NovelToon NovelToon

Perjodohan Berkedok Taruhan

Perjodohan Berkedok Taruhan

PT. AP Investment.

Pukul 10.00

Leo, asisten Tuan Abraham masuk ke dalam ruang kerja Tuan Abraham sambil membawa laporan yang harus di tanda tangani Tuan Abraham.

"Bagaimana pertemuan Zemi dan David semalam? Apa sukses? Apa Zemi tertarik dengan David?" tanya Kakek Abraham sambil membaca laporan yang Leo berikan.

"Um... kalau itu, sepertinya tidak berjalan mulus Tuan." jawab Leo.

Sontak Tuan Abraham mendongakkan wajahnya.

"Kenapa? Masalah apalagi yang di buat anak itu?" tanya Kakek Abraham.

"Dari laporan Alshad, kali ini Nona Zemi bertingkah seperti perempuan jorok. Dia mengupil disaat sedang makan dan menaruh upilnya di bawah meja, terus bersendawa dengan sangat keras, lalu buang angin lalu-"

"Stop, stop, stop, stop! Tidak usah di teruskan, aku sudah bisa membayangkan bagaimana tingkah anak itu!" Potong Tuan Abraham.

Huuuh... Tuan Abraham menghela nafasnya kasar sambil menyandarkan punggungnya di sandaran kursi kerjanya.

"Entah apa maunya anak itu, bekerja di perusahaan tidak mau, menikah tidak mau, terus maunya apa? Masa mau main game sepanjang hidupnya? Apa dia tidak punya mimpi menikah dan punya anak apa?!" gerutu Kakek Abraham.

"Mungkin selama ini laki-laki yang Tuan jodohkan dengan Nona Zemi bukan tipe laki-laki Nona Zemi, makanya Nona Zemi bertingkah aneh di depan semua laki-laki itu." balas Leo.

"Terus laki-laki seperti apa yang dia mau? Sesama gamers sudah di coba, pengusaha juga sudah di coba, pembalap, artis, youtuber, selebgram, duda, semua sudah pernah aku coba jodohkan dengan Zemi, tapi semua laki-laki itu mental." jawab Tuan Abraham.

"Coba Tuan tanyakan langsung dengan Nona Zemi, sebenarnya laki-laki yang seperti apa yang dia mau." balas Leo.

Tuan Abraham terdiam.

"Saya permisi dulu, Tuan." pamit Leo dan di jawab dengan anggukkan kepala oleh Tuan Abraham.

Setelan Leo pergi, Tuan Abraham membuka laci meja kerjanya lalu mengambil foto kandidat terakhir laki-laki yang ingin di jodohkan dengan Zemi.

"Tinggal kau harapan terakhir ku, kalau kau juga tidak bisa menaklukkan hati cucuku, maka habis lah aku di gentayangi oleh almarhum orangtua Zemi dan istri ku." monolog Tuan Abraham sambil menatap foto laki-laki yang akan di jodohkan dengan Zemi.

Entah dapat wangsit darimana, tiba-tiba saja Tuan Abraham punya ide brilian cenderung licik untuk menjodohkan Zemi dengan laki-laki yang ada dalam foto.

Hehehe... Tuan Abraham terkekeh licik lalu memasukkan kembali foto laki-laki itu kedalam laci kemudian mengambil ponselnya lalu menghubungi Zemi.

Setelah percobaan sepuluh kali, akhirnya Nona Muda keluarga Pieters itu menjawab telepon Kakek Abraham.

"Apa Kek?" tanya Zemi.

"Dasar anak nakal! Kenapa lama sekali menjawab telepon Kakek, hah?! Apa kau sengaja membuat tensi Kakek naik?" omel Kakek Abraham.

"Aku lagi main game, Kek! Kalau Kakek nelpon mau bahas masalah semalam, nanti saja Kek, oke." balas Zemi.

"Benar-benar anak ini! Cepat datang ke kantor Kakek sekarang." perintah Kakek Abraham.

"Gak bisa, Zemi lagi main game." tolak Zemi.

"Oh oke, kalau begitu, Kakek blokir kartu mu, Kakek suruh orang menghack akun mu, Kakek-"

"Iya... Iya... Iya, satu jam lagi Zemi ke kantor Kakek, puas." potong Zemi.

"Gitu dong! Kakek tunggu satu jam lagi, lewat satu menit, Kakek blokir semuanya." balas Tuan Abraham lalu menutup teleponnya.

"Haish!!!" geram Zemi.

Mau tidak mau, Zemi pun berhenti main game, lalu pergi mandi dan bersiap pergi ke kantor sang Kakek.

💋💋💋

Tepat pukul 11.00, Zemi pun sampai di ruang kerja Tuan Abraham.

"Tepat waktu juga kamu." ucap Tuan Abraham sambil melihat jam di tangannya.

Zemi tidak menjawab, ia masih mengatur nafasnya yang masih ngos-ngosan karena lari-larian dari lobi.

Tuan Abraham beranjak dari kursi kerjanya lalu berjalan menghampiri Zemi kemudian duduk di single sofa sebelah Zemi.

"Mau minum?" tawar Tuan Abraham seolah-olah sedang mengejek cucunya.

"Cih! Kalau udah tau cucunya haus harusnya gak usah ditanya, tapi langsung di kasih minum." jawab Zemi.

"Dasar Kakek penyiksa cucu." celetuk Zemi.

Tuan Abraham memutar bola matanya malas lalu berdiri dari duduknya lalu menghubungi Leo dan menyuruh asistennya itu untuk membawa minuman untuk Zemi.

Setelah menghubungi Leo, Tuan Abraham pun kembali duduk di single sofa.

"Jadi ada urusan apa Kakek nyuruh Zemi dateng ke kantor Kakek?" tanya Zemi.

"Kakek rindu sama kamu." jawab Tuan Abraham dengan sorot mata yang aneh. Sorot mata yang menyembunyikan sebuah intrik.

"Gak usah basa-basi Kek, pasti Kakek mau nyuruh Zemi dateng ke kencan buta lagi kan? Zemi gak mau! Kalau Kakek maksa, jangan salahin Zemi kalau Zemi buat malu Kakek lagi." Zemi langsung mematahkan niatan Tuan Abraham.

"Haish, jangan berburuk sangka dulu. Siapa juga yang mau nyuruh kamu ke acara kencan buta." balas Tuan Abraham.

"Terus kalau bukan nyuruh kencan buta, Kakek mau nyuruh Zemi apalagi? Apa jangan-jangan Kakek punya rencana licik untuk Zemi? Iya kan?" tanya Zemi dengan tatapan mengintimidasi.

Dasar anak ini, kalau bukan saja cucu perempuan ku satu-satunya, sudah ku tukar dengan kinderjoy. Gerutu Tuan Abraham dalam hati.

Tok... Tok... Ceklek.

Tiba-tiba saja pintu ruang kerja Tuan Abraham terbuka dan Leo masuk ke dalam ruang kerja Tuan Abraham dengan segelas jus jeruk di tangannya.

"Hai Nona Zemi." sapa Leo.

"Ini saya buatkan jus jeruk spesial untuk Nona Zemi." Kata Leo lagi.

"Spesial apa? Spesial racun?" sindir Zemi.

Leo menggelembungkan pipinya menahan tawa mendengar ocehan Zemi.

"Spesial untuk menyemangati Nona Zemi dari..." Leo menggantung kata-katanya sambil melirik Tuan Abraham, seolah berkata "dari hukuman yang akan diberikan Tuan Abraham."

Zemi menaikkan sudut bibirnya.

"Saya permisi dulu." pamit Leo.

Setelah Leo keluar dari ruang kerja Tuan Abraham, Zemi menghela nafasnya kasar.

"Udah bilang aja Kakek mau hukum Zemi apa?" ucap Zemi.

"Cucu pengertian." balas Tuan Abraham.

"Jadi kamu mengaku salah atas perbuatan mu semalam?" tanya Tuan Abraham.

"Kek, Zemi minta di hukum bukan berarti Zemi mengaku salah. Kalau salah yah tetap aja salah Kakek, siapa suruh suka maksa Zemi nikah, udah di bilang Zemi belum mau nikah. Dan kalaupun Zemi mau nikah, Zemi akan menikah dengan laki-laki yang Zemi cintai, bukan laki-laki pilihan Kakek." jawab Zemi.

"Memangnya ini jaman apa nikah karena di jodoh-jodohin." gerutu Zemi pelan namun masih bisa di dengar oleh Tuan Abraham.

"Oke, kalau memang kamu gak mau Kakek ikut campur urusan pribadi mu, Kakek menyerah, Kakek gak akan jodoh-jodohin kamu lagi, tapi..." Tuan Abraham menggantung kata-katanya. Pembicaraan sudah mau masuk ke intinya.

"Tapi apa?" tanya Zemi dengan tatapan curiga.

"Tapi bagaimana kalau kita bertaruh?" jawab Tuan Abraham.

"Bertaruh?" Zemi mengernyitkan keningnya dalam-dalam.

"Bertaruh apa?" tanya Zemi.

💋💋💋

Bersambung...

Minta Dicarikan Kerja

"Bertaruh apa?" tanya Zemi.

"Kakek akan menarik semua fasilitas kamu, mulai dari black card, mobil dan apartemen. Kalau dalam setahun kamu bisa bertahan tanpa fasilitas dari Kakek, oke, Kakek tidak akan memaksamu lagi menikah. Dan kamu bebas mau menikah di umur kamu berapa saja." jawab Tuan Abraham.

"Yang bener aja Kek, mana bisa Zemi tanpa itu semua! Ini sih sama aja pemaksaan!" protes Zemi.

"Kamu kan bisa bekerja dan menghasilkan uang sendiri, jadi kamu bisa melanjutkan hidup kamu dengan uang hasil keringat kamu." balas Tuan Abraham.

Zemi terdiam.

"Oke, Zemi terima tantangan Kekek. Kalau begitu, mulai kapan dan di bagian apa Zemi harus bekerja di kantor Kakek ini." ucap Zemi.

"Oh... No no no, siapa bilang kamu boleh bekerja di perusahaan Kakek. Kalau kamu bekerja disini, semua karyawan Kakek kan kenal sama kamu, sama saja kamu akan diistimewakan." balas Tuan Abraham.

"Terus maksud Kakek, Zemi harus kerja dimana?" tanya Zemi.

"Cari kerja sendiri!" jawab Tuan Abraham lalu berdiri dari duduknya kemudian keluar dari ruang kerjanya.

Setelah Tuan Abraham keluar dari ruang kerjanya, Zemi langsung mengejar sang Kakek untuk membujuk sang Kakek.

Semua ucapan manis Zemi keluarkan untuk membujuk sang Kakek, tapi semua kata-kata manisnya tidak mempan, Tuan Abraham tetap kekeh tidak ingin memperkerjakan Zemi di kantornya.

Karena merasa percuma membujuk sang Kakek, akhirnya Zemi pun pasrah dan menerima tantangan dari Tuan Abraham.

Walau black card, mobil dan apartemen tidak boleh Zemi pakai, tapi Tuan Abraham juga tidak sesadis itu pada cucunya, Tuan Abraham mengisi saldo uang elektronik di akun Zemi yang jumlahnya di perkirakan hanya cukup satu bulan saja, yaitu dua juta dan memberikan kamar kos yang sudah Tuan Abraham bayar selama setahun.

Judulnya saja kamar kos, tapi ukuran kamar kos, hampir sama dengan apartemen studio dan fasilitas di dalamnya juga lengkap, ada springbed, televisi, AC, Wi-Fi, satu sofa panjang, lemari dan meja belajar.

Setelah sepakat, Zemi pun pulang ke apartemennya untuk mengambil barang-barangnya. Dan akan ada supir yang nanti menjemput Zemi dan mengantar Zemi ke kos-annya.

"Semua sudah kamu urus kan?" tanya Tuan Abraham pada Leo setelah Zemi pergi.

"Sudah Tuan." jawab Leo.

Tuan Abraham pun terkekeh licik.

"Semoga kali ini rencana ku berhasil." gumam Tuan Abraham.

💋💋💋

Pukul 19.00

Doms Kafe.

Sekarang Zemi sedang berada di kafe tempat dia sering nongkrong bersama sahabatnya, Camelia.

Sebelumnya Zemi menghubungi Camelia dan meminta mereka bertemu di kafe setelah Camelia selesai bekerja.

Setelah lima belas menit menunggu, akhirnya Camelia pun datang.

"Lama banget sih datengnya?!" omel Zemi.

"Sorry, jalanan macet." jawab Camel.

"Tumben ngajak ketemu duluan, biasanya harus aku duluan yang ngajak ketemuan, itu pun susah banget kayak ngajak ketemuan ibu negara aja." sindir Camel.

Zemi menghela nafasnya kasar. Sontak Camel langsung mengernyitkan keningnya.

"Kenapa? Kakek maksa kamu nikah lagi?" tanya Camel.

Zemi menggelengkan kepalanya.

"Terus?" tanya Camel.

"Bantu aku cari kerja, Mel."

"Hah??? Aku gak salah denger??? Cucu investor terbesar di Asia minta bantuan cari kerja? Kamu kan bisa aja kerja di tempat Kakek kamu, Zem." kaget Camel.

"Aku udah di buang Mel sama keluarga aku." jawab Zemi dengan raut wajah yang di buat semelas mungkin.

"Gak masuk akal! Mana mungkin keluarga kamu buang kamu, orang kamu cucu perempuan satu-satunya." balas Camel tidak percaya.

Zemi menghela nafasnya kasar lagi.

"Terus apa namanya kalau bukan di buang? Bayangin aja, Kakek narik semua fasilitas yang dia kasih untuk aku, black card, mobil dan apartemen, dan sekarang aku tinggal nge-kos dan hanya di isiin saldo dua juta doang di akun elektronik. Aku udah dibuang Mel." ucap Zemi.

"Kamu bikin ulah apalagi sampe buat Kakek kamu narik semua itu?" tanya Camel.

"Biasalah, aku bikin malu Kakek diacara kencan buta semalam." jawab Zemi.

OOOh... Camel hanya membulatkan mulutnya.

Tak usah Zemi terangkan bikin malu bagaimana, Camel sudah paham.

"Jadi Kakek ngajak aku taruhan, kalau aku bisa hidup tanpa semua fasilitas dari Kakek, Kakek akan berhenti jodoh-jodohin aku dan aku bebas mau nikah di umur berapa aja." lanjut Zemi.

"Jadi kamu terima?" tanya Camel.

"Iya, aku terima, tapi Kakek gak ngasih tau aku kalau aku gak boleh kerja di perusahaannya, pas aku bilang setuju, baru Kakek bilang aku gak boleh kerja di perusahaannya." jawab Zemi.

"Licik kan tuh Kakek tua. Coba dari awal dia bilang, pasti..." Zemi menggantung kata-katanya.

"Kamu tetap terima dan mau di jodohin?" Camel melanjutkan kata-kata Zemi yang menggantung.

"Ya gak lah. Seenggaknya bisa di negosiasikan. Tapi karena kata deal udah keluar dari mulut aku jadinya gak ada kata untuk bernegosiasi. Menyebalkan!"

"Ya udah, kalau begitu jalanin aja." balas Camel.

"Kamu bantuin aku cari kerja yah, yah, yah...." rayu Zemi.

"Memangnya kamu mau kerja apa?" tanya Camel.

"Apa aja, yang penting di gaji. Aku harus bisa bertahan hidup selama setahun dengan hasil keringat aku sendiri." jawab Zemi.

"Apa aja? Yakin? Kalau jadi tukang cuci piring di restoran cepat saji bagaimana? Mau?" goda Camel.

"Ya gak gitu juga lah Mel. Paling gak kerjaan yang sesuai sama ijasah design grafis aku." jawab Zemi.

"Makanya kasih jawaban yang spesifik." balas Camel.

Zemi memanyunkan bibirnya.

"Ya udah nanti aku bantu cariin kamu kerjaan." ucap Camel.

Senyum Zemi pun merekah saat Camelia mau membantunya mencari pekerjaan.

Setelah satu jam berada di kafe, Camelia pun mengantar Zemi ke kos-annya sekalian melihat bentuk kos-an Zemi yang bisa di bilang elit.

Setelah lima belas menit di kosan Zemi, Camelia pun pulang. Baru saja beberapa meter dari kosan Zemi, tiba-tiba saja mobil Camelia di hadang mobil Alphard putih.

Tiiiin... Tiiiin...

Camelia yang kesal membunyikan klakson berkali-kali. Tapi bukannya menyingkir, malah sekarang pria bertubuh tinggi besar keluar dari dalam mobil dan menghampiri mobil Camelia.

Tok... Tok...

Pria bertubuh tinggi besar itu mengetuk kaca mobil Camelia. Camelia yang takut pun mengeluarkan semprotan cabe dari dalam tasnya untuk berjaga-jaga sebelum membuka kaca mobilnya.

"Ada apa?" tanya Camelia setelah membuka kaca mobil.

Pria bertubuh tinggi besar itu tidak menjawab dan malah menunjuk ke arah mobil Alphard dimana Tuan Abraham sudah mengeluarkan kepalanya sambil melambaikan tangannya.

"Kakek Abraham." lirih Camelia.

"Tuan Abraham ingin bicara empat mata dengan Anda, Nona." ucap pria bertubuh tinggi besar itu.

Camelia pun keluar dari mobilnya dan pria itu langsung menengadahkan tangannya ke hadapan Camelia.

"Apa?" tanya Camelia.

"Kunci mobil Anda, biar saya yang menyetir mobil Anda." jawab pria itu.

Camelia pun memberikan kunci mobilnya pada pria itu kemudian berjalan mendekati mobil Tuan Abraham.

💋💋💋

Bersambung...

Bertemu Crush

Kini Camelia sudah berada di dalam mobil Tuan Abraham. Supir Tuan Abraham pun melajukan mobilnya dan diikuti bodyguard Tuan Abraham yang membawa mobil Camelia dari belakang.

"Kakek kenapa menghadang di tengah jalan sih? Bikin kaget saja. Untung saja Camel gak langsung semproton cairan cabe ke bodyguard Kakek." omel Camelia.

"Anak ini, gak kamu gak teman mu sama saja tukang ngomel." balas Tuan Abraham.

"Salah mu sendiri, memangnya kamu tidak tahu plat mobil Kakek?" kata Tuan Abraham lagi.

"Gak. Memangnya Camel orang SAMSAT." balas Camel.

Tuan Abraham menaikkan sudut bibirnya.

"Apa Zemi ada bicara sesuatu padamu?" tanya Tuan Abraham.

"Bukan hanya sesuatu, tapi banyak." jawab Camelia.

"Salah satunya?" tanya Tuan Abraham.

"Salah satunya membicarakan Kakek yang tega membuang cucu perempuan satu-satunya." jawab Camel.

"Ralat, bukan membuang tapi mendisiplinkan anak itu. Umurnya sudah dua puluh lima tahun, tapi hidupnya hanya untuk bermain game game dan game. Tidak berpikir untuk menikah atau bekerja di perusahaan. Kalau dia begitu terus, bisa-bisa Kakek cepat di jemput almarhum neneknya." dumel Tuan Abraham.

Camel menggelembungkan pipinya menahan tawa.

"Jangan ketawa! Kamu juga harus cepat menikah, biar ada yang bisa Zemi contoh." omel Tuan Abraham.

"Setidaknya aku sudah bekerja sekarang Kek." balas Camel.

"Apa Zemi meminta tolong padamu mencarikan pekerjaan?" tanya Tuan Abraham.

"Memangnya Zemi mau minta tolong sama siapa lagi kalau bukan sama Camel, Kek." balas Camel.

"Kakek juga terlalu jahat, masa cucu sendiri gak boleh kerja di perusahaan Kakek." dumel Camel.

"Bukan jahat, tapi Kakek sedang ingin melatih anak itu menjadi anak yang mandiri." balas Tuan Abraham.

"Tapi tenang saja, Kakek tidak sejahat yang ada di pikiran mu." kata Tuan Abraham lagi.

Camel mengernyitkan keningnya.

"Buka email mu, Kakek rasa Leo sudah mengirimkan link perusahaan tempat Zemi bekerja." ucap Tuan Abraham.

Cepat-cepat Camel mengeluarkan ponselnya lalu membuka emailnya. Dan benar saja ada email dari asisten Tuan Abraham yang mengirimkan pemberitahuan kalau Zemi diterima kerja di perusahaan Ganesh Production.

"Ganesh Production? Ini bukannya perusahaan pembuat game, Kek?" tanya Camel dan di jawab dengan anggukkan kepala oleh Tuan Abraham.

"Kenapa bisa? Kan baru tadi Zemi minta tolong dicarikan pekerjaan." Monolog Camel bertanya-tanya.

"Ekhem..." Tuan Abraham berdehem.

Camel pun langsung menoleh ke arah Tuan Abraham. Melihat ekpresi Tuan Abraham, Camel pun sadar kalau ini kerjaan Tuan Abraham.

"Oh... Ini kerjaan Kakek." lirih Camel.

"Besok, kamu kirim surat itu ke Zemi, bilang saja kamu yang sudah memasukkan nama Zemi di perusahaan itu. Kamu paham kan?"

Camel mengangguk-anggukkan kepalanya. Tapi tak lama Camel menatap Tuan Abraham dengan tatapan mengintimidasi.

"Rencana licik apa yang kali ini Kakek rencanakan untuk Zemi, hah?" tanya Camel.

"Haish!! Dasar anak muda! Kenapa kalian suka sekali sih menuduh Kakek yang tidak-tidak! Kakek berbuat seperti itu karena Kakek tidak mau cucu Kakek kesusahan mencari kerja." jawab Tuan Abraham.

Tapi Camel tidak percaya, ia tetap menatap Tuan Abraham dengan tatapan mengintimidasi. Ditatap seperti itu oleh Camel, jelas saja Tuan Abraham jadi salah tingkah. Daripada mulutnya nanti keceplosan karena tak sanggup dengan tatapan Camel, Tuan Abraham pun menyuruh supirnya berhenti dan menyuruh Camel turun dari mobilnya.

💋💋💋

Pukul 07.30

Matahari sudah menunjukkan sinarnya, tapi si Tuan Putri yang baru ngekos masih tidur nyenyak di ranjang berukuran 100x200.

KRIING...

Tiba-tiba saja suara dering telepon berhasil mengganggu tidurnya.

Pertama-pertama Zemi masih bisa sabar mendengar suara dering telepon itu, tapi karena kesabarannya setipis tissue basah yang di bagi dua, lama kelamaan Zemi pun emosi mendengar suara telepon itu.

"Aaargh!!! Siapa sih nelepon pagi-pagi gini! Kurang kerjaan banget!" Kesal Zemi.

Zemi pun mengambil ponselnya yang ada di nakas sebelah ranjang.

Belahan Jiwa. Itulah nama yang tertera di layar ponsel Zemi. Belahan Jiwa yang Zemi maksud adalah Camelia.

Melihat nama sang sahabat, Zemi pun cepat-cepat menjawab telepon Camel. Zemi yakin kalau Camel membawa kabar baik untuknya.

"Halo." jawab Zemi dengan suara lembut.

"Cih! Apa kamu kebanyakan makan baking powder makanya suara kamu jadi lembut begini?" sindir Camel.

Zemi menaikkan sudut bibirnya mendapat sindiran Camel.

"Ada apa?" tanya Zemi balik ke setelan pabrik.

"Kamu sudah baca email yang aku kirim?" tanya Camel.

"Email apa?" tanya Zemi.

"Jangan bilang kamu baru bangun Zem!"

"Iya. Kenapa? Email apa?"

"Cepat buka email yang aku kirim sekarang!" teriak Camel diseberang telepon lalu menutup teleponnya.

"Kenapa dia?" gumam Zemi lalu membuka email yang Camel kirim.

Zemi membaca dengan seksama email yang Camel kirim.

"Woah yang benar aku keterima kerja? Kok bisa?" gumam Zemi. Disini reaksi Zemi masih biasa saja, tapi begitu membawa terus kebawah mata Zemi langsung membulat lebar.

"Awas kamu Cameeeel!" Teriak Zemi lalu cepat-cepat beranjak dari ranjang lalu lari ke kamar mandi.

Bagaimana Zemi tidak teriak kalau di pemberitahuan itu mengatakan kalau hari ini jam sembilan Zemi langsung masuk kerja.

💋💋💋

Pukul 08.50

Ganesh Production.

Kini Zemi sudah berada di lobi Ganesh Production dan sedang menunggu manager personalia.

TRING. Pesan masuk di ponsel Zemi.

[Camel] : Sudah sampai di Ganesh Production.

[Zemi] : Sudah! Apa kamu tidak ingin menjelaskan sesuatu padaku?

[Camel] : Nanti akan aku jelaskan. Sekarang fokus saja bekerja. Oke. Semangat!

"Awas kamu Camel!" Geram Zemi.

Tak lama manager personalia pun datang menghampiri Zemi.

"Zemira?" tanya manager personalia.

"Iya saya Zemira." jawab Zemi sambil berdiri dari duduknya.

"Mari ikut saya." ucap manager personalia.

Zemi dan manager personalia itu pun langsung pergi ke bagian kreator. Dimana para kreator pembuat game ada di ruangan itu.

Ruang Kreator. Itulah nama yang tertera di papan yang ada di atas pintu ruangan kreator.

Ruang kreator? Maksudnya aku jadi kreator pembuat game gitu? gumam Zemi dalam hati.

Manager personalia mengantar Zemi ke ruang kerja ketua tim utama dimana ketua tim utama itu adalah CEO Ganesh Production. Sang CEO lebih suka menempati ruang kerja di ruang kreator ketimbang menempati ruang kerja CEO

"Pak Bos belum dateng Pak." ucap Juan salah satu karyawan kreator saat manager personalia hendak mengetuk pintu ruang kerja ketua tim utama.

"Oh." balas manager personalia.

"Kalau gitu, kita tunggu disitu dulu." ucap manager personalia sambil menunjuk ruang tunggu di depan pintu ruang kreator.

Manager personalia dan Zemi pun keluar dari ruang kreator dan duduk di ruang tunggu.

"Jadi di dalam itu bagian pembuat game, Pak?" tanya Zemi.

"Iya." jawab manager personalia.

"Kalau boleh tau kenapa saya di bawa ke ruangan kreator?" tanya Zemi. Wajar Zemi bertanya, dia tidak tau apa-apa soal tentang lamaran kerja yang di lempar ke perusahaan itu dan melamar bekerja sebagai apa.

"Kan kamu sendiri yang melamar ingin menjadi kreator pembuat game online. Di CV mu tertulis seperti itu. Bahkan kamu punya pengalaman kerja di bidang ini selama dua tahun di China." jawab manager personalia.

Whaaat?? Pengalaman dua tahun? Kurang ajar Camel! Bisa-bisa'nya dia bilang begitu! Kalau nanti aku tidak bisa apa-apa saat bekerja bagaimana! Awas kamu Camel! Gerutu Zemi dalam hati.

Tak lama CEO Ganesh Production sekaligus ketua tim utama datang.

"Nah itu ketua tim utama, sekaligus CEO perusahaan ini." ucap manager personalia.

Zemi pun menoleh ke arah yang di pandang manager personalia.

Mata Zemi membulat lebar saat melihat ketua tim utama itu.

"Ravin." lirih Zemi.

💋💋💋

Bersambung...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!