Seorang wanita cantik tengah sibuk di dapur mempersiapkan makan malam untuk suaminya. Wanita itu adalah Yasmin Audy Syakilla. Hari ini adalah hari ulang tahun pernikahan mereka yang kedua. Dengan penuh kebahagian dan cinta, Yasmin memasak berbagai macam hidangan kesukaan sang suami. Sebuah kue dengan hiasan bunga mawar yang indah mengelilingi lilin dengan bentuk angka dua yang berwarna merah.
Setelah selesai memasak, Yasmin menatanya di atas meja makan dengan sangat rapi. Yasmin menatap semua hasil masakannya untuk memastikan kesempurnaan pesta kejutan untuk Sammy. Suami yang sangat ia cintai.
"Oh aku hampir lupa. Aku belum memotong buah." Yasmin berseru sambil berbalik kembali ke dapur. Membuka lemari es dan mengeluarkan buah-buahan yang ia beli tadi pagi. Lalu memilih dengan seksama buah-buahan itu sebelum ia kupas dan ia letakkan di dalam mangkuk bening. Yasmin memilih beberapa jenis buah kesukaan Sammy.
"Yasmin! Kamu ini benar-benar deh. Istri yang nggak tahu diri. Anakku itu bekerja keras untuk mencari uang bukan untuk kamu hamburkan begitu saja ya. Memasak begitu banyak seperti ini. Bahkan orang satu kampung pun belum tentu akan habis kan? Ini namanya pemborosan." Suara wanita yang terdengar keras dari ruang makan membuat Yasmin buru-buru mencuci tangannya dan menghampiri Yuna, sang ibu mertua.
"Maaf ma. Bukannya maksud aku untuk boros. Tetapi hari ini adalah ulang tahun pernikahan aku dan Mas Sammy. Jadi aku memasak semua makanan kesukaan Mas Sammy untuk merayakannya. Lagipula semua masakan ini aku masak dengan uang tabunganku sendiri sebelum aku menikah ma. Jadi aku tidak menghamburkan uang mas Sammy." Jawab Yasmin.
"Apa? Jadi mentang-mentang kamu beli dengan uangmu sendiri lalu kamu bisa seenaknya saja? Kamu itu harus ingat bahwa kamu sekarang adalah seorang istri. Mana ada uang istri atau uang suami? Jika kamu punya uang, lebih baik berikan pada Yasmin. Bukankah Sammy bilang jika dia butuh suntikan dana tambahan untuk proyek barunya?" Yuna berbicara dengan marah.
"Bukan seperti itu ma. Hari ini adalah hari istimewa. Memasak banyak makanan juga tidak setiap hari. Aku memang ada uang simpanan. Namun uang itu adalah simpanan untuk berjaga di masa depan ma." Yasmin menjelaskan agar ibu mertuanya tidak salah paham padanya.
"Alaah bilang saja jika kamu tidak mau. Untuk apa berbelit-belit. Lagipula masa depan apa yang kamu bicarakan? Punya anak dulu baru pantas bicara tentang masa depan. Kamu apa? Sudah dua tahun menikah belum juga punya anak. Dikasih hamil, eh malah bertindak sembarangan dan keguguran." Ketus Yuna menatap Yasmin benci.
"Ini juga bukan kemauanku ma. Setiap orang yang sudah menikah pasti ingin segera dikaruniai anak. Aku juga seperti itu ma. Tapi aku juga tidak bisa berbuat apa-apa jika belum dikasih." Ucap Yasmin dengan sedih. Siapa yang ingin kehilangan anak yang telah ditunggu-tunggu? Tidak ada! Mertuanya ini selalu saja menyalahkan keguguran nya padanya. Dia juga tidak ingin keguguran.
"Huh! Tidak ada gunanya berbicara dengan menantu yang keras kepala sepertimu. Lama-lama aku bisa mati berdiri karena darah tinggi. Hemp!" Yuna mendengus sebelum pergi dengan marah. Meninggalkan ruang makan dan masuk ke kamarnya yang ada di lantai dua.
Setelah kepergian Yuna, Yasmin menghela napas panjang. Menghapus air mata yang hampir menetes di sudut matanya.
"Untuk apa menangis? Bukannya sekali ini saja mama berkata seperti itu kan?" Gumam Yasmin dengan suara rendah.
"Ah! Tidak perlu dipikirkan. Sebentar lagi mas Sammy akan pulang. Aku harus segera menyiapkan semuanya dan berdandan cantik untuk menunggunya kembali. Jangan sampai dia melihat wajahku yang berantakan dan badanku yang bau asap ini." Yasmin dengan cepat mengembalikan semangatnya. Lalu melanjutkan pekerjaannya sebelum mempersiapkan dirinya sendiri dan berdandan dengan cantik untuk menyambut sang suami tercinta.
Yasmin duduk di ruang tamu untuk menunggu Sammy pulang. Sesekali ia akan melihat ke arah jam dinding untuk melihat jam dan berharap Sammy segera datang.
"Kenapa mas Sammy lama sekali hari ini? Apa dia lembur ya?" Gumamnya sambil berpikir. "Apa sebaiknya aku tanya saja ya?" Lanjutnya ragu. Ia menggenggam ponselnya dengan erat.
"Tidak bisa. Jika nanti mas Sammy tanya ada apa, aku harus jawab apa?" Yasmin menggelengkan kepalanya menjawab pertanyaan nya sendiri.
"Oh. Bagaimana jika aku panasi dulu makananya. Pasti sudah mulai dingin." Yasmin berdiri untuk pergi ke dapur. Namun sebelum ia beranjak, ia mendengar suara mobil yang familiar berhenti. Yasmin segera keluar karena ia mengenali jika mobil itu adalah mobil Sammy.
"Mas kenapa terlambat pulang hari i...ni..." Langkah Yasmin berhenti saat ia melihat jika Sammy membuka pintu depan sebelah kanan dan menggandeng seorang wanita cantik turun dari mobil dengan mesra.
Yasmin terdiam di tempatnya. Bagaimana bisa suaminya itu bertindak sangat mesra dengan wanita lain di depannya? Siapa wanita itu sebenarnya?
Yasmin berjalan mendekat dan bertanya. "Mas, siapa wanita ini? Kenapa dia datang denganmu?"
"Yasmin, kenalkan, ini adalah Marsya. Pacarku." Jawab Sammy sambil memeluk pundak wanita bernama Marsya itu mesra.
"Mas jangan bercanda deh. Nggak lucu." Yasmin terkekeh untuk menyembunyikan keterkejutannya. Hatinya menolak untuk mempercayai apa yang dia dengar.
"Aku tidak bercanda. Ini memang pacarku. Hari ini aku bawa dia untuk menemui mama. Bukankah kamu dulu juga begitu?" Jawab Sammy datar sambil menggandeng Marsya dan berjalan melewati Yasmin yang tampak kacau.
"Mas, jangan berlebihan bercandanya. Ini nggak lucu sama sekali." Yasmin mengejar Sammy dan menarik lengannya.
"Yasmin, kamu semakin hari semakin menyebalkan ya? Selain menyebalkan, apa kamu juga tuli?" Sammy menoleh dan bertanya dengan kesal.
Melihat raut wajah Sammy, Yasmin tahu bahwa laki-laki itu sama sekali tidak bercanda. Tapi mengapa?
"Ma.... Mama.... Lihat siapa yang datang!" Sammy berteriak memanggil Yuna saat ia sampai di ruang tamu dan duduk bersama dengan Marsya. Yasmin berdiri terpaku di tempatnya melihat bagaimana suami nya ini terlihat sangat alami. Apakah keduanya terbiasa bersama?
"Ada apa sih Sam? Kenapa berteriak-teriak? Apa kamu tidak tahu jika mama sedang pusing?" Yuna keluar dengan kesal. Mengeluhkan sikap Sammy. Ia masih kesal dengan Yasmin barusan. Sekarang bahkan Sammy putranya sendiri juga menguji kesabarannya. Namun saat ia melihat siapa yang duduk di samping Sammy, keluhannya yang lalu segera hilang tanpa bekas.
"Eh ada Nak Marsya. Tante kangen sekali lho sama kamu." Yuna segera datang dan bahkan memeluk Marsya dengan hangat.
Yasmin semakin terpaku. Jadi bahkan mama mertuanya sudah mengenal wanita ini? Sejak kapan Sammy mengkhianatinya? Jika ini adalah prank yang dilakukan Sammy seperti yang ia harap, dengan adanya Yuna di dalamnya, agaknya harapan itu tidak pernah ada. Mana mungkin Yuna mau berakting untuk memberinya kejutan! Jadi apakah ini benar?
*
*
Menikah Dengan Saingan Mantan Suami
#1
...Terima kasih sudah mampir 😘...
...Jangan lupa Like, vote dan komen ya...👍...
...Follow juga akun Author nya....
...☘️Queen_OK☘️...
"Ada apa sih Sam? Kenapa berteriak-teriak? Apa kamu tidak tahu jika mama sedang pusing?" Yuna keluar dengan kesal. Mengeluhkan sikap Sammy. Ia masih kesal dengan Yasmin barusan. Sekarang bahkan Sammy putranya sendiri juga menguji kesabarannya. Namun saat ia melihat siapa yang duduk di samping Sammy, keluhannya yang lalu segera hilang tanpa bekas.
"Eh ada Nak Marsya. Tante kangen sekali lho sama kamu." Yuna segera datang dan bahkan memeluk Marsya dengan hangat.
Yasmin semakin terpaku. Jadi bahkan mama mertuanya sudah mengenal wanita ini? Sejak kapan Sammy mengkhianatinya? Jika ini adalah prank yang dilakukan Sammy seperti yang ia harap, dengan adanya Yuna di dalamnya, agaknya harapan itu tidak pernah ada. Mana mungkin Yuna mau berakting untuk memberinya kejutan! Jadi apakah ini benar?
"Mas, tolong jelaskan Padaku apa yang terjadi sebenarnya?" Yasmin menarik tangan Sammy dan memaksanya untuk melihat ke arahnya.
"Kamu ini bodoh atau apa? Apa kamu masih belum mengerti juga?" Sinis Sammy memandang jijik Yasmin yang terlihat menyedihkan.
"Mas, apakah kamu lupa jika hari ini adalah hari ulang tahun pernikahan kita. Lalu kamu membawa wanita lain masuk ke dalam rumah kita?"
"Aku tidak lupa. Makanya aku sengaja membawa Marsya ke sini. Hitung-hitung untuk hadiah diriku sendiri. Aku ini sudah bosan dengan mu. Kamu ini sudah tidak bisa memberiku anak juga terlihat semakin jelek setiap hari. Aku ini bekerja di luar setiap hari. Aku melihat banyak wanita cantik. Jika aku pulang hanya melihat wajah lusuhmu itu, aku jadi tidak berselera. Jadi jangan salahkan aku jika aku memiliki pacar di luar. Ini saja kamu tidak mengerti. Dasar bo-doh!" Umpat Sammy. Mengibaskan tangan Yasmin yang memegang tangannya dengan gemetar.
"Mas, kenapa kamu berubah padaku seperti ini?"
"Sudahlah. Aku malas berbicara denganmu. Sayang, ayo kita pergi saja. Mood ku rusak melihat wajahnya yang lebih mirip dengan pembantu ini." Sammy meraih tangan Marsya dan mengajaknya berdiri.
"Benar. Lebih baik kalian pergi saja dari sini. Jangan berlama-lama bertemu dengan wanita ini. Nanti ikut lusuh seperti dia. Kalian pergi cari hotel bintang lima. Nikmati hari kalian..." Yuna ikut berdiri. Mengelus tangan Marsya dengan senyum miring di bibirnya.
"Mama! Mama kenapa membela mas Sammy?" Yasmin tidak menyangka bahkan saat semua ini terjadi di depan Yuna, wanita itu masih bisa membelanya.
"Kenapa? Dia anakku. Tentu saja aku membelanya. Lagipula dia benar. Marsya itu sepuluh kali lebih baik darimu. Jika dia melahirkan anak Sammy, anaknya pasti sangat tampan." Yuna tidak merasa bersalah sedikitpun.
"Kamu sudah dengar sendiri? Jika aku jadi kamu, aku akan pergi dari sini. Kamu itu tidak diinginkan oleh semua orang. Kamu harus sadar diri dong!" Marsya yang dari awal menikmati pertunjukan itu angkat bicara.
Melihat Marsya yang berbicara kurang ajar padanya, Yasmin tidak dapat menahan amarahnya. Ia segera maju dan berusaha menampar Marsya. Namun Sammy yang melihatnya langsung melindunginya dan bahkan menampar Yasmin sebagai gantinya. Sammy menggunakan seluruh tenaganya untuk menampar Yasmin hingga wanita itu terjatuh dengan jejak lima jari merah di pipinya.
"Ah!" Pekik Yasmin kesakitan. Ia memegangi pipinya yang panas.
"Jangan sekali-kali kamu mengganggu Marsya. Apalagi menyentuhnya dengan tangan kotormu itu! Huh!" Sammy menunjuk Yasmin dengan tajam sebelum memeluk pinggang Marsya dan pergi dari rumah itu setelah pamit pada Yuna. Meninggalkan Yasmin yang menangis di lantai. Yuna juga hanya melewati Yasmin tanpa berniat membantunya berdiri.
Yasmin tidak dapat menghentikan tangisnya bagaimanapun. Yasmin tidak memiliki siapa-siapa lagi di dunia ini. Papanya sudah meninggal setelah ia menikahkannya dengan Sammy.
Dulu, Sammy adalah karyawan di perusahaan milik keluarga Yasmin. Karena dinilai cakap bekerja dan berpotensi, serta memiliki wajah yang tampan. Selain itu, Sammy dan Yasmin terlihat cocok satu sama lain saat mereka bekerja sama di perusahaan. Jadi papa Yasmin pun menjodohkan Sammy dengan putri satu-satunya. Berharap jika dia meninggal nanti akan ada orang yang membantu putrinya menjalankan bisnis keluarga mereka.
Sammy dulu juga memang mencintai Yasmin. Begitu juga sebaliknya. Namun Sammy mulai berubah setelah Yasmin kehilangan calon bayi mereka. Setelah keguguran, Yasmin memang ingin merawat diri baik-baik dan tidak lagi pergi ke kantor untuk bekerja dan mengerjakan semua pekerjaannya pada Sammy. Mereka adalah suami istri, jadi Yasmin sangat percaya pada Sammy yang menurutnya tidak mungkin akan mengkhianatinya. Namun nyatanya....
"Mas kenapa kamu berbeda sekarang?" Gumam Yasmin mengingat masa lalu indah mereka.
"Tidak. Aku tidak boleh kalah. Aku tidak boleh kalah dari wanita lain. Aku akan mempertahankan pernikahan ini bagaimana pun caranya." Yasmin menghapus air matanya. Bangkit dari keterpurukan dan masuk ke dalam rumah. Dunia tidak akan menunggunya jika dia berhenti dan menyerah di sini.
Keesokan harinya, Yasmin bangun dengan mata yang sembab. Lalu tertegun setelah menyadari jika tempat di sampingnya masih kosong. Apakah Sammy benar-benar tidak pulang semalam? Pikir Yasmin sedih.
Setelah ia selesai berdandan dan menutupi mata sembabnya sebisa mungkin, ia keluar dari kamar. Hari ini ia akan pergi ke kantor untuk mencari Sammy. Berharap ia dapat membuat Sammy kembali berubah. Jadi dia memasak makan siang untuk Sammy dan membawakannya ke kantor.
Setengah jam sebelum jam makan siang, Yasmin sudah berangkat ke kantor agar dia tidak terlambat. Lalu sampai di kantor lima belas menit sebelum jam makan siang tiba.
"Nona Yasmin." Sapa sekretaris Sammy saat melihat Yasmin datang.
"Hei Linda. Lama tidak bertemu. Apakah tuan ada?" Tanya Yasmin tanpa basa basi. Dia mengenal hampir semua orang di kantor ini. Lagipula ini adalah kantor milik keluarganya dan dia juga dulunya bekerja di sini selama bertahun-tahun.
"Ada nona. Tapi sekarang sedang ada meeting dengan seorang klien di ruang rapat. Apa nona ingin saya memberitahunya?" Tanya wanita bernama Linda itu.
"Tidak perlu. Aku akan menunggunya di ruangan saja." Jawab Yasmin.
"Tapi nona...." Linda ragu-ragu untuk melanjutkan kalimatnya. Yasmin melihat ada yang aneh dengan Linda. Dia curiga apakah sesuatu di dalam ruangan Sammy? Jadi tanpa menunggu, ia membuka pintu ruangan.
Yasmin tidak bisa tidak terkejut saat melihat siapa yang ia lihat di dalam ruangan pertama kali. Marsya duduk di kursi direktur milik Sammy yang sebelumnya adalah miliknya sebelum ia memutuskan untuk berhenti. Marsya juga sama terkejutnya dengan Yasmin. Namun dia lebih cepat menguasai dirinya dan duduk dengan angkuh di tempatnya.
"Kamu! Apa yang kamu lakukan di sini?!" Tanya Yasmin dengan marah. Ia meletakkan bekal makanannya di atas meja lalu menghampiri Marsya yang masih dapat duduk dengan tenang meskipun dia sudah ketahuan. Apakah dia biasanya memang seperti itu? Wanita ini bisa bergerak bebas di dalam perusahaan?
*
*
*
Menikah Dengan Saingan Mantan Suami
#2
...Terima kasih sudah mampir 😘...
...Jangan lupa Like, vote dan komen ya...👍...
...Follow juga akun Author nya....
...☘️Queen_OK☘️...
Yasmin tidak bisa tidak terkejut saat melihat siapa yang ia lihat di dalam ruangan pertama kali. Marsya duduk di kursi direktur milik Sammy yang sebelumnya adalah miliknya sebelum ia memutuskan untuk berhenti. Marsya juga sama terkejutnya dengan Yasmin. Namun dia lebih cepat menguasai dirinya dan duduk dengan angkuh di tempatnya.
"Kamu! Apa yang kamu lakukan di sini?!" Tanya Yasmin dengan marah. Ia meletakkan bekal makanannya di atas meja lalu menghampiri Marsya yang masih dapat duduk dengan tenang meskipun dia sudah ketahuan. Apakah dia biasanya memang seperti itu? Wanita ini bisa bergerak bebas di dalam perusahaan?
"Oh hai wanita yang ditinggalkan. Aku tidak menyangka melihatmu datang ke tempat kerja kekasihku." Marsya menopang dagunya dengan tangan. Berbicara dengan nada sombong dan senyum meremehkan.
"Aku adalah istrinya mas Sammy. Lalu ini juga adalah perusahaanku. Tidak aneh jika aku ke mari. Justru kamu yang seharusnya tidak datang ke sini. Kamu hanyalah orang ketiga dalam rumah tangga kami. Kamu seharusnya pergi dari sini." Yasmin membalas tanpa takut.
"Eh? Apa Sammy tidak memberitahumu jika perusahaan ini bukan lagi perusahaan mu melainkan miliknya?" Marsya memegang bibirnya saat ia berbicara.
"Apa maksudmu? Katakan dengan jelas." Yasmin tidak percaya apa yang baru saja dikatakan oleh Marsya. Masalah besar seperti ini, tidak mungkin dengan begitu mudah dialih namakan. Pasti ada yang salah.
"Oh ternyata belum? Begini. Kalau begitu aku saja yang memberitahumu."
"Jangan main-main denganku."
"Tidak. Aku tidak main-main. Aku malah berbaik hati padamu. Memberitahu mu lebih dulu agar kamu tidak terkejut nanti." Marsya menggelengkan kepalanya. Dengan senyum mengejek terukir di wajahnya yang cantik.
"Apa kamu ingat dua bulan yang lalu Sammy pernah memintamu menandatangi sebuah dokumen?"
"Dokumen? Bukankah itu adalah dokumen proyek di daerah Y?" Yasmin memiliki ingatan yang bagus.
"Ha-ha-ha-ha. Proyek di daerah Y? Bukan. Itu sebenarnya adalah surat pengalihan aset. Jadi apa kamu sekarang percaya?"
"Tidak mungkin. Mas Sammy tidak mungkin melakukan nya." Elak Yasmin. Ia masih tidak percaya jika Sammy tega melakukan itu padanya.
"Tapi itu yang sesungguhnya terjadi." Jawab Marsya percaya diri. "Apa kamu lupa jika Sammy saat itu bertindak tidak wajar?" Lanjut Marsya.
Mendengar perkataan Marsya, Yasmin mulai berpikir dan akhirnya ia mengingat nya. Memang benar. Saat itu Sammy meminta tanda tangannya saat ia sedang menyiram bubg di taman. Suaminya itu berkata jika ia lupa tidak meminta tanda tangannya semalam dan saat itu sedang terburu-buru berangkat untuk meeting. Membuat Yasmin tidak memiliki waktu untuk membaca secara detail berkas itu. Yang ia lihat hanya judul paling depan halaman. Lagipula ia juga tidak curiga sama sekali. Ia tidak menyangka jika laki-laki yang selama ini ia percayai malah mengkhianati kepercayaan nya.
"Sepertinya kamu sudah ingat. Baguslah kalau begitu. Dengan begitu Sammy tidak perlu memberitahukannya padamu secara langsung." Ucap Marsya setelah melihat wajah pucat Yasmin.
"Tidak. Aku tidak percaya. Sebelum aku mendengarnya dari mas Sammy, aku tidak akan percaya. Bisa saja ini hanya akal-akalan mu saja untuk membohongi ku." Tania menggelengkan kepalanya. Lalu duduk di sofa ruangan itu dan menunggu Sammy selesai rapat.
"Ya sudah jika tidak percaya. Aku juga tidak bisa apa-apa." Marsya menggedikkan bahunya acuh sambil kembali duduk menyandarkan punggungnya di kursi direktur Sammy.
Sammy masuk ke dalam ruangannya sepuluh menit kemudian. Ia tidak terkejut melihat Yasmin ada di dalam ruangannya karena Marsya sudah lebih dulu menghubunginya.
"Sayang.... Sudah selesai rapatnya?" Marsya yang melihat Sammy masuk langsung berlari dan memeluk Sammy dengan manja. Yasmin yang juga segera berdiri mengepalkan tangannya melihat kemesraan mereka. Kedua orang ini benar-benar tidak memandangnya. Apakah mungkin karena dia sekarang dinilai sudah tidak berguna lagi bagi Sammy?
"Sayang, katakan saja padanya sekarang. Aku sudah muak melihat wajahnya yang jelek. Bagaimana jika anak kita nanti jadi jelek seperti nya?" Marsya berkata dengan manja. Ia mengelus perutnya yang rata. Tapi dari kata-kata Marsya, Yasmin menebak jika wanita itu pasti tengah hamil saat ini. Dan anak di dalam kandungan itu adalah anak Sammy, suaminya.
"Mas, apa benar yang dikatakan perempuan ini?" Yasmin menatap Sammy. Berharap mendapatkan jawaban yang ingin dia dengar, yaitu mengelak ucapan Marsya. Namun yang dia dapati justru jawaban yang tidak ia inginkan.
"Benar. Apa yang dikatakan Marsya semuanya benar."
"Jadi mas sudah...."
"Ya. Sekarang perusahaan ini sudah menjadi milikku." Ucap Sammy percaya diri. "Oh tidak. Maksudku, semua aset yang kamu punya sudah menjadi milikku. Bahkan rumah itu."
"Apa?!" Teriak Yasmin kaget.
"Ih mas. Dia mengagetkanku. Bagaimana jika teriakannya yang berisik mengganggu calon bayi kita?" Marsya menggelayut di lengan Sammy. Bersikap manja dan menggoda.
"Kamu tidak dengar ucapan kekasihku? Ah....kenapa akhir-akhir ini aku sering lupa. Maksudku ucapan calon istriku."
"Apa maksudmu mas? Aku ini istrimu mas. Aku tidak akan membiarkan kamu menikahi wanita ini. Aku tidak peduli dengan semua harta itu. Tapi kamu, akan tetap menjadi suamiku." Ucap Yasmin tegas.
"Oh Yasmin yang polos. Sudah sampai pada tahap ini kamu masih juga tidak mengerti?" Sammy berjalan mendekati Yasmin. Mengangkat dagu istrinya itu dan menatapnya dengan tajam.
"Kamu dengarkan baik-baik karena aku tidak akan mengulangi ucapan ku." Sammy berkata dengan tegas. Marsya yang duduk menyandar meja melipat tangannya dan tersenyum mengejek.
"Marsya saat ini sedang hamil anakku. Marsya melakukan apa yang tidak bisa kamu lakukan. Itu membuktikan bahwa dia jauh lebih baik daripada kamu. Jadi... aku akan segera menceraikanmu tidak peduli kamu setuju atau tidak. Dan kamu, jangan pernah berpikir untuk meminta harta gono-gini karena aku tidak akan memberikannya sepeserpun padamu. Kamu paham?"
"Tapi semua ini adalah warisan keluargaku. Aku berhak atas semua ini!"
"Memang. Tapi itu dulu. Sekarang, kamu sudah tidak punya apa-apa lagi." Sammy melepaskan dagu Yasmin dengan kasar.
"Aku tidak menyangka jika kamu akan menjadi seperti ini mas. Kamu dulu berkata jika kamu mencintaiku. Lalu apa ini? Mana cinta yang kamu katakan sehidup semati itu?" Yasmin berkata sambil menangis. Ia sudah tidak bisa menahan air matanya lagi.
"Ha-ha-ha-ha-ha. Zaman sekarang ini kamu masih percaya janji seperti itu?" Sammy tertawa terbahak-bahak. "Aku akui aku memang pernah mencintaimu dulu. Tapi aku ini laki-laki yang akan tertarik pada wanita yang cantik. Sedangkan kamu, penampilan mu itu sangat kampungan. Apa kamu pernah menyadarinya? Lihat Marsya. Bukankah ia terlihat sangat cantik dan seksi?"
*
*
*
*
Menikah Dengan Saingan Mantan Suami #3
...Terima kasih sudah mampir 😘...
...Jangan lupa Like, vote dan komen ya...👍...
...Follow juga akun Author nya....
...☘️Queen_OK☘️...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!