20 tahun yang lalu di Tokyo, Jepang saat Musim salju.
Hari itu cuaca sangat dingin dan salju turun perlahan menyelimuti hampir seluruh jalanan di Tokyo. Seorang ibu muda berusia sekitar 30an tahun, sedang berada di luar rumah bersama seorang anaknya yang baru berusia 3 tahun.
Anaknya itu sedang menangis dengan sangat kencang di dalam gendongan ibu muda itu. Suara tangisannya memilukan hati orang yang mendengarnya. Mungkin jika mereka sedang berada di keramaian, orang-orang akan memperhatikannya dan ikut menangis di dalam hatinya karena merasakan betapa pedih dan menderitanya anak tersebut.
Ibunya berpikir bahwa anaknya menangis dengan sangat kencang karena sedang kesakitan. Anaknya itu memang memiliki fisik yang lemah dan sedang sakit. Ditambah lagi dengan cuaca yang dingin dan bersalju, tentunya akan begitu menyiksa tubuhnya yang sedang lemah. Seolah tangisan itu adalah ekspresi dari rasa sakit yang dideritanya.
"Ken, bertahanlah. Maafkan ibu telah melahirkanmu dengan fisik yang lemah dan sekarang dirimu harus mengalami penderitaan karena kesakitan seperti ini. Kamu harus tumbuh menjadi anak yang kuat dan sehat, nak. Aku sangat menyayangimu." Ibu itu mengecup kening anaknya dengan penuh cinta dan memeluk tubuhnya erat seolah berusaha memberinya kehangatan dan rasa nyaman.
Anak kecil itu bernama Reyhan Wiriawan, saat ini ia sudah berusia 23 tahun. Tetapi, walaupun 20 tahun telah berlalu, ia masih dapat mengingatnya dengan sangat jelas apa yang sebenarnya ia rasakan saat itu. Ketika itu, tubuhnya memang sedang sakit dan hawa dingin dari salju yang turun ikut menambah rasa sakitnya, seperti menusuk hingga ke tulang-tulang didalam tubuhnya yang masih kecil dan rapuh.
Tetapi bukan itu yang menyebabkan dirinya menangis kencang. Melainkan karena Rey kecil tahu dan ikut merasakan apa yang ibunya rasakan. Kepedihan karena harus meninggalkan suami dan anak sulungnya. Dan bukan itu saja, bahkan ibunya dituduh melakukan hubungan dengan pria lain hingga melahirkan seorang anak yang tak lain dan tak bukan, adalah dirinya sendiri.
Betapa jahat dan kejam hati ayah mertua ibunya itu, yang adalah kakek kandungnya sendiri. Begitu tega mengusir mereka pergi dari rumahnya disaat jalanan sedang dipenuhi salju. Bahkan tidak mau mengakui dirinya sebagai cucu kandungnya sendiri.
Ibunya sungguh adalah seorang wanita yang kuat dan sangat tegar. Ibunya terus menahan airmatanya agar tidak mengalir turun dari kelopak matanya. Meskipun dirinya sudah sangat ingin menangis karena kepedihan di hatinya yang bagaikan teriris pisau dan membuat hatinya perih. Demi dirinya. Anak bungsu tersayangnya yang masih kecil dengan kondisi fisik yang lemah dan selalu sakit. Dan yang bernasib buruk karena tidak diterima oleh keluarganya sendiri.
Sedangkan bagi Reyhan sendiri, semua itu sangat berat baginya. Selama 20 tahun dihidupnya setelah kejadian itu, hatinya terus merasakan dan menyimpan kepedihan itu. Apalagi dengan segala penderitaan yang harus dirinya dan ibunya alami. Dia tidak bisa menjadi kuat dan setegar ibunya, hatinya terus diliputi kebencian dan dendam yang sangat mendalam hingga terpatri ke dalam hati.
Dirinya selalu dikuasai dan dipenuhi tekad yang begitu besar untuk membalas dendam pada keluarga ayahnya itu, tak terkecuali pada ayah kandungnya sendiri maupun kakaknya yang tak bersalah. Baginya, siapapun itu yang merupakan anggota keluarga dari Takahiro adalah musuhnya.
Keinginan untuk membalas dendam itulah yang bisa membuat Rey menjadi kuat dan dapat bertahan didalam menjalani kehidupan ini. Kehidupan yang berasal dari pengorbanan ibunya yang begitu besar untuknya. Karena itu dia harus terus bertahan dan menghargai kehidupannya ini walaupun Rey harus hidup dalam kesendirian dan sebatang kara.
Rey tidak pernah merasa dan menganggap ayah dan kakaknya adalah anggota keluarganya. Ibunya telah membuang nama keluarga ayahnya itu dari namanya dan menggantinya dengan nama keluarga ibunya. Jadi dia tidak akan pernah mau mengakui dirinya adalah bagian dari mereka yang merupakan anggota keluarga Takahiro.
Baginya, Ken Takahiro telah mati begitu juga dengan hatinya yang ikut mati rasa. Dan ia telah tergantikan dengan sesosok pria dengan nama Reyhan Wiriawan. Seseorang yang dipenuhi oleh aura kegelapan dan hanya memiliki rasa dendam dihatinya. Tidak ada rasa apapun lagi di sana. Siapapun orang yang bertemu atau melihatnya akan merasakan itu dan akan merasa takut padanya.
Hanya dengan cinta dan kasihlah hatinya bisa berubah menjadi hidup kembali dan bisa memiliki sebuah rasa. Rasa kehangatan dan kebahagiaan yang diperlukan dan diinginkan semua orang. Tak terkecuali, bahkan bagi seorang Rey Wiriawan yang terlihat bagaikan pangeran kegelapan dengan hati yang dingin dan kelam. Namun, siapakah yang berani mendekatinya untuk memberikan cinta kasih serta kebahagiaan kepadanya?
Tengah malam, di pelataran parkir pada suatu Bar yang ada di Jakarta tampak begitu sepi, hampir tak terlihat ada orang yang berlalu lalang. Walaupun terlihat banyak mobil yang masih terparkir di situ.
Erika Kiyomi, seorang wanita keturunan Jepang, yang lahir dan dibesarkan di negara Indonesia. Saat ini dia sedang berada di pelataran parkir itu dengan tubuhnya yang sempoyongan dan kepalanya yang terasa sangat pusing. Dia muntah-muntah di sana akibat mabuk yang sedang dideritanya.
Malam ini Erika berani minum-minum hingga mabuk karena dia berencana tidak pulang ke rumahnya sehingga orangtuanya tidak akan mengetahui dan memarahinya karena telah minum sendirian di bar pada tengah malam hingga mabuk. Erika bahkan berniat untuk kabur dari rumahnya selama beberapa hari.
Sebenarnya hari ini adalah hari yang spesial baginya karena dirinya sedang berulang tahun. Tetapi, kekasihnya telah mengecewakannya dan membuat hatinya terluka. Sehingga dia berniat untuk kabur dari rumah dan bersembunyi dari kekasihnya.
5 jam sebelumnya di sebuah restoran mewah yang bernuansa romantis.
Restoran itu terlihat sangat ramai dan setiap meja sudah dipenuhi oleh pengunjung yang datang. Hampir semua tamu yang datang dan mengisi di setiap meja pada restoran itu adalah sepasang kekasih. Hanya Erika seorang tamu mereka yang duduk sendirian di salah satu meja yang ada di restoran itu. Karena ia masih menunggu kedatangan kekasihnya, Kei Takahiro.
Kei adalah seorang pebisnis muda yang sangat sibuk dengan berbagai jadwal yang selalu padat seperti jadwal untuk mengikuti meeting, rapat atau kunjungan ke berbagai tempat. Tak jarang ia membatalkan rencana kencan atau janjinya untuk pergi bersama Erika karena kesibukannya itu. Bahkan pada hari ulang tahun Erika di tahun lalu, dia tidak berada di dekat Erika karena harus melakukan perjalanan bisnisnya ke Jepang. Sehingga rencana mereka untuk merayakan ulang tahun Erika dengan spesial terpaksa dibatalkan. Dan Kei berjanji di tahun ini, ia akan mengosongkan jadwalnya di hari yang spesial bagi kekasihnya itu untuk merayakan ulang tahunnya secara spesial dan romantis, yaitu dengan mengadakan makan malam berdua di salah satu restoran mewah favorit Erika.
Sudah hampir satu jam berlalu. Erika masih setia menunggu kekasihnya datang dengan duduk sendirian di restoran itu tanpa memesan makanan apapun. Hingga para pelayan restoran bergantian menatapnya dengan tatapan aneh. Sudah beberapa kali dia memanggil pelayan hanya untuk memesan minuman saja. Lalu Hp Erika berbunyi. Dia melihat ada sebuah pesan dari Kei.
Maaf sayang aku agak terlambat. Tiba-tiba aku ada urusan yang mendesak dan harus kutangani dulu. Tunggu aku sebentar lagi di M restoran. Kamu pesan dulu makanannya karena kamu pasti sudah lapar sekarang. Aku akan segera menuju ke sana. Love you.
Ia akhirnya memanggil pelayan dan memesan makanan. Dia memesan makanan cukup banyak walau hanya untuk dua orang. Karena dia agak sedikit bingung dengan menu makanan apa yang kekasihnya mau makan malam ini.
Pelayan lalu menyajikan makanan sesuai dengan menu makanan yang telah Erika pesan. Tetapi hingga hidangannya sudah menjadi dingin, kekasihnya itu belum juga tiba. Erika mencoba menelepon kekasihnya beberapa kali, tetapi tidak diangkat-angkat. Hingga hari sudah sangat malam dan restoran akan segera ditutup. Akhirnya, Erika pergi dari restoran itu dan membiarkan semua hidangannya begitu saja tanpa disentuhnya sama sekali karena selera makannya juga telah hilang. Kemudian Erika membayar tagihan makanannya dan pergi meninggalkan restoran itu.
Erika benar-benar kecewa saat ini. Dia harus menunggu selama 3 jam di restoran itu sendirian. Erika merasa dirinya sungguh menyedihkan, karena hanya dia yang duduk sendirian diantara tamu-tamu lainnya yang berpasangan.
Erika bahkan sudah sengaja menunda untuk merayakan acara ulang tahunnya dengan keluarga dan orang-orang terdekatnya di hari ini karena dia ingin memprioritaskan Kei yang telah mengosongkan jadwal untuknya agar mereka bisa merayakannya secara spesial dengan hanya berdua saja. Tetapi ternyata, kekasihnya tetap tidak datang juga ke acara makan malam spesial dan romantis yang telah dia janjikan untuknya dari tahun lalu sebagai acara perayaan ulang tahunnya. Bahkan membuatnya menunggu sendirian selama berjam-jam dan membuatnya merasa dan terlihat menyedihkan karena hanya duduk sendirian diantara pasangan kekasih lainnya di restoran itu.
Sudah berapa kali Erika harus mengalami kekecewaan seperti ini karena kekasihnya sering membatalkan janji mereka secara mendadak setelah membuatnya menunggu lama. Kekasihnya selalu saja lebih mementingkan urusan lain dibanding dirinya. Dia jadi merasa curiga dan bertanya-tanya apakah urusannya yang lebih penting itu sehingga membuat dirinya selalu terlupakan.
Hp Erika berbunyi lagi karena ada sebuah pesan masuk dari Kei.
Maafkan aku sayang, aku masih ada urusan yang lebih penting saat ini dan tidak bisa datang. Silakan menikmati acara makan malammu dan Selamat ulang tahun!
Erika benar-benar sangat marah setelah membaca pesan itu. Kesabarannya sudah mencapai batas dan hari adalah puncaknya. Ia sungguh merasakan kemarahan yang amat besar pada kekasihnya itu. Kecurigaannya juga semakin besar hingga melunturkan kepercayaannya.
Apakah selama ini aku masih ada di dalam hatinya! Bahkan di hari ulang tahunku ini, tetap saja dia lebih mementingkan urusannya daripada menepati janjinya untuk datang merayakan ulang tahunku. Batin Erika berteriak kesal.
Rasanya Erika ingin menghilang saja saat ini. Ia tidak mau bertemu dengan kekasihnya dulu untuk sementara waktu. Ia memerlukan waktu untuk menyendiri agar bisa meredakan kemarahannya dan juga waktu untuk berpikir apakah hatinya masih bisa menerima dan memaafkan kekasihnya lagi. Selain itu, dia juga ingin mengetahui apakah dirinya masih ada di dalam hati kekasihnya dan akankah kekasihnya itu merasa sangat kehilangan jika dirinya tiba-tiba menghilang.
Setelah pergi dari restoran itu, Erika segera meluncur ke sebuah bar. Ini adalah pertama kalinya ia pergi ke tempat seperti itu dan sendirian pula. Sebenarnya, Erika berasal dari keluarga yang baik-baik dan berpendidikan. Dia bukanlah seorang wanita yang memiliki pergaulan bebas dengan gaya hidup di malam hari yang penuh hiruk pikuk di bar. Dia bahkan tidak suka minum-minum karena akan membuatnya merasa mabuk dan itu tidak mengenakkan. Apalagi saat paginya ketika bangun dan tersadar dari mabuknya, dia masih harus menanggung rasa sakit dikepalanya yang masih tertinggal karena pengaruh dari alkohol tersebut, sungguh membuatnya tersiksa.
Tetapi hari ini dia ingin sejenak melupakan kekecewaan dan kepedihan dihatinya karena apa yang dialaminya barusan. Sehingga dia berniat untuk menghabiskan 2 jam waktu yang tersisa di hari ulang tahunnya dengan menikmati minuman alkohol yang mungkin bisa menghangatkan hatinya.
Erika menegak minuman yang ada di gelasnya sampai habis dalam sekali teguk. Perlahan airmata mulai mengalir hingga deras di pipinya karena rasa sakit dihatinya ini sungguh menyiksa dan tak tertahankan.
Erika kembali menuangkan minuman ke dalam gelasnya yang telah kosong dan kembali menegaknya. Baru minum sebanyak 2 gelas saja, dirinya sudah merasa mabuk. Tetapi dia tetap menuangkan minuman ke dalam gelasnya lagi dan meminumnya. Begitu seterusnya hingga berulang-ulang.
Setelah puas dan dirinya sudah sangat mabuk, ia akhirnya berjalan keluar dari bar itu dan pergi mencari sebuah taksi. Untuk mendapatkan sebuah taksi, maka ia harus berjalan hingga ke jalan raya dan melewati pelataran parkir terlebih dahulu.
Tubuhnya sempoyongan saat berjalan, sehingga dia harus berjalan perlahan sambil memegangi mobil-mobil yang sedang terparkir. Kepalanya pusing dan perutnya terasa mual. Ia berhenti sejenak dan muntah-muntah di sana.
Tiba-tiba dirinya dikejutkan oleh suara teriakan orang yang sedang kesakitan. Dirinya yang sedang mabuk menjadi tersadarkan. Dia langsung membersihkan dirinya yang habis muntah dan berlari-lari kecil ke belakang mobil. Ketakutan mulai memenuhi pikirannya karena tempat parkir di tengah malam begini sangat gelap dan sepi. Ia lalu berjongkok untuk bersembunyi di belakang mobil itu dan mendongakkan kepalanya sedikit ke sisi samping kiri mobil untuk mengintip ke arah sumber suara berasal.
Ternyata di dereten paling belakang parkiran ada sekelompok orang yang sedang berkelahi. Bukan, itu bukan sedang berkelahi tetapi lebih tepat jika dikatakan sebagai pengeroyokan. Karena jumlah mereka sangat tidak imbang. Sekelompok orang yang berjumlah hampir 10 orang melawan satu orang saja. Dan sepertinya suara teriakan orang kesakitan itu berasal dari pria muda yang sedang dikeroyok itu. Wajahnya sudah babak belur dengan lebam disana-sini, begitu juga dengan tubuhnya. Beberapa luka ditubuhnya itu bahkan ada yang sampai mengeluarkan darah.
Pria muda itu menatapnya.
Oh Tidak! Dia menatapku. Dan..mata mereka saling bertemu.
Tatapannya.. Sungguh mengerikan! Erika semakin ketakutan.
Walaupun salah satu matanya sudah sembap dan membengkak menutupi sebagian bola matanya, tetapi Erika tetap bergidik merasakannya. Tatapan yang begitu dingin dan tajam, penuh dengan aura kegelapan. Pria itu terus terdiam dan membeku dengan mata yang membelalak kepadanya. Seperti ingin memangsa dirinya yang telah tertangkap basah menonton dirinya yang sedang dipukuli.
Dengan refleks, pupil mata Erika langsung membesar dan mulutnya membuka lebar seolah ingin berteriak dengan sangat kencang. Untung gerakan tangannya lebih cepat dibanding dengan suara teriakannya. Sehingga tangan itu berhasil menutup mulutnya sebelum suara teriakannya itu keluar dari mulutnya dan membuatnya dalam keadaan yang berbahaya. Erika lalu menarik kepalanya kembali untuk bersembunyi lagi di belakang mobil.
Erika duduk berjongkok dengan memangku tangannya di lutut untuk dijadikan sebagai tempat senderan bagi kepalanya yang terasa pusing dan berdiam dengan posisi itu selama beberapa waktu. Telapak kakinya mulai terasa sakit dan kesemutan. Dia benar-benar tidak berani untuk bergeser atau menggerakkan tubuhnya sedikitpun. Karena dirinya terus membayangkan tatapan mata pria yang mengerikan itu.
Kini kakinya mulai bergetar dan sudah tidak kuat lagi untuk bertahan. Sepertinya kakinya itu sudah sangat lemah untuk menopang dan menahan tubuhnya. Dia mencoba menggerakkan kakinya sedikit agar bisa sedikit melepaskan rasa tidak nyamannya. Kemudian dia berusaha mempertajam pendengarannya dengan menyibakkan sebagian rambut yang menutupi telinganya agar bisa mendengar dan mengetahui perkembangan situasi yang sedang terjadi. Sunyi senyap. Tidak ada suara apapun lagi yang terdengar.
Erika mencoba berdiri, tetapi kakinya terlalu pegal dan kesemutan. Kepalanya juga kembali terasa pusing hingga tubuhnya limbung dan hampir jatuh. Ia segera berpegangan pada mobil yang ada didekatnya dan kembali menurunkan badannya perlahan.
Akhirnya Erika membiarkan dirinya duduk di jalanan parkiran, dia sudah tidak peduli dengan jalanan parkir yang kotor. Dia lalu menselonjorkan kakinya dan meregangkan otot-otot tubuhnya yang terasa kaku sehingga bisa melepaskan ketegangan dan pegal-pegal di kaki dan pinggangnya karena harus berjongkok diam dalam waktu lama. Ia juga meregangkan otot tangannya dengan mengangkat tinggi kedua lengannya ke udara yang ada di atas kepalanya sambil menggeliatkan tubuhnya ke kanan dan ke kiri. Rasanya sungguh nikmat sekali bisa meregangkan otot dan menggeliatkan tubuhnya yang pegal-pegal dan kaku itu. Rasa tak nyaman ditubuhnya pun berangsur-angsur menghilang.
Baru sekejap merasakan kenikmatan ditubuhnya yang kembali pulih dari rasa tak nyaman, tiba-tiba Erika merasa ada sesuatu yang mengganggunya. Udara malam disekitarnya yang tadi terasa dingin dan sejuk berubah menjadi kurang mengenakkan karena bercampur dengan bau anyir darah segar yang semakin kuat tercium aromanya hingga membuat kepalanya pusing dan merasa mual. Selain itu juga, Erika mendengar bunyi suara nafas menderu dan berat disekitarnya.
Mata Erika menatap ke arah bawah depannya dan melihat ada sepasang kaki pria di sana. Erika sangat yakin itu adalah sepasang kaki dari seorang pria yang sudah daritadi berdiri di depannya dan mungkin saja sudah mengamatinya saat dia sedang lengah karena asik meregangkan otot tubuhnya yang kaku. Dengan tubuh yang mulai gemetaran karena rasa takutnya, Erika memberanikan diri mendongakkan kepalanya ke atas dan melihat wajah pemilik sepasang kaki tersebut.
Oh Tuhan.. Tidakk mungkinn..! Ternyata...itu pria yang tadi menatapku dengan tatapannya yang mengerikan itu.
Melihat pria didepannya itu tersenyum sinis kepadanya dengan wajah yang sudah dipenuhi oleh luka dan lebam, Erika menyadari bahwa dirinya sedang dalam bahaya. Bahkan dengan mata yang membengkak, masih tampak aura gelap yang menyelimuti pria itu. Sungguh menakutkan hingga udara malam yang dingin ini semakin terasa dingin.
Dengan tubuh yang gemetaran, Erika berusaha untuk berdiri. Tetapi tubuhnya terlalu lemas karena rasa ketakutannya, belum lagi ditambah dengan rasa mual dan pusing yang menyerang karena bau darah yang begitu menyengat. Setelah akhirnya dia berhasil berdiri, seketika itu juga tubuhnya langsung terkulai lemah dan tak sadarkan diri. Pria itu dengan sigap menangkap tubuhnya yang jatuh ke dalam pelukannya.
Erika, seorang gadis kecil yang sedang kabur dari rumahnya dan tanpa tujuan, sekarang dirinya jatuh pingsan di pelukan seorang pria asing yang menakutkan dan sedang terluka karena habis berkelahi. Entah apa yang akan terjadi pada nasibnya selanjutnya.
Malam ini, Rey sedang duduk sendirian di sebuah bar sambil menikmati minuman kesukaannya. Dia berada di sana hanya untuk sekedar mencari penghiburan saja. Sehingga Rey berencana hanya minum beberapa gelas saja.
Tadi pagi Rey mengunjungi makam mendiang ibunya untuk memberikan penghormatan serta mempersembahkan bunga krisan putih yang adalah bunga kesukaan ibunya. Karena hari ini adalah hari ulang tahun ibunya. Saat didekat makam ibunya, Rey akan kembali terkenang dengan masa-masa hidup ibunya yang penuh penderitaan. Sehingga suasana hatinya yang sudah kelam semakin diliputi oleh rasa sedih dan berduka. Setelah hari menjelang senja, Rey akhirnya pulang. Tetapi dia tidak langsung pulang ke rumahnya, melainkan pergi ke bar untuk minum beberapa gelas alkohol untuk mengalihkan perasaan sedihnya itu.
Di bar tersebut, Rey memilih tempat duduk di salah satu kursi yang ada di barisan meja bar. Saat ini ia sedang menyesap minumannya perlahan sambil menikmatinya. Tetapi tiba-tiba ada segerombolan pria yang datang ke area sekitar tempat duduknya.
Gerombolan tersebut berjumlah sekitar 6-8 orang lelaki dengan wajah yang sangar-sangar dan tubuh yang berotot kekar seperti preman yang suka berkelahi dan mencari keributan. Sejak daritadi mereka telah memperhatikan Rey yang terlihat sedang duduk sendirian.
Lalu, setelah mereka yakin kalau Rey memang sedang sendirian, tanpa ditemani satupun anak buahnya, maka mereka segera menghampirinya dan berpura-pura terlihat kalau mereka secara kebetulan saja melewati area yang sepi itu. Padahal saat Rey duduk di kursi itu, pengunjung lain yang juga sedang duduk di dekat situ, akan segera pergi untuk berpindah ke tempat duduk yang agak jauh darinya karena merasa takut akan aura dingin dan kelam yang terpancar dari mata Rey yang bulat dan besar itu.
Ada salah satu lelaki diantara rombongan itu yang bergaya paling sok jagoan dan sok kuat sehingga terlihat menyebalkan. Dia adalah pemimpin mereka sehingga dia berjalan memimpin dan selalu berada di posisi yang paling depan. Matanya menatap sinis ke arah Rey dengan mulut yang menyeringai. Tubuhnya terlihat gontai saat berjalan seperti orang yang sedang mabuk berat.
Pria dengan gaya paling sok jagoan itu berjalan melewati Rey, tetapi tiba-tiba tubuhnya oleng dan terjatuh mengenai bahu dan lengan kanan Rey yang sedang memegang gelas minumannya yang baru saja diminumnya sedikit. Gelas yang ada ditangannya itu terpelanting ke lantai sehingga menumpahkan seluruh isi minumannya dan pecah. Beberapa serpihan kaca dari gelas yang pecah tersebut berhamburan dan mental mengenai bagian wajah dan lengan Rey. Ada beberapa titik di kulit bagian lengan dan wajah Rey tertancap beling bening pecahan gelas tersebut sehingga kulitnya luka dan berdarah.
Rey tahu bahwa pria itu berpura-pura mabuk dan dengan sengaja menjatuhkan diri ke sebelah kanan bahu dan lengannya agar tangannya menjadi lepas kendali dan gelas yang sedang dipegangnya jatuh sehingga pecah dan membuatnya terluka akibat terkena serpihan kaca yang terpental. Hal itu dikarenakan Rey dapat mencium bau aroma alkohol yang tidak terlalu kuat ditubuh pria tersebut. Yang berarti, dia belum begitu banyak minum dan tidak sedang dalam keadaan mabuk. Dan benar saja, sekarang orang itu terlihat sudah dapat kembali berdiri tegap dengan mudahnya tanpa perlu bantuan orang lain.
Tak lama kemudian, teman-temannya langsung mengerubungi Rey dengan tatapan marah dan tangan bertolak pinggang kepadanya. Pria yang berpura-pura mabuk itu mendekati wajahnya ke wajah Rey dan berteriak kepadanya dengan mata yang membelalak besar.
"Brengsek! Berani-beraninya menghalangi jalanku hingga aku terjatuh. Dan, lihat ini!" Pria itu menggulung lengan bajunya sambil mengulurkannya ke depan mata Rey untuk memperlihatkan padanya luka akibat terkena pecahan kaca. Tetapi pada lengannya itu terlihat hanya ada sedikit luka lecet yang bahkan tidak begitu ketara karena itu hanyalah bekas luka lama. "Akibat kecerobohanmu memecahkan gelas itu, hingga serpihannya mengenaiku dan membuatku terluka. Kamu harus bertanggung jawab dan minta maaf kepadaku sekarang juga!" Pria itu berbicara dengan suara yang makin meninggi dan tangan yang menunjuk-nunjuk ke depan mata Rey. Lengan satunya lagi bertolak dipinggangnya dan tatapan matanya menuntut. Dia pikir dengan sikapnya yang seperti itu akan membuat pria didepannya ini menciut ketakutan dan akan memberinya sejumlah uang besar sebagai kompensasi atas luka-luka yang ada pada lengannya.
Rombongan preman pengacau ini pastilah sudah gila dan bosan hidup. Karena mereka tidak tahu dan tidak mengenali bahwa pria yang mereka usik itu sesungguhnya adalah seorang gangster dan memiliki seorang ayah angkat yang bernama Hideki Yoshiro, yang adalah seorang bos mafia terbesar dan paling ditakuti saat ini.
Rey hanya mendiamkan mereka sambil mencabuti beberapa pecahan beling yang tertancap di kulitnya dan kemudian mengambil beberapa helai tisu untuk membersihkan darah yang keluar pada luka-lukanya itu. Pria itu memperhatikan setiap gerakan Rey saat mencabut pecahan beling itu dan menunggu hingga dia selesai. Rey tidak meringis dan juga tidak mengeluarkan ekspresi sama sekali, wajahnya tetap dingin. Bahkan ia bersikap seolah didepannya tidak ada siapapun. Ia seperti tidak mempedulikan dan tidak menanggapi mereka juga kemarahan orang itu.
Lalu pria itu menyeringai sambil tertawa sinis kepadanya.
"Sepertinya lukamu itu tidak membuatmu meringis kesakitan ataupun mengusikmu sedikitpun. Kurasa kamu harus menikmati pukulanku ini agar kamu bisa menunjukkan ekspresimu yang sedang kesakitan!" Pria itu menaikkan kepalan tangannya hingga berada di posisi sejajar tulang pipi Rey dan bersiap untuk menonjoknya. Tetapi dengan cepat dan mantap, Rey segera menahan kepalan itu dan menghempasnya ke bawah dengan sangat kuat dan cepat.
Untungnya hari ini Rey sedang tidak ingin berkelahi karena hari ini adalah hari ulang tahun mendiang ibunya. Dan Rey pernah berjanji di depan makam ibunya ketika dirinya memutuskan untuk bergabung menjadi anggota mafia. Janji itu adalah selama dua hari dalam setahun, yaitu disaat hari ulang tahunnya dan ibunya, dirinya tidak akan berkelahi walau apapun yang terjadi.
Hal itu dikarenakan semasa hidupnya, mendiang ibunya hanya akan terlihat bahagia ketika melakukan perayaan hari ulang tahun mereka dan akan selalu merayakannya dengan penuh sukacita walaupun hanya secara sederhana. Jadi, dihari yang selalu membuat ibunya berbahagia itu, Rey tidak ingin merusak atau menodainya dengan berkelahi dan mengotori tangannya karena darah dari para musuhnya.
Sehingga saat ini, Rey hanya menatap mereka dalam diam, bermaksud untuk memberi peringatan pada mereka untuk segera pergi. Karena tatapannya itu sangat dalam dan dingin hingga udara disekitarnya yang sudah dingin terasa semakin dingin. Dan biasanya, orang-orang yang mendapatkan tatapan seperti itu akan merasa sangat ketakutan hingga segera berlari pergi menjauh darinya.
Seandainya hari ini dia tidak sedang berpantang untuk berkelahi, maka Rey tidak akan hanya diam saja seperti yang ia lakukan saat ini. Sudah pasti dirinya akan langsung beraksi dengan menunjukkan keahliannya berkelahi yang dapat dalam sekejap dan dengan sangat mudah menghabiskan rombongan preman itu satu per satu.
Akhirnya mereka mundur sedikit dan mengendurkan tubuh mereka yang sudah sangat kaku dan tegang. Dalam hati mereka masing-masing juga merasakan ketakutan saat melihat tatapan Rey yang seolah menusuk hingga ke dalam dan tertancap ke jantung mereka. Tetapi, pria yang memimpin mereka itu memelototi mereka dan memberi isyarat dengan mengangkat kepalanya ke atas ke arah Rey yang berarti untuk kembali ke posisi mereka dan jangan takut untuk menghadapi Rey.
Tetapi mereka hanya diam dengan saling menatap ke arah masing-masing temannya yang ada di sebelah. Rey bangkit berdiri dan berjalan pergi meninggalkan mereka saat mereka masih berusaha mengumpulkan keberanian untuk kembali menantang dan menghadapinya seperti apa yang diperintahkan pemimpin mereka.
"Aku sedang tidak ingin berkelahi hari ini. Jika kalian memang ingin mencari masalah denganku, datang lagi saja besok ke sini, maka dengan senang hati aku akan meladeni kalian." Rey berbicara dengan nada suara yang dingin dan datar, tanpa menolehkan wajahnya sedikitpun kepada mereka sambil melaangkah pergi menuju keluar bar. Selesai bicara dia mengeraskan rahangnya dan pada matanya terlihat ada sekelibat kilatan kemarahan.
Selama ini, Rey terkenal sebagai seorang gangster yang berhati dingin yang sangat handal dalam berkelahi. Meskipun ia sedang sendirian, tanpa di kelilingi anak buahnya, ia tidak akan pernah merasa gentar untuk turun tangan menghajar musuhnya seorang diri. Walaupun tidak sampai membunuh mereka, tapi cukup membuat mereka menderita karena mengalami cidera hingga patah tulang dan butuh beberapa bulan untuk dapat kembali pulih. Sehingga meninggalkan efek jera dan keengganan bagi mereka untuk kembali melawannya.
Gerombolan pengacau itu sungguh beruntung. Karena bersinggungan dengan Rey di hari ini. Kalau tidak, hari ini pasti menjadi hari yang paling bersejarah dalam hidup mereka. Atau mungkin, sebenarnya mereka memang telah mengetahui tentang pantangan Rey untuk tidak berkelahi di hari ini. Sepertinya begitu.
Karena, si pemimpin memarahi mereka yang terlihat bodoh dan pengecut yang menjadi ketakutan hanya karena Rey menatap mereka dengan tatapan yang sangat menakutkan itu. Dia kembali memerintahkan mereka untuk mengejarnya. Mereka mendapatkan Rey berada di area parkir yang agak jauh ke belakang dari pintu keluar bar. Rey memang sengaja berjalan jauh hingga ke belakang ke tempat yang agak sepi. Karena Rey tidak mau keributan dan kekacauan ini mengganggu pengunjung lainnya.
Rombongan itu mengelilingi Rey dari segala arah. Lalu salah satu pria yang berada persis di belakang tubuh Rey, dengan berhati-hati dan dengan gerakan yang sangat cepat segera menyergap lengan Rey dari belakang dan menahan tubuhnya sehingga Rey tidak dapat bergerak.
Si pemimpin menggunakan kesempatan bagus ini untuk memukuli wajahnya. Tetapi Rey dapat dengan tangkas menghindari pukulan itu. Pemimpin itu makin panas dan beringas.
"Ternyata tubuhmu cukup gesit juga." Pria itu tertawa mengejek dan matanya mulai memanas. Dia lalu meneriakkan perintah pada rombongannya untuk menyerangnya secara bersamaan. "Ayo, kita pukuli dia bersamaan. Seranggg!!"
Mereka menyerangnya secara brutal dari segala arah. Rey tidak lagi berusaha untuk menghindar, dia hanya memegangi bagian tubuhnya yang sakit. Dia tidak memberikan serangan balasan atau melakukan perlawanan sedikitpun. Bagaikan seorang pria yang lemah yang tidak tahu bagaimana caranya untuk berkelahi.
Mereka memang licik, sudah pasti mereka telah mengetahui pantangan untuk tidak berkelahi di hari ini. Dan mereka dengan sengaja mendatanginya saat ini, mengusiknya dan membuat keributan hingga mengeroyoknya tanpa ampun.
Rey sudah mengetahui bahwa mereka sengaja dikirim oleh seseorang pada hari ini untuk menghabisinya. Rey dapat dengan cepat menemukan siapa dalang dibalik semua ini. Orang itu, orang yang memang selalu memusuhinya dan senang mencari masalah dengannya. Padahal, mereka memiliki hubungan senior dan junior karena mereka sama-sama merupakan anggota mafia yang termasuk dalam jaringan kelompok mafia yang dipimpin oleh Tuan Yoshiro, ayah angkat Rey.
Walaupun begitu, Rey tetap memutuskan untuk tidak membalas pukulan mereka sedikitpun dan membiarkan mereka memukulinya hingga merasa senang dan puas. Wajahnya terlihat santai dan tidak tampak ketakutan sama sekali. Karena Rey adalah seorang pria muda yang tidak pernah takut pada apapun dan siapapun juga. Jadi dia hanya diam menghadapi setiap pukulan yang datang bertubi-tubi dengan bibirnya tersenyum tipis dan sesekali wajahnya mengernyit dan meringis kesakitan.
Saat dipukuli, Rey berdiri diam dan hanya sesekali bergerak karena pukulan dan dorongan yang diterimanya. Tatapan matanya membeku ke arah depannya. Di deretan mobil yang berada agak jauh di depannya, dia menemukan ada wajah seorang wanita yang mendongak dari belakang salah satu mobil. Wanita itu sedang bersembunyi dengan posisi duduk berjongkok di belakang mobil itu dan mendongakkan kepalanya untuk menonton dirinya yang sedang dipukuli. Wanita itu menatapnya dengan ekspresi penuh ketakutan dan sesekali meringis seperti ikut merasakan kesakitan setiap kali ia menerima pukulan-pukulan itu. Tiba-tiba mata mereka tidak sengaja saling bertemu.
Rey membelalakkan matanya yang sudah membengkak dan dengan sengaja menatapnya tajam agar wanita itu merasa ketakutan sehingga dia akan segera berlari pergi menjauh dari situ. Tetapi wanita itu tidak memahami maksudnya. Dia malah semakin membesarkan pupil matanya dan memberikan tatapan kengerian melihatnya. Dia bahkan hampir mengeluarkan suara jeritan yang sangat kencang. Untung wanita itu pintar dan gerakan tangannya cukup cepat untuk dapat langsung menutupi mulutnya sendiri dengan tangannya dan mencegah suara jeritannya keluar. Ia lalu kembali menyembunyikan dirinya ke belakang mobil hingga tubuhnya tidak terlihat lagi karena terhalang mobil.
Setelah menerima pukulan dan hantaman yang datang bertubi-tubi tanpa henti dan tanpa perlawanan sedikitpun, akhirnya pertahanan Rey mulai roboh dan tubuhnya beringsut dengan kaki ditekuk ke lantai seperti posisi sedang berlutut, dengan tangan memegangi lantai untuk menahan tubuhnya agar tidak jatuh. Melihat Rey seperti itu, membuat mereka puas dan merasa telah cukup memukuli dirinya. Mereka pun berhenti memukulinya dan mereka pergi meninggalkannya yang sudah terbaring lemah di jalanan parkiran.
Dengan tubuh tergeletak pasrah, nafas Rey terengah-engah karena rasa letih dan sakit yang dirasakan di sekujur tubuhnya akibat pukulan yang diterimanya. Kini hampir seluruh wajah hingga tubuhnya sudah dipenuhi banyak luka memar dan luka yang berdarah akibat pukulan-pukulan itu. Untung mereka memukulinya hanya menggunakan tangan kosong, tanpa senjata tajam ataupun alat pemukul yang mungkin bisa mengakibatkan luka patah atau luka sobek yang dalam dan berbahaya.
Setelah cukup lama terbaring, nafas Rey sudah teratur kembali dan rasa letih ditubuhnya pun sudah sedikit berkurang. Ia lalu memastikan bahwa semua rombongan preman itu telah pergi jauh, dan dengan sisa-sisa tenaganya, Rey bersusah payah mengupayakan dirinya untuk berdiri dan berjalan dengan kaki agak diseret dan terseok-seok.
Rey terus berjalan lurus ke arah depan untuk menuju tempat mobilnya terparkir dan sekaligus menghampiri wanita yang dilihatnya tadi yang kebetulan berada di dekat mobilnya. Dia ingin memastikan bahwa wanita itu masih dalam keadaan baik-baik saja dan juga agar wanita itu mengetahui bahwa pertunjukkan telah selesai sehingga dia sudah bisa pergi dari tempat itu sekarang.
Rey sudah tiba didepan wanita itu, dia lalu berdiri diam mengamati wanita itu. Sepertinya wanita itu terlihat dalam keadaan baik-baik saja. Dia sedang duduk nyaman di lantai parkir dengan kaki berselonjor ke depan dan tubuh yang menggeliat seperti sedang meregangkan ototnya. Tangannya terangkat ke atas seperti menggapai udara.
Rey tertawa sinis melihat ekspresi wanita itu yang terlihat sangat menikmatinya dengan mata terpejam dan bibir yang mengulas sebuah senyuman kegembiraan. Mungkin karena rasa yang sangat nyaman yang ia rasakan pada tubuhnya akibat pegal-pegal dan kaku ditubuhnya perlahan menghilang. Rey merasa ada perasaan yang menggelitiknya, seperti rasa senang dan juga lucu melihat ekspresi wanita itu.
Wanita itu akhirnya menyadari keberadaan Rey. Kemunculan dirinya di depan wanita itu langsung mengubah ekspresinya yang penuh kegembiraan menjadi sangat ketakutan. Matanya yang mungil kecil membuka lebar dan wajahnya memucat dengan tubuh yang gemetaran. Lalu wanita itu berusaha untuk berdiri tetapi tubuhnya terlalu lemas hingga ia terjatuh dengan lunglai dan tak sadarkan diri. Rey dengan sigap menangkap tubuh wanita itu.
Wanita yang aneh. Yang sedang terluka parah adalah diriku, tapi mengapa dia yang pingsan?!, Rey mengumpat kesal dalam hatinya.
Untung saja wanita itu bertubuh kecil dan mungil sehingga terasa ringan. Tetapi, tetap saja dengan tubuhnya yang dipenuhi luka, Rey harus sedikit bersusah payah dan dengan terpaksa memapah wanita itu dengan berjalan tertatih-tatih masuk ke dalam mobilnya dan membawanya pulang ke rumahnya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!