Pukul 04:25 sore. Terlihat seorang gadis berparas begitu cantik dengan rambut hitam sebahu, sambil memikul tas ransel dipundaknya. Masuk kedalam rumah yang sangat besar nan mewah
" Mamah..papah.. Tasya pulang... " teriak gadis yang masih duduk dibangku kelas 12 sekolah menengah atas itu
Saat ia masuk kedalam rumah dan berjalan kearah ruang keluarga, karena ia tahu pasti kedua orang tuanya itu tengah berduduk santai diruang keluarga. Dan benar saja saat ia tiba diruang keluarga, ia menemui papah dan mamah nya tengah duduk disitu
Namun tasya mengerutkan kedua alisnya saat melihat sang mamah tengah menyeka air matanya, terlihat sekali kalau dia baru saja menangis. Dengan perasaan khawatir tasya pun mendekat kearah sang mamah, lalu mendudukkan bokongnya disamping sang mamah
" mamah kenapa nangis? " tanya tasya dengan wajah paniknya
" nangis?.. Nggak mamah nggak nangis, ini..ini..kayanya mata mamah tadi kemasukan sesuatu makanya mata mamah berair " jawab Emma
Tentu saja tasya tidak langsung percaya dengan apa yang mamahnya katakan. Karena dia bukanlah anak berusia 10 tahun lagi yang bisa dengan mudah untuk dibohongi. Karena dia sangat yakin dengan apa yang barusan dia lihat, kalau sang mamah baru saja menangis, namun saat mengetahui dia datang, mamah nya pun langsung menghapus air matanya
Sadar kalau tasya tidak percaya dengan apa yang dia katakan. Emma pun mencoba mengalihkan pembicaraan
" tasya. Kamu kan baru pulang pasti capekan? Sebaiknya sekarang kamu pergi kekamar ganti baju terus istirahat " ucap emma sambil mengelus pucuk kepala putri bungsunya
Tasya tak langsung menjawab, ia masih bungkam sambil terus menatap lekat kedua netra milik sang mamah. Tasya melihat ada sebuah kesedihan mendalam yang sang mamah rahasiakan darinya. Kemudian tasya beralih mengarahkan penglihatannya kearah sang papah yang duduk tak jauh dari posisinya, namun baru beberapa detik netra mereka bertemu, Ferdinan langsung mengalihkan pandangannya kesudut lain, membuat tasya mengerutkan dahinya melihat tingkah aneh yang papah nya itu tunjukkan
' apa jangan-jangan papah sama mamah lagi berantem ya?. Sebaiknya aku jangan terlalu ikut campur ' batin tasya
" yasudah... Kalau begitu tasya pergi kekamar ya " ucap tasya. Yang langsung dibalas anggukkan oleh emma
Sebelum tasya beranjak dari ruang keluarga, ia kembali mengarahkan netranya kepada sang papah. Namun lagi-lagi Ferdinan mengalihkan pandangannya kesudut lain, seolah terlihat sangat jelas kalau ia menghindari bertatapan dengan tasya
Kemudian tasya pun mulai beranjak menuju kamarnya yang berada dilantai 2. Saat ditengah-tengah anak tangga, tiba-tiba tasya memutar badannya untuk menghadap kearah bawah
" ada apa sayang? " tanya emma tidak lupa dengan sebuah senyuman yang mengembang disudut bibirnya
" apa kak Tara ada dirumah? " tanya Tasya
" iya ada. Sepertinya dia ada dikamarnya " jawab Emma
Mendengar jawaban dari sang mamah, Tasya pun menganggukkan kepalanya lalu kembali melanjutkan langkahnya yang tadi sempat tertunda
Setelah sampai dikamarnya Tasya pun melemparkan tas nya kesembarang tempat. Kemudian kembali keluar dari dalam kamarnya, dan berjalan menuju kamar kakaknya yaitu Tara, yang hanya bersebelahan dari kamarnya
Setelah sampai didepan pintu kamar Tara, Tasya pun mengetuk pintu kamar itu. Setelah mendapatkan sahutan oleh sang punya kamar, baru lah Tasya masuk kedalam kamar itu
" kamu baru pulang " tanya Tara, saat melihat sang adik masuk kedalam kamarnya dengan masih menggunakan seragam sekolah nya
" iya " jawab Tasya, lalu ia menduduk kan bokongnya ditepi tempat tidur Tara
" memangnya ada apa kamu kesini? " tanya Tara. Ia pun menutup laptop nya lalu memutar kursi yang ia duduki agar dirinya berhadapan dengan sang adik
" Kak. Mamah sama Papah berantem ya? Soalnya tadi waktu Tasya baru dateng. Tasya liat mamah lagi nangis " Ucap Tasya. Mencurahkan kegelisahan hatinya kepada sang kakak
" Berantem....? " ucap Tara sambil terlihat berpikir keras
" kaya nya enggak deh. Soal nya kakak baru aja ngobrol sama mereka tadi dibawah, dan mereka baik-baik aja " ucap Tara lagi. Ya, beberapa waktu lalu tepatnya beberapa menit sebelum Tasya datang, Tara bersama kedua orang tuanya itu, tengah membicarakan sesuatu, dan mereka berdua tidak ada tanda-tanda kalau mereka sedang bertengkar. Jadi Tara sangat yakin kalau mereka memang tidak sedang bertengkar
" terus, kalau memang bukan karena berantem sama papah. Mamah menangis karena apa dong?. Kakak nggak ngelakuin kesalahan apa-apakan? " ucap Tasya, yang masih begitu penasaran apa penyebab wanita yang melahirkan nya itu menangis
Mendengar perkataan dari sang adik, Tara pun mentoyor jidat adiknya itu. " Jadi kamu nuduh kakak? Penyebab mamah nangis, gitu? " ucap nya
" ih... Kakak apa-apa'an sih, main toyor-toyor aja. Kan Tasya cuman nanya!, mamah kan nggak mungkin nangis tanpa alasan " ucap Tasya yang tak mau disalahkan, sambil mengelus-elus jidatnya yang tadi ditoyor oleh sang kakak
" yah..mungkin karena masalah yang terjadi diperusahaan sekarang " ucap Tara tanpa sadar
Setelah sadar dengan apa yang barusan dia ucapkan, Tara pun menutup mulutnya menggunakan telapak tangannya, sambil mengumpati dirinya sendiri didalam hati, karena dia hampir saja keceplosan berbicara.
Mendengar itu Tasya pun mengerutkan kedua alisnya. Ditambah ekspresi kakaknya yang nampak sangat menyesali apa yang baru saja keluar dari mulutnya, yang menandakan kalau memang ada sesuatu yang dia sengaja rahasiakan dari Tasya
" masalah perusahaan? Bukannya perusahaan keluarga kita baik-baik aja?. Memangnya apa yang terjadi dengan perusahaan keluarga kita kak? " tanya Tasya dengan wajah panik nya
Tara pun terdengar menghembuskan nafasnya kasar. Lagi-lagi dia mengumpati dirinya sendiri didalam hati, karena ia tidak bisa menjaga rahasia dengan baik, sehingga membuat adik perempuan yang berselisih 8 tahun lebih muda darinya itu, terlihat begitu khawatir saat mengetahui kalau perusahaan keluarga mereka sedang ada masalah
Dan Tara pun terlihat kebingungan untuk menjawab pertanyaan beruntun dari Tasya. Karena kalau dia menjawab dengan jujur mengenai masalah yang terjadi pada perusahaan mereka sekarang, maka ia khawatir adiknya itu akan ikut pusing memikirkan nasib perusahaan keluarga mereka, bahkan bisa membuat Tasya tidak fokus dengan pelajarannya. Dan Tara tidak ingin itu sampai terjadi.
" bukan masalah besar kok dek. Cuman memang ada sedikit masalah di perusahaan, dan itu memang hal wajar. Karena kan segala sesuatu itu pasti ada saja halangannya, nggak mungkin selalu berjalan lurus. Kita percayakan aja sama papah, pasti papah bisa menanganinya " ucap Tara dengan setenang mungkin. Agar Tasya pun juga bisa ikut tenang
" kakak serius? Kakak nggak bohongkan sama Tasya? " Ucap tasya. Lagi-lagi dia bukan lah anak berusia 10 tahun yang bisa dengan mudah untuk dibohongi. Karena ia berpikir kalau memang hanya masalah kecil yang terjadi diperusahaan keluarga mereka, mengapa sang mamah sampai menangis seperti demikian.
" ya, terserah kalau kamu nggak percaya sama kakak. Udah sana pergi, aku mau lanjutin main game " ucap Tara
" ya, terserah kalau kamu nggak percaya sama kakak. Udah sana pergi, aku mau lanjutin main game " ucap Tara
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Kemudian tara bangkit dari duduknya, lalu menarik tangan Tasya agar segera berdiri, setelah Tasya bediri Tara pun mendorong tubuh adiknya itu dengan pelan keluar dari kamarnya
Tentu saja saat diperlakukan demikian Tasya begitu tersulut emosinya. Karena sangat terlihat jelas kalau kakaknya itu mencoba memberhentikan obrolan yang tengah berlangsung antara mereka, yang lebih tepatnya membahas masalah yang tengah terjadi diperusahaan keluarga mereka
" kalau memang sedang terjadi masalah diperusahaan, seharusnya kakak bantuin dong, gunain gelar megister kakak itu, jangan main game terus " ucap Tasya
Ya, Tara baru saja menyelesaikan pendidikan S2 nya beberapa bulan yang lalu. Dan setelah lulus dia tidak langsung terjun keperusahaan untuk bekerja, meskipun demikian bukan berarti dia tidak melakukan apa-apa atau biasa disebut pengangguran
Ia sering ikut Ferdinan bertemu para client, ia bisa belajar secara langsung bagaimana cara nya meyakinkan dan menarik perhatian para client agar mau bekerja sama dengan perusahaan mereka. Dan kadang-kadang Ferdinan juga meminta Tara untuk menggantikan dirinya bertemu dengan client seandainya ia sedang berhalangan
karena Ferdinan masih belum menentukan posisi Tara diperusahaan, karena Ferdinan benar-benar ingin melihat kemampuan putra sulungnya itu terlebih dahulu. Membuat Tara lebih sering mengerjakan pekerjaan yang diberikan oleh papah nya dirumah
Karena lebih sering menghabiskan waktunya didalam kamar. Maka Tasya pun mengira kalau kakak nya itu hanya menghabiskan waktu dengan bermain game. Karena dia tidak tahu cerita yang sebenarnya.
" Dasar kamu ya, kalau mau ngomong itu disaring dulu! " ucap Tara, karena gemas mendengar ucapan adiknya yang asal ceplas-ceplos itu
" ya, memangnya yang Tasya katakan salah? Kan bener hampir setiap hari kakak terus mengurung diri dikamar, apa lagi coba yang kakak lakuin didalam kamar, selain bermain game? " ucap Tasya, yang tidak mau apa yang dia ucapkan itu dianggap salah
Karena tidak ingin berdebat dengan sang adik. Tara pun membuang nafasnya panjang. " terserah kamu mau menganggap kakak seperti apa. Tapi kakak minta 1 dari kamu, kamu harus benar-benar belajar, agar otak kecil kamu ini berkembang " ucap Tara sambil menunjuk kearah kepala Tasya
Tasya pun menepis tangan Tara dari kepalanya. Melihat raut wajah sang adik yang semakin emosi, Tara pun segera masuk kedalam kamarnya lalu mengunci pintu, karena ia tidak mau menjadi sasaran luapan emosi dari Tasya.
" Iiihh... Dasar pengangguran nyebelin... " teriak Tasya dengan wajah merah padamnya akibat emosinya yang memuncak
Dengan langkah besar Tasya pun berjalan kearah kamarnya, tentu saja mulutnya tidak tinggal diam, dia terus saja mengumpat dan menyumpahi Tara yang sudah mengejek dirinya dan menyebut kalau otaknya kecil dan tidak berkembang. Padahal jelas-jelas otaknya sangat berkembang, karena disekolah dia selalu mendapatkan peringkat pertama, dan selalu mewakili sekolahnya dicabang lomba olimpiade. Lalu dari mana otaknya kecil dan tidak berkembang.
Setelah masuk kedalam kamarnya, Tasya pun menghempaskan tubuhnya diranjang empuknya. Pikirannya sekarang benar-benar kacau, khawatir, takut, marah, semuanya bercampur menjadi satu. Sampai-sampai membuat kepalanya sakit
" semoga saja apa yang kak Tara tadi bilang benar. Kalau hanya masalah kecil yang terjadi diperusahaan. Dan semoga tidak berdampak apa-apa pada perusahaan " Gumam Tasya
Tanpa membutuhkan waktu lama Tasya pun terlelap dengan masih menggunakan seragam sekolahnya. Karena tadi disekolah ada mata pelajaran pendidikan jasmani, yang membuat fisik Tasya lelah, sehingga tidak sulit bagi nya untuk terlelap.
Sedangkan itu ditempat lain. Lebih tepatnya diruang keluarga, Emma, Ferdinan, dan juga Tara tengah berkumpul
" mas. Yakin mau bertemu direktur itu dijam istirahat begini. Bagaimana kalau dia tidak mau bertemu dengan mas, karena mengganggu jam istirahatnya " ucap Emma dengan khawatir
Tara pun menganggukkan kepalanya pertanda ia setuju dengan pendapat dari sang mamah. Direktur yang begitu sibuk disetiap harinya, pastilah tidak mau ada yang mengganggu ketika waktu istirahatnya.
" ya justru itu, kalau dijam kerja dia pasti nggak mau diganggu. Kalau jam istirahat beginikan dia punya waktu luang untuk diajak bertemu " ucap Ferdinan
Emma dan Tara pun menganggukkan kepala mereka bersamaan, karena menurut mereka apa yang dikatakan oleh Ferdinan ada benarnya juga.
" papah yakin mau pergi sendiri? Apa perlu aku temenin? " ucap Tara, yang menawarkan dirinya untuk menemani sang papah
" nggak perlu Tara. Kamu jagain mamah sama adik kamu saja dirumah. Doa'in saja semoga papah pulang nanti bisa membawa kabar gembira untuk keluarga kita " ucap Ferdinan
" doa ku akan selalau menyertai langkah kamu, kemana pun kamu pergi mas " ucap Emma
Ferdinan tersenyum kearah istri dan putranya. Dan sebelum ia pergi tidak lupa untuk mencium pipi istri dan juga putranya. " aku pergi ya " ucap Ferdinan. Setelah itu ia pun melangkah dengan pasti keluar dari kediaman mewah nya
Ferdinan pergi untuk menemui direktur perusahaan Investama group, untuk mengajak direktur perusahaan nomer satu di indonesia itu agar mau menjadi investor diperusahaan keluarganya yang sekarang sedang berada diujung tanduk kebangkrutan. Akibat ulah salah satu karyawan kepercayaan Ferdinan, yang menggelapkan dana perusahaan dengan jumlah yang begitu fantastis, dan membuat perusahaan mengalami kerugian yang begitu besar bahkan berada diambang kehancuran
Karena kalau perusahaan Investama group mau menanamkan modal pada perusahaan mereka, maka perusahaan yang dibangun dari nol oleh Widoyo yaitu ayah dari Ferdinan, akan bisa bertahan meskipun mereka harus memulai semuanya kembali dari nol. Akan tetapi itu jauh lebih baik dibandingkan perusahaan keluarga mereka benar-benar hancur.
...****************...
Tasya mulai mengerjapkan matanya. Dengan nyawa yang baru terkumpul setengah Tasya pun melirik kearah jam dinding yang ada dikamar nya, dan ternyata jam sudah menunjukkan pukul setengah 9 malam
Tasya pun mendudukkan tubuhnya sambil membenarkan rambutnya yang berantakan. " tumben banget mamah nggak bangunin aku, buat makan malam " Gumam Tasya
Tasya memang sering ketiduran sehabis pulang sekolah, dan biasanya Emma akan membangunkan nya untuk makan malam bersama. Namun entah mengapa malam ini terasa sangat berbeda Emma tidak membangunkan nya, sehingga membuat Tasya telat untuk makan malam. Yang biasanya ia akan diomeli apabila telat makan
Karena tidak ingin berpikir yang tidak-tidak. Tasya pun memutuskan untuk membersihkan tubuhnya terlebih dahulu, barulah ia keluar untuk makan malam, karena perutnya sudah meronta-ronta minta segera diisi.
Singkat cerita, setelah selesai membersihkan dirinya. Tasya pun keluar dari kamarnya, lalu turun kelantai 1 menuju ruang makan berada.
" kok rumah sepi banget ya? Apa yang lain udah pada tidur " Gumam Tasya pada dirinya sendiri, sambil mengawasi setikarnya yang terasa sangat sepi, dan tidak seperti biasanya
" kok rumah sepi banget ya? Apa yang lain udah pada tidur " Gumam Tasya pada dirinya sendiri, sambil mengawasi setikarnya yang terasa sangat sepi, dan tidak seperti biasanya
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Untuk menuju meja makan, maka akan terlebih dahulu melewati ruang keluarga. Dan pada saat Tasya ingin melewati ruang keluarga, ia menemukan kalau kedua orang tua beserta kakak nya tengah duduk diruang keluarga, dan seperti nya mereka sedang membicarakan sesuatu yang sangat serius, terlihat dari raut wajah mereka yang terlihat tegang.
Karena rasa penasaran yang begitu besar, Tasya pun bersembunyi dibalik tembok, untuk menguping pembicaraan mereka. Dan untung lah saat Tasya ingin melewati ruang keluarga, mereka tidak menyadari kedatangan Tasya. Sehingga mereka tidak mengetahui kalau sekarang Tasya sedang menguping pembicaraan mereka.
" Bagaimana Mas. Apa direktur perusahaan Investama group, mau menjadi Investor perusahaan kita? " tanya Emma dengan raut wajah tegangnya
Ferdinan pun menganggukkan kepalanya, namun raut wajahnya tak terlihat gembira. " Tapi dia memberikan satu syarat " ucap Ferdinan, sambil menatap sendu kearah istri dan putra sulungnya
" apa syarat nya mas? " tanya Emma, yang begitu penasaran dengan syarat yang diajukan oleh direktur perusahaan Investama group.
" dia menginginkan saham perusahaan kita sebanyak 28% " jawab Ferdinan
Sontak Emma dan Tara membulatkan kedua bola mata mereka, karena kaget mendengar syarat yang diajukan oleh direktur perusahaan Investama group
" pah itu sama saja dengan dia ingin menguasai perusahaan keluarga kita " Ucap Tara, masih dengan raut wajah nya yang terlihat syok.
" papah tau Tara. Itu kenapa papah tidak langsung menyetujui persyaratan yang dia minta. Papah tidak rela kalau perusahaan yang dirintis oleh kakek kamu dari nol, dirampas oleh mereka " ucap Ferdinan
Ujung mata Ferdinan pun nampak berembun. Ia benar-benar bingung sekarang, disatu sisi dia sangat membutuhkan bantuan dari perusahaan Investama group, namun disisi lainnya ia tidak rela jika perusahaan yang dirintis oleh ayah nya dari nol. Diambil alih oleh perusahaan Investama group, dengan persyaratan yang mereka ajukan, yang menginginkan saham sebanyak 28%.
Ini pertama kalinya ia menunjukkan sisi lemahnya dihadapan istri dan juga putranya. Karena biasanya dia selalu menujukkan sikap tegas namun masih lemah lembut kepada istri dan anak-anak nya. Namun menurutnya ini bukan lah waktu yang tepat untuk tetap terlihat pura-pura tegar, karena sekarang dirinya benar-benar hancur, melihat perusahaan yang dia pimpin sedang berada diujung tanduk kebangkrutan.
Hati Emma rasanya sangat sakit saat melihat lelaki yang ia kenal kuat dan tegas, kini terlihat lemah dan putus asa. Ia pun memindah posisi duduknya kesamping sang suami, lalu mendekap tubuh besar nan kekar sang suami kedalam pelukannya.
" Mas. Anggap saja kita tidak berjodoh dengan perusahaan Investama group. Nanti kita usaha lagi ya, mencari perusahaan yang mau menjadi Investor diperusahaan kita " ucap Emma, sambil mengelus lembut pucuk kepala Ferdinan, yang meringkuk menangis didalam pelukan Emma. Persis seperti anak kecil yang sedang menangis dipelukan sang ibu
" iya pah, nanti aku bantu cari'in perusahaan, yang sekiranya mampu membantu permasalahan yang terjadi diperusahaan kita sekarang " timpal Tara
Sedangkan itu disudut lain. Tasya berusaha sekuat tenaga menahan isak tangisnya, agar tidak keluar dan didengar oleh orang tua dan kakak nya
Ia tidak menyangka kalau ternyata masalah yang terjadi diperusahaan keluarga mereka, sangat lah kacau. Meski pun ia tidak terlalu mengerti dengan urusan perusahaan, namun saat mendengar pembicaraan orang tua dan kakak nya tadi, sedikitnya Tasya dapat menyimpulkan kalau masalah yang terjadi diperusahaan bukan lah masalah kecil
Terlihat dari papah nya, yang rela memohon direktur perusahaan Investama group agar mau menjadi Investor diperusahaan mereka. Karena biasanya para Investor lah yang berdatangan dan menawarkan diri mereka untuk menanamkan modal diperusahaan keluarga Tasya yang bergerak dibidang properti.
Isak tangis yang sendari tadi Tasya tahan, akhirnya lepas juga, sehingga terdengar oleh Tara yang tengah duduk disofa ruang keluarga. " Tasya " paggil Tara. Yang melihat sedikit punggung sang adik terlihat dibalik tembok.
Mengetahui kalau dirinya sudah ketahuan menguping. Tasya pun berlari naik kelantai 2 dan masuk kedalam kamarnya.
Ferdenin dan Emma pun terkejut saat mendengar Tara memanggil nama Tasya. " dimana Tasya? " tanya Ferdinan, lalu menyeka air matanya
" Disitu pah. Sepertinya dia menguping pembicaraan kita " jawab Tara, sambil menunjukkan dimana tadi dia melihat punggung, yang sangat ia yakini kalau itu adalah milik Tasya
Mereka bertiga pun sontak menghembuskan nafas mereka panjang. Karena masalah yang mereka rahasiakan dari Tasya, agar tidak mengganggu pikiran Tasya, akhirnya terbongkar dengan sendirinya.
" kalau begitu aku pergi kekamar Tasya dulu ya. Dia pasti salah paham, sama kita, karena sudah merahasiakan hal besar ini sama dia " ucap Emma. Yang begitu hapal dengan sikap sang putri
Yang dibalas anggukan oleh Ferdinan dan Tara. Setelah itu Emma pun bangkit, lalu mulai melangkahkan kakinya menuju kamar sang putri, yang berada dilantai 2.
Tok...tok...Emma mengetuk pintu kamar Tasya. Karena tak kunjung mendapatkan sahutan, Emma pun memutuskan untuk langsung masuk, karena kebetulan pintunya pun tidak dikunci oleh tasya
Saat tiba didalam kamar, Emma melihat Tasya menangis tersedu-sedu dengan posisi tengkurap dan menyembunyikan wajahnya dibawah bantal.
" Tasya " panggil Emma, lalu kemudian ia pun mendudukkan bokongnya diatas ranjang Tasya
" Mamah jahat, papah jahat, kak Tara juga jahat. Kenapa kalian nggak kasih tau Tasya tentang masalah yang terjadi diperusahaan keluarga kita, apa kalian nggak menganggap Tasya sebagai keluarga. Meski pun Tasya nggak bisa bantuin apa-apa, tapi seenggak nya Tasya juga berhak untuk tau " ucap Tasya dengan tersedu-sedu, meluapkan rasa yang mengganjal dihatinya.
Emma menghembuskan nafasnya panjang, lalu menjulurkan tangannya untuk mengelus punggung sang putri. " Tasya. Mamah minta maaf. Mamah, papah, Tara. Memutuskan untuk merahasiakan masalah ini, supaya kamu nggak kepikiran, dan akan mengganggu konsentrasi kamu dalam belajar. Dan mamah nggak mau itu terjadi, itu kenapa kita memutuskan untuk tidak memberitahu kamu " ucap Emma dengan lembut
" pokoknya apa pun alasan kalian untuk tidak memberitahu Tasya, semuanya salah... " ucap Tasya, yang tetap kekeh kalau apa pun alasannya, mereka tetap lah salah, karena telah merahasiakan hal sebesar itu darinya.
...****************...
Setelah rapi dengan seragam sekolahnya, Tasya pun keluar dari kamarnya, lalu turun kelantai 1 dan langsung menuju ruang makan.
" pag.... " ucapan Tasya terhenti sebelum ia menyelesaikan ucapannya. Dahinya berkerut saat melihat meja makan kosong melompong, hanya ada bi Sarah disitu.
" yang lain kemana bi? " tanya Tasya, kepada bi Sarah. Karena biasanya jam segini semuanya sudah lengkap dimeja makan, untuk sarapan bersama, sebelum mereka memulai aktivitas masing-masing.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!