Bab 1 Alina.
Alina adalah gadis yatim piatu yang di tinggal oleh kedu orang tuanya, mereka mengalami kecelakaan dan hanya tinggal bersama sang nenek, namun beberapa hari sebelum pernikahannya, neneknya juga meninggalkan Alina seorang diri. Sehingga ia begitu bahagia ketika sang kekasih Joni menikahinya, ia berharap dengan pernikahan ini, ia akan memilki rumah, sandaran, dan keluarga yang begitu ia harapkan. Namun semua harapan kadang tak sesuai dengan apa yang kita dapatkan.
Awal pernikahan, Alina merasakan cinta yang luar biasa dari sang suami, meskipun ibu sang suami tidak pernah menyukai keberadaannya, namun Alina tidak mengambil pusing dan tidak masukkan hati akan apa yang mertuanya katakan dan mertuanya lakukan, karena yang Alina lihat hanyalah kasih sayang suaminya.
''Jangan masukkan hati akan apa yang ibu katakan, ibu sudah tua jadi kadang bicaranya suka ngelantur,'' ucap Joni kala itu, Alina hanya tersenyum dan menyandarkan kepalanya di dada sang suami, hingga kini pernikahan mereka sudah berjalan satu tahun dan Alina hamil, kebahagiaan Alina dan Joni semakin terasa ketika hadirnya anak perempuan yang cantik.
Joni memilih nama Laila Kusumo, sesuai lahirnya di malam hari.
''Baiklah, kalau begitu aku berangkat kerja dulu, jaga diri dan bayi kita,'' ucap Joni lalu mengecup kening Alina, Alina mencium punggung tangan Joni. Joni melambaikan tangannya begitu juga dengan Alina.
Áir mata Alina terjatuh ketika mengingat masa setahun yang lalu, dimana sang anak masih baru lahir, sikap Joni masih hangat dan penuh kasih sayang, namun sudah hampir setahun ini, sikap Joni berubah kasar dan suka memukulnya.
''Apa aku ada salah mas? Kenapa kau sangat berubah, jika aku salah katakan padaku, dimana kesalahanku, jangan seperti ini, semua harapan kita sudah terpenuhi, mas. Kita sudah punya buah hati, hidup kita juga tidak semelarat dulu, tapi kenapa kau tiba-tiba berubah seperti ini?'' gumam Alina seraya terus menangis.
''Ibu, Laila lapar'' ucapan anak kecil itu membuat Alina sadar jika ia kedapur berniat untuk mengambil nasi untuk Laila, namun ia teringat jika nasinya sudah tinggal sedikit, persiapan beras juga sudah kosong, dengan segera Alina mengusap air matanya dan tersenyum pada anaknya.
''Iya sayang, ibu lama ya?'' Tanya Alina seraya mengambil nasi, ia terpaksa menahan lapar lagi ketika melihat anaknya yang sangat lahap makan.
''Bu, Ayah kenapa selalu marah, apakah Laila nakal ya bu?'' tanya Laila
''Tidak sayang, Laila tidak nakal, Laila anak yang baik, mungkin ayah sedang capek, karena itulah ayah sering marah gak jelas, Laila maafkan ayah ya?'' ucap Alina yang di anggukkan kepala oleh Laila.
Setelah Alina menyuapi anaknya, suara pintu terbuka dengan kasar mengejutkan keduanya, ia sudah hafal dengan hal seperti itu. Alina pun menyuruh Laila untuk masuk kedalam kamar dan menutupnya.
Laila yang saat ini sudah berusia dua tahun diajari memahami keadaan orang tuanya. Anak itu main boneka yang ada di kamarnya.
''Bang, abang mabuk lagi?'' tanya Alina seraya membantu Joni melpaskan jaketnya.
''Cerewet kau, buatkan aku kopi sekarang, cepat!'' teriak Joni, Alina pun langsung bangkit dan segera membuatkan kopi untuk Joni, hatinya selalu terkejut dan sakit dengan ucapan kasar dari suaminya. Setelah itu Alina pun langsung memberikan pada suaminya, namun baru saja suaminya minum kopi itu, ia langsung menyemburkan airnya tepat ke wajah Alina.
''Kopi apa yang kau berikan padaku, mengapa seperti air comberan seperti ini?'' teriak Joni seraya melemparkan gelas yang ia pegang,tentu membuat Alina sangat terkejut dan mengusap wajahnya.
''Gulanya habis bang, begitu juga dengan kopinya, mana beras juga habis, semuanya suda habis bang, abang sudah lama gak ngasih uang buat Alina,'' ucap Alina tertunduk.
''Bodoh, kalau gak ada uang kerja dong, jangan seenaknya minta, emangnya kau fikir cari uang itu mudah, g*blok,'' ucap Joni seraya mendorong kepala Alina.
''Bang, Abang sudah lama gajian, tapi abang tidak memberikan Alian uang itu, kenapa bang? Kenapa abang sekarang berubah, apa salah Alina sama abang? kasihan Laila bang, Laila juga ingin beli jajan seperti anak yang lainnya,'' ucap Alina, sejenak Joni terdiam ia seolah merasakan sakit dari cerita yang Alina katakan, namun beberapa saat kemudian, Joni kembali dengan murkanya.
''Kau masih punya kaki dan tangan kan untuk bekerja, cari pekerjaan jangan suka menengadah,'' ucap Joni
''Bang, kalau aku bekerja lalu siapa yang akan jaga Laila, Abang tidak mau kasih nafkah Alina dan Laila tapi abang selalu ngasih uang yang besar pada ibu, Alina dan Laila adalah tanggung jawab abang,'' ucap Alina memberanikan diri mengeluarkan unek-unek yang selama ini ia simpan. Mendengar ucapan Alina, Joni menjadi murka, ia berdiri dan menarik rambut Alina dan menyeretnya.
''Kurang 4jar kau, kau wanita yang baru datang dan menjadi benalu, sedangkan dia ibuku, ibu yang sudah melahirkan aku, sudah pasti dia jauh lebih berharga dari kamu, sial4n!'' umpat Joni seraya menghempaskan tubuh Alina di kamar mandi.
''Sakit bang, ampun ... Ampun bang, ampun ....!'' mohon Alina ketika Joni menenggelamkan wajah Alina ke air.
'
'Apa yang harus aku lakukan bang, apa yang harus aku lakukan agar kau bisa seperti dulu lagi, aku merindukanmu, bang ... Aku sangat merindukanmu,'' ucap Alina dengan isak tangisnya, bayangan kemesraan hubungan mereka kini bermain di ingatan Alina. Rasanya tak percaya Alina dengan kekejaman yang suaminya lakukan, Alina merasa jika suaminya orang yang berbeda, namun kenyataannya dialah suami yang selama ini ia anggap sebagai malaikat dalam hidupnya namun sekarang menjadi iblis yang tidak kenal akan kata ampun.
Alina mengusap wajahnya dengan air lalu mengambil handuk untuk mengeringkan wajahnya dan tubuhnya, ketika ia masuk ke kamarnya, ia sudah melhat sang anak tertidur. Ia mencium pipi sang anak dengan air mata yang berderai. Ia ikut berbaring di samping sang anak dengan perut yang sangat sakit karena menahan lapar.
Pagi telah tiba, ketika Alina baru selesai memandikan sang putri, mertuanya datang dan memberinya ceramah panjang kali lebar.
''Alina, istri macam apa kau, suamimu minta kopi tapi kau beri air comberan, apa kau masih punya otak Dasar benalu!'' bentak ibunya Joni
''Maaf bu, bang Joni tidak memberikan uang sama sekali pada Alina, bahkan semua barang dapur sudah habis, beras pun kami tidak punya, semuanya habis, Bu. Bahkan kami harus menahan lapar setiap harinya agar hemat,'' ucap Alina.
''Makanya cari kerja jangan hanya ongkang-angking kaki kerjaannya!''
''Nenek, jangan marahi ibu, Ibu dari kemaren tidak makan, sekarang Laila juga lapar, Nek'' ucap anak kecil yang berusia dua tahun lebih namun sudah bisa lancar bicara dan faham akan keadaan ibunya.
Bab 2 Orang Tua Ikut Campur
''Mana janjimu bang, mana janjimu yang dulu kau bilang akan selalu ada untukku, akan menjadikan aku prioritas utamamu, sekarang ... Sekarang kenapa semua jadi begini bang, aku harus bagaimana bang?'' gumam Alina dalam hati, ketika ia memeluk sang anak suara ketukan pintu membuat Alina langsung mengusap air matanya.
''Sayang, Laila duduk dulu ya sayang, mama nanti akan cari makanan untuk Laila,'' ucap Alian yang di jawab anggukan kepala oleh Laila, Alina pun bangkit dan membukakan pintu untuk tamunya, ternyata bu Rt yang datang dengan membawa makanan untuk Alina.
''Bu Rt, mari masuk, Bu,'' ucap Alina dengan ramah seraya mempersilahkan masuk Bu Rt.
''Ini ada sedikit makanan, ibu sudah dengar dengan apa yang kau alami, yang sabar ya Lin, baru saja ibu juga dengar dengan apa yang mertuamu katakan, sabar, Allah tidak tidur, ini cobaan yang berat untukmu, tapi ibu dan warga akan selalu ada untukmu,'' ucap Bu Rt, membuat Alina terharu dan menundukkan kepalanya tanpa sadar tetesan demi tetesan air mata mengalir dipipi Alina.
''Terimakasih, Bu. Maafkan aku karena selalu membuat keributan karena ulah suamiku,'' ucap Alina.
''Kau tidak salah, Lin, Kau wanita yang kuat, inspirasi para ibu-ibu disini, mungkin kalau wanita lain ada di posisimu, mereka akan pergi meninggalkan laki-laki seperti Joni, jika kau butuh apapun datanglah kerumahku, bawa anakmu jangan sampai kesehatan kalian terancam apalagi anakmu saat ini sedang aktif-aktifnya,'' ucap Bu Rt
''Iya Bu, demi dia aku bertahan bu,'' ucap Alina.
''Oh, jadi kamu sering cerita keburukan suamimu pada warga disini, pantas saja semua warga membicarakan yang tidak-tidak tentang suamimu, dasar istri tukang buka aib!'' ucap tiba-tiba mertuanya, entah apa yang membuat mertuanya itu kembali lagi kerumah Alina, namun kedatangannya akan membuat masalah baru untuk Alina nanti, Ibunya Joni pasti akan menceritakan yang tidak-tidak pada Joni dan semakin membuat renggang hubungan mereka berdua.
''Bu Maya jangan salah faham, Alina tidak cerita apapun tentang Joni, kami tahu keadaannya karema Joni selalu memukul Alina, Bu ... Ibu wanita tidak bisakah ibu merasakan luka yang Alina rasakan, ibu adalah seorang ibu, apakah ibu tidak bisa mendidik Joni agar bersikap baik pada istrinya, ini termask KDRT, Bu, kami bisa melaporkan Joni jika kami memang ingin ikut campur rumah tangga Alina dan anakmu, tapi Alina selalu melarang kami untuk melakukan itu, seharusnya ibu bangga memiliki menantu yang sangat sabar dan bisa menerima anak ibu yang kasar, sudah di kasih istri cantik malah di sia-siakan,'' ucap Bu Rt
''Bu, Bu Rt gak usah ikut campur, mau Alina di pukul sampai mati, itu adalah hak suaminya, berarti Alina bukanlah istri yang baik,'' ucap ibunya Joni yang semakin membuat bu Rt meradang.
''Cukup Bu Rt, jangan di teruskan,'' ucap Alina
''Tidak bisa Alina, biarkan ibu bicara sekarang, Bu Maya, bagaimana jika ibu Maya yang di perlakukan begitu oleh suami ibu, apakah ibu akan diam saja, sabar seperti kesabaran Alina, jika sampai Joni memukul Alina sampai mati, kami pastikan Joni akan membusuk di penjara, dasar ibu gila, anak salah malah di dukung,'' ujar bu Rt
''Awas kau Alina, aku akan katakan ini semua pada Joni, kau telah berani menjelek-jelekkan ibu dan suamimu, awas saja kamu!'' Ancam Bu Maya yang semakin membuat Alina ketakutan. Bu Rt juga mencemaskan Alina.
''Alina maafkan ibu, ibu tidak tahu jika akan terjadi seperti ini,'' ucap bu Rt
''Tidak apa-apa Bu, meskipun ibu diam, ibu mertua pasti akan menceritakan ini pada bang Joni. Ibu jangan cemas, aku sudah terbiasa,'' ucap Alina masih dengan menampilkan senyumannya.
''Kau sabar sekali, Lin. Semoga Joni bisa di buka hatinya ya, kalau begitu makanlah! Ibu pulang dulu,'' ucap Bu Rt. Untung saja tadi makanan yang bu Rt bawakan di letakkan di samping kursi sehigga ibunya Joni tidak melihat makanan itu, Alina begitu bersyukur karena mendapatkan rezeki ini, Alina langsung membawa makanan itu, yang mana ada nasi, ikan ayan, dan beberapa macam kue.
''Sayang, coba lihat! Ibu bawa banyak makanan utuk Laila, sekarang Laila bisa makan sepuasnya,'' ucap Alina ketika masuk kedalam kamar anaknya, betapa bahagianya anak itu ketika melihat banyaknya makanan.
''Wah, banyak sekali,'' ucap Laila. Untuk sementara Alina merasa tenang karena di jam segini Joni akan bekerja dan pulang sore atau malam kalau tidak mampir kerumah ibunya.
Alina juga ikut makan karena menahan lapar dari kemaren, akhirnya sekarang Alina bisa makan dengan enak, Alina berniat mencari pekerjaan, namun ia bingung mau kerja apa yang bisa membawa anaknya, mau jualan itu tidak mungkin karena Alina tidak punya modal, padahal di dekat rumah Alina ada banyak pekerja proyek, lumayan jika Alina bisa sekedar jual gorengan dan minuman, namun lagi dan lagi, Alina tidak punya modal, ia ingin membicarakan ini dengan Joni, siapa tahu Joni bisa memberikan uang untuk sekedar buat modal.
*****
''Ibu kenapa marah begitu. apakah Alina membuat masalah lagi atau ibu yang membuat masalah?'' tanya kakaknya Joni
''Tu, Bu Rt komplek rumahnya Joni malah ikut campur, sok nasehatin ibu lagi,'' ucap sang ibu seraya duduk di dekat anak pertamanya.
''Lagian ibu juga sih, ngapain kerumah Joni kalau gak mau kasih uang ke Alina, ibu kan tahu sendiri semua gaji Joni sekarang ibu yang pegang, setidaknya ibu kasihlah uang untuk anaknya Joni, walau bagaimanapun dia cucu ibu, jangan sampai dia sakit karena kelaparan,'' ucap kakaknya Joni.
''Tumben kau ceramah, biasanya kau dukung ibu,'' ucap bu Maya
''Aku tidak pernah mendukung ibu, aku juga tidak ingin menghalangi ibu, Joni bukanlah anak-anak lagi, bahkan ibu juga, Alina dan Laila adalah tanggung jawab Joni tapi ibu mengambil hak mereka, ibu tidak takut adzab apa, '' ucap anak sulungnya seraya berlalu meningalkan ibunya.
''Hei Markonah, jangan nakut-nakuti ibu, lagian ini adalah salah satu jalan yang terbaik agar Alina mau ninggalin adikmu, dan adikmu bisa nikah dengan wanita pilihan ibu,'' teriak bu Maya.
Moana adalah anak sulung bu Maya, ia kerja di sebuah pabrik, jadi ia jarang ada di rumah, meskipun ia ada dirumah, ia gunakan waktu dirumah hanya untuk tidur.
Benar saja bu Maya menceritakan semuanya pada Joni ketika Joni istirahat dari kerjanya, kemarahannya meradang, ia mengepalkan kedua tangannya, tanpa menunggu jam pulang, Joni izin pada atasannya untuk pulang terlebih dahulu, setelah mendapatkan izin, Joni-pun segera pulang, benar saja ketika Alina mendengar suara deru motor Joni, ia langsung menyembunyikanan makanan yang bisa awet agar masih bisa di makan oleh anaknya nanti.
''Alina ... Alina .... Das4r kau istri gak tahu diri, dimana kamu, jangan bersembunyi!'' teriak Joni, beruntungnya Laila lagi di bawa rumah sebelah untuk main dengan anaknya.
''Ada apa bang? kok tumben jam segini sudah pulang kerja?'' tanya Alina, ia juga tahu kenapa ia cepat pulang, hanya saja ia ingin berbasa-basi.
''Kau! Apa yang kau lakukan pada ibuku? Kau menjelek-jelekkan ibuku dan aku ke semua warga disini, apa kau waras?'' teriak Joni.
''Tidak bang, aku tidak mungkin lakukan itu pada ibu dan abang, tadi Bu Rt datang kemari memberikan nasi dan lauk untuk aku dan Laila, dan Bu rt mendengar sendiri kalau ibu mencaci aku, aku tidak mengatakan apapun bang,'' ucap Alina membela diri.
''Jadi kau bilang kalau ibuku menfitnahmu, gitu ....!'' ucap Joni yang semakin kesal. Selalu begitu, meskipun Alina menjelaskan panjang lebar, tetap saja ia yang akan di salahkan.
''Kau harus di beri pelajaran, Alina. Jika kau ku biarkan kau akan semakin menjadi istri yang tidak tahu diri,'' ucap Joni seraya menarik Alina ke kamarnya dan mencambuknya dengan sabuk yang pakai.
''Sakit bang, ampun, aku tidak pernah melakukan itu bang, maafkan aku bang. Aw ... Sakit bang,'' jerit Alina namun Joni semakin merasa emosi ketika melihat air mata Alina, cambukan itu berhenti ketika Alina sudah tak sadarkan diri.
Melihat istrinya sudah tak sadarkan diri, lagi dan lagi Joni meninggalkan Alina, namun tanpa di ketahui Joni, tetangganya datang hendak mengantarkan anaknya, namun betapa terkejutnya tetangga Alina ketika melihat keadaan Alina, iapun berteriak minta bantuan, namun keadaan didepan rumah sepi.
''Oh, Alina yang sabar, ya. Tolong ... Tolong ....'' teriak tetangga Alina yang bernama Ani. Mendengar suara teriakan minta tolong pengemudi sepeda motor berhenti dan menghampiri Ani.
''Ada apa mbak?'' tanya orang itu.
''Itu, dia pingsan, aku ... aku
Melihat kegugupan dan tangis anak kecil di dalam membuat sosok itu langsung masuk dan terkejut ketika ia melihat sosok yang ia kenal tergeletak dengan memar di tangannya.
''Alina ...'' seru orang itu seraya mengangkat tubuh Alina.
Dialah Zaydan, sosok laki-laki tampan dan berkarisma.
Bab 3 Alina Bekerja
Zaydan meminta Ani untuk mengambilkan air hangat untuk mengompres lebam Alina.
''Alina, kau masih ingat aku?'' tanya Zaydan ketika Alina baru sadar dari pingsannya.
Alina hanya menggelengkan kepalanya, ia merasa sakit di bagian kepala karena ia ingat kepalanya juga kena pukulan sang suami.
''Lupakan, apakah ini ulah suamimu?'' Tanya Zaydan.
''Benar tuan, ini pasti ulah suami gilanya itu, setiap hari di kasih makan pukulan, uang gak di kasih siksaan yang ia berikan,'' ucap Ani yag baru kembali ke kamarnya.
''Kau terlalu sabar, Lin. Sekali-kali kasih pelajaran suamimu itu,'' oceh Ani, Alina hanya diam.
''Jika ini di laporkan, suamimu bisa di penjara,'' ucap Zaydan
''Jangan, jangan lakukan itu. Aku akan mencoba sekali lagi untuk meluluhkan hatinya, dulu dia sangat baik dan sangat mencintaiku, aku yakin ada hal yang memicunya sehingga membuat ia bisa berubah dan bersikap kasar seperti ini,'' ucap Alina menatap Zaydan
Alina melihat Zaydan, seolah ingatannya sudah pulih.
''Apakah kau Zaydan yang dulu itu?'' tanya Alina, yang langsung di anggukkan kepala oleh Zaydan.
''Ya, aku Zaydan yang dulu dekil, item, gendut, tapi hanya kamu yang mau dekat denganku,'' ucap Zaydan teringat jelas masa itu, dimana Alina adalah adik kelasnya, namun mereka beda sekolah, perbedaan sekolah itu tidak membuat perbedaan antara Alina dan Zaydan.
Zaydan dan Alina selisih dua kelas, Alina adalah satu-satunya wanita yang ingin berteman dengannya, itu yang selalu membuat Zaydan ingat akan wajah Alina, hingga saat ini Zaydan bisa mengenali Alina hanya dengan sekali melihatnya, namun siapa yang menyangka jika nasib Alina seperti ini.
Ketika Alina beristirahat, Ani menceritakan semuanya pada Zaydan.
''Alina wanita yang sangat baik bahkan dia sangat cantik, dulu Joni tidak kasar seperti sekarang, tapi entah kenapa sikapnya 100% berubah,'' ucap Ani.
''Apa mungkin laki-laki itu memilki wanita lain?'' tanya Zaydan.
''Kalau itu aku kurang tahu tuan, tapi aku sering melihat Joni mabuk dan pulang malam,'' ucap Ani.
''Terima kasih, aku titip temanku, ini nomorku, jika ada apa-apa, kabari aku,'' ucap Zaydan seraya memberika kartu nama pada Ani.
''Apa kau menyukai Alina, aku melihat kau selalu menatapnya,'' tanya Ani
''Aku melakukan ini karena dia temanku dan aku juga seorang pengacara, aku harap Alina mau aku bantu suatu saat nanti, rahasiakan pekerjaanku dari Alina dan orang-orang sini, oh iya, ini ada sedikit uang, belikan dia obat dan kebutuhannya,'' ucap Zaydan yang membuat Ani terharu dan berterimaksih pada Zaydan.
*******
''Joni, apa lagi yang kau lakukan pada Alina, jika kau sudah tidak mencintai dia, mending kau ceraikan dia, dari pada kau selalu nyiksa dia,'' ucap Moana
''Kakak tahu apa, lagian aku hanya memberi Alina pelajaran agar bisa menjadi istri yang lebih baik,'' ucap Joni seraya menyesap asap rokoknya.
''Kau pengecut jadi laki-laki, kau menikahi dia tapi kau tidak membrinya uang untuk makan, kakak sangat kecewa denganmu Jon, awas saja kau akan merasakan penyesalan ketika kau kehilangan Alina dan kakak akan menunggu hari itu tiba,'' ucap Moana membuat Joni tertawa.
''Hahahah, kakak, kakak. Dia tidak akan pergi dariku, dia tidak punya siapa-siapa lagi selain aku, jika dia pergi maka dia akan menjadi gelandanagan di jalanan dan itu tidak mungkin dia lakukan, dia punya anak kecil tentu dia akan memilih tetap tinggal dirumah, lagian belanja 15rb itu sudah cukup, aku akan memberikannya uang segitu,'' ucap Joni
''Gila kamu, kau saja makan dengan uang segitu, stress kau,'' ucap Moana seraya berlalu meninggalkan Joni.
Waktu terus berlalu, Joni tidak pulang kerumahnya sudah tiga hari, sehingga kini keadaan Alina sudah sangat membaik.
''Kau ingin bekerja?'' tanya Zaydan ketika bertemu lagi dengan Alina.
''Iya, mungkin sebagai buruh cuci baju, setidaknya aku bisa menghasilkan meski hanya cukup untuk makan,'' ujar Alina seraya tersenyum pada Zaydan.
''Aku ada teman di sini, dia bilang kalau dia butuh perawat untuk neneknya, kalau kau mau, kau bisa kerja disana, kerjanya hanya sampai sore hari,'' ucap Zaydan.
''Apakah boleh bawa anak?'' tanya Alina
''Aku tanyakan nanti, yang di cari yang telaten saja, Aku lihat Laila anak yang baik, aku yakin dia bisa beradab tasi disana,'' ucap Zaydan.
'Oh Tuhan Alina, kenapa kau kurus seperti ini, kau pasti sangat tersiksa,'bathin Zaydan, selama ini Zaydan belum pernah melihat suami Alina.
''Kalau begitu aku pulang, nanti aku kabarkan lewat mbak Ani masalah pekerjaan itu, '' ucap Zaydan.
''Terimakasih ya bang, terimakasih banyak,'' ucap Alina
''Sama-sama, mulai sekarang kau jangan fikirkan masalah suamimu yang tidak memberi nafkah padamu, anakmu pasti punya rezeki lain, ini ada sedikit uang untukmu, jika kau tidak ingin mengambilnya anggap saja ini hutang, nanti kau bisa cicil sama aku,'' ucap Zaydan seraya memberikan uang 500 ribu pada Alina.
''Aku akan ambil bang, tapi ini hutang, nanti aku akan bayar ya bang, terimakasih banyak,'' ucap Alina penuh syukur.
Waktu terus berlalu, dengan uang itu, Alina gunakan untuk beli beras dan telur serta mie agar bisa makan setiap harinya, minyak goreng dan gas juga sudah ia beli, uang itu hanya cukup untuk itu saja. Setelah seminggu dari kejadian itu, Joni akhirnya kembali pulang kerumahnya. Namun ia terkejut karena mendapati makanan diatas meja, kebetulan perutnya sangat lapar, iapun melahap nasi dan lauknya tanpa ia bertanya dari mana uang yang di dapatkan istrinya untuk membeli semua barang-barang ini. Setelah kenyang, Joni mandi dan tidur, Alina yang baru datang dari warung awalnya terkejut karena sudah mendapati lauk dan nasinya sisa sedikit, tapi ia baru sadar jika ada motor suaminya.
Kini Alina bisa tersenyum lagi setelah lama terpuruk, ia setiap pagi berangkat bekerja kerumah temannya Zaydan yang hanya berjarak dua gang dari rumahnya. Di malam hari Alina juga bekerja sebagai buruh cuci, sehingga Joni mengira kalau penghasilan Alina dari hasil mencuci baju para tetangga, dan Joni tidak mau tahu akan dari mana uang itu, yang ia mau tahu, ia tidak perlu mengeluarkan uang lagi untuk Alina dan anaknya.
''Lin, kalau anakmu lapar, kau ambilkan saja, jangan selalu kau beri roti, '' ucap nenek yang Alina rawat.
''Terimakasih, Nek. Gimana keadaan nenek sekarang? Apakah masih pusing?'' tanya Alina.
''Sudah mendingan, terimakasih karena sudah leten urus nenek,'' ucap nenek temannya Zaydan.
''Sama-sama nek,'' ucap Alina.
----------------
''Joni, kau harus ceraikan Alina, toh dia sudah punya pekerjaan kan? Jadi kau tidak perlu bersimpati dengannya lagi, kau harus segera menikahi Indri, biar bagaimana pun dia jauh lebih cantik dan berkelas dari pada Alina.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!