Malam itu, menjadi malam yang sangat berharga bagi Ryuka, pasalnya itu adalah rekor malam tercepat sepanjang waktunya yang dihabiskan di rumah sakit untuk sekadar dapat merebahkan punggungnya dirumah.
Ponsel Ryuka bergetar, pesan dari Ken.
Ken : Aku parkir depan IGD, bawa payung kan?
Ryuka : Bawa. Udah di lift. Bentar. Kamu dimobil saja, jangan kemana-mana.
“Ciee Yuka, dijemput pacar ya kamu,” ledek Kinan teman seperjuangan Yuka.
“Temen.. temen, aku tetap menemanimu jomblo Kin,” jawab Ryuka asal sambil mencari plat mobil Ken.
”Awas saja kalau kamu mengkhianatiku,”. Ancam Kinan sembari terkekeh.
Setelah melihat Ken, yang ternyata menunggu Yuka berdiri didepan mobil yang diparkirnya sambil memegangi payung. Ryuka yang tidak menyukai suara hujan menautkan earphone dikedua telinganya sebelum berlari menghampiri Ken.
“Bye Kinan, duluan ya,”
“Hmm take care ya,”. Ryuka melambaikan tangan.
Hari berikutnya
“Ya Tuhan, semoga saja hari-hari berikutnya bisa pulang kaya gini terus,” ujar Gina sambil menengadahkan tangannya berdoa.
“Hussh, keramat sekali kata-kata kamu,” Kinan melayangkan tatapan tajam. Ryuka memberi isyarat untuk mengunci mulutnya sebelum mereka bertiga tertawa bersama.
“Yuka, Gin, bareng aja yuk, aku bawa mobil,” ajak Kinan menggoyang-goyangkan kunci mobilnya.
“Aku dijemput pa..car,” ujar Gina sambil merona malu-malu.
Kedua sahabat lainnya menatap jijik, “Ck!”
“Aku dijemput temen,” sambung Ryuka.
“Yang kemarin?” tanya Kinan penasaran.
“Bukan,” geleng Ryuka. Ia bisa menebak tatapan penasaran kedua sahabatnya yang dibalas dengan menaikkan salah satu sudut bibirnya keatas.
Ryuka yang melihat Q berjalan menghampirinya, terburu-buru berpamitan pada Kinan dan Gina, “duluan ya, bye,”. Ryuka secepat kilat membalikkan tubuh Q agar tidak dikenali oleh Kinan dan Gina apalagi orang-orang disekitarnya.
Q yang mendapat perlakuan Ryuka hanya terkekeh, lalu menautkan tangannya ke pundak Ryuka. Sementara Kinan dan Gina hanya melongo menyaksikan sahabatnya berlalu terburu-buru.
Hari berikutnya, lagi
“Kita nih kaya bangun dari mimpi yah, baru saja mimpi indah tidur dikasur ternyaman, eh malah bangun dengan baju operasi lengkap kaya sekarang,” keluh Gina.
“Kamu sih, kan kemarin udah dibilangin, jangan ngomong kalimat keramat,” kesal Kinan.
“Hussh, tuh pasien datang, kerja.. kerja,” kata Ryuka sambil berjalan memimpin.
Setelah menangani pasien bak air mengalir masuk IGD, dan merapikan laporan pemeriksaan pasien. Ryuka yang merasa perutnya keroncongan melirik jam, pukul 2 dini hari. Sayangnya, kantin tutup sejam yang lalu.
“Aku juga laper,” ucap Kinan. Mereka berdua menghela nafas panjang.
“Lil, kami ke warung kudapan didepan rumah sakit bentar ya, mau bungkus doang kok,”.
Lila yang menengok kanan kiri untuk memastikan semua tirai pasien tertutup dan aman, mengangguk.
Baru saja memasuki lift, ponsel Ryuka berbunyi.
Gion : Aku di lobby rumah sakit, bawain makanan, kamu masih ON kan? Bisa turun gak?
Setelah membaca pesan singkat Gion, “malam ini uang kita aman,” kata Ryuka menatap Gina lalu tersenyum, Gina diam tak mengerti.
Setibanya mereka dilobby, Ryuka yang meminta Kinan menunggunya didepan lift agar tidak bertemu Gion, berasalan untuk menjaga lift tak terpakai orang lain karena mereka berdua harus buru-buru kembali ke IGD.
“Ji, astaga baru kali ini aku sayang banget sama kamu,” kata Ryuka setelah melihat Gion menunggu sambil satu tangan memainkan ponselnya dan tangan lainnya menenteng bungkusan makanan.
“Cih, kamu pasti terharu kan?” tanya Gion menggoda Ryuka sambari menerima bungkusan makanan dari Gion dengan tangan penuh.
“Kangen,” sambung Gion lalu memeluk Ryuka erat.
Ryuka dengan wajah malas hanya pasrah menerima pelukan Gion, mereka memang tidak bertemu selama 6 bulan karena jadwal Gion yang cukup padat.
Setelah mengantar kepergian Gion, Ryuka bergegas masuk dan mendapat tatapan tajam oleh Gina.
“Bukan pacar, temen.” Jawab Ryuka seolah tahu pertanyaan yang akan dilontarkan Gina.
“Tapi kok meluk, aku lihat pake mata, eh bukan cuma mata, seluruh tubuhku juga lihat Yukaaa,”
“Yah tapi emang temen sih, udah ah yang penting ada makanan gratis,” Ryuka cengengesan sambil menggoyang-goyangkan makanan ditangannya.
“Ryuka, kamu tuh sadar gak, kamu terlalu misterius,”
Ryuka menjawab dengan mengedikkan bahunya sambil memasuki lift disusul Gina yang tetap konsisten berusaha mengorek informasi sekecil apapun.
Seminggu kemudian
Seperti biasa, Ryuka, Kinan, ditambah Lila minus Gina, bebas piket malam ini, datangnya para dokter magang baru meringankan beban mereka, walaupun mereka cukup dipusingkan dengan pilihan tetap bertugas di IGD atau memilih fokus dibagian lain.
Sebenarnya hanya Ryuka yang jadi asisten dokter umum, disela-sela kesibukan dan jadwal sebagai dokter pendamping diruang operasi, tak membuat Ryuka menolak membantu di IGD sesekali.
Alhasil, 2 setengah tahun di rumah sakit, ia hanya memakai jatah cutinya selama 3 hari. Karena itu, Ryuka mendapat julukan hantu penunggu rumah sakit oleh para dokter senior dan rekan kerjanya.
Mereka lagi-lagi berdiri didepan IGD menunggu jemputan.
“Makan bareng yuk, kesempatan” usul Kinan.
“Boleh, aku juga tidak ada janji setelah ini,” jawab Lila.
Ryuka dengan memasang wajah sedih, “Sorry, udah ada janji, lain kali ya,”
“Yowes, kita berdua aja yuk Lil,” ajak Kinan yang untung saja diangguki Lila.
Mereka masih menghabiskan 10 menit mengobrol tentang kejadian lucu di IGD hari ini, tanpa sadar sebuah mobil berhenti 4 meter dihadapan mereka.
“Kaaaaaaa….. Ryukaaaaaa,” teriak Q diseberang jalan. Secara bersamaan penumpang mobil menurunkan jendela dan melambaikan tangan dengan antusias, Ryuka membelalakkan mata menyaksikan kejadian yang bisa menggemparkan dihadapannya.
Ryuka berlari secepat kilat menghampiri mobil tersebut dan berdiri menghalangi pandangan rekan-rekan kerjanya ke arah mobil, “duluan yaa, Bye.”
Bukannya tadi Qwenzi penyanyi itu ya, gumam Lila.
Mobil yang ditumpangi Ryuka berlalu cukup cepat karena omelan Ryuka yang tiada hentinya. “Astaga, kan satu orang yang jemput bisa, ngapain kalian datang semua sih,” kesal Ryuka. “Untung tadi agak remang-remang,” sambung Ryuka, “Ya Tuhan semoga saja mereka gak sadar sama sekali,” lanjutnya lagi.
“Tadi ngumpul dulu di studio Raka, nah sekalian jemput kamu supaya kami gak bolak-balik lagi kan,” jawab Gino.
“Emang kenapa kalau teman-teman kamu tahu,” celetuk Q.
“Iya, kan bagus punya temen artis, sholeh-sholeh pula,” sambung Raka asal, yang disambut tawa yang lainnya, kecuali Ryuka tentu saja.
“Terus kesibukan aku bertambah karena titipan kertas, buku, majalah, album dan sejenisnya untuk ditanda tangani kalian? OGAH. Aku sibuk, cukup sibuk, ribet, aku males ribet,” jawab Ryuka satu tarikan nafas.
Ken, Raka, Q, dan Gino hanya tertawa mendengar omelan Ryuka yang terus berlanjut sampai apartement Q, tempat mereka akan berkumpul setelah sekian lama.
Sayang sekali, cerita sebelumnya harus aku hapus dan revisi ulang karena naskahku sempat hilang dan salahnya belum sempat aku backup sama sekali, padahal sudah sempat aku upload sampai 12 bab.
Semoga teman-teman berkenan membaca ulang dan mendukung karyaku yang seumur jagung ini yang berusaha aku suguhkan dengan lebih baik. Dan aku akan UP sampai 5 bab pertama karena alurnya maju mundur, agar para pembaca tidak bingung nantinya.
Terima Kasih, mohon dukungannya ya🌸
Setelah sampai di apartemen, Ryuka langsung menjatuhkan dirinya disofa empuk favoritnya tanpa melepaskan masker dan topinya terlebih dahulu, tak sedikit wartawan atau paparazi yang penasaran dengan Ryuka, karena geng Gino, Q, Ken dan Raka didunia hiburan mendapat sorotan berlebih. Perpaduan mereka terlalu sempurna, kata salah satu media yang memberitakan.
*Ginodio Graham dan Kenzi Aldwin merupakan aktor yang berkiprah selama 14 tahun dengan berbagai penghargaan, drama dan film berbagai genre yang dibintangi mereka selalu menjadi hot* topic diberbagai negara.
Qwenzi Barclay yang lebih akrab disapa Q, adalah vokalis band pop rock, **Blake, yang baru saja merayakan satu dekade terbentuknya band mereka. Dan Raka Edvard, seorang pencipta lagu, composer dan pemilik studio rekaman termuda dibidangnya, semua lagu hit dipastikan menuliskan namanya diakhir musik video sebagai sang pencipta lagu.
Ryuka Gayle Nimema, seorang co-assistant atau residen disalah satu rumah sakit Pendidikan. Pertemuan tak terduga menjebak Ryuka menjadi hidden member geng sempurna itu.
“Ahh laper,” keluh Ryuka melepaskan topi dan masker yang dilemparnya sembarangan. Raka yang sudah terbiasa dengan kebiasaan buruk Ryuka, hanya bisa memungut barang-barang yang dilemparnya dan meletakkan diatas rak televisi, memudahkan Ryuka mencarinya.
Ryuka yang berjalan ke arah dapur hendak menyiapkan makanan yang mereka beli tadi.
Gino dan Ken dengan sigap mencegah langkah Ryuka, “Udah kamu istirahat saja, hari ini kamu dibebas tugaskan mengurus kakak-kakakmu,” kata Q.
“Ohhoo, lagi libur ya? Gak ada jadwal syuting?” tanya Ryuka.
“Yap, aku free 2 bulanan,” jawab Ken. “Aku sebulan sih, udah syukur,” sambung Gino. “Aku akhirnya gak ada jadwal manggung,” mata Q berbinar.
“Liburan yo,” diakhiri Raka.
Sontak keempatnya berbalik menatap Ryuka dengan penuh harap.
Ryuka menyipitkan mata, “aku sibuk, ini tahun-tahun penting dalam karirku, tahun-tahun bersejarah dan menguras tenaga, pekan ini aku jadi asisten 10 operasi, sabtu minggu harus belajar untuk uji kompetensi yang semakin dekat itu, aaarrkkkkkk,” Ryuka mengacak-acak rambutnya.
Tatapan keempatnya berubah menjadi tatapan prihatin seorang kakak melihat adiknya.
“Aku mandi dulu deh, udah lupa kapan terakhir aku keramas,” Ryuka cengengesan.
Ryuka menghentikan langkahnya dan berbalik, “Jangan. Makan. Sebelum. Aku. Selesai. Mandi,” ia memberi penekanan tiap katanya, lalu kembali terburu-buru kearah kamar mandi.
“Kasihan adik kecil kita,” kata Raka yang diikuti senyuman dan anggukan oleh ketiganya.
Keempatnya lalu kembali membahas dan mengingat pertemuan pertama mereka dengan Ryuka.
Ryuka adalah sosok perempuan terpraktis yang mereka kenal, salah satu atau mungkin satu-satunya perempuan yang tidak histeris bertemu salah satu dari mereka atau bahkan mereka bertiga sekaligus. Seperti kejadian 2 tahun lalu. Ryuka yang gemar camping, entah berani atau nekat. Ia memilih camper van dengan alasan praktis, seorang diri.
*Gino, Ken, Q dan Raka secara kebetulan tiba lebih dahulu dilokasi camping* yang terkenal cukup sepi, dengan alasan privasi mereka memilih lokasi itu berkat rekomendasi dari teman se-band Q. Mobil Ryuka datang tak lama setelahnya, sontak membuat keempat sekawan ini menatap waspada walau tetap melanjutkan aktivitas mendirikan tenda dan sesekali melirik kearah mobil Ryuka.
Sedangkan Ryuka yang melihat mobil lain dilokasi favoritnya hanya bisa menghela nafas panjang. Setiap waktu lowongnya, Ryuka memang gemar ke lokasi itu dengan alasan sepi. Ryuka memarkir mobil dengan posisi berlawanan arah dengan mobil Gino CS, setelah membentangkan teduhan untuk tempat bersantainya, mengatur kursi dan api unggun. Ryuka duduk dan memejamkan mata menikmati senja yang perlahan menampakkan sinar kemerahannya.
Sementara Gino dan lainnya, tetap waspada sekaligus penasaran, siapa pemilik mobil sebelah, suara didominasi oleh bunyi perkakas tanpa percakapan. Sampai suara Ryuka terdengar samar ditelinga mereka yang mereka tebak tengah melakukan panggilan telepon.
“Biar aku aja sini yang berkorban, pura-pura bagi makanan aja, dia pasti langsung terpesona sama aku,” kata Q berlagak didepan yang lain.
Q lalu berjalan menghampiri Ryuka yang didapatinya tengah duduk sambil memejamkan mata dan melipat kedua tangannya didepan dada. “Permisi,” sapa Q.
Ryuka yang mendengar suara Q, membuka mata dan berdiri menyambutnya dengan senyum tipis.
“Saya dari mobil sebelah, ini ada sedikit makanan,” Q menjulurkan makanan yang dibawanya kearah Ryuka.
Mau tidak mau, Ryuka menerimanya dari tangan Q. “Seharusnya gak usah repot-repot,”
“Gak apa-apa, sendiri aja?” tanya Q penasaran. Ryuka mengangguk. Qwenzy merasa suasana yang sangat kikuk untuk pertama kalinya setelah sekian lama. “Kalau butuh apa-apa, kesebelah aja,” kata Q lagi. Ryuka hanya mengangguk (lagi).
Q kembali dengan wajah tertekuk, “dirumah dia gak ada tv kali ya,” dengan nada kesal.
Gino, Ken dan Raka sampai menutup mulutnya agar tawanya tidak terdengar oleh Ryuka, takut Ryuka tersinggung. “Gak semua orang terpesona dengan wajahmu adik kecil,” goda Raka.
“Cih! Paling sebentar dia kesini pura-pura balas budi karena kita bagi makanan, liat aja,” kata Q dengan yakin.
“Kalau gak?” tantang Gino.
“Aku tulis nama lengkapku pakai pantat,” janji Q kekanak-kanakan.
Gino, Ken dan Raka menyambut girang janji tersebut, pasalnya Q sangat anti dengan tingkah kekanak-kanakan seperti itu, berlagak paling dewasa, padahal ia adalah member termuda mereka.
Sayangnya, hingga waktu menunjukkan pukul 10 malam, tetangga sebelah mereka tak kunjung menampakkan wajahnya. Q dengan menahan kesal dan menghela nafas berkali-kali. Hingga dihuruf “i” namanya ia tidak sengaja menyenggol pemanggang yang baru saja mereka pakai dan mengenai tangan kiri Raka.
Gino dan Ken sontak berdiri menyaksikan tangan Raka yang mulai melepuh cukup parah. “Q cepet kesebelah, kita gak bawa kotak P3K, cepet,”.
Q dengan secepat kilat berlari kearah Ryuka, “Anu permisi.. itu.. apa namanya..”
Ryuka melonjak kaget lalu menatap laki-laki dihadapannya dengan kalimat terbata-bata.
“Bentar, Tarik nafas, buang, Tarik nafas, buang.”
Q yang secara tidak sadar mengikuti arahan Ryuka, “Punya kotak P3K, temanku tangannya melepuh,” kata Q akhirnya.
Mendengar kata luka membuat jiwa dokter Ryuka muncul seketika.
“Ayo, aku bantu,” usul Ryuka sambil membawa kotak P3K.
Gino, Ken dan Raka menangkap sosok perempuan yang berjalan kearah mereka dipimpin Q, dengan ekspresi biasa saja seolah dihadapannya adalah orang yang entah berantah dari mana.
“Boleh saya bantu? Kebetulan saya kerja dirumah sakit,” kata Ryuka menatap Raka yang menahan sakitnya. Raka mengangguk tanda persetujuan.
Dalam diam, Ryuka dengan telaten membersihkan noda kehitaman disekitar luka Raka, mengusapnya dengan obat merah disekitar luka dan membalutnya dengan longgar. “Seharusnya tadi langsung direndam air, supaya lepuhannya gak jadi mengembang parah,” Ryuka akhirnya bersuara.
“Selesai, perbannya memang sengaja longgar, supaya udara tetap bisa masuk, setelah kembali silakan langsung kerumah sakit supaya tidak membekas dan sembuhnya lebih cepat, besok perbannya harus tetap diganti,” kata panjang lebar sembari membereskan kotak P3K.
“Ini boleh untuk kalian,” Ryuka menyerahkan kotak ditangannya kearah Q. “Kalau begitu, permisi dan cepat sembuh” Ryuka menatap Raka dengan senyum tipis.
“Eh tunggu,” cegat Ken.
Ryuka berbalik menatap Ken.
“Makan bareng disini aja,” sambung Ken.
“Oh tidak usah, terima kasih,” tolak Ryuka.
“Sebagai ucapan terima kasih,”
“Ucapannya saya terima, tidak perlu repot-repot,”
Gino, Raka dan Q menatap kagum perempuan cantik dihadapan mereka, dengan tinggi sekitar 170 cm, rambut sebahu yang dijepit asal, mata bulat, hidung mancung dan bibir tipis membuatnya sempurna ketika tersenyum, sayang, Ryuka terbilang sangat irit menebar senyum.
“Please…” Mohon Raka.
Ryuka yang merasa terpojok dengan empat pasang mata yang menatapnya intens, terpaksa mengiyakan ajakan mereka. Ia termasuk sangat sulit berinteraksi dengan orang baru, karenanya dirumah sakit ia dikenal dengan berhati dingin.
Gino, Ken, Raka dan Q masih saja takjub dengan selera dan porsi makan Ryuka yang terbilang berlebihan untuk perempuan kurus sepertinya, beratnya bahkan 47kg, terbilang sangat kurus dengan tinggi badannya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!