NovelToon NovelToon

Dicerai Karena Gendut

Sarapan

"Selamat pagi Mas" kecupan mendarat di pipi lelaki yang tengah menikmati tidur nyenyaknya.

"Sarapan yuk.." sambil mengelus pipi suami tercintanya.

Bela sangat menyayangi suaminya. Baginya tak ada lelaki lain yang lebih dari lelakinya itu.

"Mas.." ia mencoba terus membangunkan suaminya dengan lembut.

"Hemm.. Duluan aja, masih ngantuk" balas Bani.

Ditariknya kembali selimut dan melanjutkan tidurnya. Bela hanya menggeleng pelan melihat suami manjanya. Ia kemudian turun dari lantai atas menuju ruang makan. Ditatanya dengan rapi segelas susu hangat dan beberapa roti tawar yang sudah diolesi selai coklat kesukaan suaminya ke dalam nampan kayu, lalu ia pergi kembali menaiki anak tangga menuju kamar dimana suaminya sedang pulas tertidur. Hari itu adalah hari Minggu yang berarti adalah hari libur bagi beberapa para pekerja.

"Mas, sarapannya ada di meja udah aku bawain kesini, kalau sudah bangun sarapan ya mas" di kecupnya lagi suaminya yang entah mendengarnya atau tidak.

Kemudian ia berlalu menuju kamar Putranya yang masih berusia 1 tahun. Sang putra masih tertidur di kamarnya yang bersebelahan dengan kamar mereka. Bela kemudian mendekat dan mencium pucuk kening anaknya. Ia sangat menyayangi dua lelaki dirumah itu.

Karena ini weekend, Bela berencana mengajak suaminya untuk jalan-jalan dan makan diluar bersama anaknya. Ia masih dikamar sang putra menemaninya sambil membaca beberapa buku miliknya. Bela memang sangat suka membaca. Terkadang ketika anaknya dijemput neneknya untuk dibawa kerumahnya, Bela pergi ke beberapa toko buku dan perpustakaan hanya sekedar membaca beberapa buku yang menurutnya menarik. Random, tapi itulah Bela.

Putranya sudah bangun dan selesai di mandikan, Bela juga sudah menyiapkan beberapa menu makanan untuk dimakan selanjutnya. Jika pagi hari suaminya hanya ingin sarapan Roti dan segelas susu hangat. Sedangkan Bela mau pagi, siang ataupun malam ia akan langsung memakan nasi. Setelah menikah Bela langsung hamil ketika usia pernikahan mereka berumur 15 hari. Tentu ini adalah kabar yang sangat menggembirakan bagi keluarga mereka. Sejak kehamilannya berat badan Bela semakin naik hingga setelah melahirkan berat badannya terus bertambah. Seorang ibu apalagi masih menyusui pasti akan merasa cepat lapar. Tapi Bela tidak pernah ambil pusing. Menurutnya Bani tidak pernah mengeluhkan keadaannya.

Dirumah yang besar hanya ada mereka bertiga. Bani memilih untuk tidak menggunakan jasa ART karena mereka sedang menabung untuk membangun rumah sendiri. Rumah yang sekarang mereka tinggali adalah salah satu rumah milik papa Bela. Bela terlahir dari keluarga yang bisa dikatakan kaya raya. Bela memilik dua kakak laki-laki yang tinggal di kota berbeda dengannya. Setiap hari Bela menghabiskan waktunya hanya dirumah bersama anaknya.

"Jagoan Ayah...." sapa Bani masuk ke dalam kamar putranya dan manghampiri Dio yang sedang belajar berdiri berpegang pada meja.

Ia mencium Dio berulang kali. Bela tersenyum melihat suaminya yang sangat menyayangi Dio anak lelakinya.

"Mas mau kemana, rapi sekali?" Tanya Bela melihat suaminya yang sudah rapi lengkap dengan parfum wanginya.

"Aku ada janji dengan beberapa teman kerja" jawabnya singkat tanpa menoleh.

Bela sedikit kecewa ternyata belum sempat ia mengajak suaminya jalan-jalan bersama tapi Bani malah mempunyai janji lain.

"Mas, luangkanlah sedikit weekend mas untuk ku dan Dio, selama ini kita belum pernah megajak Dio jalan-jalan bersama. Terakhir kali kita keluar sebelum Dio lahir. Apa mas tak ingin mengulanginya lagi bersama putra kita?" sambil memelas menatap suaminya.

"Mas sudah ada nanji, mas tak enak jika membatalkan" beribu alasan yang sudah diucapkan Bani.

Terkadang Bela merasa ingin marah, namun ia tetap dengan tekadnya dulu jika suatu saat ia berjodoh dengan Bani maka ia akan memberikan yang terbaik untuk orang terkasihnya. Lagi-lagi kekecewaan yang ia dapatkan. Dengan napas berat ia mencoba selalu tersenyum.

Terpesona

"Jangan menungguku, mungkin aku pulang malam" kata Bani pada istrinya dan bersiap-siap untuk berangkat.

Bela hanya mengangguk pelan sambil mencium punggung tangan suaminya. Setelah mobil yang dinaiki suaminya berlalu, ia menyadari akan sesuatu. Bani terbiasa mencium kening istrinya jika ingin bepergian. Kabiasaan itu sudah mereka lakukan sejak berpacaran Namun akhir-akhir ini Bani sering mengabaikannya. Bela tetap berusaha berpikir positif, mungkin karena lelah atau banyaknya pekerjaan nembuat suaminya lupa.

Bela kembali menemui anaknya yang bermain diruang tamu. Tiba-tiba terdengar suara mobil di depan rumahnya. Tak lama suara bel berbunyi. Ketika pintu dibuka ternyata kakek Dio datang dengan membawa beberapa totebag polos yang berisi makanan dan susu untuk sang cucu.

"Papa, kenapa tidak mengabari Bela sebelum kesini?" tanya Bela seraya menyambut buah tangan dari Papanya.

"Papa tahu kalian pasti dirumah" ucapnya sambil tersenyum dan segera menggendong Dio.

"Mana Bani?" tanya kakek Dio sambil menatap anaknya.

"Mas Bani sedang ada janji bersama teman-teman kerjanya pa" balasnya.

"Seharusnya di waktu libur bekerja ia meluangkan waktu untuk istri dan anaknya" Ucap Papanya dengan nada datar.

Bela mengerti Papanya pasti kesal karena terlihat jelas Bani mengabaikan istri dan anaknya dirumah.

"Hampir setiap weekend Papa kemari, Bani selalu ada janji dengan temannya, apa kamu tidak mencurigai suami mu Bela?" curiga papa Bela.

Memang benar apa yang papanya katakan Bani terlihat selalu memprioritaskan hal lain dibanding istri dan anaknya.

"Kata Mas Bani nanti akan mengajak kami jalan-jalan pa, tapi bukan hari ini" Bela berusaha selalu membuat kesan yang baik tentang suaminya pada siapapun termasuk Papanya.

"Selalu saja begitu tapi setiap papa kemari, kalian hanya berdua dirumah" tambah papanya lagi dengan nada yang sangat jelas terlihat ketidak sukaannya.

Bela hanya menarik napas berat tak ingin melanjutkan alasan yang ia buat agar papanya tak berburuk sangka pada suaminya. Ia tak mau jika papanya menjadi badmood. Setelah bercakap dengan anak dan cucunya, Ilham mengajak anak perempuan dan cucunya untuk jalan-jalan keluar. Ia kasihan melihat ibu dan anak ini selalu saja dirumah. Ia tahu betul bagaimana rasanya jika tak pernah diajak jalan-jalan. Semasa kecilnya dulu, papa Bela adalah keluarga yang serba berkecukupan. Jangankan untuk jalan-jalan, untuk makan saja sudah cukup sulit. Maka dari kisah pengalamannya itu, kakek Dio tak mau sampai anak-anak dan cucunya merasakan kesulitan yang sama.

"Sudah siap?, ayo berangkat" kata Ilham pada anak dan cucunya.

Mereka pun melaju ke arah mall yang tak jauh dari rumah Bela. Ilham menghabiskan waktu dengan menyenangkan anak dan cucunya. Ia adalah duda tua yang sudah lama ditinggal istri tercintanya ketika melahirkan anak ketiganya yaitu Isabela Cantika atau biasa dipanggil Bela. Tidak hanya bermain dan belanja di mall, Ilham juga mengajak anak perempuannya dan cucunya itu ke salah satu Resto ternama d kota itu. Mereka sangat terlihat bahagia walau sebenarnya yang Bela inginkan adalah suaminya. Tapi Bela merasa sangat beruntung memiliki Papa seperti Papa Ilham yang menyayanginya. Papanya selalu memperlakukan Bela seperti anak yang masih kecil. Padahak Bela sudah menikah dan punya anak.

"Pa, sepulang dari sini, Bela ingin membeli beberapa Sabun dan shampo untuk Dio di minimarket dekat rumah Bela, mampir kesana ya pa" Bela berkata pada papanya.

"iya sayang, nanti kita belanja dulu sebelum pulang" balas papanya.

Mereka pun melanjutkan menyantap makanannya yang tersedia di sana. Selesai makan mereka melajukan mobil ke arah jalan pulang namun sebelumnya mereka mampir ke salah satu minimarket yang tidak terlalu jauh dari rumah kediaman Bela.

Brukk!!

Bela terkejut ada seseorang yang menyenggol bahunya.

"Maafkan saya tidak sengaja" ucap seorang lelaki berbadan tinggi besar dengan kulitnya yang putih bersih.

Bela menatap lelaki itu sedikit mendongakkan kepalanya karena lelaki itu lebih tinggi darinya, mungkin lebih tinggi dari Bani suaminya. Lelaki itu menatap Bela sambil tersenyum.

"Iya tak apa, saya permisi" balas Bela lalu pergi ke arah kasir.

"Manis" gumam lelaki itu sambil memperhatikan Bela dari belakang.

Saat akan membayar beberapa belanjaannya di kasir, tiba-tiba ada tangan lelaki dari arah belakang yang menaruh 1 tisu basah di belanjaan milik Bela. Ia terkejut lalu menoleh ke belakang ternyata lelaki yang menabraknya tadi.

"Sepertinya ini milik Nona yang tercecer" ucapnya mendekatkan bibirnya ke arah kuping milik Bela.

Seketika Bela merinding, tapi merinding bukan karena rasa takut, namun ada sensasi yang sudah lama tak ia dapatkan dari Bani.

"Ah iya, terimakasih" jawabnya lalu segera membayar ke kasir.

Bela buru-buru pergi keluar minimarket itu. Ia tak ingin berpikir kotor terlalu jauh. Entah mengapa Bela terangsang hanya dengan mendengar suara lelaki itu di kupingnya. Apa karena lelaki itu menghembuskan napas didekat kupingnya. Bela benar-benar berusaha menjaga pikirannya.

"Apa aku sudah gila?" ia berkata sendiri sambil memasuki mobil papanya.

"Kenapa sayang?" tanya sang papa memperhatikan Bela yang sesekali bergidik.

"Tidak pa, hanya saja Bela merasa kedinginan di dalam sana, mungkin AC nya terlalu tinggi" kata Bela menyembunyikan fakta sebenarnya.

Mobilpun kembali melaju ke arah jalan pulang. Dio yang sedari tadi tertidur di jok belakang sangat pulas hingga sampai kerumah.

Di tempat lain, seorang pria masih dengan senyumnya yang mengembang. Ia memikirkan wanita bertubuh gemuk itu sedari tadi. Ia teringat senyum wanita itu yang sangat terlihat manis. Bahkan mampu membuat Rheiner senyum-senyum seperi orang gila.

"Apa aku menyukainya?, bayangannya masih betah di pikiranku" gumamnya di dalam mobil yang masih terparkir di depan minimarket dimana ia bertemu wanita itu yang ternyata adalah Bela.

"Aku harus mencari tahu tentangnya" gumamnya lagi.

Ia benar-benar tidak menyangka, perasaan yang sudah lama tak ia rasakan sebelumnya kembali hadir. Seperti layaknya remaja yang merasakan pertama kali jatuh cinta.

Curiga

Setelah menghabiskan waktu bersama anak dan cucu tersayangnya, kakek Dio pun berpamitan pulang. Ilham benar-benr geram pada menantunya, sedari ia datang hingga hampi jam 6 sore belum terlihat batang hidungnya.

"Sepertinya aku harus turun tangan" gumamnya sambil melajukan mobil ke arah jalan pulang.

Ilham sudah menaruh curiga beberapa bulan terakhir karena sangat terlihat jelas jika sang menantu mengabaikan anak kesayangannya.

......................

Sedang ditempat lain sepasang kekasih yang belum sah sedang berbagi kehangatan dan memacu nafas bersamaan. Terengah-engah seperti lomba lari. Dengan lampu yang terang benderang membuat kulit putih bersih dan sehat milik wanita yang sedang berjongkok membelakangi Bani jelas terlihat.

"Sayang.. " Bisik Bani di daun telinga sang wanitanya.

Semakin lama semakin cepat gerakannya sehingga membuat wanitanya semakin menjerit-jerit membuat Bani semakin tertantang. Setelah usai mereka berdua tertidur kelelahan setelah sejak pagi berbagi kenikmatan.

......................

Bela yang menunggu kedatangan suaminya semakin gelisah sambil terus melihat ke arah jam dinding yang ada di ruang tamunya. Sudah seharian Bani tak ada kabar. Memang benar jika sang suami menyuruhnya untuk tak menunggunya pulang, namun sebagai istri yang sangat menyayangi suaminya pastilah khawatir. Hingga jam menunjukkan pukul 12 malam tak ada terlihat wajah suaminya. Ia pun memberanikan diri untuk menelpon suaminya. Namun berulang kali ia menelpon tak ada jawaban sama sekali. Setelah berjam-jam menunggu akhirnya terdengar suara mesin mobil masuk ke halaman rumahnya.

"Astaga, ngapain kamu berdiri disitu, bikin aku gaket aja" kata lelaki itu setelah membuka pintu.

Mereka berdua mempunyai kunci rumah masing-masing agar jika dikunci dari dalam bisa dibuka dari luar dan tidak merepotkan satu sama lain.

"Jam berapa sekarang mas?, mas baru pulang" balas Bela.

Ingin sekali ia marah namun lagi-lagi ia menarik nafas panjang dan menghembuskannya pelan agar emosinya mereda.

"Aku sudah bilang kan jangan menungguku karena aku akan pulang terlambat" Kata lelaki itu sambil berjalan ingin menaiki tangga menuju kamarnya tapi tiba-tiba Bela memegang lengan suaminya membuat lelaki itu menghentikan langkahnya.

"Mas, sudah lama mas tidak menyentuhku, Dio sudah tertidur sejak tadi sore. Apa mas tidak menginginkannya?" tanya Bela sambil memainkan jari jemari suaminya.

"Aku baru datang dan aku lelah Bela" balas lelaki itu sambil melepaskan tangan istrinya yang memegangi pergelangan tangannya.

Tanpa menoleh sedikit pun ia terus menaiki anak tangga hingga masuk ke dalam kamarnya. Rasanya hati Bela sudah tak kuat, ingin ia menyerah, namun ia takut kehilangan suami tercintanya.

"Kenapa kamu berubah mas" seketika air bening bergulir di sudut matanya.

Ia pun ikut menaiki anak tangga rumahnya menuju kamar putra kesayangannya. Terlihat wajah putranya tertidur pulas. Semakin deras air mata Bela berjatuhan.

"Ya Tuhanku, tunjukkanlah kuasamu" lirihnya sambil mengusap rambut anaknya.

Ia tak tahu harus bagaimana. Lalu ia tertidur disamping Dio yang pulas sedari tadi. Dikamar sebelah, Bani sedang asik memainkan ponselnya. Sibuk berkirim pesan pada gundiknya.

"Sayang, kapan kita serumah? Aku sudah merindukanmu, aku kesepian.." rengek wanita itu dalam pesan yang di terima Bani.

"Untuk sekarang belum bisa sayang, sabarlah sedikit lagi, yang penting kamu selalu aku perhatikan walau kita tidak satu atap" balasnya dengan emot cinta.

Bani kembali melihat foto-foto sang wanita yang memakai pakaian minim. Terlihat cantik dan menggemaskan. Kembali terbayang tubuh molek kekasihnya itu. Bani bagai orang yang terkena pelet begitu tergila-gila pada Fera kekasih gelapnya.

Tuuutttttt...tuuutt...

"Hallo... Kenapa sayang, katanya mau tidur?" suara wanita itu dengan nada manja yang dibuat-buat terdengar pada ponsel Bani.

Bani yang masih menginginkan kekasih gelapnya itu menelponnya dengan suara yang sangat pelan. Ia sudah lupa diri bahwa ia sudah mempunyai anak dan istri.

"Sayang, aku rindu.." lelaki itu merengek seperti anak kecil yang menginginkan sesuatu.

"Kemarilah sayang, apertemen ku tak pernah tertutup untukmu" balas wanita itu dengan suara yang dibuat sangat menggoda.

"Tunggu aku disana sayang, setiap selesai bekerja aku akan rutin mengunjungi cintaku" balasnya mesra.

"iya sayang, aku selalu akan menunggu kedatanganmu dengan seluruh cintaku" balas wanita itu membuat hati lelaki beranak 1 ini tersenyum bahagia.

"Terima kasih sayang, kau tidurlah, sampai ketemu lagi mmuuaahhh" Bani mencium ponselnya. Ia pum bersiap tidur berharap bermimpi sang kekasih agar rindunya dapat tersalurkan.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!