NovelToon NovelToon

When I See You

Kali Pertama

...¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶...

"Xavi........" Panggilan bunda terdengar menggelegar seisi rumah.

"Iya bunda,"

Aku yang tengah fokus membereskan buku pun langsung beranjak dan turun ke lantai bawah.

"Apa bund?" Tanya ku sesampainya di bawah.

"Sini nak, ada yang ingin bunda mintai tolong sama kamu."

"Ya ampun, padahal aku belum selsai loh bunda menyiapkan buku-buku yang harus aku bawa besok."

"Nak, besok itu kamu baru masuk sekolah. Biasanya hari pertama itu jarang sekali guru memberikan pelajaran, paling untuk perkenalan saja." Jelas bunda.

"Ya ampun bunda,"

"Bunda kan dulu pernah sekolah nak, kamu lupa."

"Udah, ini tolong belikan dulu lada sama bubuk parsley. Bunda mau masak spaghetti untuk makan siang nanti,"

"Dimana?"

"Kamu coba ke toko yang ada di komplek sebelah, soalnya setahu bunda cuma ada di toko itu yang ada. Di toko dekat sini,nggak ada. Bunda udah beberapa kali cari pun tidak ada," jelasnya.

"Jauh itu,"

Aku pun melihat ke arah luar jendela dan tampak cuacanya pun sangat terik dan panas.

"Mana panas lagi." Lanjut ku.

"Hem......."

"Bunda hanya minta tolong kali ini aja loh,"

"Kalau bunda tidak sedang memanggang ayam, pasti bunda sendiri yang pergi. Nggak bakalan bunda minta bantuan kamu, cepatlah nak. Keburu kerjaan ayah kamu selesai, hari ini ayah pulang makan siang di rumah katanya."

"Baiklah......."

"Mana uangnya,''

"Itu ada di laci, ambil saja 100.000."

"Tapi aku bolehkan beli es krim, lumayan bunda panas-panas gini makan es krim."

"Ya sudah........"

...¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶...

Untuk menuju toko yang di maksud bunda, aku pun memutuskan untuk menaiki sepeda listrik saja. Karena memang jaraknya yang lumayan jauh, sekitar 3 kg lebih. Karena tokonya berada di area yang lain tidak satu kawasan dengan perumahan ku.

Aku pun jarang sekali main ke area tersebut, karena tidak ada yang harus aku lakukan juga kesana. Terkecuali mendesak seperti hari ini, seperti sebelum-sebelumnya.

Akhirnya aku pun sampai di depan toko yang di maksudkan, tanpa menunggu lama aku pun langsung masuk ke dalam dan mencari pesanan yang di minta bunda.

Untungnya barang yang di pesan oleh bunda ada semua, aku pun tidak lupa untuk berkeliling melihat-lihat takutnya ada makanan yang menarik perhatian ku. Tidak lupa juga es krim coklat kesukaan ku,tidak luput dari incaran ku kali ini.

Setelah selesai membayar semua barangnya, aku berniat untuk langsung pulang. Namun baru saja aku keluar dari toko, tiba-tiba saja hujan turun dengan lebatnya.

"Ya ampun hujan,"

"Gimana ini,"

"Padahal tadi cuaca cukup terik, kenapa bisa tiba-tiba hujan gini. Ya ampun......."

Terlihat orang-orang pun tengah berlarian untuk berteduh dari derasnya hujan yang turun. Sambil menunggu hujannya reda, aku pun memilih untuk memakan es krimnya terlebih dulu. Karena kalau aku menunggu sampai hujannya reda, bisa saja es krimnya sudah meleleh.

"Wah emang yah, es krim coklat ini tidak pernah salah. Enak banget," gumam ku.

Saat aku tengah menikmati es krim coklatnya, tiba-tiba saja ada sosok laki-laki yang berjalan ke arah toko. Sepertinya dia habis pulang sekolah, terlihat dia masih menggunakan seragam sekolah.

"Sebentar, kalau di lihat dari seragamnya sepertinya itu sama persis dengan seragam di sekolah baru ku nanti." Bisik ku dalam hati.

Benar saja, dia langsung berdiri tepat di samping ku sambil membersihkan air yang membasahi tangannya.

Entah apa yang menghinggapi pikiran ku saat ini, aku malah diam terpaku melihat laki-laki yang berada tepat di samping ku saat ini.

Jujur saja bukan hanya ganteng, tapi aku merasa senang aja saat lihat wajahnya itu. Tampak tenang dan matanya terlihat indah.

"Ya ampun Xavi, kamu apa-apaan sih. Bisa-bisanya kamu langsung suka sama cowok yang baru aja kamu lihat."

"Enggak, ini enggak benar." Ucap ku dalam hati berusaha untuk menyadarkan diri ku yang tengah terbuai.

"Ada apa? Kenapa kamu menatap ku seperti itu?" Ucap cowok itu.

Suaranya terdengar cukup berat namun aku menyukainya.

"Ah tidak......."

"Tidak bagaimana, dari tadi aku perhatikan kamu bahkan tidak mengedipkan mata kamu sama sekali."

"Hah?"

"Aku hanya tengah melihat itu," tunjuk ku pada hiasan yang di gantung di depan toko.

Dari taut wajahnya tampaknya dia tidak begitu senang dengan jawaban yang aku berikan.

...¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶...

Setelah kejadian yang memalukan tadi, aku pun langsung buru-buru memalingkan wajah ku ke arah lain. Sedangkan cowok itu,masuk ke dalam toko.

"Ya ampun Xavi, bisa-bisanya kamu ceroboh banget." Ucap ku sambil menepuk-nepuk kepala ku.

Akhirnya hujannya pun reda, karen takut cowok yang tadi keburu keluar kembali. Aku pun langsung menarik sepeda listrik ku dari tempat parkir dan langsung pulang.

Sepanjang jalan aku masih saja terbayang-bayang wajah laki-laki itu. Sampai-sampai tidak hentinya aku tersenyum sendirian selama perjalanan menuju rumah.

...¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶...

Nama ku Xaviera Naura Martin, aku sering di panggil Xavi. Sekarang aku baru mau menginjak kelas X SMA di salah satu sekolah favorite di kota ku.

Ibu ku bernama Sonya dan ayah ku bernama Riko Arman Martin. Aku baru tinggal di kota ini semenjak masuk SMP, sebelumnya aku tinggal di Semarang. Namun sekarang pindah karena ayah harus memegang kantor yang ada di sini.

Semenjak kakek ku pensiun, ayahlah yang di tugaskan untuk menggantikan beliau. Sedangkan usaha toko kue di Semarang, di jaga oleh kakak dari bunda yaitu paman Rafli.

Dan kakek aku sendiri beliau kembali ke Semarang,karena memang asal kakek dari sana. Makanya aku sekarang tinggal di rumah yang dulunya di tempati oleh kakek dan nenek.

Namun 2 tahun yang lalu, nenek sudah lebih dulu pergi meninggalkan kami semua karena penyakit paru-paru yang di idapnya selama beberapa tahun terakhir.

Ayah memang merupakan anak tunggal di keluarganya, berbeda dengan ibu yang mempunyai 2 saudara laki-laki. Dan ibu sendiri merupakan anak bungsu di keluarganya. Saat aku SD kelas 2 kakek atau ayah dari ibu meninggal karena kecelakaan mobil, sedangkan nenek meninggal saat aku kelas 5 SD karena sakit.

Kedua kakak ibu sudah mempunyai keluarga masing-masing, paman Rafli lah yang sekarang tinggalnya paling dekat dengan rumah kami di semarang. Sedangkan paman Faiz beliau ikut bersama istrinya menetap di Bali dan hanya saat ada libur sekolah atau libur panjang beliau baru pulang ke Semarang untuk berkunjung ke rumah kami.

Namun udah 3 tahun ini kami pindah ke Jakarta, karena urusan pekerjaan ayah. Dan kami pun sama bisa pulang saat aku libur sekolah atau ada tanggal merah.

...¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶...

Kali Kedua

...¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶...

"Xavi........."

Seperti biasa suara bunda yang menggelegar tidak lepas di setiap harinya. Contohnya di pagi ini, aku sudah di bangunkan oleh suara beliau yang menggelegar.

"Iya......." Balas ku parau karena masih belum sepenuhnya sadar.

"Bagun lah nak, nanti kamu telat lagi."

"Iya......."

Karena merasa jengkel, bunda pun langsung menerobos masuk untuk membangunkan ku.

"Benarkan perkiraan bunda apa, kamu pasti masih tiduran saat ini."

"Ayolah nak, bangun."

"Nanti kamu telat loh, ini kan hari pertama kamu masuk sekolah."

"Ya kan paling masuk jam setengah 8, ini baru jam 7 bunda."

"Emang iya, masuknya jam segitu?" Tanya bunda.

"Ya iyalah bunda, kan pas kemarin aku SMP pun masuknya jam segitu. Pasti sama lah, namanya juga masih satu daerah."

"Ya udah yang terpenting sekarang ini, kamu bangun dan cepat bersiap untuk mandi."

"Nanti kamu telat lagi,"

Dengan lemas aku pun berusaha untuk bangkit dari tidur ku.

"Oh iya, takutnya nanti Vira datang ke sini. Bilang aja tunggu dulu gitu,"

"Iya........"

"Lagian kamu sama Vira sama-sama tukang kesiangan ini." Timpal bunda langsung berlalu.

...¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶...

Setelah selesai dan aku pun sudah memakai seragam sekolah ku yang baru. Aku pun langsung turun ke lantai bawah untuk sarapan terlebih dulu. Seperti biasa, saat sarapan aku hanya bisa makan roti sama selai kacang di campur selai coklat. Itu merupakan perpaduan yang paling enak menurut ku.

"Ayah mana bunda?"

"Udah berangkat sejak tadi,"

"Hati ini katanya ada barang baru yang harus di cek. Makanya ayah berangkat lebih pagi dari biasanya,"

"Yah, berarti aku berangkat sekolah pake apa dong?''

"Kan bisa kamu pakai sepeda listrik itu, lagi pula jaraknya gak jauh banget. Kalau tidak kamu naik bus aja, kan di depan komplek ini ada halte bus. Kalau tidak salah, busnya itu lewat ke sekolahan kamu." Jelas bunda.

"Ya ampun, bisa-bisanya di hari pertama sekolah aku malah naik kendaraan umum." Keluh ku.

"Udah nggak usah kamu merajuk, kamu udah gede sekarang. Tidak perlu kamu merajuk seperti itu,"

Saat aku tengah mendengarkan petuah dari bunda, terdengar suara Vira dari luar rumah.

"Itu Vira......."

"Ya udah kalau gitu aku berangkat ya bunda......"

Tidak lupa aku pun menyalami beliau sebelum berangkat. Hampir saja aku melupakan tas ku yang tadi aku simpan di balik kursi.

...¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶...

"Hai........" Sapa ku pada Vira.

"Hai juga, udah siap?"

"Udah dong,"

"Kamu bawa sepeda listrik juga?" Tanya ku.

"Iya lah, emangnya bunda kamu tidak cerita apa."

"Cerita apa memangnya?" Tanya ku kembali.

"Tadi tuh, aku sempat ke sini. Bunda kamu bilang kalau hari ini,ayah kamu berangkat kerja lebih awal. Makanya bunda kamu menyarankan untuk aku bawa sepeda listrik pula." Jelasnya.

"Enggak tuh,"

"Ya mungkin nggak keburu......"

Kami pun langsung menaiki sepeda listrik kami masing-masing. Jarak dari rumah menuju sekolah membutuh waktu sekitaran 15 sampai 20 menitan dari rumah ku.

Aku dan Vira sebenarnya bisa saja,berangkat sekolah dengan menggunakan transportasi umum. Hanya saja seingat ku pas hari senin gini, apalagi sekarang pas banget dengan tahun ajaran baru. Pastinya bus nya penuh dan kami harus menunggu lebih lama lagi supaya kebagian bus.

Namanya Savira, aku sering memanggil namanya dengan sebutan Vira. Karena kalau aku panggil dia Savi, orang-orang bakalan ketika dengan nama ku Xaviera yang terbilang mirip dengan dia Savira.

Kami sudah berteman semenjak aku pindah ke sini 3 tahun yang lalu. Sejak SMP kami selalu di kasih kesempatan berada di dalam kelas yang sama. Entah itu sebagai kebetulan atau pun bukan, tapi memang sejak kelas satu sampai kelas tiga kami berada dalam satu kelas yang sama.

Bukan hanya itu, rumah kami pun berjarak cukup dekat juga dan berada dalam satu komplek. Hanya saja rumah yang aku tinggali berada di blok A- 1, sedangkan dia di blok A-5.

...¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶...

"Eh bentar deh," ucap Vira tiba-tiba menghentikan laju sepedanya.

"Kenapa?" Tanya ku heran.

"Kamu tadi memperhatikan nggak sih, perasaan sepanjang jalan aku nggak lihat anak-anak yang menuju sekolah kita."

"Baik yang naik sepeda seperti kita, atau pun di halte bis juga." Lanjutnya.

"Lah emang kenapa gitu?"

"Mungkin nggak sih, kita yang kesiangan."

"Mana mungkin, baru aja ini jam setengah 8 lebih 5. Masih ada waktu sekitar 25 menit lagi,"

"Itu hanya perasaan kamu saja kali."

"Tapi kamu yakinkan, sekolah baru kita ini masuknya jam 8?" Tanyanya meyakinkan.

"Tentu saja aku yakin, saat SMP kemarin kan kita biasa masuk jam segitu. Masa iya beda sih, kan masih satu daerah." Jelas ku.

"Mungkin, tapi kok aku tidak yakin."

"Udahlah, kamu nggak usah pusing. Sekarang sebaiknya kita lanjutin aja perjalanan kita, kalau kelamaan di sini nanti yang ada kita beneran telat lagi."

"Oke......."

Dengan penuh semangat, kami pun melanjutkan kembali perjalanan kami.

...¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶...

Ternyata benar, dugaan ku salah besar. Kami berdua terlambat di hari pertama masuk sekolah. Di dalam gerbang sudah ada kakak kelas yang waktu itu meng ospek kami,tengah menunggu siswa yang terlambat seperti kamu berdua.

"Hei kalian........" Teriak kakak kelas bernama Nina.

Aku dan Vira pun buru-buru memarkirkan sepeda kami berdua dan langsung menghadap mereka.

"Nama kalian siapa?" Tanya kak Ritcie.

"Xaviera......"

"Aku Savira....." Sambung Vira.

"Ah aku ingat, anak kembar tapi beda." Ucap kak Ritcie.

"Kalian udah terlambat aja, ini padahal hari pertama kalian sekolah."

"Iya maaf kak,"

"Soalnya saya kira masuknya itu jam 8, sama seperti saat SMP." Balas ku.

Mereka berdua pun terlihat menahan tawa dan menutupnya dengan buku yang mereka masing-masing bawa.

"Kalian masih beruntung kali ini, berhubung ini hari pertama kalian masuk sekolah. Jadi kami hanya di tugaskan untuk mencatat saja dan tidak menghukum kalian." Ucap kak Nina.

Saat kami tengah menerima petuah dari kak Nina dan Ritcie, tiba-tiba saja kak Nina menunjuk ke arah belakang kami. Sepertinya ada siswa lain yang sama terlambat dengan kami.

"Ya ampun Angga,"

"Hobi banget kamu terlambat, untung saja hari ini kami yang bertugas." Lanjut kak Nina.

"Macet," ucapnya singkat.

Aku langsung terkejut mendengar suaranya yang tampak tidak asing.

"Hah, jangan-jangan itu laki-laki yang aku lihat di depan toko itu lagi." Bisik ku dalam hati.

"Ya udah sana, nanti keburu guru sadar lagi kamu belum hadir."

Ingin sekali rasanya aku berbalik dan meyakinkan apakah benar laki-laki yang barusan itu adalah sosok yang aku lihat di depan toko kemarin itu.

Namun aku pun takut, nanti malah buat kedua kakak kelas ku ini menghukum ku karena tidak fokus.

Penasaran

...¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶...

"Tadi kamu kenapa? Sepertinya kamu tengah mencari-cari sesuatu." Ucap Vira di tengah perjalanan kami menuju kelas.

"Ah itu,"

"Kamu ingatkan yang semalam aku ceritakan saat menelpon kamu itu."

"Ah tentang cowok di depan toko itu maksudnya?"

"Iya......"

"Memangnya kenapa?"

"Tadi kamu ingatkan, cowok yang sama terlambat dengan kita."

"Aku seperti tidak asing dengan suaranya, sepertinya dia itu cowok yang aku lihat di toko itu."

"Kamu yakin, nanti kamu salah orang lagi."

"Aku yakin,"

"Terlebih lagi, kemarin aku lihat dia pun sama memakai seragam sekolah yang sama dengan kita ini."

"Bentar, tadi itu namanya siapa......"

"Angga bukan sih?"

"Iya......."

"Kira-kira dia kelas berapa yah? Tidak mungkin kan kalau dia kelas X sama seperti kita."

"Enggak mungkinlah,"

"Paling kalau bukan kelas XI, ya paling kelas XII. Sama seperti kak Nina dan kak Ritcie."

...¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶...

Setibanya di kelas, ternyata guru tengah mengabsen kehadiran siswa di kelas kami. Aku dan Vira pun masuk dengan cara mengendap-endap supaya tidak ketahuan.

Namun sayangnya, guru itu menyadari kedatangan kami dan menatap kami dengan tajam.

"Murid yang baru saja masuk," ucapnya.

Aku di buat deg-degan oleh beliau, aku sudah pasrah bakalan mendapatkan hukuman di hari pertama aku masuk sekolah.

"Perkenalkan diri kalian masing-masing, pada teman kalian."

Vira pun lebih dulu berdiri untuk memperkenalkan dirinya di depan teman-teman baru kami.

"Nama saya Savira Malik Ahmad, saya lulusan dari SMP Yadika. Panggil saja saya Vira,"

"Senang bisa bertemu dengan kalian, salam kenal dan mohon bimbingannya." Lanjutnya.

Setelah itu tibalah giliran aku untuk memperkenalkan diri di depan mereka semua yang sudah mengarah menatap ke arah ku.

"Nama saya Xaviera Naura Martin, saya lulusan dari SMP Yadika. Panggil saja saya Xavi,"

"Senang bisa bertemu dengan kalian, salam kenal dan mohon bimbingannya juga." Lanjut ku.

"Ah mereka itu yang waktu ospek di bilang kembar tapi beda,"Ucap siswa yang duduk tepat di belakang ku.

"Nah Xavi ini, lulusan terbaik di sekolahnya dulu. Dia juga sempat mendapatkan penghargaan karena nilai ujiannya termasuk 3 besar yang terbaik di kota ini. Apalagi dalam pelajaran bahasa asing," lanjut beliau.

Hampir semua siswa memberikan tepuk tangan yang cukup meriah dan itu buat aku tersipu malu.

"Nah, karena kalian baru datang. Perkenalkan bapak namanya pak Hamdan, saya di sini sebagai wali kelas kalian. Kalau ada perlu apa-apa, jangan sungkan untuk menemui saya."

"Untuk hari ini di cukupkan sekian saja, sebentar lagi jam pelajaran pertama akan segera di mulai. Bapak harap kalian bisa mengikuti pelajarannya dengan baik dan ingat jangan gaduh."

"Bapak tidak mau mendapatkan laporan kurang baik dari guru-guru. Mengerti....."

"Mengerti pak......" Jawab kami serentak.

...¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶...

Sepeninggal pak Hamdan, kami pun saling berkenalan satu sama lain. Meskipun ada juga beberapa siswa yang udah aku kenal saat mengikuti ospek waktu itu.

Setelah itu, aku pun bersiap untuk mengikuti pelajaran pertama di hari ini. Namun sayangnya berbeda saat waktu di SMP, kali ini aku tidak duduk satu bangku dengan Vira. Karena tempat duduk kami di urutkan berdasarkan absensi. Tapi untungnya dia duduk tepat di depan ku, dia duduk dengan siswi bernama Olive. Sedangkan aku duduk bersama Yosef, siswi laki-laki lulusan dari SMP Bina Harapan.

Akhirnya guru pelajaran pertama pun masuk, aku langsung menyiapkan buku yang sudah aku siapkan sejak kemarin.

Pelajaran hari ini tidak begitu buat aku kesusahan dan aku bisa mengikutinya dengan baik. Sampai akhirnya tiba waktu untuk istirahat.

"Yuk......." Ajak Vira.

"Eh aku duluan yah," ucap ku pada Yosef.

"Oh ya sudah, duluan aja." Balasnya.

...¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶...

Di pertengahan jalan, aku menarik tangan Vira. Dia pun di buat kaget dan terheran dengan apa yang aku lakukan ini.

"Ada apa?" Tanya nya.

"Vira......."

"Aku masih penasaran dengan cowok itu. Gimana sebelum kita ke kantin, kamu mau nggak temenin aku untuk mencari dia." Bujuk ku.

"Kamu jangan becanda deh,"

"Sekolahan ini tuh luas,kita mau cari dia dimana? Apalagi kita nggak tahu, dia kelas berapa."

"Ya kan seperti kamu bilang tadi, kalau nggak kelas XI pasti kelas XII."

"Iya masalahnya, kelas XI pun bukan hanya satu kelas saja. Tapi ada banyak, sama seperti kita,"

"Udahlah, kita coba cari saja. Siapa tahu dia kelas XI, kan masih satu gedung dengan kita ini."

"Tapi kali ini aja yah, kalau harus sampai mencari ke gedung kelas XII aku tidak mau. Malu aku," ucapnya.

"Iya kita cari di kelas XI dulu,"

Akhirnya aku pun berhasil untuk membujuk Vira, menemani aku mencari keberadaan kelasnya cowok itu. Aku sungguh penasaran dengan cowok itu, dia sudah berhasil buat aku jatuh hati meskipun hanya bertemu dengan tidak sengaja.

...¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶...

Sepanjang menyusuri lorong kelas XI, hampir setiap kali kami berpapasan dengan siswa kelas XI mereka menatap ke arah kami berdua. Mungkin mereka pun heran, kenapa bisa siswa kelas X bisa nyasar ke kelas XI.

"Aduh Xavi, aku malu banget ini." Bisik Vira.

"Udah jangan hiraukan mereka, cuekin aja."

"Ya itu sih kamu,"

Sepertinya aku memang sudah di mabuk cinta oleh cowok itu. Sampai-sampai aku tidak lagi merasa malu dan takut untuk mencarinya ke kelas XI.

"Angga ini......." Teriak kan seseorang langsung menghentikan langkah ku.

"Kenapa berhenti?" Tanya Vira heran.

"Kamu barusan dengar nggak, ada seseorang yang memanggil nama cowok itu."

"Kamu yakin?"

"Iya aku mendengarnya dengan jelas,"

Aku pun buru-buru berjalan ke arah balkon dimana di sana terlihat sosok laki-laki yang tengah berdiri di dekat balkon.

"Cowok itu maksud kamu?" Tunjuk Vira.

"Bukan, tapi cowok itu tadi menyebut nama Angga. Pasti cowok yang kemarin aku lihat ada di bawah sana."

"Jadi maksud kamu,"

"Jangan bilang, kamu mau langsung menanyakannya sama dia. Jangan gila deh," ucap Vira tidak percaya.

"Tidak lah, mana mungkin aku mau langsung menanyakannya pada dia. Kita tunggu dia pergi dulu, pasti cowok itu tengah berada di bawah sekarang." Balas ku.

Setelah cowok yang tado pergi, aku pun langsung menarik Vira berjalan menuju balkon. Perlahan aku dan Vira pun mengintip ke arah bawah, benar saja ada dua cowok yang tengah memainkan bola basket di samping lapangan basket yang ada di bawah sana.

"Yang mana?" Tanya Vira.

"Itu cowok yang memegang bola basket warna hitam,"

"Kak Angga......." Teriaknya langsung.

Tidak di sangka, Vira malah langsung memanggil namanya. Sontak saja aku langsung menariknya dan bersembunyi di balik balkon.

"Kamu gila yah, kok main panggil aja."

"Ya biar kita tahu, dia benar enggak namanya Angga. Gimana kalau salah?" Timpalnya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!