NovelToon NovelToon

Status Palsu

1

"Cantik sekali, dia"

"Ya, cantik sekali"

"Ada yang tau di jurusan apa?"

"Siapa sih cewek itu"

Begitulah saat Rara mengayuh sepeda nya menuju kampusnya. Ia sengaja tinggal di asrama di area kampus, karena ia ingin belajar mandiri. Selama sekolah, ia selalu diantar jemput oleh sopir pribadinya.

*flashback

"kamu serius, dek?" tanya mas Rangga, kakaknya Rara seolah tidak percaya kalau adiknya memutuskan untuk mandiri.

"Ya mas.. aku serius. Bantu aku ngomong ke ibu dan ayah ya mas. Aku mau ambil yang di Malang saja." Rara berusaha membujuk kakak satu-satunya itu.

"Lagian kan, ketika libur semester, aku bisa pulang. Ya mas, ya mas. Bantu aku bilang ke ibu" lanjutnya sambil bergelayut di lengan kakaknya.

"Lagian, ambil jurusan MIPA aja pake jauh-jauh, seperti di Jakarta ini gak ada aja."

muka mas Rangga langsung berubah. Sebenarnya, ia menginginkan adiknya mengambil jurusan Farmasi, jadi bisa membantu perusahaan mereka.

Rara mengedipkan sebelah matanya.

"kan cukup kalian saja yang bekerja di bidang itu, aku suka matematika, mas. Sensasinya beda sama kalian" Rara tertawa sambil mendorong kakaknya untuk membelanya di depan ayah dan ibu mereka.

" Ya sudahlah Bu, biarkan Rara mandiri. Kita tidak bisa memaksakan kehendak kita" ucap ayah.

"Nah.. bener itu yah.. jadi boleh kan ya bu?" tanyanya ke ibu lagi.

Rara tau, kalau ibunya berat. Tapi keputusannya untuk melanjutkan studi nya sudah bulat.

Beberapa hari kemudian, mereka menyiapkan keperluan Rara. Ibu hanya bisa menangisi keputusan anak gadisnya itu.

"Gimana kamu di sana, sayang. Tinggal dimana? Nanti makan apa? Siapa yang merapikan peralatanmu." tanya ibu.

"Kan ayah sudah mencari tempat tinggal buat Rara." ucapnya sambil merapikan apa saja yang akan dibawanya.

"Ya Bu.. ayah sudah membayar kamar di asrama perkomplekan kampusnya. Jadi dia akan lebih mudah pulang pergi." sebenarnya, ayah tidak merelakan kepergian anak gadisnya, tapi, melihat semangat anaknya itu, dia mengizinkan.

"Lagian jaman sekarang kan bisa pesan lewat ponsel saja Bu. Asal jangan telat kirim uang buat Rara ya mas"

Rangga hanya bisa tertawa sinis.

Hari pertama Rara di Malang, memang berat. Dia harus membuka mata tanpa ada yang membangunkannya. Merapikan keperluannya sendiri. Tapi itu jalan yang dipilihnya. Tapi lama kelamaan, dia terbiasa dengan aktivitas barunya itu.

Rara berperawakan kurus tinggi, dengan rambut sebahu. Dia tidak suka dandan, walau begitu, aura cantiknya tetap terlihat. Dia tidak peduli dengan godaan laki-laki yang melihatnya.

Dari asrama ke kampusnya, dia hanya mengais sepedanya. Dia tidak ingin orang tau, bagaimana dia di Jakarta.

Mata kuliah Kalkulus, menjadi mata kuliah terakhir saat malam itu. Seperti biasa, dia mengayuh pedal sepedanya. Tapi, akhir-akhir ini, ia merasa diikuti oleh orang yang tidak di kenalnya. Buru-buru ia mengayuh sepedanya, berharap asrama tempat tinggalnya sekarang ada di depan matanya. Seringkali ia mendapat WhatsApp dari nomor tak dikenal, yang berbicara tidak sopan. Sampai di asramanya, dia langsung masuk ke kamarnya.

Tok.tok.tok

Rara membuka pintu dengan wajah cemas.

"Kamu kenapa Ra? Aku perhatikan dari masuk tadi seperti buru-buru gitu" tanya Ita, teman sebelah kamarnya.

"Aku takut, Ta.. Awalnya aku santai mengayuh sepeda, tapi,,seperti ada yang mengikutiku" ucap Rara pada Ita.

"Makanya, Raaa... jadi cewek itu jangan cantik banget" Ita terkekeh mendengar cerita Rara.

2

"Hallo sayang.. lagi apa nak?" suara ibu dari ponsel Rara.

"Ya Bu.." suara Rara berat, dikarenakan hari Sabtu, dia memutuskan untuk tidur kembali setelah Sholah Subuh.

"Baru bangun? Astagaaa... Udah jam berapa ini nak? Anak gadis gak boleh bangun siang ah"ucap ibu.

"Ini kan libur Bu, lagian, Rara tidak ada kegiatan. Paling nanti mau keluar kampus, mau ke toko buku aja" ucap Rara.

"Ya sudah, jangan lupa makan ya nak" ucap ibu mengakhiri pembicaraan itu.

Jam di dinding menunjukkan pukul 9 pagi. Rara membereskan kamarnya, dan segera bergegas untuk ke toko buku. Ya, Rara memang suka menyendiri. Ia lebih senang dengan dunianya, daripada harus menghabiskan waktu buat pacaran seperti teman-teman di asrama itu. Weekend biasanya mereka habiskan dengan berjalan bersama pacar mereka masing-masing.

Rara memakai sendal jepit, celana jeans berwarna biru tua, dan kaos oblong berwarna putih. Orang tidak akan tau, kalau sebenarnya, Rara adalah anak dari pak Rahmat, yang mempunyai perusahaan di bidang farmasi.

Toko buku yang dituju sudah di depan mata,

"Pagi mbak Rara" sapa perempuan muda itu, Ya, Ayu adalah penjaga toko buku langganannya. Hampir setiap Sabtu atau Minggu, Rara menghabiskan waktu untuk membaca buku dan membeli keperluannya.

Ponselnya bergetar, Rara tidak suka dengan suara ponsel yang terlalu besar, bahkan kadang dia memakai mode silent, sehingga seringkali dia tidak mendengar suara ponselnya di keramaian kampusnya.

Di toko itu sunyi, sehingga, dia mendengar getaran ponselnya yang di letakkan di atas meja. Nomor yang tidak dikenalnya. Tapi nomor itu berulang kali menyapa di ponselnya siang itu.

"Siapa ya?" Dengan nada ragu-ragu, Rara menjawab panggilan itu.

"Hallo, Rara. Ini Dimas"

Dimas adalah ketua kelasnya di kampus.

Ia yang selalu memberi info tugas atau apapun tentang kampusnya.

"Oh, ya. Maaf Dimas, ada apa?"

"Kami dimana?"

"Aku di toko buku dekat kampus kita. Ada apa ya?"

"Aku nyusul kesana ya" kemudian Dimas mematikan ponselnya.

Rara tidak merasa aneh. Ia terus membaca dan memilih buku yang akan dibelinya sambil duduk bersila dan menyender di dinding, di toko buku itu menyediakan sudut baca.

Ponselnya kembali bergetar.

Sebuah pesan singkat WhatsApp dari nomor yang tidak dikenal lagi. Tapi tidak ada foto profil.

"Aku tau kamu dimana, aku tau kamu sedang membaca buku apa, aku tau kamu memakai baju apa hari ini."

Sontak Rara ketakutan.

Ponselnya kembali bergetar.

"kamu gak perlu grogi gitu, aku hanya seorang yang hanya akan memandang kamu."

Rara terdiam, melihat sekelilingnya.

"Siapa kamu?"

"Salah satu penggemar kecantikan kamu"

"Jangan ganggu aku, aku sedang menunggu tunanganku. Aku akan menceritakan kejadian ini ke tunanganku"

"Mana mungkin, aku tau kamu di sini seorang diri, jangankan tunangan, pacar saja kamu tidak ada.Tapi tenang. Aku siap kok jadi pacar kamu"

"Pede sekali kamu. Sekali lagi jangan ganggu aku"

Rara memutuskan untuk segera bangun dari tempatnya, dan bergegas keluar dari toko itu.

Ponselnya bergetar lagi

"Jangan lari, kemana kamu, aku tetap bisa melihatmu" ucap seseorang itu lagi.

Muka Rara makin pucat. Dia berlari sambil memakai sendalnya.

Dug

Rara menabrak seseorang.

Lelaki muda di depannya itu memakai warna baju yang sama dengannya.

"Sayang.. kok lama sekali, kita pergi dari sini"

3

"Maksudnya?" tanya laki-laki di hadapannya itu.

"Cepat tolong bawa saya dari sini. Cepat" ucap Rara menutup mukanya di bawah badan laki-laki yang berawakan tinggi itu, yang Rara tau, dia bisa pergi dari tempat itu.

"Cieee mbak Rara" ucap Ayu meledeknya.

Rara melempakan senyum tipisnya ke Ayu.

Mereka tergesa-gesa.

"Tapi.. kendaraanku di sana, buka disitu" laki-laki itu menunjuk motornya yang berwarna hijau.

"Ayo cepat" Rara langsung memakai helm itu, dan naik motor itu.

Mereka pergi dari toko itu.

"Kita kemana?" tanya Rara

"Apa?" tanya laki-laki itu.

Suara Rara kalah dengan knalpot motor laki-laki itu.

Laki-laki itu menghentikan motornya di taman Kota.

"Turun" perintahnya.

Rara menarik nafas lega. Ia ketakutan dengan cara laki-laki itu mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi.

Rara menoleh ke kanan dan ke kiri.

"Kamu kenapa sih? Seperti habis melihat hantu saja"

"Bukan hantu, tapi lebih menakutkan. Ini sama sekali tidak menampakkan wujudnya"

Laki-laki itu tertawa terbahak-bahak, sampai orang yang lewat melihat ke arah mereka. Rara menutup mulut laki-laki itu walau harus menjinjit kakinya.

"Kita duduk di sana saja."

Rara tetap memegang kaos yang dikenakan laki-laki itu.

Ponselnya berdering, ia ingat kalau itu nomor Dimas.

"Ra, dimana? Aku udah sampai di toko buku"

"Maaf Dimas, aku sudah pergi dari sana. Ada keperluan mendadak" ucap Rara ke Dimas. Dan mereka mengakhiri pembicaraan itu.

"Maaf harus merepotkan. Aku merasa sangat takut tadi". Ia menyerahkan ponselnya, dan memperlihatkan isi pembicaraan via WhatsApp itu ke laki-laki yang belum di kenalnya.

Laki-laki itu tertawa lagi.

"Bagaimana kalau itu adalah aku?" dia lanjutkan tertawa lagi.

Rara mulai ketakutan. Melihat muka Rara, laki-laki itu terdiam, ia merasa kasihan dengan muka takut perempuan yang ada di hadapannya itu.

"Sudah, tidak usah mengeluarkan muka itu. Aneh. Kalau aku berniat buruk, pasti aku akan membawa kamu ke hutan, dan..."

Rara bangun dari tempat duduknya.

"Ibuuu..." teriak Rara dalam hati.

"Sudah, duduk lagi. Nanti orang curiga kalau aku akan melakukan hal aneh padamu" laki-laki itu memegang pundak Rara dan mengajaknya duduk.

Rara termasuk gadis bertubuh tinggi, tapi, dibanding dengan laki-laki itu, dia hanya sebahunya saja.

"Jadi nama kamu, Rara?" Ia mengembalikan ponsel Rara ke tangan Rara.

"Sebaiknya kamu jangan bertindak seperti tadi, ya, ketemu aku, kalau kamu ketemu dengan laki-laki bejat, bagaimana? Namaku Hafiz. Tapi, sepertinya umur kita tidak sama, kamu dibawah aku. Pasti seumuran adik sepupuku. Kalau begitu panggil aku mas Hafiz" Dengan pedenya ia mengenalkan dirinya.

"Fakhira, tapi biasa dipanggil Rara."

"Kamu mahasiswa UB ya? Jurusan apa?"

"Ya mas, aku ambil jurusan MIPA."

"Oh ya. Ini nomorku, kalau ada apa-apa, kamu bisa hubungi aku"

Hafiz menyimpan nomornya di ponsel Rara. Dan ia memanggil nomornya lewat ponsel Rara.

Rara terdiam, dan melihat sosok laki-laki itu.

"Ternyata di kota kecil ini, ada laki-laki tampan seperti ini" batinnya berkata.

"Ya sudah, aku antar kamu pulang. Aku rasa tidak ada yg mengikutimu lagi."

Kalimat itu mengagetkan lamunannya.

"Oh. ehm.. gak usah mas, biar Rara pulang naik oplet saja"

"Kalau di dalam oplet itu ada lagi yang mengikutimu bagaimana? Lagian kan aku laki-laki bertanggung jawab. Aku akan mengantarmu pulang." Ia menarik Rara ke dekat motornya.

"Pakailah" perintahnya.

Rara masih terdiam.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!