Sebuah mobil berhenti tepat di halaman kontrakan, tidak lama gadis cantik pemilik mata indah itu keluar saat mendapati mobil hitam yang terparkir di depannya menghalangi.
Ya Nao yang sehabis pulang dari kampus mendapati pintu kontrakannya terbuka langsung masuk ke dalam.
Tampak di sana barang-barang Nao sudah masuk koper sementara yang lain sedang dikemas orang suruhan. Melihat putrinya pulang Sarah langsung menghampiri.
"Ma!??."
"Jangan sampai ada yang ketinggalan kita pindah, mama tidak menerima penolakan!."
"Aku tak mau ma jika harus tinggal di sana ayolah cukup mama saja aku bisa hidup sendiri." Timpal Nao.
Sarah menatap tajam putrinya. "Mama pikir akan diam jika melihat putrinya hidup bebas gonta-ganti pria? sudah waktunya kamu pulang dan ikut tinggal bersama kami, terima Agam sebagai papa barumu dia sangat peduli dengan kita."
Nao memutar mata malas, menjadi broken home sangat menjengkelkan namun ia juga tidak menyalahkan orang tuanya jika harus bercerai.
"Tidak ada bantahan kecuali jika kamu masih kukuh ingin tetap tinggal di sini kamu harus menikah!." Lanjut Sarah yang membuat putrinya melotot.
"Ayolah ma.."
"Tidak mau kan? oke sekarang siap-siap kita pindah." Lanjut Sarah seraya membawa koper. "Mama tunggu di luar."
Mau tak mau Nao harus ikut ia memandangi kamar kontrakannya yang kini tampak kosong.
"Non topeng dansa ini dibuang?." Tanya pelayan.
Nao menatap lekat topeng itu dimana ingatannya kembali pada suatu malam menjengkelkan yang mengharuskan ia tidur satu ranjang dengan pria bertopeng juga. "Biar ku simpan." Nao memasukkannya ke dalam tas.
Nao satu mobil dengan mamanya, sementara mobil Nao dibawa pelayan.
"Kita sudah pindah dari New York budaya bebas di sana jangan dibawa ke sini apalagi kamu perempuan, mama bosan lihat kelakuan kamu." Ujar Sarah yang tak habis pikir dengan Nao putrinya yang memiliki kekasih namun akhir-akhir ini ia menciduknya main dengan pria berbeda-beda.
"Aku tak seburuk itu ma." Jawab Nao menatap ke arah luar.
"Sampai IPK mu turun?." Sindir Sarah yang membuat Nao terdiam. "Sebentar lagi kita sampai rumah bersikaplah baik, Agam sangat berusaha membahagiakan kita."
Tidak lama mobil itu sampai di halaman mansion besar juga megah, banyak sekali penjaga yang menyambut.
Nao menatap ibu dan ayah tirinya saling berpelukan, namun ia hanya diam melihat barang-barangnya dibawa masuk ke dalam.
"Hai Nao." Sapa Agam.
Nao tersenyum sekilas namun Agam langsung memeluk dan mencium keningnya penuh kasih sayang. "Aku papamu kita keluarga apa yang kamu inginkan bilang saja."
"Jangan terlalu memanjakannya, ayo masuk ke dalam mama perlihatkan kamarmu." Timpal Sarah menggandeng putrinya.
Agam hanya tersenyum dan ikut menyusul.
Nao melihat sekeliling rumah mewah itu ia tak menyangka jika kehidupan sang mama lebih baik, dari lubuk hati Nao ikut senang.
"Ini kamarmu." Sarah mempersilahkan putrinya masuk.
Kamar yang begitu luas dengan fasilitas lengkap serta barang branded membuat Nao cukup terkesima. Ia berjalan menuju balkon tampak di bawah sana dekat kolam renang ada orang berpesta ria.
"Siapa yang sedang berciuman itu?." Tanya Nao.
Sarah mengikuti pandangan putrinya, tampak Sarah memijit kening. "Ah itu kakakmu yang pertama Andrew Leonardgo dengan kekasihnya, lupakan saja sudah biasa kau tahu jika kedua kakakmu dari France."
"Aku sendiri bebas ma party bareng temen di sini?." Tanya Nao.
"Selagi aman-aman saja silahkan asal tidak mengganggu tuan rumah."
Nao mengembangkan senyum. "Oke."
Nao mengakui jika kakaknya Andrew sangat tampan, kini tatapan Nao tertuju pada seorang pria yang hanya berbaring dengan buku di tangan. Pria itu tidak ikut party atau minum-minum bersama wanita seperti yang lain.
"Kalau yang itu siapa ma?." Penasaran Nao.
Sarah mengikuti pandangan Nao wanita paruh baya itu tersenyum. "Dia Ares Leonardgo adik Andrew kakak keduamu."
"Tidak ikut party?." Tanya Nao yang merasa aneh.
"Ares bertolak belakang dengan Andrew dia seorang atlet volly ball sangat menjaga tubuhnya." Balas Sarah. "Hai Ares!." Panggil mama Sarah.
Ares menoleh ke arah sumber suara.
"Tersenyum dan bersikap ramahlah kepadanya." Bisik Sarah pada Nao.
Saat beradu tatap Nao melemparkan senyuman, Andrew sangat tampan namun berbeda dengan Ares ia lebih daripada kakaknya.
Ares mengerutkan kening saat melihat gadis di samping mamanya entah apa yang ada di pikiran pria itu. Karena tidak mendapat balasan ramah, Nao memilih masuk kembali ke kamar. "Baik dari mananya dia terlihat angkuh dengan tatapan itu!."
"Jangan dulu cepat menyimpulkan, ingat kalian harus akur mama tak mau tahu." Potong Sarah.
Nao memutar mata malas. "Iya ma iya, tampaknya kau begitu menyayangi mereka."
Sarah meraih wajah Nao mencium keningnya lama. "Apalagi dengan putri mama ini, beradaptasi-lah mungkin kamu akan merasakan perubahan sayang setelah tinggal di sini."
"Mama akan datang lagi untuk menyuruhmu makan malam." Setelah berucap Sarah berlalu.
Nao melemparkan tubuhnya di atas kasur yang begitu luas dan nyaman, setelah sekian lama setelah perceraian orang tuanya, Nao kembali merasakan fasilitas hidup glamor. "Entahlah aku tak tahu harus berekspresi bagaimana."
Tidak berselang lama handphone Nao berdering ia pun langsung menerima panggilan itu yang ternyata dari sahabatnya Anna. "Iya?."
"Lo dimana Naomy Laura Gilbert? pacar lo Rony nyariin sampe rumah gue katanya lo gak ada di kontrakan, jangan bikin panik." Sewot Anna.
"Gue jadi pindah An ke rumah baru mama."
"What!??."
"Iya dan gue kali ini gak bisa nolak." Balas Nao.
"Tapi di rumah kok bising kayak di club?." Heran Anna.
"Ck itu dia!." Nao berjalan menutup pintu yang mengarah ke balkon. "Kakak tiri gue party di kolam renang."
Anna merubah panggilan dengan video call, Nao pun memperlihatkan seisi kamarnya tampak Anna sumringah. "Akhirnya lo pindah juga dan kembali ngerasain fasilitas mewah, jangan ditekuk kayak gitu wajahnya lo bisa kok nerima keluarga baru apalagi bonus dapat kakak tiri dua mana pada tampan lagi."
"Terlalu berlebihan!.."
Anna terkekeh.
Dua sahabat itu asyik mengobrol hingga pada akhirnya Nao mengakhiri panggilan saat ada yang mengetuk pintu kamar.
"Sayang ayo kita makan malam bersama." Ajak Sarah.
Nao berdiri merapikan rambut dan pakaiannya ia sebenarnya agak gugup untuk memulai interaksi dengan para penghuni rumah ini, namun selagi tidak merugikan itu tak masalah.
Sarah merangkul putrinya untuk turun ke lantai bawah menuju meja makan, tampak di sana dua kakak tirinya serta papa Agam sudah ada.
"Hai adik." Sapa Andrew yang antusias dengan kedatangan Nao. "Ku kira kau masih kecil namun lihatlah pah, aku mendapatkan adik perempuan yang begitu cantik."
Nao tersenyum ramah.
"Aku Andrew kakak pertamamu."
Nao membalas uluran tangan Andrew. "Senang bertemu denganmu kak."
Kini tatapan Nao tertuju pada Ares yang juga menatapnya.
"Ares?." Tanya Agam.
"Aku Ares." Ujarnya memperkenalkan diri.
"Hai Ares." Balas Nao.
"Nao!." Potong mama Sarah. "Dia kakakmu panggil kakak."
"Kita tampak seumuran ma."
Mendengar jawaban Nao, Ares menyunggingkan senyum tipis.
"Jelas dia lebih tua darimu 2 tahun." Timpal mama Sarah.
"Sudah-sudah tak apa panggil kakakmu sesuai keinginan, papa harap kalian akur dan saling menyayangi." Potong Agam.
Mereka pun makan malam bersama, suasana seperti ini belum Nao rasakan sebelumnya.
Selepas makan malam.
Ben menghampiri Ares yang sedang duduk di tepi kolam, party itu selesai kini hanya para pelayan yang membereskan semuanya hingga bersih. "Res..."
Ares menoleh saat sahabatnya memperlihatkan sesuatu dari iPad-nya. "Adik tiri-mu yang tadi bukankah wanita ini?." Tunjuknya pada tayangan cctv.
Di sana tampak wajah Nao yang pergi tanpa menunggu pria di atas kasur bangun.
"Hmmm." Jawab singkat Ares seraya menghisap rokok di tangan.
Ben terdiam syok seolah tak percaya. "Lantas bagaimana dengan dia!?."
"Dia tak mengenaliku mungkin karena topeng yang ku kenakan."
"Haha takdir macam apa ini kawan?." Timpal Ben.
Ares terkekeh sekilas penuh maksud seraya melepas kaos hitamnya ia pun loncat berenang.
Melihat gadis yang sedang dibicarakan datang ke sana Ben tersenyum menyapa Nao. "Hai.."
"Oh hai.." Mata Nao melirik Ares yang sedang berenang.
"Aku Ben sahabat kakakmu."
"Nao." Ramah Nao.
"Indah.." Lirih Ben terucap begitu saja setelah menatap kecantikan Naomy yang begitu memanjakan mata.
"Sorry?."
Ben terkekeh. "Bukan apa-apa."
Ares menatap interaksi mereka ia pun naik dan duduk dengan kaki masih di dalam air, sebatang rokok ia hisap kembali. "Ternyata benar adikku banyak lelakinya."
Mendapat kode dari Ares, Ben pun berlalu.
"Kau bicara padaku?." Tanya ulang Nao, tatapannya tertuju pada tubuh kekar Ares yang begitu atletis dengan perut six pack tampak begitu sexy.
Selintas Nao malah teringat jika tubuh kekar itu terasa tak asing.
"Aku tahu tubuhku sempurna tapi jangan menatapku dengan tatapan seperti itu." Ujar Ares sengaja yang peka dengan sorot mata Nao.
"Ternyata benar kau orang yang angkuh." Sindir Nao mengalihkan pandangan. "Masih ada yang lebih sempurna dari bentuk tubuh atletis-mu kakak angkuh!." Lanjutnya penuh penekanan.
Ares tampak acuh.
"Sudah berapa banyak pria yang sering bersamamu?."
Pertanyaan itu membuat Nao tak terkejut mungkin semua penghuni rumah besar ini tahu dari Sarah akan kasusnya. "Aku tak mau membahasnya dan ingat aku tak semurahan yang kau duga!."
Ares tak melanjutkan ucapan ia menatap Nao dan berdiri tepat di depan gadis cantik pemilik mata indah itu. "Wanita banyak cabang selain murahan gelar apalagi yang cocok?."
Nao tersenyum menyeringai. "Seperti kau tak seperti itu saja, ku rasa kakak angkuh ini lebih dariku."
Ares menghisap rokok dan meniupkan nya pada wajah cantik Nao.
"Kau!..." Kecam Nao seraya merebut rokok dari tangan Ares. "Seorang atlet tidak pernah merusak tubuhnya dengan benda konyol seperti ini."
"Tau apa kamu adik nakal?."
Mata keduanya saling tatap di sini Nao merasakan sesuatu yang tak beres namun ia tak menggubris itu, lebih dominan rasa kesalnya terhadap Ares yang angkuh dan minim bicara.
"Sayang?." Panggil Sarah.
Nao menoleh saat dipanggil ia pun langsung menghampiri Sarah, sementara Ares kembali berenang itu rutinitasnya di malam hari.
"Mulai akrab dengan Ares? mama bahagia." Senang mama Sarah.
Nao melirik sekilas pria tampan yang fokus berenang malam-malam. "Tidak seperti kata mama yang menyebutnya baik, bagiku dia pria dingin yang minim bicara."
"Nao!..."
"Good night ma." Nao tak mau banyak bicara ia mengecup pipi Sarah lalu pergi menuju kamarnya. Melihat itu Sarah hanya menghela nafas panjang.
***
Keesokan harinya di meja makan.
Semua yang ada di sana menoleh saat mendengar langkah kaki turun terburu-buru dari lantai dua.
"Nao sayang sarapan dulu." Ucap Sarah.
"Aku buru-buru ma Rony sudah menjemput." Timpal Nao menerima bekal dari bibi pembantu.
Setelah pamit Nao pun berlalu pergi.
"Siapa Rony?." Tanya Ares.
"Kekasihnya, pasti Nao merasa tak nyaman berjauhan dengan anak itu." Balas Sarah.
Tidak ada jawaban dari Ares ia kembali melanjutkan sarapan.
Andrew menatap seolah sedang membaca raut wajah Ares namun ia tak menggubris lebih. "Pah ma aku akan kembali ke rumah sesekali pasti sering ke sini lagi."
"Oke, kabari saja tanggal pertunangan mu dengan Airin ya." Lanjut Sarah. "Kamu juga pasti sibuk mengurus pekerjaan."
"Iya ma."
Selepas sarapan Andrew berlalu pergi, tampak Ares sudah siap dengan pakaian kantornya begitu pun dengan Agam.
"Papa bangga dengan kinerjamu beberapa bulan ini Ares, setelah waktunya tiba perusahaan Airoo Company kamu yang mengambil alih." Ujar Agam menepuk pundak putra keduanya.
Ares tersenyum ia pamit berangkat duluan dengan mobil terpisah. Menjadi putra kedua dari salah satu pemimpin perusahaan besar negara itu membuatnya disibukkan dengan pekerjaan, dimana Ares harus membagi waktunya dengan menyelesaikan S2 juga perannya sebagai atlet volly.
.
Pukul 16:00 sore
Nao baru keluar dari kelasnya bersama Anna, kini mereka duduk di kantin kampus sambil mengisi perut.
"Masih gak nyangka gue ternyata Ares Leonardgo yang jadi kakak tiri lo Na." Ucap Anna. "Dan gue juga rencananya ngajak pindah lo magang di perusahaan dia."
"Papa Agam belum sepenuhnya menyerahkan Airoo Company pada Ares." Timpal Nao.
"Iya walaupun begitu bau kepemimpinannya sudah terasa dan orang-orang mengetahui juga mengakui itu."
Nao mengangkat bahunya. "Entahlah aku tak terlalu menggubris itu yang jelas dia sikapnya bertolak belakang dengan kak Andrew."
Anna seketika teringat sesuatu. "Em Na lo yakin gak mau nyari tahu lagi tentang pria di pesta waktu itu?."
Nao tak langsung menjawab entah apa yang ada dipikirannya.
"Sayang..." Sapa Rony yang tiba-tiba ada di sana mencium sekilas pipi Nao.
"Ron plis lo nongol jangan di waktu yang kurang tepat deh!." Kesal Anna.
"Sudahlah, ada apa Ron?." Tanya Nao yang menyadari jika Rony sudah mengenakan Jersey.
"Olimpiade volly antar kampus sebentar lagi dimulai, datanglah dan dukung aku."
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!