertanyaan untuk investigasi, mohon untuk kooperatif.” Jawab polisi di samping polisi yang tadi bertanya.

Karena Raezha tidak merasa melakukan kejahatan apapun, ia memutuskan untuk ikut saja daripada memberontak.

“Baik saya akan ikut, tapi tolong tunggu sebentar saya ingin mengobati luka saya dulu.” Pinta Raezha.

“Kamu terluka? Jika tidak ikut tidak apa-apa, saat kamu sembuh kami akan datang lagi.” Balas polisi dengan ramah. “Tidak apa-apa aku akan ikut.” Ucap Raezha.

“Baik kalau begitu, kami akan menunggu Anda mengobati luka Anda.”

Raezha berjalan kembali masuk ke dalam lalu pergi kamar mandi untuk membersihkan luka sebelum mengambil perban yang ia simpan di lemari, lalu membalut dengkulnya yang terluka dengan perban tersebut.

Setelah selesai dengan urusan lukanya, Raezha pun ikut pergi bersama polisi ke kantor Polsek Pamulang.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!