NovelToon NovelToon

Cinta Tumbuh Karena Nyaman

Jenny Wisuda

🌹 Happy Reading 🌹

Jangan lupa tinggalin jejak dengan like dan komentarnya yah, ooh iya tekan bentuk hati agar tidak ketinggalan ceritanya yah. Salam sayang dari Author 🤗.

Jenni adalah seorang gadis berumur 22 tahun, dia salah satu mahasiswa di salah satu kampus terbesar di indonesia, dia mengambil jurusan desain sesuai dengan bakat dan hobinya sejak kecil. Saat Jenny duduk di bangku SMP dia memiliki impian untuk menjadi desainer terkenal walaupun itu mustahil untuknya karena dia dari keluarga yang kurang mampu, namun hari ini adalah langkah pertamanya untuk mewujudkan cita-citanya karena tepat di hari ini dengan cuaca yang sangat indah dimana matahari bersinar dengan indah serta angin yang bertiup lembut membuat dres putih Jenny tampak terlihat indah, burung-burung di dahan pohon terus berkicau seakan-akan dunia mengucapkan kata selamat pada Jenni yang pada hari ini dia telah wisuda bersama teman-temannya.

Jenny terus menampilkan senyum indahnya selama persiapan acara dimulai, walaupun dia tidak menggunakan riasan namun wajahnya sangat cantik dan anggun dengan kulit putih seputih susu, rambut hitam lurus yang indah, mata coklat yang tajam namun sangat indah, serta pipi yang bulat semakin menambah kecantikan Jenny dan sangat imut.

“ Gyus, aku masih nggak nyangka bisa lulus bareng kalian, ahhh...” ucap girang Nabil.

“ Iya, aku nggak nyangka banget...” Suci.

“ Yaps, dan ini semua berkat...” ucap Salsa merentangkan tangganya ke arah Jenny.

“ Jenny...” teriak mereka bertiga membuat Jenni dan orang lain kaget dan berbalik melihat mereka.

“ Shuu..kalian berisik banget.” Jenny meletakkan jari telunjuknya di bibirnya dengan ekspresi panik karena suara temannya begitu besar sehingga semua orang di dalam gedung berbalik melihat mereka.

“ Maaf.” ucap mereka mengangkat 2 jarinya sambil tersenyum.

“ Astaga..” ucap Jenny menggelengkan kepalanya.

“ Tes..tes..tes..” ucap MC mencoba mick nya.

“ Selamat pagi menjelang siang, kami ucapkan selamat datang di tempat yang penuh berkah dan bahagia ini yang dimana hari yang telah ditunggu-tunggu yaitu acara wisuda pada bulan september tahun 2020 akan dilaksanakan hari ini. “ ucap MC.

“ Pertama-mata izinkan saya mengucapkan selamat kepada wisudawan dan wisudawati yang telah berhasil sampai di garis finis, semoga kedepannya bisa melangkah lebih maju dan meraih cita-cita yang diimpikan.” ucap MC.

“ Plok...plok....plok...” suara tepukan tangan dari para wisuda.

" Selamat siang, salam sejahtera untuk kita semua. Shalom, om swastiastu, namo buddhaya, salam kebajikan." ucap MC memulai acara, dia menyebut nama-nama orang terpenting di Universitas.

" Sebelum memulai acara, perkenalkan saya Rosha selaku Master Of Ceremony pada siang hari ini untuk membacakan susunan acara wisuda."

Acaranya berjalan dengan lancar dan tibalah seserahan ijazah oleh rektorat ke para wisuda.

“ Acara selanjutnya adalah seserahan ijazah oleh rektorat ke wisudawan dan wisudawati." ucap MC.

" Sebelum itu, izinkan saya membacakan nama-nama wisudawan dan wisudawati yang berhasil mendapatkan gelar sebagai lulusan terbaik." ucap MC membuat semua orang bertepuk tangan.

" Wahh, siapa yah jadi lulusan terbaik." bisik orang di depan Jenny.

" Tentu saja Jenny." gumam kecil Nabil yang tersenyum bangga.

MC membacakan mahasiswa terbaik dari peringkat ke 3 dan tibalah pengumuman peringkat pertama.

" Lulusan terbaik ke 1 adalah.." ucap MC dengan sengaja melambatkan bicaranya agar membuat para penonton penasaran.

" Lulusan terbaik pertama adalah Jenny Lestari Indah dari prodi Tata Busana." ucap MC membuat semua orang bertepuk tangan.

" Ahh... benarkan apa yang aku bilang, pasti Jenny yang jadi lulusan terbaik." teriak girang Nabil.

" Ahh..aku bangga banget sama anak aku." ucap Suci.

" Huwaa, aku bangga banget." Salsa menangis terharu dan memeluk Jenny juga.

" Selamat sayang." ucap mereka bertiga.

" Makasih, ini semua berkat dukungan kalian juga.." Jenny juga ikut nangis, karena jika tidak ada temannya maka dia tidak akan sampai di titik ini, merekalah yang selalu membantu keuangan Jenny selama ini.

" Cup..cup..jangan nangis nanti make up nya luntur." Salsa mengambil sponnya dan merapikan riasan Jenny.

" Selamat kepada mahasiswa yang mendapatkan gelar lulusan terbaik tahun 2020, kami persilahkan kepada mahasiswa terbaik agar naik ke atas panggung bersama orang tua atau wali untuk menerima penghargaan." Suci memeluk Jenny dan mengelus lembut kepala Jenny.

" Ahh..cepat naik." Jenny mengangguk sambil tersenyum.

Jenny berbalik melihat ke arah Ayahnya yang melihatnya penuh dengan tatapan hangat dan sepertinya Ayahnya menahan tangisnya, tentu saja perasaan haru itu bukan sedih melainkan senang dan bangga melihat anaknya bisa sesukses ini.

Jenny berjalan ke arah Ayahnya, semua orang menatap ke arah Jenny. Jenny berlutut dan memeluk Ayahnya.

" Ayah.." gumam Jenny tersenyum pada Ayahnya.

" Kamu berhasil nak." Ayah membalas pelukan Jenny dan mengelus kepala anaknya.

" Ayah, makasih atas semuanya." ucap Jenny melepas pelukannya.

" Iya nak, ayo kita naik semua orang menunggu." ucap Ayah melihat di sekitarnya sudah melihat mereka dan 2 mahasiswa terbaik lainnya sudah di panggung.

" Iya ayah."

Jenny berjalan bersama Ayahnya menuju ke panggung, tangan Jenny merangkul tangan Ayahnya. Semua orang bersorak dan bertepuk tangan.

" Selamat sudah meraih lulusan terbaik tahun 2020, semoga kedepannya bisa menjadi lebih maju lagi dan mencapai semua keinginan yang kamu diinginkan." ucap Rektorat memberikan plakat dan map kepada Jenny.

" Terimakasih pak." ucap Jenny menjabat tangan Rektorat.

" Acara selanjutnya acara sesi foto untuk para mahasiswa terbaik tahun 2020." ucap MC.

Jenny dan Ayahnya foto berdua, setelah itu foto dengan para lulusan terbaik dan Rektorat. Setelah sesi foto, acara dilanjutkan dengan perasaan bahagia.

Tidak terasa acara wisuda sudah selesai, Jenny dan 3 sahabatnya melakukan foto bersama. Jenny menunggu Ayahnya dari Wc agar bisa foto bersama.

" Ayah.." teriak Jenny melambaikan tangannya ke arah Ayahnya dan berlari.

" Kenapa kau berlari seperti itu, kalau jatuh gimana." omel Ayah merapikan toga Jenny.

" Heheh."

" Ayah ayo kita foto." ucap Jenny menarik tangan Ayahnya.

" Nabil, tolong bantu foto yah."

" Oke."

" Apa yang kau lakukan ?" tanya Ayah melihat Jenny melepas baju wisudanya.

Jenny tersenyum ke arah Ayahnya dan memasangkan baju wisudanya pada Ayahnya, membuat Ayahnya bingung.

" Kenapa memakaikan Ayah baju wisuda mu ?" tanya Ayah bingung melihat Jenny yang sibuk memakaikan dan merapikan baju wisudanya di tubuh Ayahnya.

" Ayah adalah alasan aku bisa sampai disini dan aku ada disini itu semua karena hasil keringat ayah dan doa Ayah."

" Maka dari itu, Ayah yang seharusnya memakai toga ini, terimakasih banyak Ayah." ucap Jenny memasangkan topi toga ke kepala Ayahnya dan mencium pipi Ayahnya.

Ayah menangis terharu melihat anaknya yang memiliki hati yang baik.

Sahabat Jenny dan semua orang ikut terharu melihat Ayah dan anak yang begitu saling menyayangi.

" Selesai, Ayah sangat tampan menggunakan toga." ucap Jenny, sang Ayah tersenyum dan mengelus pipi putrinya.

" Ayo kita foto." Jenny merangkul tangan Ayahnya dan melihat ke Nabil yang akan mengambil gambar mereka.

" Oke, senyum.." ucap Nabil.

" Cekrek..cekrek.." suara kamera Jenny dan Ayahnya mengambil banyak gaya yang lucu.

Thank you for reading 🌹🌹

Biodata :

• Jenny Lestari Indah

• Tinggi 160

• Kulit putih, rambut hitam, dan muka bulat.

• Baik hati, pintar, sopan, penyayang, tidak

sombong, dll.

• Bonus memiliki sifat bar-bar.

• Dari keluarga tidak mampu.

• Cita-cita menjadi Desainer terkenal.

Bonus.

Kedatangan Nenek

🌹 Happy Reading 🌹

Jangan lupa tinggalin jejak dengan like dan komentarnya yah, ooh iya tekan bentuk hati agar tidak ketinggalan ceritanya yah. Salam sayang dari Author 🤗.

Jenny dan ayahnya pulang duluan, sebenarnya Jenny masih ingin kumpul dengan temannya tapi dia lebih memilih ikut dengan ayahnya untuk merayakan kebahagiaan mereka bersama.

Mereka pulang mengendarai motor buntut milik ayah, walaupun sudah terlihat tidak layak dipake tapi dengan keahlian ayah memperbaiki barang bekas ini sehingga masih bisa digunakan. Kondisi mereka terlihat sangat buruk namun siapa pun melihat mereka pasti iri karena kebahagiaan dan kebersamaan mereka.

Sepanjang perjalanan Jenny memeluk erat pinggang ayahnya dengan senyum indah yang terus menghiasi wajahnya.

" Ayah.."

" Iya.."

" Ayah, aku janji akan membuatmu selalu bahagia dan bangga memiliki ku." ucap Jenny.

" Tidak usah bersusah payah, karena kamu sudah melakukannya."

" Tidak, aku akan melakukan lebih dari itu, aku berjanji akan menghasilkan uang yang sangat banyak agar ayah bisa hidup bahagia dan tenang di rumah bersamaku." ucap Jenny.

" Hahah, baiklah putri kecilku." ucap ayah.

Sepanjang jalan mereka mengobrol ringan dengan sesekali tertawa.

Saat sampai di depan rumah, ayah dan Jenny bingung melihat mobil Rubicon terparkir di depan rumah mereka.

" Mobil siapa ini ?" tanya Jenny melihat sekelilingnya.

" Sepertinya, mobil tetangga." jawab ayah.

" Haa.. benarkah ?, tapi ini adalah mobil yang sangat mahal, apa ada tetangga yang mendapatkan hadiah lotre." ucap Jenny karena pasalnya kompleks yang di tempati Jenny, semua penduduknya masuk dalam kategori masyarakat kurang mampu.

" Biarkan saja dia terparkir disana nanti orangnya datang sendiri, lebih baik kita masuk ke rumah, ayah akan membuatkan mu makanan kesukaan mu."

" Horee.." teriak riang Jenny mengandeng tangan ayahnya masuk ke halaman rumahnya.

Tiba-tiba mereka berhenti sebab di teras rumahnya ada seorang nenek, sepasang suami istri, serta 2 pria gagah. Jenny menyatukan alisnya dengan penuh tanda tanya melihat kelima orang ini di rumahnya, karena dilihat sekilas dari baju yang digunakan dan cara berpakaian, Jenny yakin bahwa 5 orang yang ada didepan rumahnya bukan orang biasa.

" Surya.." teriak nenek itu memanggil ayahnya Jenny.

Nenek itu berjalan pelan ke arah mereka menggunakan tongkatnya serta di bantu oleh menantu perempuannya.

" Surya." ucap nenek itu dengan full senyum mendekati ayah Surya dan memeluknya.

" Akhirnya aku menemukanmu." ucap nenek mengelus punggung Ayah Surya.

" Bibi.." gumam ayah Surya membalas pelukan nenek.

" Dasar anak bandel." ucap nenek tiba-tiba merasa kesal, dia menarik Surya dan memukuli pantatnya.

" Ahhh..ahhh..apa yang bibi lakukan ?." tanya ayah Surya bisa lolos dari pukulan nenek.

" Kau pantas mendapatkannya." ucap nenek menghentakkan tongkat ke tanah.

" Siapa gadis cantik ini, apa kah dia cucuku ?" tanya nenek tersenyum melihat Jenny.

" Dia Jenny, dia anak ku dengan Dita." ucap ayah memperkenalkan Jenny.

" Kamu benar-benar cantik sangat mirip dengan ibumu." nenek mengelus lembut pipi Jenny dan memeluknya, Jenny yang tidak tahu dengan apa yang terjadi hanya tersenyum.

Ayah Surya melihat Satria yang tersenyum ke arahnya, ayah Surya mbalas senyum Satria dan berbalik ke arah nenek.

" Bibi, sebenarnya ada urusan apa bibi kesini ?" tanya Ayah.

" Ada yang ingin aku sampaikan pada kalian, tapi sebelum itu apakah kami bisa masuk dulu bocah nakal." ucap nenek.

" Ahh, maafkan aku silahkan masuk." ayah mempersilahkan mereka masuk.

Nenek melihat sekeliling rumah Jenny.

" Kecil, tapi didalamnya sangat rapi dan indah, kamu sangat beruntung memiliki anak dan cucu yang baik hati." nenek berbicara dengan salah satu bingkai foto yang sudah usang.

" Ayah, dia siapa ?" tanya Jenny pada ayahnya.

" Emm, nenek itu adalah sahabat nenek kamu, sedangkan pria itu adalah anak dari nenek dan wanita disampingnya adalah istrinya." jawab ayah.

" Oalah, aku lihat ayah sangat dekat dengan nenek itu tapi kenapa dia bilang, akhirnya aku menemukanmu ?." tanya Jenny lagi karena sangat penasaran.

" Itu urusan orang dewasa, nanti di waktu yang tepat ayah akan menjelaskan padamu." ayah menghindari pertanyaan Jenny.

" Ooh iya, tolong buatkan teh untuk tamu kita."

" Oke." Jenny dengan cepat berlari ke dapur.

Ayah berjalan ke ruang tamu dan melihat nenek berdiri memandang foto ibunya yang terpajang di dinding, sambil tersenyum.

" Bibi." panggil ayah.

" Ahh Surya, hahaha kamu masih menyimpan foto ini." ucap nenek mengangkat 1 bingkai foto dari atas lemari, ayah hanya melihat foto itu.

" Sudah 30 tahun sejak kepergiannya namun aku masih sangat merindukannya dan selalu berharap bahwa ini semua hanya mimpi." gumamnya terlihat sangat sedih.

" Maafkan aku, aku telah lalay menjaga anakmu." sesal nenek memeluk bingkai foto itu.

" Bibi jangan merasa bersalah seperti ini, ini semua bukan salah mu, aku sendiri yang memilih pergi." sanggah Surya pada nenek karena menyalahkan dirinya.

" Lantas kenapa kau pergi ?." teriak nenek marah dan menjewer telinga Surya.

" Ahhh sakit, apa yang bibi lakukan ?, aku bukan anak kecil lagi." ujar ayah Surya berusaha melepas telinganya dari nenek namun tenaga nenek cukup kuat masih seperti dulu.

" Tetap saja kamu masih anak kecil dimata ku." ucap nenek melepas telinga Ayah Surya.

" Aku bukan anak kecil lagi bi, lihat saja aku sudah memiliki anak." ayah Surya berusaha membela diri karena dia sangat malu di katakan anak kecil di hadapan orang lain, untung saja Angel masih di dapur jadi dia tidak melihat ayahnya yang diperlakukan seperti itu.

" Baiklah-baiklah anak kecil." ejek nenek mencubit pipi ayah Surya.

" Bibi..." teriak kecil ayah Surya takut Angel mendengarnya.

Semua orang di ruang tamu berusaha menahan tawanya, ayah Surya melihat anak laki-laki nenek yang tertawa sambil melihat ayah Surya. Ayah Surya tersenyum ke arahnya dan di balas senyum oleh anak nenek namun dengan mata sendu seperti menahan tangisnya.

Nenek duduk di sofa dan mengajak ayah Surya duduk disampingnya. Tak lama kemudian Jenny keluar dari dapur membawa nampan berisi teh, semua orang berbalik melihat Jenny.

" Silahkan tehnya." Jenny mempersilahkan para tamu.

" Terimakasih gadis cantik." puji nenek.

" Iya nek." jawab Jenny dan meninggalkan ruang tamu.

" Silahkan di minum teh dan kuenya." ayah Surya mempersiapkan tamunya untuk minum.

Nenek mulai minum tehnya dan disusul oleh anak dan menantunya, nenek meletakkan cangkirnya dan menatap ayah Surya, membuat ayah Surya bingung.

" Aku tidak akan kembali ke Jakarta bibi, aku sudah memiliki keluarga dan aku mampu membiayai keluarga ku, jadi bibi tidak usah khawatir tentang aku." ucap ayah dengan tegas karena tahu maksud nenek datang jauh-jauh ke Bandung, pasti ingin membawanya pulang ke Jakarta dengan alasan tanggung jawab dan janjinya pada ibunya.

Thanks you for reading 🌹🌹🌹

Menepati Janji

🌹 Happy Reading 🌹

Jangan lupa tinggalin jejak dengan like dan komentarnya yah, ooh iya tekan bentuk hati agar tidak ketinggalan ceritanya yah. Salam sayang dari Author 🤗.

" Aku tidak akan kembali ke Jakarta bibi, aku sudah memiliki keluarga dan aku mampu membiayai keluarga ku, jadi bibi tidak usah khawatir tentang aku." ucap ayah dengan tegas karena tahu maksud nenek datang jauh-jauh ke Bandung, pasti ingin membawanya pulang ke Jakarta dengan alasan tanggung jawab dan janjinya pada ibunya.

" Awalnya aku ingin membawamu pulang bersama ku, tapi setelah melihat anakmu aku jadi teringat janjiku pada ibumu." ujar nenek membuat ayah Surya bingung.

" Dengan janji ini, mau tidak mau kamu pasti ikut bersamaku pulang ke Jakarta." ucap nenek percaya diri.

" Apa maksud bibi ?" tanya ayah Surya kebingungan.

" Yahh, apa kamu pernah di beritahu oleh ibumu bahwa kami pernah melakukan perjanjian untuk menikahkan anak kami ?" tanya nenek pada Surya, nenek menyeringai melihat ekspresi wajah ayah Surya yang menandakan bahwa dia tahu cerita ini.

" Di lihat dari wajahmu sepertinya kamu tahu." ucap nenek membuat ayah Surya melihat nenek dengan wajah panik.

" A..aku tidak tahu." protes ayah Surya.

" Oouh, kalau begitu biar bibi yang memberitahumu."

" Tidak..tidak perlu, aku tidak ingin tahu." tolak ayah Surya.

" Surya..ini adalah janji kami dan aku yang masih hidup harus memenuhi janji kami." tegas nenek pada Surya.

" Tapi."

" Janji adalah hutang dan hutang harus bayar." ucap nenek membuat Surya diam.

" Dulu waktu aku dan ibumu masih berumur 16 tahun, kami pernah berjanji akan bersahabat sampai akhir hayat kami. Kami saling menyayangi seperti saudara kandung, pada suatu hari tidak ada angin tidak ada hujan tiba-tiba kami berfikir untuk menjadi 1 keluarga saat sudah dewasa nanti." nenek menceritakan masa lalunya bersama ibunya Surya dengan penuh senyum.

" Tapi takdir tidak mendukung hal itu, oleh karena itu kami membuat janji untuk menjodohkan anak atau cucu kami kelak."

" Namun sayang anak aku semuanya cowok dan anak ibumu juga sama, maka dari itu janji itu tidak terwujud sampai sekarang." jelas nenek.

" Lantas apa hubungannya janji itu dengan aku dan Jenny?, bukannya janji itu tidak akan terwujud ?." ucap ayah.

" Siapa bilang, janji ini akan terwujud karena bibi ingin menjodohkan anakmu dan cucu laki-laki ku." ucap nenek tersenyum membuat ayah melotot kaget.

" Apa.." teriak Satria dan istrinya.

" Apa..cucu laki-laki." teriak ayah Surya.

" Iya, kebetulan aku memiliki seorang cucu laki-laki dan dia adalah anak Satria dan Dita." jelas nenek menunjuk anak dan menantunya.

" Kamu punya anak laki-laki ?" tanya ayah Surya pada Satria dan dibalas anggukan.

" Tenang saja, dia adalah pria baik-baik, aku jamin anak mu akan bahagia bersamanya." ucap Satria berusaha meyakinkan ayah Surya.

" Tapi."

" Dia adalah Direktur perusahaan clothing yang ada di Jakarta, perusahaan itu adalah hasil kerja kerasnya dia sendiri yang membangun perusahaan nya, kamu tidak usah khawatir aku yakin anakku bisa menjaga anakmu." ucap Satria meyakinkan ayah Surya namun dia masih bimbang.

" Kakak ipar, lihat ini adalah anak kami." istri Satria sangat semangat dia duduk di samping Surya dan memperlihatkan foto anaknya yang ada di handphonenya.

Sebenarnya Satria dan istrinya sudah menyukai Jenny saat pandang pertama, sekali lihat mereka tahu bahwa Jenny adalah orang baik, dan tentu saja mereka sangat bersemangat sekaligus senang saat mendengar bahwa nenek akan menjodohkan anaknya dengan Jenny.

Ayah mengambil ponsel Dita dan melihat dengan seksama pria di foto tersebut, tanpa sadar ayah Surya mengerutkan dahinya dan menggeleng kepalanya.

" Tidak, dia tidak cocok dengan putriku." tolak ayah Surya.

" Apa maksud mu ?, bagian yang mana tidak kau suka darinya ?" tanya nenek dengan kesal merebut ponsel Dita di tangan ayah Surya.

" Lihat dengan baik-baik, dia tampan, cerdas, kaya, mandiri, pria seksi, menawan, dan pria manis." puji nenek untuk meyakinkan ayah Surya.

" Dia sangat sempurna, jarang ada pria seperti ini." oceh nenek.

" Justru karena itu, dia sangat sempurna untuk putriku yang banyak kekurangan." ucap ayah sengaja merendahkan anaknya agar perjodohan ini tidak terjadi.

" Kamu sangat bodoh, siapa bilang anakmu tidak sebanding dengan anakku." protes Satria membuat Surya mendongak melihat Satria yang berdiri menunjuknya.

" Dia itu termasuk salah satu manusia sempurna di dunia, kau tahu jaman sekarang sangat jarang menemukan anak muda yang sopan pada orang tua dan bukan hanya itu dia adalah gadis yang cantik, manis, dan imut yang pernah aku lihat." puji Satria pada Jenny.

" Kakak jangan pernah merendahkan anakmu hanya karena kau menolak perjodohan ini." Satria menepuk pundak ayah Surya dan tersenyum.

Ayah Surya terdiam karena terharu mendengar Satria memanggilnya kakak setelah sekian puluhan tahun lamanya.

" Benar apa yang di katakan Satria, putrimu itu sangat sempurna dan sangat cocok dengan anak Satria." tambah nenek.

" Sifat Jenny sangat cocok dengan sifat putraku kakak ipar, aku yakin mereka sangat cocok dan serasi." tambah Dita untuk meyakinkan ayah Surya.

Satria melihat ayah Surya yang masih bimbang membuat dia berfikir untuk mengajak ayah Surya untuk mengobrol berdua.

" Ibu biarkan aku bicara dengan kak Surya." izin Satria pada ibunya dan dibalas anggukan oleh nenek.

" Kak Surya apa aku boleh bicara berdua denganmu di luar." ajak Satria menarik tangan Surya.

Mereka berdua berjalan keluar rumah, Satria menarik ayah Surya untuk naik ke mobilnya. Ayah Surya heran kenapa mereka harus berbicara di dalam mobil padahal bisa bicara di teras.

" Kenapa harus bicara di dalam mobil ? kan bisa di depan teras saja." tanya ayah Surya pada Satria.

" Karena hal yang ingin aku bicarakan adalah hal penting, dan tentu saja hal yang kakak rahasiakan dari Jenny." ucap Satria membuat ayah Surya melotot kaget.

" Apa dia tahu tentang itu ?, tapi aku tidak pernah cerita ke siapapun." batin ayah Surya khawatir rahasianya diketahui oleh orang lain terutama Jenny, karena itu akan membuatnya sangat sedih.

" A..apa maksudmu ?" tanya ayah Surya gugup.

" Kakak, aku tahu sekarang kau mengidap penyakit kanker otak stadium 3." ucap Satria membuat ayah Surya berbalik menatap Satria dengan khawatir.

" Ti..tidak." ayah Surya menyangkal tuduhan Satria.

" Kakak tidak usah menyangkal, aku sudah tahu semuanya." ucap Satria mengotak-atik handphone nya.

" Setelah aku menemukan keberadaan kakak, aku mencari informasi kehidupan kakak sebelum memberitahu ibu, lihat." ucap Satria dan memperlihatkan handphone nya pada ayah Surya yang membuatnya sangat syok.

" Dari mana kau dapat surat ini ?" tanya ayah Surya.

" Maafkan aku kak Surya, aku menyelidiki mu dan surat ini aku dapatkan dari dokter yang menangani mu dan kebetulan dokter itu adalah temanku." jelas Satria.

" Apa bibi tahu tentang ini ?" tanya ayah Surya karena takut membuat nenek sedih.

Ibunya Surya meninggal 30 tahun lalu karena kanker otak, jika nenek tahu ayah Surya juga mengidap kanker otak maka dia tidak akan memaafkan dirinya karena tidak menjaga Surya yang dititipkan sahabatnya pada nenek sebelum meninggal.

" Tidak, karena aku tahu dia akan sangat sedih dan menyalahkan dirinya sebab tidak menjagamu dengan baik." ucap Satria dengan wajah sedih.

Thanks you for reading 🌹🌹🌹

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!