NovelToon NovelToon

My Boyfriend Is A Devil

1# Mantra

"𝙳𝚘𝚊𝚖𝚗𝚎 𝚊𝚖𝚘𝚛, 𝚊𝚖 𝚌𝚞𝚗𝚘𝚜𝚌𝚞𝚝 𝚘𝚊𝚖𝚎𝚗𝚒 𝚜ă 𝚊𝚌𝚌𝚎𝚙𝚝𝚎 𝚌ă 𝚊𝚜𝚘𝚌𝚒𝚊𝚝 𝚌𝚞 𝚖𝚒𝚗𝚎. 𝙿𝚛𝚒𝚗 𝚞𝚗𝚒𝚛𝚎𝚊 𝚒𝚗𝚒𝚖𝚒𝚕𝚎 𝚗𝚘𝚊𝚜𝚝𝚛𝚎 î𝚗𝚝𝚛𝚘 𝚕𝚎𝚐ă𝚝𝚞𝚛ă 𝚍𝚎 𝚒𝚞𝚋𝚒𝚛𝚎 𝚟𝚎ș𝚗𝚒𝚌ă 𝚙𝚎𝚗𝚝𝚛𝚞 𝚝𝚘𝚝𝚍𝚎𝚊𝚞𝚗𝚊.”

Setelah tiga kali Angel mengucapkan mantra tersebut, seketika itu tiba-tiba muncullah sebuah cahaya yang sangat terang dari dalam cermin bintang segi enam (Hexagram) yang diletakkannya di atas lantai. Sontak membuat Angel mundur beberapa langkah. Ia nampak kaget sekaligus takut. Ia langsung berlari ke bawah meja belajar untuk bersembunyi sambil mengintip apa yang akan terjadi.

Cahaya yang muncul dari cermin Hexagram kian terang menyilaukan sampai memenuhi seluruh ruangan kamar Angel. Angel sampai tidak bisa membuka matanya oleh silau cahaya yang sangat terang itu. Hanya sebentar kilatan cahaya yang sangat terang itu pun menghilang. Angel mencoba membuka matanya kembali. Samar-samar nampak sesosok makhluk asing yang tak jelas rupanya melayang di atas cermin yang masih memendarkan sedikit kilau cahaya. Angel menutup mulut dengan kedua tangannya rapat-rapat. Ia masih tetap bersembunyi di bawah meja belajar. Meringkuk lebih dalam ke balik kursi untuk menutupi dirinya sambil terus memperhatikan.

Sepasang sayap dengan bulu hitam menutupi sebagian tubuh makhluk tersebut. Angel memperhatikan dengan seksama. Makhluk itu memiliki sepasang kaki manusia tapi juga memiliki sepasang sayap hitam di punggungnya. Namun Angel tidak dapat melihat rupa wajahnya karena masih tertutup oleh sayap hitamnya yang besar. Tiba-tiba kedua sayap hitam itu terbuka dengan perlahan yang akhirnya menunjukkan rupa wajah dan tubuh mahkluk itu dengan jelas. Makhluk itu merupakan sosok seorang laki-laki dengan mata yang masih terpejam. Angel masih terus memperhatikan. Dengan perasaan ketakutan sekaligus bercampur penasaran.

'Mahkluk apa itu? Dia memiliki wajah seperti manusia tetapi ada sepasang sayap di punggungnya. Apakah itu monster berwujud manusia? Atau alien yang sedang menyamar? Atau jangan-jangan malaikat?! Malaikat pencabut nyawa?! Oh, semoga saja aku tidak memanggil makhluk yang berbahaya datang!' gumam Angel dalam hati. Ia menggigit bibirnya karena rasa takut.

Mahkluk asing itu membuka kedua matanya. Sepasang bola mata hitam pekat langsung menangkap lurus ke arah sosok gadis cantik yang sedang meringkuk di bawah meja. Angel bergidik ngeri menyadari mahkluk itu sedang menatapnya. Sepertinya mahkluk itu menyadari ketakutan Angel. Ia menyunggingkan senyum yang sangat misterius kepada Angel.

Kilau cahaya yang berpendar di cermin seketika ikut menghilang manakala mahkluk itu menginjakkan kakinya ke atas lantai kamar Angel. Namun sayap hitamnya masih tetap menempel di punggung.

Ia berjalan menuju ke tempat persembunyian Angel. Angel semakin gelisah, ketakutan, kalang kabut, entah harus lari ke mana karena sudah tak ada jalan keluar dan tidak bisa melarikan diri lagi. Ia menyembunyikan wajahnya dan sebisa mungkin menutup seluruh tubuhnya dengan kursi, meringkuk lebih dalam di bawah meja, berharap semoga mahkluk itu tidak melihatnya dan menangkapnya atau menerkamnya.

Tak butuh waktu lama mahkluk itu sudah berada tepat di depan meja belajar Angel. Angel semakin ketakutan melihat sepasang kaki telanjang mahkluk itu sudah berada tepat di depannya. Gadis itu segera membalikkan tubuhnya tidak berani lagi melihat. Ia sudah pasrah dengan keadaan. Makhluk itu tiba-tiba berjongkok dan langsung menemukan sosok Angel. Ia memindahkan kursi yang menutupi tubuh Angel. Nampaklah Angel yang sedang meringkuk memunggungi makhluk itu. Makhluk itu tersenyum puas seolah dirinya telah berhasil menemukan mangsa dan bersiap untuk menerkam. Tubuh Angel berguncang sambil menahan suara tangis agar tidak terdengar. Saat ini ia sudah tidak bisa lari menyelamatkan diri. Jika ia keluar sekarang, ia takut makhluk itu akan langsung menangkapnya.

Mahkluk itu mengangkat jari telunjuknya kemudian menekan pundak Angel yang sontak membuat gadis itu kaget setengah mati dan semakin ketakutan. Suara isak tangis Angel pun sedikit keluar. Makhluk itu kembali menekan pundak Angel. Namun Angel masih tidak berani membalikkan badannya. Melihat Angel yang hanya diam meringkuk saja membuat mahkluk itu kembali menekan pundaknya. Akhirnya dengan sedikit keberanian dan banyaknya rasa takut Angel memberanikan diri membalikkan tubuhnya. Ia menghadap mahkluk itu kemudian berteriak padanya.

"JANGAN BUNUH AKU! KU MOHON ... JANGAN MEMBAWAKU!"

"Huaaa ... Kamu boleh meminta apa saja, asal jangan mengambil nyawaku. Huaaa ... Aku masih ingin hidup," tangis Angel sambil memohon.

Mahkluk itu mendorong kepala Angel dengan pelan menggunakan telunjuknya. Angel menghentikan tangisannya. Mahkluk itu berkata, "Siapa yang ingin membunuhmu? Membawamu? Mengambil nyawamu?"

Tangis Angel berhenti berganti kebingungan. Ia menatap wajah tampan mahkluk itu yang begitu dekat di depannya. Ia menjawab dengan terbata-bata sambil menunjuk mahkluk itu. "Ka, ka, ka, kamu."

Mahkluk itu memiringkan kepalanya seperti tidak mengerti maksud ucapan Angel. Memasang wajah yang polos. Ia mengusap sisa air mata yang menempel disela-sela mata Angel lalu menghisap sisa air mata yang menempel di telunjuknya.

*Sruup*

"Aku? Mana mungkin aku bisa membunuhmu. Apalagi mengambil nyawamu?" katanya lembut.

Kemudian dengan mengumpulkan sedikit keberanian Angel bertanya, "Ka, kamu ... bukannya ma ... malaikat pencabut nyawa?! Kamu datang untuk mengambil nyawaku, kan?"

"Eng? Malaikat pencabut nyawa?! Phft," kata mahkluk itu sambil menahan tawa. Sedangkan matanya menatap ke seluruh ruangan.

Melihat ada kesempatan Angel meringkuk pergi melalui sisi meja yang terbuka. Ia segera menjauh dari mahkluk itu. Dan kembali bersembunyi di balik tempat tidurnya. Setelah jarak yang cukup aman. Ia kembali bertanya kepada mahkluk itu.

"Ka, kalau bukan, lantas ... si, siapa kamu sebenarnya?"

Perhatian makhluk bersayap itu kembali kepada angel. "Aku?! Perkenalkan namaku Neville," jawab mahkluk bersayap itu dengan ramah.

"La ... lalu untuk apa ka ... kamu ke sini kalau ka ... kamu bukan mau mengambil nyawaku?" tanya Angel terputus-putus.

"Bukankah kamu yang memanggilku ke sini?" jawab Neville tanpa rasa bersalah.

"A, aku?!" ucap Angel tak mengerti.

Neville berjalan menuju tempat di mana cermin Hexagram dan sebuah buku kuno berada. Ia kemudian memungut kedua barang yang tergeletak di lantai itu. Dan membaca isi buku pada halaman yang terbuka.

"Hm. Mantra dewi cinta, ya?!" gumam Neville.

Kemudian ia melihat pantulan wajahnya sendiri di atas cermin H**exagram itu.

"Hem ...." Neville mulai berpikir. Ia menimbang cermin hexagram itu dan terus memperhatikannya.

Ukuran cermin hexagram itu hanya sebesar telapak tangan. Di balik sisi cermin nampak bentuk bintang segi enam dengan batu permata yang berkilau di tengah. Dengan rantai panjang yang menjuntai, cermin itu lebih cocok dipakai sebagai kalung daripada digunakan untuk berkaca.

Angel menutup mulutnya dengan kedua tangannya. Dia baru ingat apa yang baru saja dirinya lakukan.

...🍁🍁🍁...

Siang tadi Angel bersama Lucy--sahabatnya, pergi ke sebuah toko barang antik. Angel menemani Lucy yang sedang mencari novel lama. Saat sedang melihat-lihat tak sengaja Angel menemukan buku kuno yang berisi mantra cinta yang ditulis dalam bahasa Romanian. Di bawah mantra tertulis petunjuk yang bunyinya seperti ini.

'Ucapkan mantra sebanyak tiga kali di depan cermin tepat pada pukul dua belas tengah malam, maka engkau akan melihat rupa seseorang yang akan berjodoh denganmu kelak!'

Dikarenakan rasa penasaran Angel memutuskan membeli buku tersebut beserta cermin hexagram atau lebih tepatnya kalung unik yang juga ditemukannya di toko barang antik tersebut.

Mengikuti petunjuk yang tertulis di dalam buku, Angel pun mempraktekkannya.

Saat mantra pertama kali diucapkan tidak menunjukkan reaksi apa-apa. Kedua kali diucapkan juga belum bereaksi. Dan ketiga kali diucapkan, tiba-tiba dari cermin itu keluar cahaya yang sangat terang yang juga diikuti munculnya sosok makhluk bersayap yang tidak dikenali yang sekarang sedang berada di kamar Angel.

2# Dark Angel

Angel kembali tersadar. Matanya terbelalak menatap Neville dengan rasa tak percaya.

'Tidak mungkin! Tidak mungkin! Bagaimana mungkin aku berjodoh dengan makhluk ini?!' sanggah Angel dalam hati.

Namun Neville dapat membaca pikiran Angel. Ia bisa mengetahui apa yang dipikirkan dan dikatakan Angel di dalam hati. Neville mengangkat sebelah alisnya.

"Kita berjodoh!?" ucap Neville tepat dengan pemikiran Angel.

Dengan cepat Angel membantah. "Tidak mungkin! Itu ... itu tidak mungkin! Pasti ada yang salah dengan mantra itu."

"Mungkin tidak. Bukankah kamu sudah mengucapkan mantra itu dan kemudian aku keluar dari cermin ini?" ujar Neville masih menggenggam cermin di tangannya.

"Tapi ... Tidak! Tidak! Aku ... Aku tidak mungkin berjodoh dengan mahkluk aneh sepertimu. Aku tidak mau!" tolak Angel mentah-mentah.

"Tidak mau? Mungkin jika kamu bisa mengembalikan aku ke dalam cermin ini," ucap Neville sambil menunjuk ke permukaan cermin yang dipegangnya kepada Angel.

"Aku tidak bisa. Aku ... Aku mana tahu caranya. Hiks ... Hiks ... Sekarang harus bagaimana? Pokoknya aku tidak mau," kata Angel lirih.

"Kalau begitu terima saja kenyataan bahwa kita ini berjodoh," kata Neville sambil berjalan mendekat ke tempat Angel berada. Angel dengan cepat mencegahnya. "Jangan mendekat!"

"Kenapa? Kamu masih takut kepadaku? Aku tidak akan berbuat jahat kepadamu. Percayalah!" janji Neville yang langsung menghentikan langkahnya.

"Kenapa jadi begini? Sebenarnya kamu ini siapa? Kamu itu manusia atau apa? Kenapa ada sayap hitam di punggungmu? Mahkluk apa sebenarnya kamu itu?" tanya Angel sambil menghapus sisa air mata di pipinya.

"Aku ... malaikat. Tapi, tenang saja aku bukan malaikat pencabut nyawa seperti yang kamu pikirkan," jawab Neville apa adanya.

"Jika kamu sudah tidak takut lagi kepadaku, keluarlah! Kita bisa bicara lebih banyak," lanjut Neville kemudian.

Angel lalu keluar dari balik tempat tidurnya perlahan-lahan. Ia duduk di atas kasurnya yang empuk beberapa langkah dari tempat Neville berdiri.

"Seperti malaikat ...," gumam Neville sambil menatap Angel yang menurutnya gadis yang sangat cantik.

"Aku bukan malaikat. Namaku Angel," potong Angel sebelum Neville melanjutkan kalimatnya.

"Kamu benarkah malaikat? Bukan malaikat pencabut nyawa, kan? Aku belum mau mati," lanjut Angel lagi.

"Sudah kukatakan aku bukan malaikat pencabut nyawa. Kamu tidak perlu takut. Aku juga tidak memiliki keahlian untuk mengambil nyawa orang lain," jawab Neville kalem.

Angel menatap Neville mencoba meyakinkan apa yang dikatakan Neville adalah kesungguhan. Ia memperhatikan Neville dengan seksama dari kepala hingga kaki. Neville mengenakan pakaian serba hitam, memiliki sepasang sayap hitam, warna kukunya putih seperti kulitnya, bola matanya hitam pekat, dan ia bertelanjang kaki. Ia tidak memiliki tanduk ataupun lingkaran cahaya malaikat di kepala seperti malaikat biasanya. Dia juga tidak memegang tombak ataupun berekor panah bahkan tidak memiliki ekor. Secara fisik memang mirip manusia jika saja dia bisa melenyapkan sepasang sayap di punggungnya itu. Wajahnya pun sangat tampan dengan kulitnya yang putih bersih. Mendadak Angel menjadi begitu terpesona dengan rupa malaikat didepannya itu. Angel segera menggelengkan kepala membuyarkan lamunan itu. Ketakutan dalam diri Angel perlahan mulai menghilang.

"Lalu, kau berasal darimana?" tanya Angel ingin tahu.

"Aku dari Obscur, negeri para Dark Angel," jawab Neville.

"Dark Angel? Jadi ada jenis malaikat lain juga? Apa Obscur itu seperti dunia manusia?" tanya Angel mulai tertarik. Rasa takutnya telah berganti menjadi rasa penasaran.

"Ada malaikat lain yang disebut White Angel. Layaknya dunia manusia memiliki banyak kota dan negara. Di dunia malaikat hanya ada dua wilayah yang terpisah berdasarkan golongan malaikat. Kamu tahu tidak? Batas antara dunia manusia dan dunia malaikat hanya setipis kaca yang tembus pandang," jelas Neville.

"Kalau begitu kalian bebas datang dan pergi ke dunia manusia dengan mudah. Apa kalian sering mengganggu manusia seperti hantu? Menakut-nakuti ketika malam tiba? Atau mungkin menolong mereka yang sedang susah?" tanya Angel polos.

"Tidak. Kami tidak menakut-nakuti dan kami punya peraturan yang harus ditaati. Malaikat seperti kami dilarang berkeliaran di dunia manusia tanpa izin dari Astru. Apalagi jika sampai mengganggu ketentraman hidup manusia. Hal itu bisa dianggap sebagai perbuatan jahat dan dapat dikenai hukuman berat," jelas Neville menegaskan.

"Memangnya Astru itu siapa?" tanya Angel penasaran.

"Dia adalah malaikat paling berkuasa dari semua golongan malaikat. Istananya berada di Lumina, negeri para White Angel. Dia malaikat yang dihormati, ditinggikan sekaligus disegani, pemimpin dan hakim di dunia malaikat," Neville menjelaskan.

"Oh. Seperti seorang raja. Jadi, sekarang apa yang akan kamu lakukan?" tanya Angel kembali ke sosok yang ada di depannya.

"Tidak akan melakukan apa-apa," jawab Neville singkat.

"Eh ... Maksudku kamu tidak mungkin muncul dan hanya diam di kamarku tanpa melakukan apa-apa, bukan!?" tanya Angel memastikan.

"Bukankah kamu sudah memanggilku? Jadi, aku akan tetap ada di mana pun kamu berada," jawab Neville menyunggingkan senyum.

"Heh ... I, itu, itu kan tidak disengaja. Ah, sudahlah pokoknya sekarang kamu harus pergi dari sini! Mau ke mana terserah. Kamu kan malaikat, bisa terbang atau hilang ke mana saja. Sudah kamu keluar sekarang juga dari kamarku! Aku ingin tidur. Besok aku harus sekolah," desak Angel memaksa.

"Begitu, ya. Tidak masalah," kata Neville kemudian meletakkan buku kuno itu ke atas meja belajar Angel.

"Mantranya tidak salah. Sepertinya cerminnya yang bermasalah," lanjut Neville lagi sambil mengangkat cermin hexagram dan memutarnya membuat pantulan wajahnya di cermin itu muncul dan menghilang berulang-ulang.

"Maksudmu?" tanya Angel tak mengerti.

Neville kembali menyunggingkan senyum yang misterius sambil menatap Angel. Ia lalu menaruh cermin hexagram itu ke atas meja dan berjalan menuju jendela kamar Angel. Ia mengangkat tangannya dan dengan lembut membuat gerakan menggeser di udara. Jendela kaca itu pun sontak terbuka mengikuti gerakan tangannya. Neville kemudian naik dan berjongkok di atas jendela. Ia mengembangkan kedua sayapnya kemudian terbang ke langit meninggalkan Angel yang diam setengah tak percaya dengan kejadian yang tengah dialaminya saat ini.

"Dark Angel? White Angel? Apakah Dark Angel itu sama dengan Devil? Jika iya berarti aku sudah memanggil iblis itu kemari. Tunggu! Apa? Oh, no! Tidak, tidak. Tidak mungkin! Jodohku tidak mungkin seorang iblis, bukan?" Angel berbicara seorang diri.

"Aduh, gawat sekali! Yang benar saja. Tadinya aku hanya penasaran dan iseng-iseng saja melakukannya. Tapi kenapa malah jadi seperti ini? Aku harus bagaimana sekarang? Aduh ...." Angel yang menjadi gelisah berjalan bolak-balik di kamarnya.

Dirinya sama sekali tidak menyangka kalau makhluk dari dunia lain akan keluar dari cermin itu. Bukannya menampilkan sosok wajah pria yang akan berjodoh dengannya kelak seperti yang tertulis di buku.

3# Murid Baru

Angel berjalan dengan lunglai menuju ke ruang kelasnya. Ruang kelas Angel berada di lantai dua. Sesampai di kelas Angel langsung duduk di bangkunya dan menempelkan kepalanya ke atas meja. Perasaan kantuk masih sangat mengganggunya akibat dari kurang tidur semalam gara-gara kemunculan Neville.

Lucy masuk ke dalam kelas dan melihat sahabatnya yang sedang tak bersemangat. Ia langsung menghampirinya.

"Hei! Pagi-pagi sudah lemas. Mana semangatnya?" sapa Lucy.

Angel mengangkat kepalanya dengan mata sayu menatap Lucy.

"Masih ngantuk. Semalam kurang tidur," kata Angel sambil menguap.

"Lho, memangnya kamu habis ngapain? Sampai bisa kurang tidur segala," tanya Lucy penasaran.

"Gara-gara kemunculan makhluk aneh dari cermin," jawab Angel mengingat kejadian semalam.

"Mahkluk aneh? Dari cermin? Maksudmu?" tanya Lucy tak paham.

"Kamu ingat buku kuno dan cermin yang aku beli di toko barang antik kemarin?" tanya Angel pada Lucy.

"Ya. Aku ingat. Itu kalung. Hanya saja memiliki cermin di balik sisi lainnya. Lalu kenapa?" tanya Lucy kembali.

"Aku mencoba melafalkan mantra dari buku kuno itu. Katanya orang yang berjodoh dengan ku kelak, wajahnya akan muncul di permukaan cermin. Dan ... kau tahu apa yang kemudian terjadi?" cerita Angel dengan serius.

"Tidak," jawab Lucy singkat.

"Sesosok makhluk bersayap keluar dari dalam cermin itu. Matanya berwarna hitam pekat, dia memiliki senyum yang misterius. Dia bahkan bisa melayang, terbang dan ...." Belum selesai Angel bercerita, Lucy langsung memotong ucapannya.

"Angel, mungkin kamu hanya bermimpi. Mana mungkin ada mahkluk yang bisa muncul dari cermin?! Sadarlah, ini sudah pagi dan kamu sudah berada di sekolah," potong Lucy sebelum Angel menyelesaikan ceritanya.

"Tidak. Ini nyata. Aku tidak sedang bermimpi. Aku benar-benar mengalaminya semalam. Kamu tidak akan percaya dengan apa yang terjadi, Lus!" sahut Angel memastikan bahwa apa yang dirinya ceritakan itu memang benar.

"Well, aku memang tidak percaya. Sudahlah sepertinya kamu terlalu menghayati mantra kuno itu sehingga dengan mudah terpengaruh olehnya. Kamu merasa itu seolah-olah terjadi padamu padahal kamu sedang tidur. Faktanya kamu hanya bermimpi tetapi kamu merasa itu seperti nyata terjadi padamu," ujar Lucy yang mulai bosan dengan cerita Angel.

"Tapi aku tidak sedang bermimpi ataupun tidur. Aku benar-benar dalam keadaan sadar saat semua itu terjadi," jelas Angel meyakinkan.

"Angel, sudahlah! Lupakan cerita konyol yang tidak masuk akal itu. Jika kamu merasa kurang enak badan sebaiknya beristirahat di ruang kesehatan dulu. Berpikirlah dengan logis, jangan terlalu banyak membaca cerita dongeng. Aku mau ke kantin dulu, oke. Bye, Angel," kata Lucy kemudian pergi meninggalkan Angel.

Angel hanya menatap kepergian Lucy. Ia tidak percaya sahabatnya itu langsung meninggalkannya begitu saja.

...🍀🍀🍀...

Suasana kelas yang tadinya berisik seketika menjadi hening ketika guru memasuki kelas.

"Selamat pagi, murid-murid. Hari ini kita kedatangan murid baru," kata Ibu guru yang langsung memanggil murid baru itu untuk masuk.

Murid baru itu berjalan memasuki ruang kelas. Semua mata pun langsung tertuju padanya. Murid-murid perempuan seketika dibuat kagum dengan ketampanan murid baru tersebut. Kelas yang tadinya hening pun mulai terdengar suara bisik-bisik. Mata Angel yang tadinya sayu juga ikut terbelalak. Rasa kantuk hilang seketika melihat sosok murid baru itu.

'Di ... Di ... Dia ... Dia itu ... bukankah Neville!'

Yap, murid baru itu adalah Neville. Sosok makhluk bersayap yang muncul di kamar Angel waktu tengah malam kemarin.

Neville memahami apa yang ada di pikiran Angel. Neville kembali melemparkan senyumnya yang misterius itu kepada Angel dengan tatapan aneh yang tak dimengerti oleh gadis itu.

"Silahkan perkenalkan diri!" kata Ibu guru kepada Neville.

"Perkenalkan namaku ... Lei. Senang berkenalan dengan kalian. Berhubung aku masih baru di sini jadi aku mohon bantuan dari teman-teman semua," sapa Neville ramah sambil membungkukkan badannya sedikit.

"Lei, di sana ada bangku kosong. Kamu bisa duduk di sana!" perintah Ibu guru sambil menunjuk tempat duduk kosong tersebut. Tempat duduk kosong itu terletak di sudut ruang kelas di samping jendela.

"Baik. Terima kasih, Ibu guru!" ucap Neville lalu menuju bangku yang dimaksud.

Dengan posisi tempat duduk di samping jendela, Lei dapat melihat pemandangan taman sekolah yang ada di lantai bawah. Angel duduk di barisan kiri atau di sebelah barisan tempat duduk Lei. Murid-murid di sekolah ini duduk sendiri-sendiri. Sedangkan di sisi kiri Lei berhadapan langsung dengan Lucy. Dan Angel berada dua bangku di belakang Lucy. Dari tempat duduknya Angel dapat menatap punggung Lei dengan jelas.

'Apa yang dia lakukan di sekolahku? Kenapa harus menyamar menjadi seorang siswa? Dan kenapa dia mengenalkan diri dengan nama Lei? Jelas-jelas dia memberitahuku namanya Neville. Aneh sekali!' Bertubi-tubi pertanyaan muncul di dalam hati Angel. Membuat perasaannya tidak enak akan kehadiran pemuda tampan itu di sekolahnya.

Kepala Neville bergerak ke samping. Ia melihat Angel melalui sudut matanya. Menyadari Angel yang juga sedang menatapnya, ia sengaja memamerkan senyum misteriusnya. Hal itu membuat Angel semakin tidak tenang. Ia segera menepiskan perasaan itu dan berusaha untuk tetap konsentrasi pada pelajarannya.

Sementara Lucy, gadis itu mulai mencuri pandang ke arah Lei secara diam-diam.

...🍀...

[Kriiiiiinggggg ....]

Bel jam istirahat berbunyi. Sebagian murid berhamburan meninggalkan kelas. Beberapa datang mengerumuni tempat duduk Lei. Kebanyakan adalah murid perempuan yang ingin berkenalan dengan dirinya. Angel berlari menuju ke tempat Lucy. Dengan setengah berbisik ia berbicara kepada Lucy.

"Lus, kamu lihat Lei itu .... Dia sebenarnya adalah makhluk aneh bersayap yang tadi pagi aku ceritakan. Yang semalam keluar dari cerminku. Kamu tahu tidak, kemarin dia memberitahuku namanya Neville tapi tadi dia ...."

"Angel, jangan berkata yang tidak-tidak tentang Lei. Dia itu murid baru di sini. Kita juga tidak mengenalnya. Bagaimana kamu tahu dia itu mahkluk seperti dalam ceritamu? Jangan menuduh yang macam-macam!" tegur Lucy memotong kalimat Angel sebelum ia selesai bicara. Lucy mulai tak sabar menghadapi Angel.

"Lucy, aku sudah katakan aku tidak bermimpi. Sungguh, mahkluk dengan sayap yang mengaku malaikat dan bernama Neville itu adalah Lei. Wajahnya, matanya, senyumnya semuanya mirip. Aku yakin itu Neville. Aku tidak berbohong," jelas Angel penuh keyakinan.

"Angel, cukup! Beginilah akibatnya karena kamu terlalu banyak membaca cerita dongeng dan percaya terhadap hal yang tidak jelas begitu. Sudahlah, aku tidak mau lagi dengar cerita tentang mahkluk bersayap atau apapun itu. Kamu benar-benar sudah tak waras!" sahut Lucy ketus. Lalu dengan kesal ia pergi meninggalkan Angel.

"Lucy, tunggu!" panggil Angel tapi tak dihiraukannya.

Angel menatap tempat Lei berada. Teman-teman sekelasnya itu masih berada di sana. Mengajak Lei bicara dan bertanya banyak hal tidak penting kepada murid baru itu.

Dengan sebal Angel berjalan keluar dari kelas menuju ke tempat yang paling tenang di sekolah sekaligus tempat favoritnya yaitu atap sekolah.

...🍀🍀🍀...

Angin bertiup perlahan. Suasana tenang tanpa gaduh dan berisik suara manusia. Ini memang tempat pelarian Angel kala sedang suntuk ataupun kesal. Angel berjalan ke tepi pagar dan memperhatikan halaman sekolah di bawahnya penuh dengan murid-murid yang menghabiskan waktu istirahat. Baru sebentar Angel menikmati kesendiriannya, tiba-tiba suara yang tak asing muncul di belakangnya.

"Apa yang kamu lakukan sendiri di sini?" tanya suara itu.

Angel menoleh ke sumber suara dan mendapati Neville atau Lei berdiri di sana dengan senyum khasnya.

Perasaan kesal Angel muncul kembali mengingat kemunculan Neville di rumahnya kemudian tiba-tiba menjadi Lei di sekolah sehingga membuat sahabatnya Lucy tak mempercayainya.

"Apa sebenarnya maumu? Semalam kamu tiba-tiba keluar dari cermin dengan sosok malaikat bersayap, lalu sekarang kamu datang ke sekolahku dan menyamar menjadi manusia yang bernama Lei. Gara-gara kamu, Lucy tidak percaya padaku. Dia bilang aku konyol dan tidak masuk akal," gerutu Angel kesal.

Neville yang kini berwujud Lei bisa memahami perasaan Angel. Ia bahkan tahu apa yang dipikirkan Angel. Tapi tidak bisa berbuat banyak.

"Aku tahu, maaf, sudah menyusahkanmu. Dan ... mungkin akan terus menyusahkanmu. Jadi, aku hanya bisa berpesan sebaiknya kamu persiapkan diri karena masih banyak kejutan yang akan datang mengganggumu," ucap Lei datar.

"Apa maksudmu? Apalagi yang akan kamu lakukan padaku? Tidak bisakah kamu pergi dari hidupku dan jangan ganggu aku lagi? Anggap saja kamu tidak pernah muncul dari cermin. Dan kita tidak pernah bertemu. Aku ... Aku tidak mengerti dengan semua kekonyolan ini. Sahabatku bahkan berkata aku sudah tidak waras," kata Angel semakin kesal.

"Kamu yang membawaku kemari. Ingat? Jadi, seharusnya kamu sudah siap dengan apa yang akan terjadi padamu nanti," kata Lei menekankan kalimatnya.

"Apa? Aku? Oke, aku minta maaf. Memang aku yang salah memanggilmu. Tapi kenapa harus muncul juga di sekolahku? Tidak bisakah tetap diam di suatu tempat menjadi iblis atau malaikat atau apalah ...," seru Angel mulai tak sabaran.

"Aku hanya melakukan yang terbaik yang bisa aku lakukan. Dan semua untuk kebaikanmu," jelas Lei tetap merasa tak bersalah.

"Kebaikanku? Kebaikan apa? Pertama kali kamu muncul di sekolahku sudah membuat hubunganku dengan sahabatku merenggang. Kebaikan apanya?" sahut Angel ketus.

"Sampai waktunya kamu akan mengerti. Aku hanya ingin melindungi mu," ujar Lei lalu pergi meninggalkan Angel.

"Melindungi? AKU TIDAK BUTUH PERLINDUNGAN DARI MALAIKAT BODOH SEPERTIMU!" teriak Angel sejadi-jadinya.

Waktu istirahat berakhir. Murid-murid kembali ke dalam kelas begitupun Angel. Melihat Lucy sudah duduk di bangkunya, Angel pun menghampirinya.

"Lucy."

"Jangan bicara padaku, kalau kamu masih ingin menuduh Lei sebagai makhluk bersayap!" sahut Lucy. Angel pun diam dan berjalan ke tempat duduknya dengan lemah.

...🍀🍀🍀...

'Apa-apain dia itu seenaknya saja datang dan mengacaukan hidup orang. Gara-gara dia, sejak istirahat sampai sekarang Lucy tidak mau bicara lagi padaku. Memangnya dia siapa? Malaikat bodoh yang menyamar jadi manusia untuk melindungiku? Melindungi dari gempa, dari badai? Memangnya ada bencana apa yang bisa terjadi di kota ini. Mengesalkan sekali!' sungut Angel dengan kesal.

Angel berjalan pulang dengan perasaan marah. Lei diam-diam mengikuti Angel dari belakang dan mendengar apa yang dia pikirkan.

"Masih kesal rupanya!" sahut Lei secara tiba-tiba mengagetkan Angel yang berjalan dua langkah di depannya.

Angel menoleh ke belakang dan melotot pada Lei dengan geram.

"Sejak kapan kamu ada di belakangku?" tanya Angel ketus.

"Sejak tadi, Nona. Kamu terlalu sibuk dengan pikiranmu sampai-sampai tidak menyadari kehadiranku," jawab Lei santai lalu mensejajarkan langkahnya dengan Angel.

"Seperti tahu saja apa yang kupikirkan," gumam Angel memperlambat langkahnya.

"Tentu saja aku tahu. Aku tahu semua yang kamu pikirkan dari yang ada di kepala sampai di hatimu," kata Lei mendekatkan bibirnya ke telinga Angel hampir berbisik saat mengucapkan 'hatimu'.

Angel kaget dan mundur beberapa langkah darinya. "Sudah, jangan menggangguku!" kata Angel dengan nada tinggi lalu berjalan lebih cepat meninggalkan Lei.

"Hei, tunggu aku! Tidak bisakah pelan sedikit jalannya?" seru Lei sambil mengejar Angel.

Tak disangka, tanpa sepengetahuan keduanya, ada seseorang yang sedari tadi terus mengikuti dan memperhatikan mereka berdua secara diam-diam.

"Dasar munafik!" ucap orang itu. Lalu beranjak pergi meninggalkan tempat itu.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!