Teriknya panas matahari tak menggentarkan gadis berusia dua puluh tahun untuk tetap bekerja melayani pengunjung yang datang di jam makan siang untuk mengisi perut mereka yang lapar.
Dirinya sudah bekerja di sebuah Restoran Masakan Jawa selama dua tahun untuk menghidupi dirinya yang hidup hanya sebatang kara. Dia adalah Jessica Bellvania.
Dirinya mondar-mandir kesana kemari untuk mencatat pesanan pelanggan dan menggantungkan catatan di tali dapur agar chef dapat dengan cepat membuatkan pesanan untuk para pelanggan mereka.
Sekitar pukul dua siang Jessica baru bisa beristirahat dan makan siang bersama teman seperjuangannya yang bernama Rani. Mereka berdua makan di bangku yang tersedia di belakang Restoran.
"Sumpah laper banget aku" ucap Rani sambil membuka kotak bekalnya.
"Sama aku juga"
Mereka berdua pun segera memakan bekal masing-masing sebelum jam istirahat mereka habis. Maklum saja karena Restoran tempat kerja mereka sangat ramai pengunjung tak dapat dielakkan jika jam istirahat karyawan juga sebentar namun gaji yang mereka dapatkan juga tak main-main.
"Nanti malam temenin aku yuk Jes" ajak Rani.
"Kemana?" tanya Jessica sambil menyuapkan nasi ke dalam mulutnya.
"Ke rumah mantan aku" jawab Rani.
"Kau udah putus sama Rangga?" tanya Jessica tak percaya pasalnya yang ia tahu Rani sudah berpacaran dengan Rangga dari jama SMA dan hubungan keduanya terlihat sangat romantis jadi Jessica pikir kalau keduanya akan serius untuk melanjutkan hubungan mereka ke jenjang pernikahan.
"Iya gue putus Minggu lalu" jawab Rani nampak kesal.
"Kok bisa? Bukannya kau sama Rangga baik-baik aja deh" ucap Jessica.
"Iya kelihatannya baik-baik saja tapi kenyataannya enggak" ucap Rani ketus.
"Terus kau kesana mau ngapain?" tanya Jessica.
"Aku mau nagih duit aku yang dipinjam sama dia" jawab Rani.
"Bener tuh harus di tagih nanti aku temenin" ucap Jessica.
"Iyalah nanti keenakan Rangga. Dasar.. duit aja masih minjem sok-sokan bertingkah" ucap Rani.
"Tapi kau kok bisa sih putus sama Rangga?" tanya Jessica penasaran.
"Huh, dia ketahuan selingkuh sama teman masa kecilku"
Jawaban Rani mampu membuat Jessica geleng-geleng kepala tanda tak percaya, "Gue pikir Rangga orang yang setia ternyata enggak juga. Muka sih kelihatan polos tapi nyatanya hal tersebut tak bisa menentukan kesetiaan seseorang terhadap pasangan"
"Bener tuh jaman sekarang banyak banget orang yang selingkuh padahal udah punya pasangan yang cantik, ganteng masih aja kurang puas dan menurut kau, aku nih cantik kan?" ucap Rani meminta pendapat.
"Cantik kok, baik, jago masak dan aku yakin kalau kau juga jago ngurus suami kalau udah nikah" jawab Jessica memuji temannya.
"Iya kan Jes emang mata Rangga tuh udah ketutup sama peletnya grandong nyebelin itu saat tau yang jadi selingkuhan Rangga adalah teman masa kecil aku gak pakai lama lagi aku mengakhiri hubungan pertemanan aku sama dia" ucap Rani menggebu-gebu.
"Jadi bukan cinta kau aja nih yang putus tapi pertemanan kau juga kandas ya" ucap Jessica iba.
"Udah biasa temen makan temen" ujar Rani yang dapat anggukan dari Jessica.
Setelah makan siang mereka habis, mereka pun melanjutkan pekerjaan mereka.
Pukul lima sore Jessica dan juga Rani keluar dari Restoran karena jam kerja mereka sudah berakhir giliran shift malam yang bekerja. Mereka berdua sudah janjian akan ke rumah Rangga jam delapan malam nanti.
Mereka pun berpisah di depan Restoran karena tempat tinggal mereka tak sejalan. Jessica yang mengingat stok dapur menipis memutuskan untuk mampir ke Supermarket terlebih dahulu membeli bahan dapur untuk kebutuhan makannya selama dua Minggu.
Jessica membeli berbagai sayuran, telur, beberapa kilo daging ayam serta pisang dan susu. Setelah dirasa belanjaannya sudah ia dapatkan Jessica langsung pergi ke kasir untuk membayar barang belanjaannya.
Menjelang magrib cuaca di kotanya masih saja terasa panas dan keadaan juga masih terang benderang. Jessica melajukan motornya ke penjual es campur, ia akan membeli satu porsi untuk dibawa pulang.
"Mas, es campur satu ya dibungkus" ucap Jessica kepada penjual.
"Siap mbak"
Sambil menunggu pesanannya di buatkan Jessica mengambil ponselnya untuk melihat jadwal shift untuk Minggu depan dan ternyata tak ada perubahan membuatnya lega. Jessica sangat malas jika ia mendapatkan shift malam karena badannya akan dua kali lebih pegal dibanding jika bekerja di pagi hari.
"Mbak ini es nya" ucap penjual sambil memberikan pesanannya Jessica.
Jessica pun langsung menerima es campur pesanannya dan memberikan uang sepuluh ribu kepada penjual.
"Makasih mas" ucap Jessica.
"Oh iya mbak makasih" balas penjual dengan senyum yang ramah.
Sepeninggal Jessica ada seorang pria dengan anak berusia delapan tahun berjalan mendekat ke arah gerobak es campur.
"Beli lima mas" ucap pria tersebut.
"Baik mas" ucap penjual.
Anak yang bersama pria tersebut dari tadi memandang ke arah Jessica dari awal Jessica meninggalkan tempatnya sampai tak terlihat lagi dari penglihatannya.
"Kau lihat apa, Matt?"
"Gak ada pa"
Tepat di saat adzan Maghrib berkumandang Jessica baru sampai di rumahnya. Ia memarkirkan motornya di teras karena nanti akan dipakai lagi. Jessica pun masuk ke dalam rumah dan langsung menuju dapur. Dirinya menata barang belanjaannya di dalam kulkas setelah itu meminum es campur yang sudah ia beli di ruang tamu.
Saat dirasa badannya sudah tidak terlalu berkeringat dan es campurnya juga sudah habis Jessica baru melangkah kakinya untuk pergi mandi.
Waktu berlalu pukul delapan telah tiba. Jessica dan Rani saat ini sudah berada di depan rumah Rangga. Rani berkali-kali mengetuk pintu rumah Rangga namun tak ada sahutan dari dalam.
"Lagi gak ada orang kali Ran" ucap Jessica.
"Ah, biasanya juga Bapak Ibu Rangga ada di rumah" ucap Rani.
"Mungkin lagi pergi ada keperluan di luar bisa aja kan" ucap Jessica.
Rani memicingkan matanya tanda tak percaya. Dirinya yakin betul kalau ada seseorang yang berada di dalam rumah.
"Permisi yang ada di dalam saya mau nagih utang tolong keluar dong saya juga perlu makan" ucap Rani sedikit meninggikan suaranya.
Jessica melihat sekeliling merasa tak enak, "Udah Ran gak enak kalau ada tetangga yang dengar"
"Biarin mereka tahu kalau keluarga ini punya hutang. Gak bapaknya, gak ibunya, gak anaknya kok hobinya ngutang" ucap Rani sinis.
"Besok kita kesini lagi kalau gak ada hasil juga kita minta tolong pak RT kalau benar mereka menghindar untuk bayar hutang" tawar Jessica.
"Oke tapi janji ya kau temenin aku"
"Iya aku temenin"
Dengan berat hati Rani meninggalkan rumah Rangga padahal ia sangat yakin kalau di dalam rumah tersebut ada orangnya awas saja nanti kalau ketemu siap-siap Rangga akan diayak olehnya.
Setelah kepergian Jessica dan Rani pintu rumah Rangga terbuka menampilkan sosok Rangga yang celingukan melihat sekitar.
"Aman" ucapnya sambil mengelus dada lalu kembali masuk ke dalam rumah takut kalau ada yang melihatnya.
Di restoran, Jessica bekerja seperti biasanya. Hari ini adalah tanggal gajian yang sudah di tunggu-tunggu. Kebetulan ia pengen beli oven, dirinya ingin sekali membuat kue-kue yang sudah lama ingin ia buat. Kalau hari Minggu tiba ia akan mengajak Rani untuk menemaninya ke toko elektronik.
Saking padatnya pekerjaan hari ini tak terasa setengah jam lagi waktu bekerjanya akan berakhir. Jessica cepat-cepat membereskan pekerjaannya dan memberikannya kepada anak shift malam.
Jessica menulis pesanan pelanggan terakhir yang akan ia layani setelah melihat Nando teman yang akan menggantikan tugasnya sudah datang segera Jessica memberikan buku catatannya ke pada Nando.
"Nan meja nomor lima sama tiga belas belum aku samperin giliran kau ya aku mau siap-siap pulang" ucap Jessica sambil memberikan buku catatannya.
"Beres"
Jessica pun menuju ke ruang loker tempatnya menaruh tas dan jaketnya, disana dia sudah ada Rani yang akan keluar ruangan.
"Ran tungguin aku dong" pinta Jessica.
"Ya cepetan aku tunggu di luar"
Cepat-cepat Jessica memakai jaketnya dan membawa tas selempang miliknya menyusul Rani yang sudah keluar Restoran terlebih dahulu.
Di parkiran Rani sudah menunggunya duduk di atas motornya Rani yang sudah di nyalakan, "Jes ikut aku beli pentol deket taman sebelah yuk"
"Ayuk aku juga mau beli"
Mereka berdua pun menuju ke taman dekat restoran tempat kerja mereka jika di tempuh hanya memakan waktu sepuluh menit. Mereka berdua memang sering pergi ke taman ini kalau waktu libur kerja untuk refreshing. Mereka berdua langsung melajukan motor ke penjual pentol langganan mereka.
"Halo Pak Bro" sapa Rani kepada penjual pentol yang memang sudah akrab dengan mereka berdua.
"Wih mbak Rani baru pulang kerja mbak?" tanya Pak Bro.
"Iya nih Pak capek terus pengen makan pentol Pak Bro anget-anget kan enak gak tahu kenapa sore ini mendung ya Pak padahal tadi siang kan panas" ucap Rani.
"Iya mbak saya juga ngerasain beberapa hari ini. Kudu jaga kesehatan kita kalau cuaca sering gak menentu gini" ucap Pak Bro.
"Bener Pak Bro tenggorokan saya aja udah sakit yakin kalau habis ini bakal batuk pilek" sahut Jessica.
"Mbak Jessica harus sedia obat tuh mbak" ucap Pak Bro dengan raut wajah khawatir.
"Iya Pak Bro niatnya juga nanti mau beli obat" ucap Jessica.
"Pak Bro kalau gitu saya beli pentolnya lima ribu ya pedes pakai saus kacang kasih kecap juga tapi gak pakai saus tomat" pesan Rani.
"Oke siap, kalau mbak Jessica?" tanya Pak Bro.
"Saya sama kayak Rani terus beli lima ribu lagi tapi putihan aja pakai kuah yang banyak" jawab Jessica.
Di tengah taman seorang anak laki-laki memandang ke arah Jessica penuh binar. Anak tersebut pun langsung menghampiri Jessica.
"Kakak" panggilnya membuat Jessica menoleh padanya.
"Iya" jawab Jessica dengan raut wajah yang bingung.
"Hai aku kemarin lihat kakak beli es campur" ucapnya.
"Kamu tahu, tapi.. kamu siapa?" tanya Jessica yang tak mengenal anak laki-laki yang sedang mengajaknya berbicara.
"Kenalin kak namaku Matthew Jordan umurku delapan tahun aku kelas dua di sekolah Network studies for children in a company" ucapnya memperkenalkan diri.
"NSCC" ucap Rani berbisik, "itukan sekolah elit, anak orang kaya nih Jes" lanjutnya.
"Adik sama siapa disini?" tanya Jessica khawatir takut jika anak bernama Matthew ini telah kesasar.
"Aku sama papa, tuh papa aku lagi ngobrol sama paman dan temennya" ucap Matthew sambil menunjuk ke arah pria yang sedang berbincang dengan seorang pria dan wanita.
Jessica mengelus puncak kepala Matthew penuh sayang, "Kakak kirain kamu kesasar dek"
Matthew seketika menundukkan kepala mendapatkan usapan dari Jessica, ia merasakan hatinya menghangat lalu mereka berbincang-bincang sebentar tapi karena Jessica dan Rani sudah mendapatkan pentol mereka akhirnya mereka berdua pun harus pamit untuk pulang.
"Dek, kakak pulang dulu ya kamu balik lagi ke papa kamu" ucap Jessica.
"Hum.. Apa kita bisa berjumpa lagi?" tanya Matthew.
Jessica dan Rani saling pandang.
"Adek kalau mau ketemu kami dateng aja ke RMJ kau tau Restoran itu kan?" tanya Rani.
"Tau kak Restoran itu deket dari sini kan?" ucap Matthew.
"Seratus buat kamu, Kak Rani sama Kak Jessica kerja disana jadi kalau pengen ketemu kesana aja" ucap Rani.
"Iya kak kalau gitu aku balik ke papa lagi ya" ucap Matthew dengan senyum bahagia yang tak bisa disembunyikan.
Jessica dan Rani melihat Matthew sampai benar-benar anak itu berada di samping papanya sebelum mereka meninggalkan tempat mereka.
Disisi lain Matthew yang tak hentinya tersenyum membuat pamannya yang bernama Samuel melontarkan pertanyaan kepadanya, "Kenapa Matt? Uncle dari tadi lihat kau senyum-senyum terus"
"Because I just met a beautiful angel" jawab Matthew.
"Who?" kali ini papanya yang bertanya.
Matthew hanya menjawab dengan gelengan kepala. Wajahnya terlihat merah. Ia merasa senang bertemu dengan Jessica.
"Apa kau baru bertemu dengan gadis kecil yang manis?" goda Pamannya.
"No uncle. She's My month I've been looking for"
Pamannya kini nampak tertarik dengan ucapan keponakan kecilnya, "What does she look like?" tanyanya sambil berjongkok di depan Matthew dengan tujuan menyamakan tingginya.
"Like a snow" jawab Matthew dengan pelan. Setelah sekian lama akhirnya Matthew menemukan sosok yang bisa membuatnya ingin terus berdekatan dengan sosok tersebut dan dia adalah Jessica.
"Sam, untuk pembahasan proyek kali ini dilanjutkan Minggu depan saja lebih enak kalau kita bahas di kantorku. Hari juga sudah mulai gelap aku harus membawa Matthew pulang" ucap Nick, Papanya Matthew.
Sam berdiri dari jongkoknya, "Baiklah kabari aku kalau butuh sesuatu"
Nick menggandeng tangan Matthew untuk diajaknya menuju parkiran. Baru beberapa langkah ia berjalan wanita bernama Hana menghentikan langkahnya.
"Nick tunggu" ucapnya yang membuat Nick dan Matthew memberhentikan langkahnya.
"Besok aku berencana mau ke rumahmu aku baru belajar masak masakan rumahan yang enak aku pengen kau dan Matthew bisa mencicipinya" ucap Hana.
"Mungkin lain kali Hana" ucap Nick.
Samuel pun mendekati Nick, "Ayolah Nick, Hana berniat baik pada kalian berdua lagi pula besok kau kan ada di rumah biarkan saja Hana main ke rumahmu"
Nick nampak berpikir, "Baiklah datanglah di jam makan siang"
"Thank you, Nick" hati Hana sangat bahagia. Baru kali ini Nick tidak menolak keinginannya untuk bisa berkunjung kerumah pria yang sudah menjadi pujaannya tersebut. Kesempatan yang bagus untuk ia bisa lebih dekat dengan Nick dan juga Matthew.
"Matthew kamu harus coba masakannya aunty Hana pasti gak akan kecewa" ucap Hana.
Matthew hanya diam sambil menatap Hana penuh selidik, dirinya sedikit tak menyukai Hana dari segi manapun.
"Oke, Son kita pulang" ucap Nick.
Matthew mengangguk lalu mereka berdua pun meninggalkan taman.
Di dalam mobil Matthew terus teringat akan pertemuannya dengan Jessica, "Jadi namanya kakak Jessica" batin Matthew.
Matthew menoleh ke arah papanya yang fokus menyetir, "Pa, kapan-kapan kita makan ke RMJ yuk"
"Tumben kau ngajak makan di luar biasanya gak mau" ucap papanya.
"Pengen aja, boleh ya pa?"
"Tentu saja, kau mau kapan? Biar papa antar" tanya Nick.
"Besok" jawab Matthew.
"Besok kan kau tau kalau aunty Hana mau main ke rumah"
"Kalau sore gimana?"
Melihat keinginan anaknya membuat Nick sedikit curiga. Pasti ada yang sedang diinginkan oleh Matthew.
"Baiklah"
Dengan senyum senang dan perasaan yang lega akhirnya papa menyetujuinya dan gak sabar buat besok ketemu sama kakak Jessica.
Sebuah mobil MINI Cooper terparkir di halaman rumah yang begitu megah. Si pengemudi keluar dengan membawa tas berisikan makan siang untuk seseorang yang spesial. Hana adalah orangnya yang datang dengan perasaan yang penuh gembira karena pada akhirnya bisa mengunjungi rumah Nick.
Hana disambut oleh pekerja rumah Nick dan dipersilahkan untuk menunggu di ruang tamu sembari pekerja Nick memanggil tuannya.
Tak lama Nick datang menemui Hana di ruang tamu, "Sudah lama?" tanyanya.
"Baru kok Nick, oh ya aku boleh pinjam dapur kamu" jawab Hana.
"Sure"
Nick pun mengantar Hana ke dapur, disana Hana menyiapkan semua makanan yang ia bawa di atas piring.
"Nick bisakah kamu membantuku membawa makanan ini ke meja makan" ucap Hana.
Nick pun menghampiri Hana dan mulai membantu Hana meletakkan makanan di atas meja makan.
"Hana, aku mau panggil Matthew dulu" ucap Nick.
"Iya Nick biar kita bisa makan siang bareng" ucap Hana.
Nick pun meninggalkan Hana yang masih menata piring-piring di atas meja sementara Nick pergi ke kamar Matthew untuk mengajaknya makan siang.
Nick beberapa kali mengetuk pintu kamar Matthew, "Matt, papa boleh masuk?"
"Masuk aja pa" jawab Matthew dari dalam.
Di kamarnya Matthew sedang bermain game.
"Matt di bawah ada aunty Hana yang datang membawakan makanan ayo kita makan siang bersama" ajak Nick.
Matthew mengakhiri game-nya lalu keluar kamar bersama Nick.
Hana yang melihat kedatangan Matthew langsung menyapa anak delapan tahun itu dengan ramah, "Hai Matt"
"Hai aunty"
Matthew langsung duduk di kursinya disusul oleh Nick.
"Silahkan dicoba aku harap kalian suka" ucap Hana sambil mengambilkan nasi ke piring Nick.
"Kamu harus coba ayam buatanku" ucap Hana lalu mengambilkan lauk yang ia buat yaitu ayam saus lada hitam ke piring Nick.
"Thank you"
"Dan ini juga aku buat cah buncis wortel jagung pasti kamu akan suka" ucap Hana lalu menuangkan lauk tersebut ke piring Nick.
"Oke Hana terima kasih tapi ini sudah cukup" ucap Nick.
Di samping itu juga ada Matthew yang menyibikkan bibirnya lantaran tak ada yang memperhatikannya alhasil dirinya menuangkan makanan ke piringnya sendiri.
"Matt biar papa bantu" tawar papanya.
"No need, I can be alone" ucap Matthew.
Mereka berdua langsung menyicipi masakan buatan Hana. Satu suap berhasil mendarat di mulut mereka namun reaksi yang diberikan oleh anak dan bapak tersebut tak sesuai ekspektasi.
Matthew ingin sekali memuntahkan makanan yang sudah berada di mulutnya.
"Kenapa Nick, enak kan?" tanya Hana yang melihat Nick berhenti mengunyah. Hana kira Nick terkejut karena makannya enak like a speechless dalam arti kagum but she was wrong.
Dengan sudah payah Nick menelan makanan yang terlanjur berada di dalam mulutnya, "Hana apa aku boleh bertanya?"
"Tanyakan saja"
"Apa konsep masakanmu itu makanan sehat"
"Maksudnya?" tanya Hana tak mengerti.
"Jangan tersinggung tapi masakanmu ini hambar" ucap Nick.
"Masa sih" Hana pun mencicipi makanannya dan benar kalau ternyata rasanya hambar.
"Oh i am sorry" ucap Hana tak enak.
"Papá, la comida no es buena, casi vomito" (Papa makanannya tidak enak aku pengen muntah) ucap Matthew dalam bahasa Spanish, ia tak mau menyinggung hati Hana.
"Hana, makananmu itu bagus hanya saja kurang bumbu" ucap Nick.
"Gakpapa Nick aku lihat Matthew tak menyukainya karena memang masakannya tidak enak. Sudah jangan dimakan lagi" ucap Hana nampak kecewa.
"Pa aku laper kalau kita makan di RMJ gimana seperti yang aku bilang kemarin" usul Matthew.
"Boleh, bagaimana Hana apa kau mau ikut?" tawar Nick.
"Tidak Nick habis ini aku masih ada urusan dan maaf banget buat kalian kecewa" ucap Hana.
"I'ts okay aunty nanti belajar masak lagi ya" ucap Matthew.
Hana hanya bisa tersenyum.
..._...
Sampai di RMJ Nick dan Matthew langsung masuk ke dalam. Mereka bisa melihat banyaknya pengunjung yang datang.
"Selamat datang di rumah masakan jawa silahkan duduk di meja nomor enam ya kakak" ucap pekerja yang bertugas menyapa pelanggan serta mengatur tempat duduk mereka.
Nick dan Matthew duduk di meja nomor enam yang sudah ditunjukkan oleh pekerja tadi.
Tak lama datang lah seorang pelayan cantik yang ingin ditemui oleh Matthew. Jessica.
"Halo kak mau pesan apa?" tanya Jessica ramah.
Nick membawa buku menu yang ada di meja dan pilihannya jatuh pada Mangut kepala manyung dan Soto ayam Lamongan.
"Tambah nasi kakak?" tanya Jessica.
"Iya mbak" jawab Nick.
"Makanannya untuk dua porsi ya kakak. Minumnya?"
"Es teh manis saja dua"
"Baik kak ditunggu pesanannya" ucap Jessica lalu pergi dari tempatnya tanpa ia sadar jika pengunjung yang baru ia layani adalah Matthew dan papanya.
Matthew dari tadi terus memandangi setiap pergerakan Jessica sampai makanan mereka datang.
"Ini kak pesanannya, makanan untuk dua porsi ya, Mangut kepala manyung dan Soto ayam Lamongan ekstra nasi ya kakak dan dua es teh manis" ucap Rani yang menghantarkan makanan untuk Nick dan Matthew.
"Terima kasih mbak" ucap Nick.
"Sama-sama kak selamat makan" ucap Rani. Dirinya hendak akan kembali ke dapur mengambil pesanan tapi saat itu ia sadar kalau ternyata ada Matthew disana.
"Kamu Matthew kan?" tanya Rani.
"Iya kak" jawab Matthew.
"Ternyata bener ya kamu datang kesini" ucap Rani.
Matthew hanya tersenyum sambil melirik Jessica yang sedang mencatat pesanan pelanggan lain.
"Kak Jes nya masih sibuk, maaf ya" ucap Rani ketika sadar Matthew melihat ke arah Jessica.
Matthew hanya mampu tersenyum.
"Ran pesanan untuk meja sebelas udah siap tuh" ucap Jessica agak kencang.
"Kakak kembali kerja dulu ya"
Rani pun melanjutkan pekerjaannya.
"Kau kenal dengannya Matt?" tanya Nick.
Matthew mengangguk.
"Dimana?"
"Kemarin di taman, lihat pa kakak yang ada disana" ucap Matthew sambil menunjuk ke arah Jessica.
Nick pun melihat seseorang yang sedang di tunjuk oleh anaknya.
"Kakaknya cantik kan" ucap Matthew dengan mata yang berbinar.
Akhirnya Nick tahu alasan anaknya mengajaknya makan di Restoran ini.
"Kau menyukainya?" tanya Nick.
Matthew mengangguk malu.
Dilihatnya sekali lagi Jessica dan yah memang gadis itu sangat cantik tapi tak biasanya Matthew bisa suka dengan orang asing dengan mudah.
Disela makannya Matthew selalu tak mengalihkan pandangan terhadap Jessica. Ia melihat jika Jessica pasti sangat lelah bekerja begitu keras apalagi sampai melewatkan jam makan siang demi melayani para pelanggan.
Tak sengaja mata mereka berdua bertemu. Matthew pun memberikan senyumannya yang dibalas Jessica dengan senyuman dan lambaian tangan.
Nick hanya menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah anaknya.
"Pa kapan-kapan ajak kakak Jessica jalan-jalan yuk" ucap Matthew membuat papanya menoleh ke arahnya dengan yakin.
"Kamu sehat, Son?" tanya Nick heran.
Matthew mengangguk-anggukan kepalanya, "Sehat pa aku cuman pengen jalan-jalan sama kakak Jessica, coba ajakin pa"
Permintaan aneh anaknya mampu membuatnya terheran-heran.
"Please pa" ucap Matthew sambil menautkan kedua tangannya.
"Ya nanti kita coba tanya kakaknya"
Matthew pun bertepuk tangan mendengar ucapan papanya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!