NovelToon NovelToon

Cinta Lelaki Biasa

bab. 1

"Makanya bu..ibu..kita sebagai orang tua harus bisa menjaga anak kita. Jangan karena dia anak laki-laki diberikan kebebasan penuh, percaya boleh. Tapi..mesti dan harus tetap waspada. Jangan sampai kayak ibu anjarwaty, anaknya lihat tuh bawa perempuan yang entah siapa-siapa." Ucap ibu Bety kepada satu kawanan group rempongnya dengan bibir kebiasaannya yang monyong kedepan sampai lima centimeter.

Ibu Bety terkenal dengan sebutan cctv kampung, cctv gosip atau berita, apapun dia selalu menjadi orang yang paling no 1(satu) mengetahuinya. Dia juga orang yang selalu menceritakan orang lain baik sisi buruk maupun sisi baiknya. Dia tidak pandang bulu, mau dari yang kaya sampai yang paling sudah dia selalu menggibahinya tanpa memikirkan perasaan orang lain.

Seperti yang terjadi dikampung mereka sekarang. Kampung batuhopak jae, bertepatan di kecamatan arse, desa pinagar, kabupaten Sipirok, propinsi Sumatera Utara, Medan.

Kampung batuhopak jae yang dekat dengan kampung bunga bondar, kampungnya Raja Inal Siregar, mantan gubernur Sumatera Utara ke-13. Kampung yang sangat indah dan asri dan kental dengan adat istiadat dan juga kerukunan bertetangganya.

Desas-desus yang mulai kedengaran dikampung penduduk batuhopak jae, kalau anaknya ibu Anjarwaty, Dian hobby nya kelayapan pulang malam dan bergonta-ganti pacar. Banyak perempuan yang sudah rusak karena dirinya, dan dia selalu berdalih kalau dia akan bertanggung jawab tapi sampai sekarang satu pun perempuan itu tidak ada yang ditanggung jawab i dia sama sekali.

"Ibu Bety memang betul, jangan karena kita punya anak laki-laki kita seenak jidat membiarkan dia keluar malam dan tidak dicari kalau tidak pulang-pulang." Sahut ibu masruro.

Ibu Bety, ibu masruro, ibu samsiah, dan juga ibu Asmi sangat terkenal dikampung itu sebagai biang gosip. Mereka berempat selalu menyempatkan bergibah setiap hari sebelum pergi kesawah. Kalaupun tidak sempat untuk bergibah karena tuntutan pekerjaan sawah yang sudah menunggu, mereka selalu menyengajakan untuk pergi ke sawah bersamaan agar bisa menggosip sambil berjalan menuju sawah. Mungkin menggosip itu sudah bagian dari hidup atau sudah jadi hobby buat mereka. Kalau tidak menggosip rasanya mereka seperti makan sayur tanpa garam, hambar!!!

Ibu Anjarwaty mempunyai 3 orang anak, 1 perempuan dan 2 anak laki-laki. Anaknya perempuan bernama Andini sudah menikah dan tetap tinggal bersama ibu Anjarwaty karena suaminya Andini sedang bertugas di luar kota. Andini merupakan anak pertama ibu Anjarwaty dan pak Bahrum. Pak Bahrum sendiri sudah lama meninggal saat Andini berumur 7 tahun dan adik-adiknya berumur 5 dan 3 tahun.

Anak kedua bernama Rahardian, biasa dipanggil Dian. Dian sangat keras kepala dan juga sangat egois. Dia selalu melawan dan membangkang terhadap ibu Anjarwaty karena dari kecil ibu Anjarwaty sangat memanjakan dia, dan selalu menuruti apa kemauan Dian. Dia harus jadi orang nomor 1, makanan ataupun segala hal dia yang selalu diutamakan oleh ibunya.

Dan Algifari adalah anak ketiga ibu Anjarwaty. Dia sangat berbanding terbalik dengan abangnya, Dian. Dia merupakan anak yang biasa saja. Algifari biasa dipanggil Fari. Dia lebih banyak diam dan jarang menuntut ibunya meskipun dia selalu dinomor duakan. Dia memendam semua rasa sakit hatinya. Hanya kepada Abang iparnya dia selalu bercerita semua keluh kesahnya.

Yadi Syaputra adalah suami kakaknya, Andini. Yadi Syaputra sangat mengayomi kedua adik iparnya. Diantara kedua adik iparnya, Yadi lebih sayang kepada Fari karena Fari merupakan anak yang penurut dan juga tidak suka melawan kepada mertuanya. Yadi dan Fari sering menghabis kan waktu berdua memancing sambil bercerita tentang ibu mertua dan kelakuan istrinya yang sangat membedakan Fari dan juga Dian.

"Kamu memang wanita liar, kamu tidak bisa menjaga kehormatan kamu. Kamu tidak bisa menjaga harga diri kamu. Kamu sangat membuat kami malu." Ucap pak Faisal dengan emosi yang telah membabi buta.

"Ini tidak seperti yang ibu dan ayah pikirkan. Ini tidak seperti yang kalian lihat ayah. Percaya sama ku ayah, percayalah sama ku ibu."

"Diam!!!!! Praaakkkkk...."

Tangan kekar pak Faisal langsung meluncur tepat sasaran di wajahnya Utari yang membuat Utari sangat menyesal berkunjung kekampung halamannya.

"Ayah...aku tidak pernah melakukannya dengan bang Dian. Ayah tanya sama dia?? Iya kan bang Dian???"

"Pak kami hanya duduk berdua disana, kami hanya mengobrol-ngobrol. Tapi karena hujan petir menderu-deru Utari takut jadi kami masuk ke dalam. Kami tidak melakukan apa-apa pak. Aku bersumpah...." Sahut Dian membela dirinya.

Para warga yang mendengarnya tidak percaya.

"Kalau maling ngaku, penjara pasti akan penuh." Ucap salah satu warga dikampung Bungabondar.

"Saya mengenal anak ini, dia warga batuhopak jae. Nama ibu nya ibu Waty. Pokoknya bapak harus menikahkan mereka, jangan karena mereka berdua kampung kita kena bala dan kena sial. Kalau bapak dan juga ibu tidak menikahkan mereka makan bapak dan juga ibu akan kami keluarkan dari kemasyarakatan, perwiridan dan juga di keluarkan dari paradaton Huta ( adat istiadat kampung)." Sahut salah satu warga.

Mau tidak mau pak Faisal mengiyakan saran warga, karena dia tidak bisa membayangkan kalau sampai semua itu terjadi untuk apalagi dia tinggal di kampung itu.

"Pak Faisal jangan biarkan laki-laki ini pergi, bapak harus menjaga dia disini. Nanti malam kita antarkan perempuan ini ke rumah laki-laki ini agar langsung dinikahkan disana." Sahut harajaon (raja adat) disana.

Pak Faisal hanya menggangguk tanda setuju bin pasrah tak kuasa berbuat apa-apa.

Selepas sholat magribh Dian, Utari, dan keluarganya beserta beberapa warga Bungabondar beramai-ramai pergi menuju rumah Dian, di Batuhorpak Jae.

"Assalamualaikum..."

Dengan sedikit berlari Ari langsung membukakan pintu. Dia terkejut melihat abangnya, Dian dipegangi dua orang seperti perampok. Dan dia semakin heran melihat seorang perempuan berkerudung biru yang membuat hatinya sedikit gemetar karena pesona cantiknya luar biasa.

"Ibu mana???" Tanya Dian.

Ari diam tidak menyahut apa-apa, dia sudah menebak kalau abangnya membuat ulah dan masalah lagi yang akan menguras kantong dan tabungan ibunya.

Mendengar suara ramai-ramai di rumah ibu Waty, seperti biasa ibu rempong selalu datang terdepan ingin mau tahu apa yang sedang terjadi.

"Mamahua buseon, ahado namasa??( Kenapa lagi ini, apa yang terjadi??)

Semua orang hanya diam, belum ada yang mau buka suara yang membuat ibu Bety dan besti-bestinya menjadi manyun karena tidak mendapatkan informasi apapun.

Sementara ibu Waty langsung keluar kamar dengan masih lengkap memakai telekung.

Dia mempersilahkan warga yang beramai-ramai datang tadi untuk masuk ke rumahnya.

Dan Fari yang disuruh ibunya langsung memanggil harajaon Huta, karena warga Bungan bondar didampingi langsung harajaon hutanya.

Ibu Waty juga tidak ingin sendirian menghadapi warga yang didampingi harajaon hutanya, dan sebagai warga yang ikut beradat dia juga ingin didampingi harajaon hutanya seperti pak Faisal.

"Kenapa ini pak?? Apa yang terjadi??" Tanya Bu Anjarwaty dengan kebingungan.

Harajaon hutanya pun menjelaskan duduk permasalahan nya kepada ibu Waty dengan tepat dan juga cepat. Harajaon Huta yang bernama Amsal itu juga sengaja bersuara agak keras agar para warga yang menyaksikan bisa mendengar kejadian yang sebenarnya.

"Anak ibu dan anak bapak Faisal ini tertangkap basah melakukan hal yang senonoh di kampung kami Bu. Dan para warga tidak terima kalau mereka tidak segera dinikahkan. Dan para warga tetap bersikukuh akan menyaksikan pernikahan ini malam ini juga."

"Yakin??? tanya Bu Waty dengan memandang sinis kearah Utari.

bab. 2

Ibu Waty dengan egoisnya langsung menyalahkan Utari, anaknya pak Faisal. Dia mengatakan kalau jadi perempuan jangan murahan. Namanya laki-laki dia pasti akan tergoda kalau wanita menggodanya duluan. Ibarat bangkai kalau dilempar, anjing mana yang tidak menginginkannya.

Mendengar dan melihat sikap Bu waty seperti itu, Pak Faisal tidak terima anaknya disalahkan.

Pak Faisal dan ibu Waty berdebat yang membuat harajaon Huta warga Bunga bondar dan harajaon Huta Batuhorpak Jae harus mengambil alih dalam penyelesaian masalah itu.

"Sudah pak..sudah Bu, dari pihak pak Faisal sudah menyetujui saran warga sekarang hanya tinggal ibu.." ucap pak Amsal dengan tegas.

Harajaon Huta Batuhorpak Jae pun berdiskusi dengan ibu Waty, dia memberi wejangan dan nasehat kepada ibu Waty agar menerima saran dari warga Bungabondar kalau dia tidak ingin anaknya di hakimi massal oleh masyarakat Bunga bondar.

"Bu...jangan terlalu berkeras hati Bu, ibu mau kalau terjadi apa-apa dengan Dian? yang jadi lawan ibu sekarang masyarakat banyak, khalayak ramai bu. Ibu tolong paham dan mengerti kondisi yang sekarang sedang ibu alami, ini bukan situasi main-main Bu Waty."

Karena desakan warga kedua belah pihak, dengan berat hati dia pun menerima saran dari warga tersebut, kalau dia setuju menikahkan anaknya dengan Utari anaknya pak Faisal.

Para warga semua senang karena kedua belah keluarga telah menerima dan juga setuju atas saran dan tuntutan mereka.

"Tapi saya ingin pernikahannya dilakukan besok saja, karena saya juga ingin memberikan pernikahan yang terbaik untuk anak saya. Saya ingin membelikan dia baju baru dan saya juga ingin membelikan baju baru untuk calon menantu saya." Ucap Bu Waty berpura-pura bersandiwara.

Harajaon Huta dan para warga setuju dan memaklumi alasan Bu Waty, mereka juga mengerti perasaan Bu Waty yang ingin memberikan yang terbaik untuk anaknya.

Diskusi demi diskusi, bincang demi bincang akhirnya mereka mendapat kesimpulan kalau malam ini Utari tetap di rumah Dian dan akan didampingi oleh kerabatnya 2 atau 3 orang. Dan besok pagi sebelum fajar menyingsing pernikahan akan dilangsungkan di rumahnya Rahardian.

Setelah semua pembicaraan selesai kerumunan para warga satu persatu berpulangan ke rumah masing-masing, dan rombongan desa Bungabondar juga sudah pamit segera pulang.

Bu Waty mempersilahkan Utari dan yang mendampinginya untuk beristirahat di kamarnya.

Sementara dia, anaknya Dian  dan Andin merencanakan sesuatu untuk menggagalkan pernikahan Dian dan Utari.

"Malam ini juga kamu berangkat ke pekan baru tempat udamu. Kamu tidak usah takut, urusan disini biar ibu dan Kaka yang menyelesaikannya. Masa depan kamu masih panjang, umur kamu belum layak untuk menikah." Ucap Bu Waty.

Dian mengangguk tanda sangat setuju apa yang dianjurkan oleh ibunya, dia pun sangat berterimakasih karena ibu dan kakaknya selalu ada dipihaknya membelanya mati-matian.

"Dian pakai tas apa Bu???" ucap Dian dengan enteng tanpa memikirkan apapun sebab akibat dari segala perbuatannya.

"Tidak usah, kamu ganti baju saja. Kamu jangan tunjukkan sama orang kalau kamu ingin pergi jauh. Kamu jangan pakai sepatu, pakai sendal saja. Kalau ditanya orang kamu mau kemana, bilang saja Kaka yang suruh beli susu." Ucap Andin mengajari adiknya.

Dian pun menggangguk tanda paham dan mengerti.

Bu Waty dengan sikap egoisnya memberikan uang pegangan untuk Dian selama disana, dan Bu Waty berjanji setelah masalahnya redam dan selesai dia akan mengunjungi Dian ke Pekan Baru.

Tanpa menunjukkan gelagat seperti orang yang hendak bepergian, Dian hanya memakai kaos oblong dan sendal jepit. Dia seperti Dian yang biasa memakai pakaian sehari-hari yang membuat warga tidak ada yang heran dan bertanya dengan penampilannya.

Dian pun pergi meninggalkan masalah yang seharusnya di lewatinya bersama-sama dengan Utari. Dia meninggalkan beban kepada Utari yang memang sudah hampir dinodainya. Dian pergi tanpa permisi kepada Utari, calon istri yang telah ada dirumahnya. Dian meninggalkan wanita yang sebentar lagi akan menjadi istrinya sesuai janji-janjinya saat mereka berdua memadu kasih.

Kukuruyuk... kukuruyuk.... suara ayam jantan yang saling sahut-sahutan mulai terdengar di beberapa rumah warga pertanda pagi sudah mulai datang menyongsong.

Dikampung Batuhorpak Jae dan sekitarnya, pekerjaan pokok masyarakat disana adalah bertani. Jadi, para kaum ibu selalu menyiapkan pekerjaan rumah sebelum pagi. Saat anak-anak sekolah berangkat, mereka juga akan ikut berangkat ke sawah.

Dan pagi itu, ibu Anjarwaty dengan segala kepura-puraannya tetap melakukan aktifitas seperti biasa. Bangun pagi untuk memasak yang dibantu anak perempuannya, Andini.

Dan Andini pun melancarkan kepura-puraannya dengan membuat kehebohan berakting kalau Dian tidak berada di rumahnya. Dengan pura-pura panik dia melihat semua isi rumah, dan dia membangunkan adiknya Ari untuk memberitahu harajaon Huta apa yang telah terjadi di rumah mereka.

"Ma...Dian mana??? Di kamarnya tidak ada."

"Tadi malam kan dia tidur di kamar!! Ucap Bu Waty pura-pura tidak tahu.

"Tidak ada loh ma..."

"Tengok ke kamar Fari dulu, siapa tahu dia tidur dengan Fari."

Andini pun langsung bergegas pergi ke kamar Fari.

Sementara Utari dan 3 ibu-ibu yang mendampinginya langsung bangun karena mendengar suara-suara panik dan khawatir dari dapur.

"(Mamahua do i akkang???? Asi pupu na mondar-mandir hu Ida borutta??? (Kenapa itu kak, kenapa Andin dari tadi mondar-mandir)" ucap salah satu ibu-ibu yang mendampingin Utari yang bernama ibu sakdiah.

"Oisdah Anggi, Anggo tu au Inda habis cobaan i. Torus adong-adong sajo da Anggi. Hiks...hiks..hiks... Oii da ayah nisi Andini, na haccit Mada on.( Aduh dek, kalau aku tidak ada habisnya cobaan ini. Ada saja.. hiks..hiks... Aduh ayah Andin, sakit sekali semua yang kutahankan ini.)" Ucap ibu Waty meraung-raung.

Ibu sakdiah dan kedua ibu rekannya terdiam. Untuk ikut campur mereka tidak ada hak dan juga tidak ada keberanian.

"RI...bangun..bangun.."

"Kenapa sih kak???" Ucap Fari menggosok-gosok matanya yang masih mengantuk.

"Ada nampak kau siDian???" Tanya Andini.

"Hmmmm. Gak ada!!! Apalagi?? Aku mengantuk!!! Ini hari Minggu biarkan aku istirahat, kan mau ada acara di rumah, jadi aku tidak perlu ke sawah dulu." Sahut Algifari.

"Dasar kau pemalas. Kau bangun dulu, pergi dulu ke rumah Uda bapak Regar. Kau sampaikan Dian tidak ada dirumah."

Algifari yang tidak pernah melawan Kaka dan juga ibunya langsung berangkat walaupun matanya masih mengantuk.

Pak Regar yang merupakan harajaon Huta terkejut bukan main mendengar kabar yang disampaikan Ari.

Dia langsung bergegas ke rumah ibu Waty untuk memastikan kabar yang disampaikan oleh algifari.

Sementara bapak Faisal beserta beberapa Mora, kahanggi dan anak boru segera berkumpul di rumah pak Faisal karena akan bergegas ke rumah ibu Waty untuk melaksanan ijab kabul antara putrinya dan anaknya ibu Waty, Utari dan Dian.

Mora (pemberi anak gadis), Kahanggi (kerabat satu marga), dan Anak Boru (penerima anak gadis).

Dengan didampingi harajaon huta, mereka pun bergegas berangkat dengan naik mobil yang sengaja di sewa oleh pak Faisal dan juga istrinya ibu Evi.

Sebenarnya Utari merupakan putri dari istri pertamanya yang sudah lam bercerai. Utari datang kekampung hanya ingin berkunjung sebentar untuk mengenal siapa ayah kandungnya.

Mendengar putrinya mau datang, pak Faisal berniat menjual sebidang tanah yang ingin diberikan dia semua hasil penjualannya kepada Utari sebagai bentuk tanggung jawabnya sebagai ayah kandungnya.

Mendengar niat pak Faisal yang ingin memberikan semua hasil penjualannya, ibu Evi tidak terima. Dia ingin Utari cepat-cepat kembali ke Jakarta. Dia sudah bingung bagaimana caranya untuk mengusir Utari.

Saat dia mendengar Utari dekat dengan Dian, laki-laki yang terkenal badung dan juga playboy dia sangat bahagia dan juga senang. Dia berharap Utari akan hamil. Dengan begitu pak Faisal pasti mengusirnya dan memaksa mereka menikah yang otomatis pak Faisal akan membenci Utari dan tidak akan jadi memberikan hasil penjualan tanah itu kepada Utari.

Saat Dian datang ke rumah mereka, bukan di temaninya malahan dia sengaja meninggalkan Dian dan Utari berduaan di rumah.

Dia yang menyuruh Dian masuk, dia yang menyuruh Utari dan Dian untuk mengobrol di dalam rumah. Dan dia juga yang menyuruh warga untuk menangkap basah Dian dan Utari. Dia beralibi kalau dia sudah capek menasehati Utari dan Dian agar jangan berduan terus menerus didalam rumah.

Pak Faisal dan rombongan akhirnya sampai di rumah Bu Waty sebelum fajar menyingsing, seperti rencana mereka yang akan menikahkan Utari dan Dian.

Begitu terkejutnya pak Faisal mendengar apa yang disampaikan keluarga Bu Waty.

"Apa??? Dian tidak ada???" ucap pak Faisal dengan sedikit emosi.

bab.3

Pak Faisal merasa terhina dengan sikapnya Dian dan juga keluarganya. Apalagi setelah melihat kesedihan dan malu di mata Utari, anaknya. Pak Faisal pun sangat iba melihat Utari yang dari tadi tertunduk lemas menahan malu, yang semakin membuat amarahnya memuncak dan emosinya menggebu-gebu tidak kuasa ditahannya lagi.

Dengan keangkuhan dan kesombongannya dia mengancam keluarga Dian.

"Saya akan laporkan ini ke polisi, saya tidak terima anak saya diperlakukan seperti ini. Saya akan buat dia membayar perlakuan dia ini semua, jangan kalian kira saya main-main. Saya tidak terima harga diri saya, keluarga dan terutama anak saya kalian injak-injak seperti ini." Ucap pak Faisal sambil mengambil handphonenya.

Melihat wajah Faisal sepertinya tidak main-main, dan juga mendengar kata-kata polisi, Bu Waty dan juga andini merasa sangat takut. Dia gemetar, karena seumur hidupnya dia tidak pernah berurusan yang namanya dengan polisi.

"gimana ini Bu?? Aku takut Bu, kenapa tidak pikirkan akibatnya tadi malam Bu?" ucap Andini dengan berbisik-bisik kearah ibunya.

Dan melihat Andini dan ibunya berbisik-bisik seperti menyimpan sesuatu, siibu-ibu rempong langsung menyalip dan membuat huru hara.

"tidak mungkin kalian berdua tidak tahu keberadaan anak mu, jujur saja udah. untuk apa lah kalian tutup-tutup i. Dasar..!!!!"

"Diam Bu, jangan memperkeruh suasana." Ucap harajaon Huta yang dari tadi hanya bisa diam.

Ibu Waty terus menerus meminta maaf atas perlakuan anaknya, Dian.

"pak saya pribadi minta maaf, ini semua di luar ingin dan juga kuasa ku." ucap Bu Waty terus menerus memelas memohon dikasihani.

Pak Faisal hanya diam tanpa memperdulikan Bu Waty yang dari tadi memohon-mohon untuk dimaafkan. dari tadi dia terus sibuk mengotak-atik handphonenya tanpa memperdulikan Bu Waty.

Tidak berselang lama, 2 polisi yang salah satunya merupakan adik kandung pak Faisal sampai di rumah Bu Waty.

"Selamat siang pak, ada yang bisa kami bantu??" ucap salah satu polisi yang bernama Sambo Saragih.

Faisal langsung menceritakan semua kronologi dan juga kejadian yang sedang dialaminya kepada kedua polisi itu.

Mereka manggut-manggut tanda paham dan mengerti maksud dan tujuan pak Faisal.

"jadi bapak mau membuat laporan??"

"kalau diperlukan saya akan langsung membuat laporannya sekarang juga pak." sahut pak Faisal dengan wajah serius tak main-main.

"ok pak... kalau begitu kita selesaikan ini semua dikantor."

Ibu Waty, Andini dan juga algifari merasakan panik dan takut yang sangat luar biasa.

Saking takutnya tanpa sengaja, ibu Waty langsung mengaku kalau dia lah yang menyuruh Dian untuk melarikan diri.

"Maafkan saya pak Faisal, saya lah yang menyuruh Dian untuk pergi. Saya juga yang tidak menginginkan pernikahan ini terjadi. Saya tidak ingin Dian menikah di usianya yang masih muda. Dia belum siap dan dia tidak akan mampu bertanggungjawab kepada Utari. Maafkan saya pak Faisal, saya tidak menyangka kalau urusannya bisa sepanjang dan serumit ini."

Pak Faisal semakin marah dan merasa sangat terhina. Dia terus mengumpat dan memaki Bu Waty dengan suara yang sangat kuat bak petir yang menyambar membuat orang tertegun terdiam karena takut.

"karena ibu yang menyuruh anak ibu pergi, sekarang ibu ikut kami ke kantor. Ibu yang akan bertanggungjawab sebelum anak ibu pulang dan menanggung jawabi semua perbuatanya." ucap adik kandung Faisal.

Bu Waty bingung, dia tidak tahu harus melakukan apalagi.

Bu Waty langsung bersujud dan meminta maaf kepada Faisal dengan berjanji akan menyuruh Dian untuk segera pulang dan akan menikahkan Dian dan Utari sebagai bentuk pertanggung jawaban Dian atas perilakunya.

"Saya tidak percaya dengan tipu muslihat ibu lagi. Yang jelasnya kita selesaikan semua ini dikantor polisi." ucap pak Faisal.

Bu Waty menangis tersedu-sedu, dia tidak tahu mau meminta tolong kepada siapa lagi. Yang dirasakannya sekarang hanya panik dan juga takut.

Dan Fari, melihat ibunya akan dibawa kedua polisi yang merupakan adik kandung pak Faisal, dengan tanpa pikir panjang Algifari langsung berteriak menyuruh ibunya untuk dilepaskan.

"Lepaskan ibu saya, jangan perlakukan dia seperti dia tidak salah, aku mohon. Aku minta tolong. Bawak saja aku, hukum saja aku, tapi jangan ibuku." Ucap Ari dengan lantang.

"Kalau kau rasa kau hebat kali, kau lah yang menggantikan Abang mu untuk menikahi Utari." Ucap pak Faisal.

"Ok!!!! Saya akan menikahinya sekarang juga. Saya ikhlas dan saya redho dengan semua ini."

Semua warga disana tertegun berdecak kagum, mereka salut melihat keberanian algifari mereka tidak menyangka dengan sikap Algifari yang begitu jantan.

Mereka yang selama ini mengganggap Fari itu hanya anak yang penurut dan seperti orang bodoh, yang selalu mau diatur-atur ibu dan kakaknya bisa berbuat sejauh dan seberani itu.

Diacara pernikahan Fari, hari yang sangat spesial buat Fari ibu Waty yang sudah ditolong oleh anaknya sendiri, tetap berkira dan tidak mau rugi. Padahal semua pekerjaan sawah, mulai dari membabat, mencangkul, menanam padi sampai panen semua dikerjakan Fari tanpa bantuan siapapun. Sudah sepantasnya Bu Waty memberikan yang terbaik di hari pernikahan Fari, tapi begitulah Bu Waty, dia sangat membedakan Fari dengan kedua anaknya, Andini dan juga Dian.

"Ibu hanya bisa memberikan kamu uang 150 ribu. Cukup lah itu untuk mahar dia. Kan kamu hanya pengganti Abang kamu nya. Jadi tidak perlu yang spesial-spesial sekali." Ucap bu Waty tanpa merasa bersalah sama sekali.

"Iya Bu. Terimakasih, ini juga sudah sangat membantu sekali Bu. Terimakasih banyak yah Bu." Ucap Fari sambil mencium tangan ibunya tanpa menunjukkan rasa marah dan tidak terimanya atas sikap dan perilaku ibunya.

Utari hanya diam tidak bisa berbuat apa-apa, dia merasa seperti barang yang di oper kesana kemari. Untuk melawan dia tidak mampu dan tidak bisa. Dia hanya diam dan bisa hanya pasrah.

Tetapi melihat Fari yang begitu jantan, ada rasa yang tidak biasa dihati Utari. Apalagi setelah melihat Algifari keluar memakai kemeja putih dan peci hitam ada rasa kagum di hati dan di mata Utari.

"hmmmm. ada apa dengan aku ini?? kenapa jantung ku berdetak kencang??" ucap Utari dalam hatinya sendiri sambil senyum-senyum.

Acara pernikahan pun dilangsungkan dengan pakaian algifari yang seadanya. Dengan berbalut kemeja bekas abangnya, Algifari melakukan ijab Qabul dengan santai tanpa beban sama sekali.

"Algifari..." Panggil pak Faisal.

"Saya pak..." Sahut Ari.

"Saya nikahkan engkau dengan anak kandung saya, Utari Berliana dengan mas kawin uang 150 ribu rupiah, tunaii!!!!"

Dan dengan lantang dan hanya satu kali ucapan Ari langsung menyambut ucapan Faisal yang akan jadi bapak mertuanya.

"Saya terima nikah dan kawinnya Utari Berliana dengan mas kawin uang sebesar 150 ribu rupiah dibayar tunai!!!"

"Sah....???

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!