NovelToon NovelToon

Ketika Cinta Istriku Habis

Luka pertama

Disaat kebahagiaan hampir tercipta di mata semua orang, sepasang manik berwarna coklat terlihat sangat menyedihkan. Kaca-kaca yang melapisi manik itu terlihat siap tumpah jika kelopak matanya berkedip, sebisa mungkin wanita yang bernama Elisa Putri itu menahannya.

Kerongkongannya terasa tercekat menelan setiap liur yang terkumpul di mulutnya. Punggungnya di paksa untuk tetap kuat di saat ribuan anak panah serta tombak pesakitan terus menerus menghantam dadanya tanpa henti.

Siapa yang tak sakit? Di saat kedua matanya menyaksikan pernikahan pria yang amat dirinya cintai. Pengantin pria yang kini berdiri di atas pelaminan adalah suaminya, bersanding dengan seorang wanita mapan bergelar dokter yang mana usianya dua tahun di atas Elis.

Nama madu yang siap meracuni jiwa raga Elis bernama Aida Asyifa. Dialah istri idaman yang di pilihkan keluarga Arjuna Barata untuk menjadi istri kedua dari suaminya. Luka ini sangat parah sehingga Elis kesulitan untuk menyembunyikannya.

Yang paling membuat Elis sakit hati adalah Aida merupakan mantan kekasih Arjuna di masa lalu. Sehingga berbagai perasangka bermunculan di benaknya.

Ini adalah awal dari kehancuran rumah tangga yang ia bina selama 7 tahun lamanya. Elis mulai menghitung berapa waktu yang akan memporak porandakan kebahagiaannya.

Jika kalian bertanya penyebabnya, kemari Elis akan menjelaskannya.

Kesalahan yang tidak bisa di katakan kesalahan Elis adalah tidak bisa memberikan seorang penerus kepada keluarga Barata. Yaitu seorang putra, bukan karna Elis di vonis man dul, melainkan Elis belum di percayai Tuhan untuk memiliki seorang anak laki-laki. Ketiga anak Elis dan Arjuna berjenis kelamin perempuan. Sehingga keluarga Arjuna terutama ibunya terus menuntut seorang putra kepada Elis. Mereka menjalani berbagai macam program demi mendapatkan seorang putra nampaknya Tuhan masih belum berkenan mengabulkan keinginan mereka.

Dua tahun terakhir Elis melakukan program untuk mendapatkan seorang putra. Tapi hasilnya, dua kali Elis mengalami keguguran secara berturut-turut, dokter tak menyarankan Elis untuk hamil dalam waktu dekat, sehingga keluarga Arjuna mendesak Arjuna untuk menikah lagi.

Tekanan demi tekanan di terima oleh Elis tapi Elis masih bisa menerimanya dengan sabar selagi suaminya masih memperlakukannya dengan baik. Namun yang sangat memporak porandakan perasaannya adalah ketika Arjuna mengatakan akan menikah lagi sungguh hari itu adalah hari di mana cinta pria itu tengah Elis pertimbangkan.

Elis membuang pandangan kala suaminya menatap ke arahnya, ia segera berlalu meninggalkan ballroom menuju ke arah toilet. Elis perlu mencabut serta menghempaskan tombak dan anak panah beracun yang menancap di dadanya.

Elis menangis mengunci toilet dan menangis sejadi-jadinya meluapkan emosi yang ia pendam beberapa saat yang lalu.

"Kau tega Mas. Kau benar-benar tega. Aku sudah memohon serta berjanji akan memberikanmu seorang putra asalkan kau mau membatalkan pernikahanmu. Tapi apa yang terjadi? aku seakan menyaksikan penghianatan dengan label halal yang kau lakukan. Ini tak adil Mas, tapi apa dayaku hati ini terlalu mencintaimu. Doaku hanya satu menginginkan kau mendzalimiku agar aku tidak merasa bersalah saat tak lagi mencintaimu." Elis menatap wajah sendunya di pantulan cermin.

Wajah cantik yang tadi di make up oleh make up artis kini tak berbentuk, maskara yang luntur mengotori matanya. Rambutnya yang tertata rapihpun kini sudah tak berbentuk.

"Tuhan, lantas siapa yang bisa ku salahkan? Diriku sendiri? Atau takdirku." Elis kembali terisak.

Ia mengingat profil Aida yang merupakan seorang dokter kandungan. Kariernya cemerlang juga ia berasal dari keluarga yang baik. Aida juga berhijab tergambar sangat shaliha, pria mana yang bisa menampik kecantikannya.

Elis kembali menatap pantulan dirinya. "Aku juga cantik, tapi karirku tidak sebagus Aida. Keluargaku juga tak tau siapa. Aku hanya anak pungut dari seorang karyawan pabrik. Lantas apa yang bisa ku banggakan?"

Apa yang terjadi malam ini membuat Elis merasa iri. Sungguh Elis sanhat iri, tujuh tahun silam Arjuna menikahinya di kantor urusan agama, tanpa pesta atau apapun. Elis yang sudah hidup sebatang karapun tidak menuntut apa-apa menurutnya yang penting pernikahan mereka sah di mata hukum dan agama. Orang-orang di kantor Arjunapun tidak ada yang tau jika dirinya merupakan istri dari seorang wakil direktur perusahaannya. Semua itu atas permintaan ibu Arjuna entahlah alasannya apa.

Setelah puas menangis Elis mencuci wajahnya dan merapikan rambutnya. Ia akan pulang kerumahnya, mungkin tidur lebih baik untuk dirinya lakukan saat ini.

Elis membuka pintu kamar mandi, namun sepasang tangan kekar memeluknya dari belakang. "Maafkan aku." ucapan berat itu terdengar tulus di telinga Elis, suaranya juga bergetar mungkin Arjuna merasa bersalah.

Elis membatu. Ia tau yang memeluknya adalah Arjuna suaminya. Elis hanya tersenyum kecut, tak ingin ia terlihat lemah di hadapan suaminya. Elis melepas pelukan Arjuna dan segera berlalu tanpa mengucapkan satu patah katapun.

Meskipun pesta besar itu belum usai, Elis tak ingin menapkan wajahnya di acara terkutuk itu, Elis juga mulai menghitung mundur berapa lama dirinya mampu bertahan dalam kolam poli gami yang Arjuna ciptakan untuknya.

Sesampainya Elis di rumah dirinya segera mengunjungi kamar ketiga putrinya Rose, jasmine, dan Valery. Putri yang paling besar namanya Rose berumur 6 tahun, yangkedua bernama Jasmine umurnya 4 tahun. Dan si bungsu bernama Valery berumur ... Astagha besok Valeri ulang tahun yang kedua. Hebat sekali, tahun ini Papanya menghadiahkan Mama baru untuk putri bungsunya. "Semoga kalian tetap bahagia apapun yang terjadi."

Elis mengecup kening ketiga putrinya bergantian dirinya pergi ke kamarnya sendiri. Menguncinya, meraung dalam kegelapan. Membayangkan pria yang ia cintai menghabiskan malam dengan madunya sungguh membuat Elis merasa tak berguna. Ingin rasanya Elis menyayat urat nadinya jika saja ketiga makhluk tak membutuhkannya. Atau Elis ingin menggantung lehernya tralis tangga sebagai kado untuk Arjuna.

Elis bangun, secara perlahan menghampiri kamar mandi, membersihkan diri juga mengambil air wudhu. Elis bukanlah muslimah yang amat taat, tapi selama dirinya hidup sebagai hamba ia tak pernah lalai mengerjakan lima waktu. Ia juga cukup berbakti sebagai seorang istri. Elis tak pernah mengeluh apa lagi menolak keinginan siaminyanya. Elis istri yang patuh yang selalu meminta ijin atas apapun kepada Arjuna. Sebagai bentuk dan kecintaannya terhadap sang suami dirinya selalu menyiapkan apapun untuk suaminya menggunakan tangannya sendiri khusus untuk suaminya meskipun di rumahnya terdapat beberapa pelayan.

Dua rakaat Elis tunaikan di keheningan malam. Bait-bait suci Elis lantunkan dengan suara selembut beledu dengan air mata yang tak hentinya mengalir.

Sudah pukul dua pagi, tapi kantuknya tak juga datang. Sehingga Elis membuka laci di nakasnya untuk mengambil pil tidur. Ia mengkondumsi pil itu sejak seminggu terakhir, tepat saat Arjuna mengatakan akan menikah lagi. Ya Arjuna bukan meminta ijin untuk menikah lagi. Melainkan mengatakan saja.

Elis sudah memohon serta berlutut dengan airmata sebagai senjatanya namun Arjuna tak menanggapinya. Pria itu mengabaikan permohonan Elis dan lebih memilih meninggalkan istrinya seorang diri. Dan hal itu merupakan luka pertama yang di berikan Arjuna untuknya.

Nyaris muntah

Satu butir Elis meminum pilnya hanya agar dirinya bisa terlelap. Namun kantuknya tak kunjung datang juga. Yang ada hanya bayangan demi bayangan saat suaminya mengucapkan nama wanita lain di saat ijab kabul berlangsung.

Sempat Elis mencubit punggung tangannya sendiri dan berharap apa yang di lakukan oleh suaminya hanyalah sekedar mimpi buruk saja, namun nyatanya hal itu benar-benar nyata. Seandainya Elis memiliki tempat pulang lain, ia tak mau pulang ke rumah yang ia tempati saat ini. Tapi apalah dayanya ia hidup sebatang kara, tak ada keluarga lain untuknya menguatkan dirinya selain tubuh dah hatinya sendiri.

Elis kembali meraih wadah pil itu. Kedua kalinya Elis menenggaknya, kali ini tanpa minum sedikitpun. Setelah menunggu beberapa waktu kantuk itu tak kunjung tiba. Apakah obatnya tidak bereaksi atau beban hidupnya tidak dapat di taruh sebentar?

Karna tak ada reaksi Alexa merah pil ketiga, ia butuh istirahat. Besok hidupnya harus kembali berjalan normal, ia tak ingin terlihat seperti wanita menyedihkan di sisa waktu pernikahannya.

Serapih mungkin Elis meninggalkan kesan baik terhadap Arjuna, hingga saatnya tiba Elis hanya akan melakukan langkah besar.

Biasanya segelisah apapun perasaannya jika dirinya sudah mengadu kepada Tuhannya semua akan terasa ringan. Berbeda dengan kali ini, Elis tidak menemukan ketenangan sekalipun sudah meraung di dalam sujudnya, mungkin Tuhan tengah merindukan jeritan malamnya sehingga Tuhan membiarkan mata Elis tetap terjaga.

Elis nerjalan menuju meja riasnya, ia melihat buliran tasbih yang terkumpul di dalam gelas kaca kecil. Buliran tasbih yang berjumlah 33 butir kini hanya tersisisa 32 bulir saja karna sudah berkurang satu butir di saat Arjuna meminta ijin untuk menikah lagi, Elis yang tadinya ingin memperbaiki tasbih miliknya malah membuang sebutir tasbih itu. Elis sudah bertekad dalam hatinya jika dirinya hanya akan memaafkan 33 kesalahan suaminya hanya selama itu pula dirinya akan bertahan. Dan sekarang Elis mengurangi sebutir lagi, Ya setiap kali Arjuna menyakitinya Elis akan mengambil sebutir tasbih dan membuangnya.

Tenang saja itu tasbih lama yang sudah terpakai, kali ini Elis memiliki tasbih baru untuk ia gunakan.

Setelah meminum pil ketiga, secara perlahan pandangannya mulai sayu. Elis pernah berpikir untuk memasukan semua obat itu kedalam lambungnya, namun bayangan ketiga putrinya di miliki madunya membuatnya tak ingin melakukan hal itu.

Elis terlelap sampai pagi menjelang, hampir saja dirinya melewatkan waktu subuh. Untung saja alarm yang sedari satu jam lalu berbunyi mengusik tidurnya.

Waktu sarapanpun harus di penuhi drama. Sisulung Rose terus saja menanyakan keberadaan papanya. Begitu juga dengan Jasmine ia sudah terbiasa sarapan bersama Papanya dan di saat Papanya tak pulang ia merasa kehilangan. Dan yang paling memperhatinkan adalah Valery gadis mungil itu terus saja memanggil sang Papa. Di hari ulang tahunnya yang kedua gadis itu kehilangan papanya.

Elis memejamkan matanya, ia harus sadar diri suaminya bukan miliknya sendiri, ada kewajiban lain yang harus suaminya tunaikan. Arjuna sudah mengatakan akan pulang setelah satu minggu bersama istri baru. Mau tak mau Elis harus rela menerima keputusan itu.

"Arjuna bahkan lupa hari ulang tahun putri bungsunya." Elis menghembuskan napasnya yang terasa sesak.

Aida tinggal di rumah mertuanya, sepertinya Aida akan menjadi menantu kesayangan ibu mertuanya. Tentu saja Elis sudah bisa menebak hal itu sejak awal.

Malam harinya Elis merayakan ulang tahun putri bungsunya, tanpa Arjuna. Entah di mana keberadaan suaminya itu tapi Elis memposting hari jadi putrinya itu termasuk di media sosial miliknya termasuk di Wa. Pesta sederhana yang dibuat Elis cukup meriah, pesta yang hanya di hadiri tetangga dekat saja karna semua kerabat Arjuna tidak ada yang menyukainya. Elis memberikan banyak hadiah kepada putrinya dan mengatakan itu dari Arjuna, meski ia tengah mempersiapkan kejutan untuk Arjuna tapi dirinya tak akan tetap memberikan kesan ayah penyayang terhadap pria itu. "Selamat ulang tahun putri cantik Mama. Banyak hadiah untukmu dari Papa, maaf papa tidak bisa datang karna ada pekerjaan penting." Elis mengatakan hal itu dengan suara bergetar.

.

Di sebrang sana Arjuna melihat postingan sang istri. Untuk pertama kalinya Arjuna menjadi pria yang tidak berguna, dadanya juga terasa sempit di saat istri dan ketiga putrinya merayakan ulang tahun tanpa dirinya. Ia merasa sangat berdosa dan hendak pulang meskipun ibunya melarang Arjuna untuk pulang, pria itu tetap kukuh.

Arjuna bukanlah seorang pria berengsek yang sering bergunta ganti pasangan. Arjuna merupakan sosok yang setia selama 7 tahun pernikahan tidak sekalipun Arjuna berkhianat. Sampai di suatu pagi ia terbangun dengan seorang wanita di sampingnya. lebih tepatnya dua bulan lalu Arjuna tanpa sengaja meniduri mantan kekasihnya Aida di rumah ibunya sendiri. Entah apa yang terjadi padahal Arjuna tidak mabuk sama sekali.

Yang Arjuna ingat semalam ibunya menyuruh Arjuna menenoknya yang tengah tak enak badan. Siapa sangka ini akan menjadi petaka.

Aida, gadis yang mengenakan kerudung itu tidak menuntut pertanggung jawaban pada awalnya, sehingga rumah tangga Arjuna tidak terguncang. Hingga dua bulan kemudian lebih tepatnya satu minggu yang lalu Aida mengaku hamil kepada ibu dan keluarganya dan mendesak Arjuna untuk menikahinya.

Arjuna berpikir, ia juga kasihan kepada Elis istrinya yang selalu di tekan dan di tuntut untuk memiliki seorang putra. Hingga berbagai pertimbangan akhirnya Arjuna bersedia menikahi Aida dengan beberapa syarat dan perjanjian dengan istri mudanya.

Arjuna bahkan menangis dalam diam di hari pernikahan keduanya, betapa kejamnya dirinya melesatkan banyak anak panah ke tubuh wanita yang sudah menemaninya selama 7 tahun. Ia tak kuasa saat melihat wajah terluka Elis di hari malam kemarin.

Elis pulang menumpangi taksi tanpa mendengarkan panggilannya.

Arjuna tetap pulang untuk menemui putri-putrinya.

Saat Arjuna pulang ketiga putrinya sudah terlelap. Arjuna hanya bisa mendatangi dan mengecupi kening mereka bergantian. Namun saat Arjuna hendak beranjak si sulung Rose terbangun, sepertinya putrinya itu memang pura-pura tertidur sejak tadi.

"Papa dari mana saja? Kasihan Vale dan Mine menunggu Papa. Mama memberikan banyak hadiah tapi Vale tetap sedih. Rose tidak suka saat Papa tidak pulang." gadis berumur 6 tahun itu terlihat sangat kecewa terhadap ayahnya, tangisnya bahkan sudah pecah.

"Maafkan Papa ya. Besok kita jalan-jalan. Sekarang Rose tidur ya." Juna membaringkan tubuh mungil gadis kecilnya dan kembali menyelimuti tubuh Rose dan mendaratkan kecupan di keningnya. "Selamat malam putri Papa."

Elis membuang satu bulir tasbih lagi. "Ini untuk ketiga putriku yang kau abaikan."

Arjuna mendatangi Elis di kamarnya. Elis tengah melakukan shalat malam, Arjuna menunggu Elis sampai selesai mengerjakan shalatnya, Elis yang menyadari kehadiran suaminya mengulangi shalat malamnya hingga ke raka'at 12 dan membuat Arjuna merasa kesal sendiri karna terlalu lama menunggu.

Setelah Elis megucapkan salam di tahiat akhir Arjuna segera mengecup pipi wanita itu untuk menghentikan ibadahnya, bukan karna Arjuna ingin menjadi penghalang saat istrinya menghadap tuhannya. Melainkan Arjuna tau jika Elis mengulang raka'atnya dengan sengaja untuk menghindarinya, itu sebabnya Arjuna membatalkan wudhu istrinya.

"Suamimu datang Sayang. Harusnya kau menyambutku bukan mengabaikanku?" Juna membawa Elis untuk duduk di tepi ranjang. Arjuna memeluk tubuh yang masih terbalut mukena, "Aku merindukanmu."

"Maaf aku lupa dengan ulang tahun Valery. Aku janji tak akan mengulanginya lagi." Arjuna memeluk tubuh istrinya juga membuka mukena yang sang istri kenakan.

Juna hendak mencium bibir ranum istrinya namun Elis memilih berpaling. "Aku menginginkannya Elis layani aku."

Elis menatap tajam suaminya. Tak puaskah suaminya menghabiskan malam dengan istri barunya sehingga meminta jatah darinya? Bukankan Arjuna mengatakan akan pulang setelah seminggu? Tapi baru semalam Arjuna sudah mendatanginya.

"Aku lelah." Elis beranjak, ia malas melayani suaminya. Bayang-bayang Arjuna sudah menghabiskan malam penganting dengan Aida membuatnya merasa jijik jika harus kembali bercinta dengan pria yang memberikannya 3 orang putri.

"Alasan." Juna memaksa Elis untuk melayaninya meskipun Elis menolak.

"Apa gunanya kau beribadah jika nenolak melayani suamimu sendiri. Haruskah aku membuka kitabnya agar kau mau melayaniku." Elis membisu, ia diam meski Arjuna kini menguasai tubuhnya.

Saat Arjuna hendak masuk, Elis menghentikan kesenangan suaminya. "Tunggu sebentar." Elis bangun dan meraih pengaman di dalam laci dan menyerahkan pengaman itu kepada suaminya. "Pakai ini."

"Aku tidak mau. Kita belum pernah menggunakan ini." Juna menghempas benda persegi itu.

"Jika tidak memakainya aku tidak mau." ucap Elis tegas.

Arjuna yang sudah bergairah mau tak mau memakainya dari pada malam ini gagal melakukan pelepasan, bisa pusing dirinya.

Elis memejamkan mata sepanjang permainan ia tak ingin melihat suaminya yang tengah menggagahinya. Juna sangat menggebu saat menyalurkan kebutuhan biologisnya, kemarin ia tidak menyentuh Aida sama sekali. Tentu saja dengan dalih Aida haram ia sentuh karna tengah hamil di luar pernikahan dan Juna meragu jika Aida hamil anaknya.

Persetan dengan dosa suami yang tak berbuat adil. Sungguh Arjuna tak perduli.

Juna bahkan tidur terpisah dengan Aida. Ada beberapa perjanjian yang ia buat bersama Aida. "Bersabarlah sebentar." Bisik Juna setelah menyelesaikan percintaannya.

Elis yang tak tau maksud dari kalimat suaminya segera memasuki kamar mandi untuk mensucikan diri. Entahlah ia merasa jijik saat Arjuna menyentuh tubuhnya. Elis bahkan merasa mual dan nyaris muntah saat mengingat jika suaminya juga melakukan hal yang sama terhadap madunya. Ingatkan Elis untuk membuang satu butir tasbih lagi.

Istri yang di sembunyikan

Arjuna menatap nanar miliknya sendiri yang terbungkus pengaman yang di berikan Elis padanya. Cairan putih yang seharusnya membasahi rahim istrinya kini terkurung di benda sialan yang bernama pengaman.

Pertanyaannya dari mana istrinya yang polos mendapatkan benda terkutuk itu? Arjuna melepas benda berbentuk balon itu dan membuangnya kedalam sampah. Ia meraih ponselnya dan mengaktifkannya, berbagai pesan masuk dari ibu dan istri muda yang tidak ia harafkan. Sampai saat ini Arjuna masih tidak percaya jika ia pernah meniduri Aida.

Tapi dengan apa Arjuna membuktikannya. Dan lagi satu hal yang Arjuna sesali, ia tak lagi melihat tatapan memuja di mata indah istrinya. Entah kemana perginya sorot penuh cinta itu.

Elis keluar dari kamar mandi dan menuju meja riasnya, sebulir tasbih ia lemparkan ke tempat sampah.

"Apa yang kau buang?"

"Sesuatu yang seharusnya."

Elis merebahkan tubuhnya dengan membelakangi suaminya. Arjuna memeluk Elis dari belakang dan membisikan sesuatu di telinga istrinya. "Aku akan mengakhiri semua pesakitanmu. Aku juga akan mengobati seluruh lukamu. Tolong tunggu aku." Sayup-sayup Elis mendengar bisikan suaminya sebelum kesadarannya hilang di renggut mimpi.

.

Pagi-pagi saat Elis terbangun Arjuna sudah tidak ada di sampingnya. Mungkin pria itu pergi mengunjungi istri mudanya.

Tapi yang membuat Elis marah adalah, Arjuna sudah berjanji kepada putri sulungnya jika dirinya akan berji jalan-jalan namun buktinya Arjuna malah mengingkari dan malah pergi entah kemana tanpa pamit pula.

Selama seminggu Arjuna tak pulang. Elis lelah untuk menghubungi Arjuna bahkan saat Jasmin putri kedua mereka terjatuh di srkolah paudnya, Elis membawa tubuh Jasmine kerumah sakit bersama seorang supir yang menjemput putri. Beruntung Elis memiliki beberapa pekerja di rumahnya sehingga ia tidak kesulitan meminta bantuan. Elis juga memperkerjakan seorang baby siter berpengalaman di rumahnya untuk membantunya merawat ketiga putrinya.

Arjuna benar-benar tidak bisa di hubungi, hingga di hari ke tiga Elis melihat Arjuna bersama Aida keluar dari poli kandungan.

Elis mematung menatap suaminya yang berjalan beriringan dengan istri mudanya. Totalnya sepuluh hari Arjuna tidak mengabarinya. Ia juga kesulitan menjelaskan keadaannya kepada ketiga putrinya. Apalagi Jasmine putrinya yang sejak tiga hari lalu di rawat itu sering menangis mencari Papanya.

Arjuna juga mematung menatap ke arah Elis. Mata wanita cantik itu kini bergulir gelisah dengan warna memerah. Ingin sekali Elis menumpahkan air matanya saat itu juga.

Arjuna melewati Aida yang berjalan di depannya. "Pantas saja kau tak pulang selama sepuluh hari. Rupanya impianmu memiliki putra tinggal sedikit lagi." Elis melihat buku kehamilan yang di genggam Aida. "Singkat sekali, belum dua minggu menikah kau sudah akan memiliki anak kembali. Aku curiga Aida hamil di luar nikah."

Arjuna dan Aida bungkam itu memang kebenarannya.

"Apa yang kau lakukan di sini Elis?"

"Menurutmu anakmu yang mana yang sakit sehingga aku berada di sini Arjuna?" Elis membentak suaminya.

"Elisss ..."

"Sudah tiga hari aku di sini Arjuna."

"Kemana dirimu di saat kami membutuhkanmu? Mine kecelakan sejak tiga hari lalu dan kau tidak bisa di hubungi. Rupanya kalian sedang bersenang-senang karna akan memiliki seorang anak. Luar biasa." Sialan sekuat mungkin Elis menahan air matanya untuk tidak jatuh air mata itu tetap lolos.

"Elis, aku tidak menghubungimu aku baru saja pulang dari luar kota. Ponselku juga tertinggal di rumah kita."

"Omong kosong."

"Aku berkata yang sebenarnya, tapi saat aku pulang mama memintaku untuk memeriksa kandungan Aida."

"Berapa usia kandungannya?" Sarkas Elis.

"Sepuluh minggu." cicit Aida ia repleks mengatakan hal itu.

"Sangat menakjubkan. Kau hebat Arjuna, kau sangat hebat dan perkasa. Pantas saja keluargamu berhenti mendesakku untuk hamil rupanya kau kalian sudah bersekongkol untuk menyingkirkanku."

"Elis bukan seperti itu, ini hanya kecelakaan. Aku, aku." Arjuna kesulitan menjelaskan apa yang terjadi lagi pula ada beberapa kesepakatan yang mereka setujui bersama.

"Sudahlah." Elis pergi meninggalkan kedua orang itu.

Kekecewaannya sudah terlalu banyak. Jika saja kemarin tidak ada pria yang mendonorkan darahnya kepada Jasmine mungkin ia sudah kehilangan putri keduanya. Karna Jasmine memiliki golongan darah yang sama dengan Arjuna. Golongan darah yang terbilang langka.

"Aida pulang sendiri. Ini semua karna dirimu dan Mama seandainya kalian membiarkan aku pulang dulu kerumahku pertengkaran aku dan Elis tidak akan terjadi." Arjuna semakin muak terhadap istri mudanya lihat saja, setelah bayi haram itu lahir Arjuna akan segera menceraikan Aida. Bahkan Arjuna sudah menyiapkan berkas itu dari sekarang.

Arjuna melihat tubuh istrinya terduduk di sebuah lorong. Di deretan kursi tunggu di bagian ruang rawat inap. Bahu Elis terlihat berbetar hebat, dalam diam dan keheningan Elis menunduk menyambunyikan tangisnya yang memilukan.

Arjuna tercekat. Sekali lagi dirinya sudah menyakiti istrinya itu. Saat Arjuna berjalan dan hendak menghampiri Elis seorang pria berperawakan tinggi menghampiri Elis dan duduk di sebelahnya, sembari menyodorkan sebungkus nasi kotak.

"Sarapan dulu. Menangis juga perlu tenaga." ujar pria itu. Rupanya yang datang adalah pria yang sudah mendonorkan darahnya kepada Mine. Pria yang juga memiliki seorang anak seumuran Mine yang belajar bersama di sekolah Mine. Hanya saja anak pria itu seorang bocah laki-laki.

Arjuna merasa tak asing dengan perawakan pria itu. Sehingga ia memutuskan untuk menghampiri istri dan pria itu.

"Om Yudha." tanpa sadar Arjuna memanggil pria itu. Setelah bertahun-tahun menghilang Yudha yang merupakan putra bungsu dari almarhum kakeknya itu kembali. Jarak usia Yudha dengan Arjuna hanya berjarak sekitar 5 tahun.

Dimasa lalu ayah ibu Arjuna menikah kembali dengan seorang gadis belia setelah kematian istrinya yang merupakan nenek Arjuna. Dari pernikahan itu Yudha terlihat sebagai adik dari ibu Arjuna.

Itu sebabnya ibu Arjuna mendesak Arjuna untuk memiliki pewaris, ia tak ingin Yudha mengambil alih harta dan perusahaan Barata yang tengah jaya-jayanya. Yudha sendiri sudah memiliki satu putra dari pernikahannya yang terdahulu. Dan hal itu juga yang membuat ibunya Arjuna ketakutan jika Yudha akan mengambil haknya.

Arjuna sendiri tidak seserakah ibunya, tanpa bantuan dan embel-embel nama belakangnyapun Arjuna yakin dirinya mampu menghidupi Elis dan ketigga anaknya.

Yudha menoleh kearah Arjuna. Entah Yudha terkejut atau berpura-pura terkejut. Tapi Arjuna merasa jika Yudha sudah menyusun rencana dengan kembalinya Yudha.

"Arjuna."

Arjuna tidak menyukai Yudha. Puncak kekesalannya adalah saat perusahaan yang kini tengah dirinya pimpin sekarang nyaris bangkrut, Yudha malah pergi membawa dana perusahaan, sehingga Arjuna yang merintis kembali perusahaannya di usianya yang masih muda.

Elis terlihat kebingungan saat suaminya memanggil pria yang sudah mendonorkan darah untuk Mine dengan sebutan Om.

Setelah berhasil menghentikan tangisnya Elis menatap bergantian dua pria dewasa di hadapannya. Ada beberapa kemiripan di antara mereka.

"Kalian?"

"Ini Om Yudha, adik seayah dari Mamaku." Arjuna memperkenalkan Yudha.

"Kalian Om dan keponakan?"

Arjuna dan Yudha mengangguk bersamaan.

"Kau mengenal Arjuna?" tanya Yudha pada Elis.

"Dia suamiku."

Mata Yudha membola dengan sangat lebar. Sumpah ia tak mengetahui jika Elis adalah istri dari keponakannya.

"Bukankah istri Arjuna adalah Dokter Aida?"

Elis memalingkan wajah, setidaknya itu yang dunia ketahui. Selama ini Elis hanya menjadi istri yang di sembunyikan dari dunia. Ya Elis hanya istri yang di sembunyikan hanya segelintir orang yang mengetahui ia istri dari penerus Barata.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!