NovelToon NovelToon

Wanita Tangguh

Pergi Dari Rumah

Namaku Elena.seperti biasanya,aku pergi dari rumah memakai seragam sekolah sebagaimana mestinya,tapi bukannya pergi ke sekolah,tetapi aku kabur dengan teman karibku,Nimas namanya.Entah apa yang ada di pikiranku,padahal sebentar lagi mau memasuki waktu ujian akhir.

Selama berhari hari aku tidak pulang ke rumah,aku menginap di rumah Nimas,seakan aku takut untuk pulang ke rumah.Yah,memang aku sangat takut dengan keadaan rumah yang bagiku seperti neraka.Kerap kali aku melihat ibuku dipukuli oleh bapak.

Waktu sebelum kepergianku,aku mengalami hal yang sangat mengerikan dan juga membuatku sangat ketakutan setelahnya.Suatu malam,aku sedang tertidur pulas di kursi ruang tamu,waktu itu tiba-tiba aku merasa seperti ada yang dingin dan juga basah di bagian paha belakangku.Awalnya aku mengira kalau aku kencing di celana,namun telingaku seperti mendengar Isak tangis seseorang,seketika itu pula aku terkejut lalu bergegas bangun,setelah ternyata mataku melihat mama sedang menangis di kursi yang kutiduri. Aku panggil ibuku dengan sebutan mama.

Mama menangis sambil memegang pelipis serta dagu yang mengeluarkan darah segar yang mengalir terus menerus.Spontan aku berteriak ketakutan,sekilas mataku menangkap sebuah tang yang tergeletak di lantai,secara refleks kuraih tang itu lalu melemparnya kesembarang arah.Aku berpikir, pasti bapak lah yang sudah melakukannya,karena aku lihat bapak sedang sibuk mencari-cari kain lap untuk menyeka darah yang masih mengalir di dagu mama.Aku benar benar takut dan juga sangat panik,tidak tau apa yang harus aku lakukan,karena aku benar-benar merasa sangat ketakutan.

Sungguh malang ibuku,entah berapa kali aku harus menyaksikan kejadian demi kejadian yang bagiku sangatlah menakutkan,sehingga mengakibatkan depresi yang berlebihan.Dan menjadikan aku tidak betah untuk berlama lama berada di rumah.

Hingga tibalah waktu di saat aku pergi dari rumah,seluruh keluarga kelabakan mencari keberadaanku,terlebih nenek dan mama.Mereka sangat kebingungan dan juga sedih tentunya.

Bapaknya Nimas sudah mencoba mengingatkanku bahkan menyuruhku untuk segera pulang,karena bapaknya Nimas mengetahui kalau seluruh keluargaku sedang sibuk mencariku,tetapi aku bersikeras untuk tetap tinggal dirumah Nimas.

Selama aku tinggal dirumah temanku,selama itu pula aku bolos sekolah.aku benar-benar mengalami depresi yang begitu parah,padahal aku baru menduduki Sekolah Menengah Pertama,tetapi kehidupan yang kujalani sungguh sangat terasa berat bagiku,bahkan teramat berat.Kekerasan demi kekerasan sudah kurasakan dari semenjak aku masih kecil,sehingga mengakibatkan perangaiku menjadi seperti seorang anak lelaki.Bahkan aku pun sudah mengenal yang namanya minuman keras.dan bukan hanya itu saja,rokok pun turut menemani hari hariku,hingga menyebabkan selera makanku berkurang.Aku pun sudah tidak mau memikirkan sekolahku,aku benar benar telah menjadi brutal dan lupa diri,sampai-sampai kedua orang tua Nimas menjadi khawatir dengan keadaanku.

Temanku Nimas sangat menyayangiku.dia setia menemaniku.sampai-sampai Nimas pun harus ikut bolos sekolah,Nimas menangis melihat keadaanku.Nimas tak pernah berhenti menasihatiku juga bahkan menghiburku supaya aku tidak sampai jauh keluar jalur.Nimas sangat mengkhawatirkanku.

Entah tepatnya di hari yang keberapa dari semenjak kepergianku ,nenekku mendatangi rumah Nimas dan mengajakku untuk pulang,tetapi aku menolaknya."Pulanglah nak,kasihan mama kamu setiap hari memikirkanmu."Nenek menatapku dengan penuh harap.

"Tidak nek,biarkan saja aku disini,aku takut untuk pulang nek."Aku menangis sejadi-jadinya,dan akhirnya nenek pun tidak memaksaku.

"Baiklah nak tapi nenek minta sama kamu,tolong kamu jaga diri kamu baik baik.dan jangan lupa untuk tetap sekolah."Nenek pun pulang tanpa aku.

Entah bagaimana ceritanya,pada sore hari aku dan Nimas sedang berjalan di dekat pasar yang letaknya tidak jauh dari rumah Nimas,tiba tiba kami berpapasan dengan saudara sepupu bapak namanya Dian.Seketika itu aku dan Nimas langsung kabur,kami berlari secara terpisah dan tak tentu arah.

Om Dian tidak sendiri,melainkan berdua bersama temannya yang aku pun mengenalnya,namanya Yanto.Mereka berdua mengejarku,dan aku bersembunyi di lorong gang rumah orang,tapi tak perlu waktu lama,om Yanto dengan mudah menemukan keberadaanku.Om Yanto dengan lembut membujukku supaya aku mau ikut pulang dengannya.

"Tidak usah bersembunyi lagi El,ayo kita pulang."Ucap om Yanto sembari meraih tanganku.

Mataku berkeliling mencari keberadaan Nimas,tapi aku tak menemukannya,mungkin Nimas pulang kerumahnya.Akhirnya aku menyerah dan mau ikut pulang bersama om Yanto.Tapi kemana om Dian,aku pun tak melihatnya lagi.

Setibanya dirumah,aku tak langsung masuk.Om Yanto sangat mengerti melihatku yang sedang dalam ketakutan.Lalu om Yanto pun membimbingku sampai di pintu."Masuklah El,tidak usah takut,ibumu sudah menunggu."Titah om Yanto.

"Aku takut om."Ucapku,sembari menahan langkah kakiku.

"Tidak perlu takut elena,masuk saja."Titahnya lagi,sembari agak sedikit mendorong tubuhku.

Akhirnya aku pun memasuki rumahku dengan perasaan was-was,aku menengok ke arah pintu tapi om Yanto sudah menghilang.Aku pun bergegas masuk ke dalam kamar.

Sayup-sayup kudengar Bapak seperti sedang berbicara dengan seseorang yang sepertinya itu suara om dian.Entah apa yang mereka bicarakan aku pun tidak bisa mendengarnya dengan jelas,karena jaraknya lumayan jauh dari keberadaanku,jadi aku tidak tau pasti dengan apa yang mereka bicarakan.

Perlahan aku keluar dari kamar dan berjalan menuju arah dapur.Sepintas kulirik Bapak yang secara kebetulan melihat ke arahku,hatiku menggumam."Kenapa Bapak tidak memarahiku."Aku pun bingung karena biasanya Bapak akan cepat marah kalau ada masalah apapun dirumah,tapi aku tidak banyak berpikir dan lekas pergi kedapur untuk menemui mama yang sedang masak."Ma,,,aku sudah pulang ma."Aku memanggil mama pelan,lalu mama menengok ke arahku.

"Alhamdulillah ... akhirnya kamu pulang nak,tolong jangan pergi lagi ya nak."ujar Mama sembari memelukku.Hanya itu yang terlontar dari mulut Mamaku yang penyabar dan juga penuh dengan kasih sayang kepada suami dan anak-anaknya.

"Iya ma,aku tidak akan pergi lagi ma,aku tidak akan meninggalkan mama lagi."Ucapku sembari membalas pelukan Mama.

Mama memelukku begitu erat seperti enggan untuk kutinggalkan.Hatiku seperti terasa teriris melihat bekas jahitan di dagu mama yang terlihat masih agak sedikit basah.Hatiku benar benar merasa sakit melihat keadaan Mama.Kenapa Bapak bersikap sangat keras bahkan begitu kasar kepada ibu yang sudah menjadi mamaku dan sudah menjadi istrinya selama puluhan tahun.Entahlah,mungkin takdir kami harus hidup dalam kekerasan.Ingin sekali rasanya aku pergi membawa mamaku dari rumah,tapi apalah daya,aku tidak akan sanggup melawan kerasnya bapak.Malah justru yang ada nanti mamaku disiksa lagi,bahkan aku pun sering mendapat kekerasan dari Bapak.Seringkali aku dipukuli,walau hanya kesalahan kecil yang kulakukan,padahal aku sangat menyayangi bapak.

***

Hari-hariku berjalan seperti biasanya,aku kembali masuk sekolah,dan pulang ke rumah seperti waktu sebelumnya.Meskipun entah bagaimana perasaanku yang sebenarnya,seakan aku menjalani hari-hariku penuh dengan rasa keterpaksaan.Setiap hari selalu saja ada masalah,selalu saja kekerasan yang terjadi.Bisa dikatakan kalau aku sangat tidak bahagia,kehidupanku seperti tidak normal layaknya anak seumuranku pada masanya.Aku merasa bukan anak remaja yang seharusnya menikmati masa-masanya yang indah,masa-masa belajar dengan selayaknya.

Kekerasan yang ku alami bukan hanya dalam rumah saja,sewaktu aku masih di sekolah dasar pun aku mendapatkan kekerasan-kekerasan dari guru-guruku,yang mengakibatkan mentalku menjadi berantakkan.Sungguh malang memang nasibku,terkadang aku merasa iri dengan teman-temanku yang dalam pandanganku,mereka hidupnya sangat nyaman dan juga layak.Mereka mendapatkan kasih sayang yang semestinya.

Menikah dan Melahirkan

Suatu malam,entah bagaimana awalnya tiba-tiba om Dian saudara sepupu Bapak datang menemui Bapak,dan meminta supaya Bapak mau menikahkan aku dengannya."Kang,bagaimana kalo si Elena akang nikahkan saja denganku,biar si Elena tidak kabur-kaburan lagi dari rumah kang."Aku mendengar dengan jelas pembicaraan mereka dari kamar.

"Memangnya kau mau menikahi si Elena yang masih ingusan begitu."Sahut Bapak.

"Tidak apa apa kang,biar akang tidak pusing lagi ngurusin si Elena.Akang hanya tinggal urus adik-adiknya saja,dengan begitu beban akang pun akan berkurang."Timpal om Dian

Aku merupakan anak pertama dari kelima bersaudara.Adikku yang pertama namanya Rani,jarak usia antara kami hanya 2 tahun.Adikku yang kedua namanya Rima,jarak usia antara kami sekitar 7 tahun.Sedangkan adikku yang ketiga namanya Revi,jarak usia antara aku dan Revi lumayan jauh sekitaran 12 tahun.

Aku benar-benar ketakutan setelah mendengar pembicaraan mereka,sedikitpun tak terbayangkan olehku kalau aku harus menikah dengan om Dian,yang masih ada ikatan saudara.Perbedaan usia antara kami pun sangatlah jauh,jarak usia kami sekitar 11 tahun.Tapi ternyata bapak malah menyetujui usulan om Dian.

Entahlah,dari semenjak perbincangan bapak dan om Dian,pikiranku jadi terganggu,lebih-lebih om Dian yang selalu datang setiap hari,menyebabkan aku mengalami depresi yang berat.Rasa cemas selalu singgah dihatiku.

"Ma,,,haruskah aku mengikuti kemauan Bapak juga om Dian?"tanya ku sembari berkaca-kaca.

"Entahlah nak,Mama juga tidak habis pikir.Mama juga tidak tau harus bagaimana.Kamu tau sendiri bagaimana Bapakmu itu."Aku dan Mama hanya bisa pasrah.Sungguh kami tidak akan mampu menentang Bapak.

Apa aku kabur aja lagi,tapi aku kasihan pada Mama.Hatiku bergejolak,pikiranku tak karuan.

Dan pada akhirnya aku tak melanjutkan sekolah,aku menikah dengan om dian di usia yang masih sangat muda,umurku masih sekitaran 16 tahun.Hatiku benar-benar hancur,aku merasa kalau hidupku sangat berantakan.Padahal orang tuanya om Dian terlebih ibunya,sangat tidak merestui pernikahan kami.Mungkin karena ibunya om Dian merasa kalau dirinya itu orang kaya,orang yang berada.Tapi om Dian menentang ibunya,dan tetap berniat menikahiku.Mungkin karena om Dian memang mencintaiku.

Waktu pun terus berputar.Tibalah masanya hari pernikahanku dengan om Dian,ibunya om Dian benar-benar tidak menghadiri acara pernikahan kami,mungkin karena merasa malu karena memang acara pernikahan kami digelar dengan sangat sederhana,hanya beberapa kerabat saja yang hadir.Dan dari kedua pihak keluarga,hanya ibu dan satu orang kakaknya yang tidak datang.Tetapi kami pun memakluminya.

Waktu terus berjalan,hingga tiba masa kehamilanku di usia yang masih sangat dini.

Setelah kandunganku mau menginjak usia 8 bulan,aku diboyong ke rumah mertua untuk tinggal disana.Tetapi tnggal di rumah mertua sangatlah tidak nyaman,sungguh sangat menyiksa batinku.Bagaimana tidak,ibu mertua yang selalu jutek,adik ipar perempuan yang suka seenaknya memperlakukanku,dan Kakak ipar lelaki yang satunya pun sama halnya.Om Dian mempunyai dua kakak laki-kaki,yang satu bernama Lean dan satunya bernama Deni,sedangkan adik perempuannya bernama Tesi.Hanya Deni dan Bapak mertua yang berlaku baik terhadapku.

Meski usia kandunganku sudah menginjak 9 bulan,aku harus selalu mencucikan semua pakaian keluarga mertuaku.Betapa sangat tersiksanya aku,apalagi adik iparku Tesi yang sangat menyebalkan,dilemparkannya baju bekasnya."Nih,sekalian cuci bajuku ya!"tumpukan cucian setinggi kepalaku.

Aku mencuci manual dengan cucian sebanyak itu,dan dengan perut yang sudah semakin membesar.Betapa sangat kesulitannya aku,tiap hari aku menangis,meratapi diri.Namun setiap aku mengadukan hal hal yang aku alami kepada suamiku,suamiku hanya menyuruhku untuk bersabar.

"Sudahlah El,biar saja,kamu yang sabar aja ya." Hanya itu saja yang terlontar dari mulut suamiku.Sungguh sangat tersiksa.

Hari-hari kulewati penuh deraian airmata duka,seberat itu kah hidupku.Beruntunglah keluarga yang lain masih ada yang perduli dan perhatian,yang setiap saat selalu berusaha menguatkanku dan selalu menghiburku.

Pada pagi hari,ketika aku sedang menyapu halaman rumah tiba tiba aku merasakan sakit di perut juga pinggangku,sampai aku tidak bisa berdiri.Aku merasa kalau aku sudah mau melahirkan,kebetulan suamiku sedang berada dirumah."Kang ... Perut aku sakit kang,sepertinya aku sudah mau melahirkan."Kataku sembari memegangi perut dan juga pinggangku.

Om Dian pun langsung panik,aku langsung dibawa ke bidan setempat,ibu bidan yang kebetulan adalah Kaka sepupu mamaku,beliau menyarankan supaya aku jangan dibawa pulang lagi ke rumah,karena waktu melahirkan ternyata memang sudah dekat.Lalu om Dian disuruh mempersiapkan perlengkapan untuk aku melahirkan nanti.Hari sudah menjelang malam,tetapi aku belum juga melahirkan,perutku sudah terasa semakin mulas juga sangat sakit.

"Oh mama,ternyata begini rasanya waktu mama melahirkan ku."

Entah ada angin apa,ibu mertuaku ternyata menyempatkan datang waktu itu,dan mau menemaniku semalaman di bidan.Di elus-elusnya perutku,sambil menghiburku."Tidak apa apa,kalau baru pertama kali memang begini,kamu tahan saja nanti juga hilang sakitnya."Ujar ibu mertua. Aku pun tertidur pulas saking sakitnya.Kupanggil ibu mertua dengan sebutan mami,karena memang semua anak anaknya pun memanggilnya dengan sebutan mami.

Keesokan hari pun aku masih belum melahirkan juga,aku sangat tersiksa merasakan perutku yang terus ditendang tendang dari dalam dan rasanya sudah seperti mau meledak.

Mami pun sudah pulang,tak lama kemudian akhirnya datang Nenek beserta Mama.Perasaanku lega karena kedatangan mereka.Kekhawatiranku berkurang,karena Mama dan juga Nenek akan menjagaku sampai aku melahirkan.Menjelang magrib,rasa sakit diperutku terasa berkurang.Mama menyuruh supaya aku menghabiskan nasi goreng yang tadi sore belum sempat aku makan."Makanlah nak,agar tenagamu bertambah nanti,kamu harus kuat.Karena melahirkan itu harus banyak tenaga."Mama menasihatiku.

Tepat di saat satu suapan terakhir,tiba-tiba aku merasakan mulas yang luar biasa.Mama berteriak memanggil sepupunya yang bidan."Mbak,mbak,Elena sudah merasakan mulas lagi mbak."Teriak Mama panik.

Ibu bidan bergegas menanganiku,direbahkannya aku di atas ranjang.Aku dikasih suntikan perangsang dibeberapa bagian tubuhku,termasuk lengan dan juga paha.Rasa mulas semakin menjadi,perutku se akan terasa mau meletus.Aku terus berdoa sambil menahan nyeri,terasa hangat dibagian sensitifku setelah kudengar bunyi krekk seperti dirobek gunting tajam.

Tak berapa lama kemudian,teriakkanku menggema."ALLAHUAKBAR!"lahirlah bayi laki-laki,bayi mungil yang sangat tampan,harta paling berharga,paling indah yang ku miliki.

"Selamat Elena,bayimu terlahir normal dan sehat."Ujar ibu bidan,segera dibersihkannya bayiku.Mama dan Nenek sangat bahagia lalu mereka memeluku sambil mencucurkan airmata.

"Ma ... nek ... Aku punya anak."Ucapku lemah.Mataku pun terasa sangat berat.

"Elena bangun!,kamu jangan tidur bahaya!"teriak Bu bidan.Aku paksakan untuk menahan rasa berat di mataku.Sekujur badanku terasa seperti tidak bertulang,tenagaku terasa hilang.Ternyata melahirkan itu benar benar perjuangan antara hidup dan mati pikirku.Setelah aku tau rasanya melahirkan,aku menjadi semakin menyayangi Mama.Betapa kasihan mamaku,dulu pun beliau merasakan apa yang aku rasakan.Rasa yang teramat luar biasa rasanya.

"Sekarang kamu sudah menjadi seorang ibu nak,seperti mama ini."Ucap mama sambil membelai rambutku.

"El,susui anakmu,air susumu sudah keluar dan juga banyak,jadi tidak perlu lagi obat penyubur untuk air susu."Bidan bilang kalau aku sangat subur,hormonku memang bagus.

Diperlakukan Seenaknya

Setelah melahirkan aku pun kembali dibawa pulang ke rumah mertua,sesampainya di rumah mertua,aku merebahkan tubuhku di atas tempat tidur dengan sangat hati-hati.

Kamar yang kutempati terletak di area depan dekat pintu utama,yang otomatis ada jendela yang mengarah ke gang depan rumah,jadi sangat cukup untuk memudahkan udara dan juga sinar matahari masuk ke dalam ruangan.

Banyak kerabat dan juga tetangga yang berdatangan untuk melihat makhluk kecilku yang baru saja lahir.Mereka yang datang selalu menyelipkan amplop berisi sejumlah uang ke bagian bawah bantal bayiku.Setelah kubuka,isinya beragam,ada yang berjumlah banyak ada pula yang berjumlah sedikit.Dan amplop yang dari kerabat sudah pasti kebanyakan jumlah isinya banyak,alhamdulillah.

Suamiku sudah selesai mencuci kain bekas aku melahirkan.Lalu dia bertanya kepadaku."Kamu mau tetap tinggal disini,apa mau di rumah orang tuamu ?"

Aku hanya menjawab."Terserah akang saja kang,aku nurut saja sama akang."

"Ya sudah,untuk sementara waktu,kita tinggal disini saja dulu."Sahut om Dian.

Secara kebetulan memang pekerjaan om Dian masih serabutan,mungkin om Dian merasa malu kalau harus tinggal dirumah orang tuaku,karena memang belum memiliki pekerjaan yang tetap.

"Kang,akang belum memberi nama pada bayi kita kang."Kataku sembari memberikan susu pada bayiku.

"Oh iya,kira kira nama yang bagus untuk anak kita apa El?"tanya om Dian

"Biar kakeknya saja kang yang kasih nama,sepertinya akang tidak akan bisa mencari nama apa yang bagus untuk anak kita,apalagi aku kang,jadi sebaiknya biar Bapak saja yang kasih nama."Titahku.

Akhirnya om Dian pun menuruti perkataanku,dan lekas meminta Bapak untuk mencarikan nama yang bagus untuk anakku.

Anakku diberi nama Rizky.

Pada pagi hari mama mertuaku menghampiriku, masuk ke kamar yang kutempati bersama anakku,lalu dengan tidak ada perasaan malu sedikitpun atau bahkan kasihan,tiba tiba saja mama mertuaku berucap"Elena,Mami pinjam dulu uangmu dong,Mami mau ada keperluan."

"Tapi mi,,aku kan tidak punya uang mi."Jawabku pada Mami

Tetapi mama mertuaku tak perduli"kan itu ada uang debay,nanti Mami ganti kok,Mami buru-buru" Aku pun pasrah,ku rogoh amplop milik anakku,kukeluarkan uangnya dan ku kasih mama mertua.

"Ya Uda mi tapi nanti beneran ganti ya mi.kasihan itu kan uangnya Rizky yang dikasih kasih orang."Jawabku sembari menyodorkan beberapa lembar uang yang kuambil dari beberapa amplop

"iya,mami pasti ganti kok kamu tenang saja Elena."Sahut mama mertuaku.

Sering kali mama mertuaku meminjam uang anakku,tapi hanya meminjam saja,sedangkan janji untuk mengembalikan sama sekali tidak pernah terjadi.Ingin sekali aku marah,karena itu uang anakku,uang pemberian dari semua kerabat juga tetangga,tetapi kenyataannya aku sungguh tidak berdaya.

Hari hari kulalui selalu dengan kesedihan.Karena Mami selalu memperlakukan aku dan Rizky dengan sesuka hatinya.Mungkin sikap Mami seperti itu dikarenakan Mami merasa dirinya paling kaya,merasa dialah satu satunya orang kaya yang memiliki rumah besar dan juga kendaraan didaerah kami.Hanya bapak mertua dan om Deni saja yang bersikap baik padaku.Om Dian pun hanya begitu-begitu saja,kerjaannya cuma kumpul-kumpul dengan teman-temanya,pulang larut malam dengan keadaan sudah mabuk berat,sungguh sangat disesalkan.

Mama mertuaku setiap hari selalu pergi keluar rumah dengan konco konconya,biasa lah ibu ibu sosialita,ada saja alasan untuk keluar rumah.Senam lah,arisan lah,ini lah itu lah,aku yang masih belum lama melahirkan seolah tidak penting dimatanya.Padahal sepengetahuanku,orang yang habis melahirkan itu sama saja dengan orang yang sedang sakit,yang kalau mau melakukan apapun harus banyak dibantu.Tetapi semua pekerjaan rumah pun kulakukan sendiri,walau dengan perut yang masih sakit.Dari mulai menyapu,memasak,mencuci dan lain sebagainya.Mami pun kalau pergi keluar rumah,selalu memperingatkanku terlebih dahulu,tentang semua pekerjaan rumah seperti memperlakukan seorang pembantu.

"Elena,mami mau pergi dulu ya,mau acara senam dengan ibu-ibu,tadi mami belanja sayuran,nanti kamu masakin itu sayur asem,jangan lupa bikin sambal dan juga goreng ikan asin ya,gorengin tempe juga."Mami menyuruh sesuka hatinya lalu pergi dengan tanpa memperdulikan keadaanku.

"oh,iya mi."Jawabku sambil berkaca kaca.

"Duh,gimana ini,anakku masih belum kenyang menyusu,padahal seharusnya aku sudah mulai memasak."Hari sudah menjelang sore,terpaksa aku lepas paksa mulut anakku yang sedang asik menyusu,aku tak menghiraukan tangisan Rizky.

Ketika aku sedang menggoreng tempe,terdengar suara teh Dewi kakak sepupu om Dian memanggil manggil namaku.

"Elena,,Elena kamu dimana El?"

"Ya teh,saya di dapur teh lagi masak."Sahutku.

Teh Dewi menghampiriku,dan Rizky sudah berada dalam gendongannya.Rumah teh Dewi memang berdampingan dengan rumah mertuaku,hanya dibatasi gang kecil.

"Kamu gimana sih El,teteh denger anak kamu kejer dari tadi Lo,teteh pikir kamu tidak ada di rumah,makanya teteh langsung samperin,takut anak kamu kenapa-kenapa."Ucap teh Dewi sembari berusaha mendiamkan rizky dalam gendongannya.

"Ya teh,saya takut mami keburu pulang teh.Tadi pagi sebelum mami pergi,mami udah pesanin ke saya untuk masak buat makan sore teh."Jawabku,penuh khawatir.

"Ya ampunnnn,kasihan anakmu Elena,sampai merah begini mukanya."Sahut teh Dewi

"Ya habis gimana dong teh,kan memang tidak ada orang lagi dirumah,tesi kerja,bapak kerja,mami pergi juga kan teh."

"Memangnya si Dian kemana sih El,kerja?"tanya teh Dewi sembari matanya mengedar kesekeliling rumah mencari keberadaan om dian.

"Tidak tau teh,tadi dia keluar tanpa sepengetahuan saya."Jawabku sembari memasukan tempe ke dalam wajan.

"Ya sudah,kamu lanjut dulu aja masaknya,biar anak kamu teteh yang jagain."Timpalnya lagi.

"Terimakasih banyak ya teh,maaf kalau saya jadi merepotkan teteh."Aku jadi merasa tidak enak hati karena merasa sudah merepotkan teh Dewi.

"Tidak apa apa El,ya sudah selesaikan saja pekerjaanmu."Titahnya lagi

"Baik teh."Aku pun bergegas melanjutkan masak hingga selesai,lalu setelahnya kusiapkan semua di meja makan.

"Teh,terimakasih banyak ya teh.Teteh sudah jagain rizky."sembari meraih Rizky dari gendongan teh Dewi.

"Iya sama-sama Elena,lain kali kalau kamu butuh bantuan,kamu tidak usah sungkan bilang ke teteh kasihan,kan anak kamu."Timpal teh Dewi seraya melepaskan gendongannya.

"Iya teh,terimakasih banyak karena teteh sudah baik sama saya."Ucapku sembari mengencangkan kain gendongan Rizky.

"Kita kan saudara El,harus saling membantu ya sudah susui anakmu,kasihan dia.Teteh pulang dulu sudah sore."Teh Dewi menatapku penuh haru.

Mama mertuaku sudah pulang."Elena,kamu sudah masak belum?"tanya mami sembari celingukan ke dapur.

"Sudah mi,sudah rapih semua di meja makan."Sahutku seraya meletakkan Rizky di atas tempat tidur,Rizky tidur setelah puas menyusu.

"Bagus deh,mami lapar dan cape."Ujar mami seraya membuka tudung saji.

Ya Tuhan,apa mama mertuaku tidak kasihan melihatku,yang kerepotan dirumah,mandi saja belum sempat apalagi makan.Selang beberapa menit kemudian,adik iparku pulang dari kerjanya."Mi...Mi ... Tesi pulang Mi"Tesi memanggil manggil Mami dari ambang pintu.

Mama mertuaku sedang makan."Eh,,kamu sudah pulang nak,ayo makan dulu kamu pasti lapar setelah seharian kerja."Mami mengajak Tesi untuk makan bersama dengannya.Tesi pun langsung menyerbu makanan yang ada di meja makan tanpa perduli padaku.

"Hmmm,enak mi,Tesi lapar banget."Mereka tak menghiraukanku.

Bapak mertuaku yang baru saja sampai ke rumah,langsung memanggilku."Elena,kamu sudah makan belum nak,mari sini kita makan sama-sama?"ajak bapak padaku dengan tatapan kasihan.

"Belum pak,nanti saja sebentar lagi."Jawabku sambil melirik Rizky yang terbangun karena teriakkan Tesi.

"Tidak ada nanti nanti Elena,kamu pasti belum sempat makan dari tadi,ayo makan sama sama."Bapak memaksaku untuk makan bersama sama,akhirnya kuturuti apa kata bapak,karena memang aku sudah sangat lapar.Setelah selesai makan,aku bergegas membersihkan semua bekas makan kami.

"Elena,ingat nak kamu itu sedang menyusui,kamu harus banyak makan,dan tidak boleh telat makan."Ujar bapak mengingatkanku.

"iya pak."Aku hanya mengangguk.

***

"Suamimu kemana,sudah malam kok masih keliaran?"tanya Bapak.

"Paling juga lagi sama teman-temannya pak."Sahut mami yang lagi asik nonton sinetron.

"Iya,kang Dian kan sudah biasa nongkrong sama teman-temannya pak."Timpal Tesi.

Aku hanya terdiam sambil mengelus kepala anakku..

"Kebiasaan tuh si Dian,sudah menikah dan punya anak masih saja kekanakan."Tukas bapak.

Aku tidak mau mendengar obrolan mereka yang semakin berkepanjangan membahas suamiku,aku pun cepat-cepat masuk ke dalam kamar.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!