Vanaya Anastasya adalah Mahasiswi Lulusan Jurusan Akuntan dari Universitas terbaik dikotanya. Sekarang usianya dua puluh dua tahun, berasal dari keluarga ekonomi menengah, tidak kaya juga tidak miskin.
Vanaya bisa disebut memiliki sifat ganda. Bila sedang dengan keluarganya Vanaya bersikap welcome dan friendly. Namun bila diluar sifatnya pendiam, sedikit dingin dan cuek dengan hal-hal yang dirasanya tidak bermanfaat. Dia memiliki sedikit teman karena sifat dinginnya itu. Jarang bisa bertemu dengan seseorang yang klop dengannya.
Vanaya memiliki tubuh yang sempurna, tinggi, ramping namun berisi, kulitnya yang hitam manis, dan hidungnya yang mancung. Banyak pria yang ingin mendekatinya tapi tidak ada yang berhasil memikat hatinya.
"Baik, terimakasih Ibu!! Saya akan datang tepat waktu besok untuk interview selanjutnya." Ucap Vanaya dan memutuskan sambungan teleponnya.
Vanaya tiba didepan perusahaan dimana dia akan interview pagi ini, Perusahaan AVG yang berdiri megah dan menjulang tinggi.
Dengan penampilan yang formal, Blazer warna hitam dilengkapi Rok hitam selutut, Kemeja putih, Pansus hitam juga dengan rambut disanggul seadanya.
Sambil merogoh isi tasnya, Vanaya mengambil sebuah kacamata berbingkai hitam, segera memakainya kemudian dia berjalan menuju pintu masuk dan menghampiri meja Resepsionist.
"Selamat pagi Ibu, saya Vanaya yang akan interview pagi ini. Kemarin saya sudah dihubungi oleh pihak HRD" Vanaya berkata kepada seorang wanita yang ada dimeja Resepsionist.
"Silahkan tunggu sebentar, saya akan mengkonfirmasi kebagian HRD" seru resepsionist tersebut.
Vanaya menunggu dengan sabar, dia yakin akan lulus interview dan bisa bekerja diperusahaan besar seperti impiannya.
"Dengan Vanaya Anastasya, mari saya antar keruangan interview sekarang" Ucap Resepsionist tersebut."
Vanaya berjalan beriringan dengan sang Resepsionist menuju ruangan interview. Disana sudah ada Kepala Bagian HRD yang akan menginterviewnya.
"Silahkan masuk dan tunggu sampai nama anda dipanggil ya" Ucap Resepsionist tersebut kemudian pergi keluar dari ruangan itu.
Vanaya menjawab dan sambil menunggu gilirannya dipanggil, dia memperhatikan seisi ruangan itu. "Semoga aku lulus interview dan bisa kerja disini" dia bergumam didalam hatinya.
"Vanaya Anastasya, silahkan masuk" seseorang dari ujung pintu menyebut namanya.
Dengan penuh keyakinan, Vanaya masuk kedalam ruangan interview.
"Silahkan perkenalkan Nama anda, Latar belakang pendidikan anda, dan blablabla" Kepala HRD mulai menginterview Vanaya dengan beberapa pertanyaan.
"Nama saya Vanaya Anastasya, Usia saya dua puluh dua tahun, Saya Lulusan dari Universitas XY dan blablabla"
Dia menjawab semua pertanyaan dengan baik dan sempurna. Dia juga mengerjakan IQ tes dengan mudah.
"Silahkan semua peserta yang ikut interview hari ini untuk menunggu hasilnya satu jam kedepan" ucap sang Koordinator interview ditempat itu.
Sambil menunggu hasil keputusan interviewnya keluar, Vanaya memutuskan untuk makan di kantin perusahaan tersebut. Suasana kantin sudah mulai ramai karena jam sudah menunjukkan jam makan siang.
Dia memilih beberapa makanan sesuai seleranya dan duduk dibagian kursi paling ujung demi menjauhi keramaian. Ya, Vanaya sedikit kurang suka ditempat keramaian. Dia bahkan merasa lebih nyaman makan sendirian tanpa suara berisik dari sana sini.
Setelah memperhitungkan lebih kurang satu jam, akhirnya Vanaya memutuskan untuk kembali keruangan dimana mereka diinterview tadi. Dia sudah tidak sabar menanti hasil dari interviewnya itu. Beberapa peserta lain juga sudah ada disana sama seperti Vanaya yang menanti hasil interview mereka masing-masing.
"Baiklah!! Dikarenakan hasil interview hari ini sudah keluar, maka saya akan menyebutkan nama-nama yang lulus. Silahkan didengarkan nama masing-masing. Tristan, Rebecca, Vanaya, Bianka dan Alexander" Seru sang Koordinator
"Selamat!! Kalian adalah peserta yang lulus interview dan mulai besok sudah boleh datang bekerja. Sebagai informasi ada baiknya sebelum pulang dibaca dulu segala peraturan perusahaan dipapan pengumuman dan jangan sampai terlambat masuk bekerja."
Vanaya tersenyum puas akan hasil interviewnya. Dia akan menjadi seorang Akuntan diperusahaan besar, seperti harapannya dulu semasa kuliah. Setelah mencatat semua peraturan perusahaan itu, Vanaya mengemudi mobilnya menuju sebuah mall.
Sesampainya di mall, Vanaya segera menuju sebuah toko pakaian wanita. Dia membeli beberapa blazer dan juga beberapa kemeja warna putih dan kemeja warna pink untuk dipakainya, sesuai peraturan perusahaan setiap hari senin semua staff kantor menggunakan kemeja warna putih, hari selasa dan rabu menggunakan kemeja bebas warna, hari kamis menggunakan kemeja warna pink, dan hari jumaat menggunakan pakaian non formal atau sejenis baju santai.
Dia membuka blazer miliknya dan mencoba blazer yang baru untuk menyesuaikan yang pas ditubuhnya. Setelah menemukan semua ukuran badannya, Vanaya memegang blazer miliknya yang dibuka tadi kemudian dia segera memasukkan pakaian yang baru keplastik dan menuju kasir untuk membayarnya.
"Tring! Tring! Tring!"
Vanaya merogoh isi tasnya dan mengangkat panggilan yang tersambung ke smart phone nya.
"Iya ma! Sebentar lagi Vanaya pulang koq! Hah? Rumah sakit mana ma? Okey! Okey! Vanaya kesana sekarang".
Selesai melakukan pembayaran dengan terburu-buru dia keluar dari toko pakaian itu.
"Bughh!! Aww!!" Vanaya meringis kesakitan. Dia yang tengah terburu-buru menabrak seorang pria dipintu keluar mall dan tidak menyadari kalau blazer yang dipegangnya tadi terjatuh.
"Sorry, gue ga sengaja!!" ucapa Vanaya sambil berlari.
Pria itu menatap kepergian Vanaya yang semakin jauh kemudian mengambil blazer milik Vanaya yang jatuh dilantai.
"Wangi!!"
Alvaro menghirup aroma dari blazer yang sudah seharian ini dikenakan Vanaya. Kemudian dia segera masuk menuju "Cafe Boss" tempat dimana dia akan bertemu dengan Kliennya.
Ricky Jonathan, adik kandung Vanaya. Berusia Tujuh belas tahun dan hari ini Jonathan dan teman-temannya sedang merayakan kelulusan mereka dari Sekolah Menengah. Mereka menghabiskan waktu dipantai bersama teman-temannya. Namun diperjalanan pulang dia mengalami kecelakaan kecil hingga harus dibawa ke rumah sakit.
Jonathan memiliki sifat berbanding terbalik dengan Vanaya. Dia yang suka keramaian, mudah berbaur dengan orang lain sehingga dia memiliki banyak teman. Dia juga mengikuti Club MoGe (Motor Gede) karena dia jenis pria yang suka mengendarai MoGe.
~#~#~#~#~
"Gimana dengan Nathan ma? Udah diperiksa dokter kan? Papa udah dikabarin belum ma?" Tanya Vanaya begitu sampai didalam ruangan dimana adiknya dirawat.
"Udah sayang!!Tapi papa belum bisa datang karena masih ada meeting penting. Adikmu baik-baik aja. Kepalanya kebentur aspal, terus kaki sama tangannya lecet-lecet. Tadi udah diperiksa dokter dan katanya ga ada yang serius cuma luka diluar aja." Jawab Zoya, Ibu kandung mereka berdua.
"Lain kali hati-hati lo! Kebiasaan banget bikin kita semua khawatir" Vanaya menghampiri ranjang dimana adiknya itu terbaring.
"Iya gue juga ga mau kecelakaan kali. Emang gue sengaja?" Ucap Jonathan
"Ga usah ngejawab deh!! Emang lo ya! Kebut-kebutan lo ya!" Vanaya memukul pelan kepala adiknya itu.
Walaupun Vanaya seorang yang cuek, tapi kalau berurusan dengan keluarganya dia sangat perhatian.
"Aww! Sakit tau kak. Maaa! Liat deh kak Naya main pukul-pukul aja!! Siapa juga yang ngebut-ngebut!! Emang lagi apes aja gue!" Jonathan meringis
"Ehhh udah! udah!! Nathan, kamu istirahat sekarang!! kamu juga Nay, pasti cape kan seharian tadi. Kamu pulang duluan ya istirahat dirumah!! Biar mama yang jagain adikmu. Nanti kalau dokter udah mengizinkan adikmu pulang, mama tunggu papa aja yang jemput kesini. Seru Zoya
"Yaudah deh ma, Naya pulang dulu. Kalau ada apa-apa langsung kabarin Naya ya ma!!"
"Lo juga cepet sembuh. Gue pulang ya!!" Ucap Naya
~#~#~#~#~
Vanaya keluar dari Rumah sakit dan menuju lobi dimana mobilnya diparkir. Kemudian dia mengemudi mobilnya pulang menuju rumah. Sesampainya dirumah, Vanaya menenteng baju belanjaanya tadi dan membawanya kekamar. Dia kemudian mencoba ulang semua pakaian yang dibelinya tadi.
"Blazer hitam gue dimana ya? Perasaan tadi gue pegang-pegang deh!!" Vanaya mencari-cari blazer yang digunakannya tadi ketika interview.
"Koq ga ada! Jatuh dimana ya? Ketinggalan di toko baju kali ya! Atau ketinggalan dimobil! Emmm!!!.
Vanaya bergumam sendiri sambil mengingat-ingat dimana dia meletakkan blazer itu.
Tring! Tring! Tring!
Dering telepon smart phone milik Vanaya berbunyi, segera dia menekan tombol hijau dan menjawab panggilan itu.
"Halo Thia? Napa lo nelepon gue? Kangen ya?"
Thia Belerick adalah sahabat satu-satunya yang dimiliki Vanaya. Mereka saling kenal sejak pertama masuk kuliah. Sifat Thia yang humble membuat Vanaya merasa senang berteman dengannya. Kedekatan mereka sudah seperti saudara.
"Emang lo ga kangen gue Nay? Besok ketemuan yuk?" Ucap Thia
"Besok gue ga bisa Thia. Sorry ya!! Kalau sabtu gimana?" Jawab Naya
"Sabtu mah gue udah ga disini lagi Nay!! Lusa gue harus ikut bokap ma nyokap gue ke Singapura. Bokap mutasi kerja gitu kesana!! Gimana dong? Emang lo besok ada acara Nay?" Tanya Thia
"Yahhh!! Dadakan banget sih!! Kita jauhan dong!! Gue besok udah masuk kerja Thia. Gue lupa kasih tau loe karena tadi abis interview, gue singgah bentaran dimall beli kemeja kerja terus gue ke rumah sakit, adik gue Nathan jatuh dari motor" Jawab Naya
"Koq bisa sih Nay? Ngebut kali dia jadinya jatuh!! Terus gimana keadaan Nathan sekarang Nay?" Tanya Thia
"Cuma luka dikit doang! Besok sore lo datang kerumah ya, masa lo pergi kita ga ketemuan sih!! Sekalian liatin tuh si Nathan. Bila perlu jewer telinganya. Kali aja kalo lo yang negur dia ga kebut-kebutan dijalan" Seru Vanaya
"Iya deh! Besok gue datang kerumah lo! Udah dulu ya Nay, gue masih ada kerjaan! Sampai ketemu besok!" Ucap Thia
"Okey Thia! Sampai ketemu besok! Byee"
Vanaya memutuskan panggilan teleponnya, kemudian dia keluar dari kamar karena mendengar suara papa, mama dan adiknya yang mungkin baru saja tiba dirumah.
"Gimana interview kamu Nay, Lancar?" Zacky sang Ayah bertanya padanya.
"Lancar koq pa! Naya besok malah udah masuk kerja pa" Jawab Vanaya penuh semangat
"Naya harus bekerja dengan sepenuh hati, jujur dan juga jangan mudah terbawa arus nanti ya sayang" Ucap Zoya menyemangati putrinya
"Mama tenang aja, Naya pasti ingat pesan mama" Jawabnya
"Kak, anterin gue kekamar dong! Masih terasa pusing kepala gue, pengen rebahan. Ntar Nathan makannya dianter kekamar aja ya ma" Ucap Jonathan
"Iya sayang. Ya udah anterin adikmu kekamar Nay, kasian tuh masih pada sakit badannya. Mama siapin makan malam dulu. Papa juga mandi dulu gihh" Ucap Zoya
"Siap Ibu Negara" Papa menyahuti perintah mama sambil terkekeh
Vanaya yang sudah bersiap-siap kemudian keluar dari kamarnya untuk sarapan bersama keluarganya.
"Pagi pa! ma!" Sapa Naya
"Pagi sayang" Ucap Zacky dan Zoya bersamaan
"Penampilan Naya udah rapi kan ma? Udah mirip Akuntan beneren ga sih ma? Heheee" Naya bertanya sambil menuju kursinya
"Wahh putri mama cantik banget. Perfect. Bukan mirip tapi emang Akuntan beneren sayang. Kan udah diterima kerja" Ucap Zoya
"Makasih ma! Eh Nathan ga sarapan ma?" Tanyanya lagi
"Sebentar ya mama panggil adikmu dulu" Zoya berlalu menuju kamar putranya
"Sayang, papa malah lupa nanya kamu. Interview di perusahaan mana yang lulus kemarin? Kan sebelumnya kamu banyak menjatuhkan lamaran diperusahaan-perusahaan besar" Tanya Zacky
"Naya lulus di perusahaan AVG. Perusahaan yang lagi naik daun itu lohh pa" Ujar Naya
"Wahh hebat kamu sayang! Papa doakan kamu betah kerja disana. Walaupun papa maunya kamu diperusahaan papa sih" Ucap Zacky
"Naya mau mandiri pa! Kalau kerja diperusahaan papa nanti malah jadi manja-manja! Malesan kerjanya, gimana?" Seru Naya
"Iya! Iya papa ngerti. Ooh ya doakan juga kerjasama papa sama perusahaan AVG diterima ya sayang. Kemarin papa ga bisa langsung datang kerumah sakit karena papa lagi meeting dengan AVG. Kalau berhasil kan nanti perusahaan papa bakal lebih cepat naik dan berkembang" Ucap Zacky lagi
"Oo gitu ya pa! Aamin!! Semoga diterima pa" Jawab Naya lagi
"Seru banget kayaknya. Lagi bahas apa papa sama Naya?" Zoya yang melihat keseruan suami dan putrinya itu bertanya sambil memapah Nathan untuk sarapan bersama-sama
"Iya nih ma. Papa baru tau kalau Naya lulus kerja di perusahaan AVG. Dan papa kemarin sore juga mengadakan meeting sama perusahaan AVG juga. Bisa kebetulan gitu ma" Jawab Zacky
Mereka memulai sarapan bersama dengan suasana hangat. Keceriaan dikeluarga mereka selalu terjaga. Mereka adalah keluarga yang harmonis. Keadaan rumah sudah kembali sepi. Zacky dan Naya sudah berangkat ke kantor masing-masing.
Perusahaan AVG
" Silahkan segera menuju ruangan auditorium ya untuk pengarahan sebelum bekerja" Sang Recepsionist mengarahkan beberapa staff baru yang masuk kerja hari ini
Vanaya yang baru saja tiba segera mengikuti arahan sang Recepsionist menuju ruangan auditorium yang tidak jauh dari sana.
Vanaya memilih duduk dikursi paling depan. Dia berpikir kalau duduk didepan bisa lebih paham dengan pengarahan yang disampaikan nanti.
"Selamat pagi semua" Sapa sang Koordinator
"Selamat pagi pak" Ucap para staff yang ada diruangan itu dengan semangat
Mereka semua mendengarkan pengarahan dengan baik. Tiga puluh menit berlalu, kini mereka dipersilahkan menuju ruangan kerja mereka masing-masing.
Alvaro yang baru tiba dikantor dan melewati auditorium itu berpapasan dengan Vanaya. Seketika Alvaro berhenti dan keliatan sambil berpikir.
"Wangi parfum seseorang! Tapi dimana aku mencium aroma wangi ini ya?" Alvaro berpikir dan teringat sesuatu. " Ya, wangi blazer wanita itu! Hmm...Sepertinya aku ga perlu bersusah payah mencarimu" Alvaro tersenyum smirk.
Alvaro yang baru saja sampai diruangannya segera menelepon sang asisten.
"Tom, segera datang keruanganku" Ucapnya
"Baik Tuan" Tom bergegas mempersiapkan beberapa berkas untuk dilaporkan kepada tuannya itu dan segera menuju ruangan Alvaro.
"Tuan, ini semua berkas yang harus anda tanda tangani. Dan pukul 10 nanti tuan ada pertemuan dengan perusahaan Lexy" Tom melapor
"Atur ulang jadwal pertemuan dengan perusahaan Lexy. Aku masih ada urusan yang penting pagi ini. Dan satu lagi, bawa semua staff yang baru diterima ke ruangan saya" Paham Tom?
"Tapi tuan, ini sudah yang kedua kalinya anda membatalkan pertemuan dengan perusahaan Lexy?" Tom mengingatkan tuannya
"Tidak ada bantahan Tom, segera laksanakan apa yang kuperintahkan" Jawab Alvaro tegas
"Baik tuan, Saya permisi"
Alvaro menuju kursi kebesarannya. Dia segera menanda tangani beberapa berkas yang sudah diperiksa sebelumnya.
"Tok! Tok! Tok! Permisi Tuan" Tom membawa masuk semua para staff baru keruangan Alvaro
Alvaro menghentikan aktivitasnya sejenak dan mendekati mereka satu persatu demi mencium aroma wangi seseorang yang diincarnya.
"Kalian semua boleh keluar kecuali kau" Alvaro menunjuk ke arah Vanaya
Mereka semua pun keluar dan kembali keruangan mereka masing-masing.
"Siapa namamu?" Tanya Alvaro
"Saya Vanaya tuan. Vanaya Anastasya! Ada yang bisa saya bantu, tuan?" Jawab Naya
Alvaro berjalan mendekati Vanaya. Sepertinya Vanaya tidak mengenali Alvaro karena saat pertemuan tidak terduga itu dia sangat buru-buru tanpa memperhatikan wajah orang yang sudah ditabraknya.
"Kau tidak mengingatku?" tanya Alvaro lagi
"Kita saling kenal? Maaf sepertinya tuan salah orang. Saya tidak mengenal anda tuan" Seru Naya
Alvaro semakin mendekatkan dirinya ke Vanaya.
"Coba perhatikan baik-baik wajahku. Mungkin kau akan mengingat dimana kita pernah bertemu" Kata Alvaro
Vanaya memperhatikan wajah Alvaro dengan seksama. Parasnya yang tampan dan rupawan. Memiliki tubuh yang atletis, hidung yang mancung, kulit putih bersih. Sungguh sempurna, bahkan Vanaya sampai terpesona.
"Apa kau masih belum ingat juga, Vanaya?" Alvaro mendominasi Vanaya hingga posisi mereka sangat dekat.
Vanaya yang merasa tidak nyaman mulai berjalan mundur menghindari kontak fisik dengan tuannya itu. Ya dia merasa sedikit risih dan terganggu.
Namun begitu, Alvaro ikut memajukan langkahnya sedikit demi sedikit dan akhirnyanya langkah maju mundur mereka terhenti karena saat ini posisi Vanaya sudah diperbatasan dinding ruangan itu.
"Maaf tuan! Saya tidak ingat! Dan saya yakin kalau kita tidak pernah saling kenal." Vanaya menjawab Alvaro dengan gugup
Alvaro yang memang sedari awal sudah menyukai Vanaya, tepatnya menyukai aroma tubuhnya tersenyum smirk.
Alvaro menatap mata Vanaya dalam-dalam. Dia memperhatikan seluruh wajah Vanaya yang sangat manis. Seketika pandangan Alvaro terhenti di area bibir Vanaya yang kelihatan pink dan lembab.
"Sangat cantik" tanpa sadar Alvaro memuji Vanaya.
Dan tanpa izin, Alvaro mendekap leher Vanaya dengan kedua tangannya, kemudian dia menyatukan bibir mereka dan mengecupnya.
"Cupp!! Manis sekali" Alvaro berbisik lembut.
Vanaya terlonjak kaget dan segera mendorong tubuh Alvaro dengan kuat.
"Plakkk" Vanaya menampar tuannya kemudian keluar dari ruangan itu dengan emosi.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!