Mengapa menjadi sedih seperti ini. Saat Mama menikah lagi dengan seseorang setelah 5 tahun kepergian Ayah tercinta.
Sherina menangis belum ikhlas sosok Ayah di ganti dengan Ayah tiri. Saat Mama menyampaikan akan menikah lagi semenjak 5 tahun kepergian sang Ayah.
Membuat Sherina menolak keputusan Mama untuk menikah lagi. Cukup bagi anak ini sosok Ayah tidak boleh digantikan oleh siapa saja.
"Cukup... Cukup ... Cukup! Ma, aku tidak mau menerima keputusan Mama!" anak itu menentang keinginan sang Mama.
"Ini keputusan Mama! Apa pun yang menjadi keputusan, semoga itu adalah terbaik," jawab Mama Nindi.
Mama Nindi juga butuh sosok seorang suami. Selama 5 tahun rasanya tidak ada yang menjadi teman curhat dan hanya memikul beban ini sendirian.
Sherina tetap menolak dan menentang hal tersebut. Sherina melawan, jika Mama tetap memaksa untuk menikah, bisa saja.
Tetapi Sherina tidak akan pernah memanggil Ayah, pada pria yang akan di nikahi oleh Mamanya nanti.
Sherina kurang suka melihat pria tersebut,
Tutur katanya kurang sopan dan selalu merendahkan sosok Mama tercinta.
"Aku tidak suka melihat calon suami Mama,"
ujarnya.
"Terserah! Suka atau tidak suka! Itu keputusan kamu dan silahkan tentang Mama selamanya." Nindi pergi keluar dari ruang tamu menuju ke kamar.
Sherina menangis. Mama sudah mulai berubah sikap ketika mengenal pria tersebut.
Menjadi sering arungan mendambakan bahwa calon suami adalah segalanya dari pada anak.
Sherina di minta tidak perlu ikut campur dalam urusan Mama Nindi dan diminta lebih baik diam. Karena menurut Nindi anaknya tidak sopan jika harus mengkritik Nindi.
Saat duduk di sofa. Sherina melihat Mama pergi dengan membawa tas dan berpenampilan cantik macam anak baru jatuh cinta.
Tidak memberitahu mau pergi kemana.
Dan melewati sepintas anaknya tersebut tanpa basa basi sedikit pun.
"Mama sudah berubah sekarang." Gumamnya dalam hati.
Semenjak kepergian Ayah. Sherina menjadi sering murung dan tak semangat dalam menjalankan hidup. Kini telah kehilangan Ayah yang selalu menjadi suport terbaiknya.
Semenjak Ayah pergi. Mama menjadi sering keluar malam dengan Anton, pria berumur 52 tahun tersebut, membuat Sherina sering merasa sendiri jika di rumah.
Sherina juga mendapatkan Mama sering membawa teman-temannya untuk minum alkohol di rumah tersebut. Semenjak Papa pergi. Mama menjadi kehilangan arah.
Kehilangan arah yang membuatnya tidak tahu menuju kearah yang gimana lagi. Puber kedua pun di mulai.
Nindi juga menjadi selingkuhan dari suami beristri. Anton sudah mempunyai 3 orang anak dan menyanyangi Nindi seperti sayang terhadap Istri pertama.
Nindi sudah dua kali di labrak oleh istri sah karena ketahuan. Meminta Anton Dan Nindi tidak berhubungan lagi karena kasian Kayla yang sudah mempunyai 3 anak dari Anton.
"Jauhi suami saya Mbak! Kamu tahu suami saya sudah mempunyai Istri! Saya istrinya." Tangis Kayla tak bisa membendung rasa sakit.
Kayla juga sering mendapati bahwa suami sering menghubungi Nindi malam-malam, saat Kayla pura-pura tertidur.
Kayla juga mendapati bahwa suaminya memberi nama di kontak hp. Handphone yang di sembunyikan di laci dan mendapatkan ada nama panggilan Love yang tertera di daftar kontak tersebut.
"Maaf saya tidak bisa menjauhi suami kamu!
Suami kamu sudah memberi kenyamanan terhadap saya." Menjadi orang paling jahat saat itu karena tidak mau kehilangan Anton.
Nindi tidak mau mengalah serta tidak mau mundur. Dalam mendapatkan hati Anton saat ini. Walau pun Anton sudah mempunyai anak istri namun suami orang tersebut harus menjadi miliknya.
"Mbak. Apakah kamu mau melihat saya menderita?" kata Kayla.
Kayla memohon kepada Nindi, untuk menjauh dari suaminya. Bahwa mereka kini sudah mempunyai anak, yang menjadi kasihan adalah anak-anak.
Anak-anak Kayla, mungkin tidak akan sanggup melihat orangtua mereka berpisah jika suatu saat nanti mereka pisah. Kayla sampai memohon kepada Nindi, namun Nindi tetap tidak peduli.
"Tidak bisa! Tidak, saya tidak akan pernah menjauh dari suami kamu," jawab Nindi karena sudah merasa cinta kepada suami orang.
"Mbak, saya mohon. Jangan ambil suami saya, sebab saya masih mencintai suami saya." Kayla sampai memohon, betapa bodohnya Kayla di depan Nindi.
Nindi tetap tidak prihatin, sebab jika suami mau meninggalkan Kayla. Itu semua salah Kayla, mengapa tidak membuat betah suami di rumah.
"Salah kamu sendiri, mengapa tidak membuat betah suami kamu." Nindi seakan menyalahkan Kayla.
"Mbak, namanya suami tabiat tukang selingkuh. Sifat seperti itu tidak akan bisa di ubah, Mbak!" kata Kayla sambil marah sekali saat mendengar omongan Nindi.
Kayla merasakan sakit hati, sebab merasakan tudingan Nindi. Omongan tersebut seakan menuding, bahwa Kayla tidak becus dalam mengurus rumah tangga.
"Loh sih, suami butuh perhatian dirumah sedangkan kamu mana bentuk perhatian kamu dengan suami?" Nindi tetap menyalahkan Kayla.
Nindi menyalahkan, jika suami tidak betah dirumah. Mungkin ada yang salah dari istri sah karena tidak bisa membuat suami betah bahkan Anton sering mengeluh masalah ranjang, bahwa istri sah gampang kelelahan karena sibuk mengurus anak.
"Mbak tahu apa? Rumah tangga saya dan suami hanya kami yang tahu, tidak ada pihak luar yang perlu ikut campur," benyak Kayla karena sudah sakit hati, bahwa Nindi tidak terima di suruh menjauh.
"Hey ... Seaturnya kamu sadar, bahwa suami kamu sering ngeluh! Bahwa istri suka menolak urusan ranjang, karena kelelahan karena sudah punya anak," ujar Nindi menyuruh Kayla untuk meresapi kata-katanya tersebut.
"Coba Mbak di posisi saya, punya suami selingkuh dan Mbak mengurus anak, apa yang akan Mbak rasakan?" tanya Kayla seandainya berada di posisi Kayla.
"Biasa saja! Sewaktu suami saya masih ada di waktu itu, saya selalu memberikan yang terbaik untuk suami," jawab Nindi.
Memang selama berumah tangga Nindi adalah istri yang baik. Bahkan rumah tangganya dengan mendiang suami awet bertahun-tahun sedangkan mendiang adalah sosok yang setia terhadap istrinya.
"Mbak menjawab biasa saja, mungkin dulu suami Mbak adalah sosok yang setia dan pokoknya saya meminta kepada Mbak jauhi suami saya!" ucap Kayla hanya ingin suaminya di jauhi.
"Aku bilang tidak mau, biarlah anak-anak dan dari kamu menjauh!"
Nindi tetap tidak mau menjauh, sebab Nindi sudah cinta. Nindi tidak peduli jika suami orang tersebut, menjauh dari anak-anaknya kelak.
"Mbak, semoga suatu saat hidup baik-baik saja dan tidak mendapatkan karma."
Ucapan seorang istri yang sudah merasakan sakit hati. Masuknya orang lain dalam hubungan rumah tangga tersebut, nyeseknya minta ampun dan luar biasa rasa sakitnya di dalam hati.
"Semoga saja tidak ..."
Nindi pergi begitu saja tanpa ada perasaan bersalah. Meminta maaf pun tidak keluar dari buih mulutnya tersebut.
Sherina Layla selalu merenung di kampus.
Mahasiswi fakultas ekonomi semester 4 tersebut. Seperti tak ada gairah bersemangat ketika berada di kampus.
Para mahasiswi lain pun sering menjauh darinya. Karena mereka mengetahui bahwa Mama Sherina adalah pelakor perusak rumah tangga orang lain.
Keponakan dari Tante Kayla tersebut. Merupakan satu kampus dengan Sherina.
Awalnya Sherina tidak tahu bahwa Ceri adalah keponakan dari Tante Kayla.
"Lihat tuh, anak pelakor! Diam-diam saja dari tadi, gak banyak ngomong tuh." Sakit hati Ceri harus di balas, dia tahu penderitaan dan sakit hati Tante Ceri, atas ulah si pelakor.
Sherina yang sedang membaca buku. Fokus mendengar pembicaraan tersebut, saat orangtuanya di sebut pelakor, kemarahan semakin memuncak.
Menghampiri Ceri, lalu menarik tangan Ceri dan menjambak rambut perempuan tersebut dengan kasarnya. Harga diri orangtuanya di jatuhkan di depan mahasiswi lain.
"Sudah aku bilang! Apa pun yang menjadi masalah pribadi, jangan dibawa kesini." Menjambak Ceri.
"Ahhhhhhhh sakit." Ceri meraung kesakitan.
"Tolong bantu gue ..." Teriak Ceri meminta tolong.
"Apaan sih kamu ini? Ini teman saya!" ada teman Ceri yang membela perempuan tersebut.
"Apa kamu bilang? Kamu tidak melihat harga diri orangtua aku di rendahkan sama dia!" semakin menjambak rambut Ceri.
Ceri membahas rasa sakit yang dirasakan Tantenya, akibat ulah orangtua Sherina, hingga Tante dan Pamannya sering berantam di rumah.
"Hey ... Tidak akan mungkin aku begini! Jika tidak ada asap atau api," jawab Ceri ketus dan gerutu.
Sherina tahu bahwa semua ini adalah salah Mamanya, tetapi Ceri sudah mempermalukan di depan teman-teman yang lain, hingga harga diri seorang anak, ikut di injak-injak.
Akibat kesalahan orangtua, anak lah yang menjadi korban dari perlakuan orangtua yang kejam. Sudah berulang kali Sherina menasehati Mamanya, supaya jangan berhubungan lagi dengan Paman Anton.
Awalanya Nindi mengikuti kata anak, tetapi lama-kelamaan. Nindi tidak bisa mengikuti lagi keinginan anaknya, karena cintanya sudah besar kepada Anton.
Rangga saat jam mata pelajaran telah tiba.
Segera masuk ke fakultas ekonomi tersebut.
Rangga terkejut terjadi kegaduhan kedua kali oleh mahasiswi yang sama.
"Sudah ...! Sudah ... Sudah ..." Teriak Rangga.
Saat Dosen Rangga masuk, semua tenang dan kembali ke bangku masing-masing.
Mereka terdiam, karena Dosen Rangga termasuk Dosen yang digemari oleh anak kuliah karena humble.
Lalu Dosen Rangga, memanggil Ceri dan Sherina untuk kedepan, menceritakan masalah mereka, soalnya Rangga tidak tahu inti masalah mereka dari dulu, karena kedua orang tersebut memilih diam.
"Sherina dan Ceri maju ...!" Teriaknya dari depan.
Sherina dan Ceri lalu maju, mereka melihat kearah Dosen tersebut, lalu Dosen tersebut menyuruh mereka untuk saling berdamai.
"Tolong jelaskan, apa yang menjadi keributan diantara kalian!" Menoleh kearah kedua mahasiswinya, sambil memegang pena.
Keduanya terdiam, tidak mungkin masalah pribadi di jelaskan. Dihadapan semua teman-temannya, karena hal tersebut tidak wajar menurut mereka berdua.
"Kenapa kalian berdua dia?" tanyanya kepada mereka berdua.
"Kita bisa jelaskan masalah ini Pak, ketika sedang di ruangan Bapak saja. Masalah ini mengenai masalah pribadi." Kata Ceri malu untuk bercerita.
"Baik, saya akan mendengarkan inti masalah kalian berdua."
Rangga menyuruh mahasiswinya tersebut.
Untuk konsultasi kepadanya, mengenai masalah yang belum bisa terselesaikan.
Sudah dua kali. Dosen Rangga menemui mereka bergelut dan adu mulut. Rangga ingin bertanya kepada dua mahasiswi cantik tersebut.
"Sini kalian?" meminta mereka berdua untuk duduk.
Mereka berdua lalu duduk, mereka menunduk malu karena sudah membuat onar di dalam ruangan kampus, keduanya saling menata sinis dan penuh benci.
"Tolong jelaskan kepada Saya? Mengapa kalian bertengkar? Jangan takut untuk bercerita kepada Saya." Kata Rangga sambil menyandarkan tangan di dagu.
"Cepat ..." Teriak Rangga karena keduanya tidak mau cerita.
"Begini Pak, Si ini ..." Tiba-tiba diam, takut berbicara, itulah Sherina.
"Kenapa? Tolong di lanjutkan lagi pembicaraannya." Kata Rangga mencoba meluruskan mereka berdua.
"Begini Pak, si Ceri merendahkan harga diri saya! Orangtua saya di bilang pelakor oleh Ceri." Kata Sherina menceritakan inti permasalahan.
Sherina tidak bisa menerima, bahwa harga diri orangtuanya di injak-injak, walau pun Mama Nindi perempuan tidak benar di mata orang lain.
"Saya mengatakan fakta, sebab Mama kamu pelakor kan! Yang sudah merebut suami dari Tante saya." Jawab Ceri yang juga merasa tidak terima.
"Hey ...! Hentikan, orangtua saya bukan pelakor atau perempuan tidak benar," masih membela sang Mama walau pun jalan yang diambil salah.
"Sherina ..." Teriak Ceri yang tidak suka di keraskan.
"Sherina, duduk ..." Dosen Rangga menyuruh duduk Sherina yang berdiri tersebut.
"Oke."
" Orangtua siapa yang pelakor?" tanya Dosen Rangga.
"Sudahlah Pak, tidak perlu ikut campur dengan urusan pribadi kami, sudah fokus ngajar saja." Ucap Sherina tidak suka di kepo.
"Saya bertanya? Kamu tidak perlu begitu dengan saya? Masalah ini tidak akan terbongkar kemana pun." ucap Rangga kepada Sherina.
"Terserah Bapak deh!"
"Ya elah. Anak pelakor saja ngegas minta ampun dah." Ceri berusaha membuat emosi Sherina semakin tinggi.
"Kamu tidak perlu ikut campur, saya bukan anak pelakor," jawab Sherina, terjadilah suasana semakin tegang.
"Terus kalau bukan anak pelakor apa?" tanya Ceri memukul meja sang Dosen.
Dosen Rangga semakin pusing, ketika keduanya tidak bisa meredam amarah mereka yang semakin memuncak dan tinggi tersebut.
"Saya anak terlahir sah dari pernikahan yang sah." Sherina berdiri dan menghantam balik meja tersebut.
Dosen Rangga semakin pusing melihat kegaduhan keduanya, keduanya semakin sengit dalam menyerang. Hingga masalah pribadi pun mereka bahwa dalam kampus tersebut.
"Sudah! Masalah pribadi, jangan dibawa dalam kampus," Dosen Rangga memperingatkan keduanya.
Keduanya tak peduli, masih melanjutkan pertengkaran tersebut. Sebab keduanya tidak saling terima dan saling menuduh.
"Hey anak pelakor," teriak Ceri.
"Dari pada Tante loh bucin! Terlihat bodoh sih memang, bucin sama pria genit seperti Om Anton, entah apa yang dipertahankan dari laki-laki genit." Emosi Sherina meledak, tetapi Sherina sebenarnya tidak tega, mengatai tante Kayla seperti itu.
Namun karena sudah terbawa emosi, hingga emosi tersebut. Tidak bisa terkontrol lagi oleh Sherina, Dosen Rangga tidak berpihak kepada keduanya. Sebab omongan keduanya bisa menyakiti hati orang lain.
"Hey hentikan! Jika kalian masih ribut, akan saya panggil orangtua kalian!" bentak Rangga sambil menghantam meja.
Plakkkkkkkkkkkkkkkk
Bunyi suara meja tersebut, membuat keduanya diam. Rangga mulai mengintrogasi keduanya, mengenai permasalahan keduanya. Sampai saat ini masalah keduanya tidak bisa di selesaikan mereka dengan cara pribadi di luar kampus.
"Baik, Pak." Sahut mereka kompak.
"Duduk!"
Rangga menyuruh mereka duduk dan tidak boleh ada yang bersuara. Keduanya harus diam berapa menit baru berbicara kepada Rangga. Atas masalah mereka.
Menjelang detik-detik hari pernikahan. Mama Nindi membawa laki-laki itu kerumah. Sehingga membuat aku sebal sama Mama.
"Nak, ini Ayah barumu," ucapnya pada anaknya tersebut.
Sherina tetap fokus ke hp tanpa berkata-kata.
Berpura-pura tidak mendengar, namun sakit hati, saat sosok Papa kandung digantikan dengan Anton.
"Nak ... Apa kamu mendengar omongan Mama?" teriak Nindi.
"Tidak ..." Jawab Sherina pura-pura tuli.
Nindi emosi dan mengangkat tangannya.
Hendak menampar anak sendiri, yang bersikap ketus dan cuek bebek tersebut. Karena tidak merespon kedatangan Ayah tiri dalam hidupnya.
"Mau sampai kapan kita bertengkar begini Sherina ...!" ucap Nindi dengan suara lantang.
Nindi ingin anaknya menerima kehadiran pria yang akan menjadi suaminya tersebut, bagaimana pun Nindi ingin mendekatkan Anton dengan Sherina.
"Sampai kapan? Sampai Mama tidak berhubungan dengan pria ini!" teriaknya dengan suara lantang sambil menunjukan tangan jemarinya kearah Anton.
Sherina memang tidak merestui hubungan Mama Nindi. Karena Anton masih mempunyai Istri bernama Kayla. Sherina juga merasa kasihan saat melihat Tante Kayla di selingkuhi.
"Kau ...!" teriak Mama Nindi geram.
"Oh iya. Mama kan pelakor! Gak akan mengerti perasaan Tante Kayla." Ucapnya kepada Mama Nindi.
Plakkkkkkkkkkkkkkkkkk
"Dasar anak kurang hajar Kau ...!" menampar putri semata wayangnya tersebut, tangan Nindi silap tak sengaja.
Sherina marah, semenjak bergaul dengan Anton. Mama Nindi sering menjadi pemarah untuk anaknya dan bukan menjadi rumah pelindung lagi untuknya.
"Mama ... Benarkan yang aku katakan! Mama itu pelakor, tega." Jawab Sherina menatap tajam kepada Mama Nindi.
Anton yang dari tadi diam saja, mulai beraksi untuk mendamaikan keduanya, yang sudah bersitegang dari tadi dan Anton juga menyadari bahwa dirinya yang lebih dahulu menggoda Mama Nindi.
"Sudah hentikan Sayang ... Tidak baik kalau bertengkar dengan anak sendiri." Kata Anton menyuruh Nindi untuk menurunkan emosinya.
"Sudah, tidak perlu membela! Kau tak akan pernah menggantikan sosok Ayah dalam hidup Aku. Dasar laki-laki gatal, sudah punya Istri. Masih mendekati Mama aku!" Sherina melotot dan marah kepada Anton.
"Sherina sudah Mama bilang, hentikan!" sambung Nindi.
"Oh. Laki-laki kayak gini yang Mama bela, baiklah itu pilihan Mama, jika suatu saat Mama dicap pelakor dan terimalah resikonya kelak." Menyuruh Mama Nindi untuk memikirkan resiko kedepannya.
Nindi meminta pada Sherina, tidak perlu ikut campur, walau pun kelak di cap pelakor oleh orang lain. Lebih baik Sherina diam dari pada mengurus masalah orangtuanya.
"Ohhhhhhh ..." Jawaban singkat dari seorang Mama.
"Jadi Mama tetap melanjutkan pernikahan bersama Anton? Mama tidak memikirkan perasaan Tante Kayla?" tanya Sherina kecewa.
"Iya. Mama tetap melanjutkan pernikahan ini dan Om Anton akan menceraikan Tante Kayla nanti." Jawab Nindi.
Sherina kecewa akan keputusan Mama. Menikah dengan pria yang sudah beristri, tetapi dari hasil merebut suami orang.
Sherina tidak mau seseorang Istri merasakan penderitaan.
Ketika suaminya di ambil oleh wanita lain.
Sherina juga seorang perempuan, tidak tega dalam hati membiarkan ini terjadi dalam hidup orang di sekelilingnya.
"Om, akan menceraikan Tante Kayla. Hal itu sudah menjadi keputusan Om dan Mama kamu. Tidak bisa diganggu gugat." Sambung Anton.
"Diam lah ... Aku tidak meminta kau untuk bicara!" kata Sherina, malas mendengar Anton berbicara.
"Sherina ...! Kau semakin hari tidak tahu sopan! Anton ini lebih tua dari kamu dan jangan kamu Kau-kau kan." Mama Nindi tidak terima Anton dipanggil Kau oleh anaknya.
"Bela saja terus Suami orang! Bukan anak sendiri yang dibela." Sherina merasa cemburu.
Nindi tetap teguh dalam pendirian, menikah dengan Anton. Mereka akan melaksanakan pernikahan tersebut sekitar 3 hari lagi.
Mereka juga sudah mengabari Kayla. Anton sudah mengajukan cerai kepada Kayla dan akan menceraikan Kayla dalam waktu dekat.
Mereka akan menikah secara diam-diam dulu.
Supaya tidak diketahui oleh Istri pertama Anton bahwa mereka menikah diam-diam.
Anak-anak akan jatuh ke tangan Kayla.
Dirinya akan angkat kaki dari rumah tersebut dan pergi bersama Nindi. Wanita yang dicintai oleh Anton sekarang.
Suka atau gak suka. Mereka meminta kepada Sherina, untuk menerima dengan lapang pernikahan tersebut dan Om Anton akan tinggal bersama mereka di rumah tersebut.
"Kita akan menikah dan setelah menikah dan setelah menikah nanti Om Anton, akan tinggal di rumah kita dan akan menjadi bagian dari hidup kamu." Nindi sudah tidak sabar pria tersebut ada dirumah tersebut.
"Tidak! Anton tidak boleh tinggal disini. Ini rumah punya Ayah kandung aku." Jawab Sherina tidak suka, ada orang asing yang masuk dalam rumah tersebut.
"Ini rumah Mama dan Ayah kandung kamu, bukan rumah Ayah kamu sendiri, jadi Mama masih punya kewajiban untuk mengatur di rumah ini." Kata Nindi karena punya hak atas rumah tersebut.
"Tetap saja, ini rumah Ayahku! Tidak boleh ada orang asing, jika Mama mau menikah pergilah dari rumah ini." Sherina menyuruh Mama untuk angkat kaki dari rumah.
"Kau ... Tidak bisa mengatur Mama kamu dan harus kamu ingat, Mama kamu lebih punya hak dari pada kamu," ngegas kepada putrinya tersebut.
"Tidak ... Tidak ... Tidak ...!" kata Sherina tetap tidak mengijinkan.
"Apa hak kamu atas hidup Mama! Aku juga pengin bahagia, sudah lama Mama kamu ini janda Sayang." Nindi sudah pengin mempunyai pasangan hidup.
Sherina belum bisa move on dengan keluarga kecil orangtuanya tersebut. Sherina merasa kasihan pada Papa, jika diganti posisinya oleh pria yang sudah mempunyai Istri.
"Apa Mama tidak merasa kasihan pada Papa?
Papa loh Ma ... Ingatlah saat kalian membentuk rumah tangga." Sherina menyuruh orangtuanya untuk bernostalgia lagi.
"Sudah! Tidak perlu ingatkan Mama, dengan mendiang Papa kamu."
Nindi akan mengurus wedding organizer untuk datang kerumah. Mendekor ruangan untuk pengantin tersebut, mereka tidak merayakan pesta pernikahan di hotel soalnya takut ketahuan oleh Istri sah.
Lalu Nindi menyuruh duduk Anton di sofa.
Sherina juga sedang duduk, lalu Nindi membuatkan minum di dapur untuk diberikan kepada Anton.
"Sayang, tunggu sebentar. Mami mau ambil minum dulu." Mereka berdua sudah panggil Papi Mami.
"Tidak perlu repot-repot sayang."
"Ihhh menjijikan sekali." Gumam Sherina dalam hati merasa jijik.
Sherina berpikir bagaimana mungkin Mama Nindi, bisa menyukai si tua bangka yang sudah berumur 50tahunan tersebut.
"Bagaimana mungkin. Mama bisa suka dengan si tua bangka ini." Gerutu Sherina dari hati yang paling dalam.
Sherina slow respon dan cuek saja. Berlagak sombong di depan Anton, menunjukan bahwa dirinya tidak menyukai Anton.
"Sherina ..." Panggil Anton genit, saat itu Anton melihat tubuh Sherina dari atas sampai bawah.
"Apa loh lihat-lihat!" Jawab Sherina kepada Anton, melihat sekujur tubuhnya dari tadi.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!