terimakasih untuk semua, aku hapus ya ceritanya. ini pengalaman pertama menulis online, pindah lapak juga malas, maaf jika ada salah salah. ini murni karangan aku, jika ada kesamaan nama , tempat dll benar' benar karena ketidak sengajaan.
terimakasih untuk semua, aku hapus ya ceritanya. ini pengalaman pertama menulis online, pindah lapak juga malas, maaf jika ada salah salah. ini murni karangan aku, jika ada kesamaan nama , tempat dll benar' benar karena ketidak sengajaan.
SE you by
Kriiiiing....kringggg
bunyi alarm memekakkan telinga, tapi aku tetap memejamkan mata. Tanganku hanya bergerak mematikan alarm tanpa bergegas untuk bangun dan sholat subuh.
kakakku yang sudah pulang dari masjid dengan gemasnya masuk ke kamar tidurku, setelah dibangunkan tidak juga bangun, kemudian bergegas mengambil air dari dalam kamar mandi dan memercikkan Ke wajahku, sontak aku gelagapan dan langsung duduk.
Ah... hujan apa genteng bocor, saat kubuka mata nampak Abang aku yang tampan sedang tersenyum mengejek.
" kakak kenapa kau melakukan ini padaku, apakah kamu tidak menyayangi adikku yang imut-imut ini kan jadi basahkan," ucapku dengan puppy eyes.
"Cepetan sana wudhu dulu, matahari sudah hampir terbit kamu malah masih tidur," ucap kak Elang dengan suara tegas nya.
" Iya, aku bangun nih," jawab ku dan secepat kilat aku menyambar handuk dan menuju ke kamar mandi sekedar untuk berwudhu dan mencuci muka dan melaksanakan sholat.
Aku bergegas membantu ibu masak, ku goreng ikan yang sudah berbumbu, setelah menyelesaikan semua aku bergegas mandi berlanjut dengan memakai seragam sekolah.
Aku keluar kamar sambil menenteng tas Ransel, kududukan pantatku di kursi sebelah Kak Elang. kusantap sarapanku dengan nikmat, tapi aku tidak melihat mbak Dewi di meja makan pagi ini.
Salah satu peraturan Ayahku adalah harus sarapan pagi sebelum berangkat beraktivitas.
"Bun, mbak Dewi ke mana kok tidak ikut sarapan?" tanyaku penasaran.
" Mbak Dewi ada meeting di luar kota yang mengharuskannya menginap, mungkin nanti sore sudah pulang," jawab ibu.
" Oh, ya sudah kalo begitu .
Bu, ayah aku berangkat dulu ya!" ucapku sambil mencium tangan ayah dan ibuku.
Ibu tak lupa mengulurkan uang saku dua puluh ribu untukku.
tin...tin...tin..
bunyi klakson motor di depan rumahku, aku langsung lari keluar dan benar saja cowok ganteng blesteran generasi ke dua sudah tersenyum manis kearahku sambil menyodorkan helm.
Sebenarnya aku berangkat sekolah dengan naik angkutan karena belum dibelikan motor oleh ayah, tapi karena Alvin memaksa aku untuk berangkat sekolah dengannya setiap hari, aku sih iya saja, lumayan uangku tidak berkurang jadi uang jajan ku tabah banyak.
Lima belas menit kami sampai di parkiran motor, aku bergegas turun dan menyerahkan helm, "aku duluan ya Vin,"
"sebentar, tunggu aku sih kenapa!" pintanya.
males jalan sama Lo, yang ada gue dipelototi cewek satu sekolah.
"kenapa repot, lagipula mereka juga tahu Lo itu sahabat gue, terang Alvin sambil melangkah dan menggenggam tangan Nana.
"Yuk cepetan upacara sudah mau dimulai, ntar terlambat, disuruh hormat bendera lagi!" ucapku.
Alvin menarik tangan Nana setengah berlari, di tengah jalan bertemu dengan Lily, fans fanatik Alvin.
"Pagi, Alvin yuk ke lapangan bareng ajak Lily sambil melepaskan tangan Nana dari Alvin.
Tanganku terlepas dari genggaman Alvin secepatnya aku berlari ke kelas
teriakan Alvin memanggilku, aku abaikan dan ku jawab," derita Lo, ha...ha...ha"
Segera kuletakkan tas. Ternyata Rita berada di belakangku persis. kami berdua berlari menuju lapangan agar tidak terlambat upacara.
...
"Lo dah kerjakan PR matematika Naa? gue pinjem nomer tujuh sampai sepuluh belum ku jawab,"
"sudah, nih," Nana mengambil buku dari dalam tas dan memberikan pada Rita.
...
pelajaran terakhir sudah selesai, Rita langsung menarik tangan Nana menuju lapangan
"Na ,ayo kita lihat Alvin dan teman teman latihan voli , Toni dan Riri sudah menunggu di sana!" ucap Rita pada Nana.
"iya, sebentar gue masukin dulu buku dalam tas." jawab Nana santai.
" Ayolah cepat sedikit!"
Dalam lapangan nana berpapasan lagi dengan Lily dan teman temannya yang juga hendak menonton pertandingan voli.
"Minggir, ini tempat gue," ucap lili menggeser posisi duduk kami berempat.
pertandingan masih berlangsung, aku bersorak Sorai dengan gembira, hingga tanpa sadar smash keras dari salah seorang pemain mengenai wajahku. duh, pusing banget rasanya, aku menutupi mukaku yang memerah, lalu ku buka lelaki itu menanyakan keadaanku, "aku gak papa,tapi apa sekarang mukaku jadi rata?" tanyaku sambil cengengesan
...tbc
...
Sore itu Mereka datang dengan berbonceng motor. Nana membonceng motor Alvin, Rita berboncengan dengan Riri dan Toni membawa motor sendiri. Nana tidak memiliki motor, maklum lah keluarga nya pas-pasan. jadi biasanya dia naik angkot atau kadang berangkat bareng Alvin saat ke sekolah.
karena rumah Nana searah dengan rumah Alvin.
Nana dan kawan-kawannya sampai ke warung bakso pak Basuki. Walaupun warungnya tidak besar tapi sangat bersih. Warung Bakso pak Basuki sangat ramai pembeli, ya... tentu saja karena bakso enak.
"Pak, bakso 5 mangkuk, yang dua tidak pakai mi dan es jeruk 5, jangan pakai lama ya pak, keroncongan nih perut, " ucap Nana pada pak Basuki.
Mereka duduk di kursi yang saling berhadapan menunggu bakso pesanan mereka. sambil bercengkrama riang. biasalah kalo Rita sudah mulai cuap-cuap ditimpali Riri dan Alvin maka jadilah warung pak Basuki seperti pasar.
"Gimana wajah kamu Na, apa masih sakit?," tanya Alvin sambil memandang wajah Nana yang masih agak kemerahan.
"Alhamdulillah sudah gak papa Vin ...aku baik-baik saja, wajahku juga masih sama, belum berubah jadi tambah cantik jadi Lo gak akan salah orang saat cari Nana. "Eh ...ng...ngapain memandang muka gua terus ... ntar jatuh cinta loh Vin" jawab Nana sambil tersenyum.
"Iya, emang itu rencananya, tapi sekarang gue cuma mau lihat di muka Lo ada tahi lalat gak, dan satu lagi kalo kamu mau sihh...aku juga mau banget kok," saut Alvin cengengesan.
" Sialan, wajah gue mulus tau, hanya satu tahi lalat saja," sahut Nana
"Vin, emang lu beneran suka sama Nana?" bisik Toni yang duduk di sebelah Alvin. "sejak kapan"?
Alvin hanya membalas dengan senyum.
"
"Eh... si Bambang ditanya kok diem aja," sahut Riri yang juga penasaran.
"Penasaran, apa penasaran banget? jawab Alvin dengan wajah innocent sok kegantengan.
"Eh, itu... baksonya dah datang..., Nana ... hapus dulu iler lo tuh yang hampir menetes, entar masuk ke mangkok bakso gue lagi," ucap Riri menggoda Nana.
" gak papa dong ... kan iler gue seperti penyerap rasa" sahut Nana sambil tertawa.
" jijik tau," sungut Riri
"Sudahdah ah, cepetan dimakan tu bakso, kalo dingin gak enak Lo?" kata Toni yang sedari tadi diam saja.
"Syeedap....enakkk...kenyang.... Alhamdulillah," kata Nana sambil memegang perutnya.
Tanpa mereka sadari Anto sudah berdiri di belakang mereka. Anto segera duduk di sebelah Riri dan berhadapan dengan Nana.
"Eh.. CECAN sorry ya tadi gue tidak sengaja. itu kejadian tadi dilapangan, masih sakit gak, ada yang luka gak, perlu di bawa ke dokter gak?" mulut Anto nyerocos kaya kereta api.
"itu mulut lo ... kaya lokomotif kereta aja, cerocos terus ," sahut Alvin di sebelahnya.
"Apaan.. tuh CECAN...," sahut 3 cewek yg duduk didepannya. "lo kira kita cicak apa." sungut Riri sambil memanyunkan bibirnya.
"ihhh gitu aja gak tau, CECAN tu... cewek cantik," jawab Anto.
dihhh, gombal, muji-muji kita, paling ujung-ujungnya, Lo mau minta traktir yah!" ucap Rita.
" Entar pesenan kalian biar aku aja yang bayar, tapi uang kalian kumpulan padaku, entar gue kasih ke pak Bas" ucap Alvin cengengesan.
"itu sama aja kita yang bayar Buammmbang," teriak ke tiga cewek itu kompak.
"Eh.. gue aja yang traktir semua yang kalian pesen,"sahut Anto.
"Beneran ni To... tengkyuh ya?
" Iya ma sama," jawab Anto
"Sudah sore nih, pulang yukk... Alvin gue bareng lagi yach!
"Ok sayang, apa sih yang gak buat Lo," jawab Alvin.
"gihhh... gommmmmbal," teriak Rita dan Riri bersamaan.
Nana pulang bersama Alvin, setelah 20 menit perjalanan sampai juga di rumah Nana.
"besok pagi ku jemput jam biasa yang," kata Alvin sambil menghidupkan motor dan pergi.
tbc
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!