NovelToon NovelToon

Di Bully Karna Obesitas

BAB 1. MANUSIA APA GENTONGAN

"Astaga!! ternyata ada gentongan disini. Upss... Salah, Tapi kingkong." celetuk seorang pria Tampan saat melihat seorang mahasiswi baru di universitas Gunadarma.

Maharani lulus dari SMA, dia mengikuti tes untuk mendapatkan beasiswa kuliah di salah satu universitas ternama di kota kelahirannya. Dengan penuh perjuangan dan tekad yang dimiliki Maharani, akhirnya Maharani berhasil mendapatkan beasiswa kuliah di universitas ternama.

Semenjak Maharani duduk di bangku SMP, bobot tubuh Maharani melonjak naik. Maharani merasa bingung mengapa dirinya mengalami pertumbuhan badan yang cukup signifikan. Padahal pola makanya, seperti biasa saja menurutnya. Sehingga Maharani kerap sekali mendapatkan ejekan dari teman temannya.

Hingga setelah duduk bangku SMA, pertumbuhan badan Maharani kembali meningkat. Bobot tubuhnya mencapai 120 kg. Orang-orang mengira, kalau Maharani tidak akan bisa bergerak dengan leluasa. Karena bobot tubuhnya di atas rata-rata.

Walaupun demikian, kalau masalah ilmu pendidikan dan prestasi, Maharani tidak perlu dipertanyakan. Dia wanita yang cerdas. Dia juga wanita yang ulet dan rajin. Semakin hari pertumbuhan badan Maharani semakin bertubuh besar. Hingga ia lulus SMA, dan ingin melanjutkan pendidikannya ke universitas ternama melalui jalur beasiswa.

Hari ini adalah hari pertama Maharani masuk kampus. Dia merasa bahagia, karena dirinya akhirnya berhasil masuk universitas ternama yang menjadi impiannya. Walaupun dia masuk ke kampus ini dengan jalur beasiswa, Tetapi dia tetap merasa bangga. Karena kampus yang saat ini tempatnya menempuh pendidikan adalah kampus elit dan ternama. Tapi dia terlahir dari anak yang serba kekurangan, bisa masuk ke universitas ini.

Hari ini hari pertama ospek. Maharani masih menggunakan baju putih hitam. Karena itu merupakan peraturan dari kampus saat mengadakan ospek. Mahasiswi mahasiswa baru masih harus menggunakan baju putih hitam. Dan itu akan berlaku selama seminggu penuh selama masa ospek dilaksanakan.

"Hai boleh kenalan nggak? Tanya seorang mahasiswi pada Maharani ketika mereka berkumpul di halaman kampus.

"Boleh, nama aku Maharani."jawab Maharani sambil mengulurkan tangannya.

"Nama aku Sabrina."sahut Sabrina sambil menyambut tangan Maharani. Mereka pun saling bersalaman.

Tak lama kemudian seorang Dekan datang bersama dengan beberapa dosen dan mahasiswa senior, Yang akan membantu mereka saat masa ospek berlangsung.

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, dan selamat pagi semua. Selamat datang pada para mahasiswa mahasiswi baru di kampus universitas Gunadarma,"

"Hari ini kami sangat berbahagia karena kami telah menyambut para mahasiswa mahasiswi baru yang akan menempuh pendidikannya di kampus ini. Maka dari itu sebagai perkenalan pada kampus dan mahasiswa mahasiswi yang lain, Ada dosen dan kakak senior kalian yang akan membimbing kalian dalam masa ospek,"

"Saya persilahkan untuk Pak Jonas menyampaikan Apa saja kegiatan yang akan kalian lakukan selama masa ospek ini berlaku." Dekan kampus tersebut menyampaikan sambutan, dan menyerahkan sambutan berikut kepada dosen pembimbing masa ospek, dan juga senior yang akan membantu berjalannya masa ospek itu.

Sementara Devano, yang merupakan mahasiswa senior membantu berjalannya masa ospek itu melihat seorang wanita yang mengalihkan perhatiannya. "Waw, itu manusia apa gentongan?"gumam Devano dalam hati. Saat melihat keberadaan Maharani di baris kedua.

Sejujurnya Devano ingin tertawa ngakak, melihat wanita gemuk seperti gentongan menurutnya. Ia menggelengkan kepala, seolah tak percaya kalau yang ada di barisan itu manusia.

"Terima kasih untuk pak Dekan yang memberikan kesempatan untuk menyampaikan sambutan pada saya." ucap Pak Jonas

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh dan selamat pagi."ucap Pak Jonas yang merupakan salah satu dosen membantu berjalannya ospek.

"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh."sahut para mahasiswa mahasiswi baru serempak.

"Pertama-tama perkenalkan nama saya Jonas, saya merupakan dosen yang ikut membantu berjalannya ospek ini, dan di sebelah saya ada beberapa mahasiswa senior kalian yang ikut membantu juga. Sebelah kanan saya, ada Devano, Zidane, Moreno, Aprilia, dan juga Susanti. Pak Jonas memperkenalkan kakak-kakak senior yang ingin membantu mahasiswa mahasiswi baru menjalani ospek.

"Kalian tentunya sudah tahu Apa tujuan diadakannya ospek, kegiatan ini ditunjukkan agar mahasiswa mahasiswi baru bisa beradaptasi dengan lingkungan yang baru. Tentu saja dalam kegiatan ospek ini tidak akan ada perlakuan semena-mena antara senior dan Junior. Jika ada salah satu senior yang melakukan perlakuan senioritas, bisa langsung melaporkan kepada saya selaku dosen pembimbing berjalannya ospek ini. Terima kasih banyak atas perhatiannya, setelah ini kita bisa langsung memulai kegiatan kita.

Masing-masing satu kelompok terdiri dari sepuluh orang dan satu kelompok tersebut akan dipimpin oleh salah satu mahasiswa senior.

Maka dari itu mahasiswa mahasiswi akan mengambil gulungan kertas di dalam toples ini, secara bergantian dan di dalam nama kertas tersebut sudah tertulis nama kelompok yang sudah kalian pilih.

Di depan sini sudah tersedia lima toples, Jadi silakan maju untuk mengambil gulungan kertas yang ada di dalam toples ini. Silakan maju dari yang terdepan." Ujar Pak Jonas.

Pak Jonas yang merupakan dosen pembimbing masa ospek berlangsung tersebut, meletakkan mikrofonnya. Lalu dia juga membantu mahasiswi mahasiswa senior lain mengatur mahasiswa-mahasiswa baru yang akan mengambil gulungan kertas.

Tibalah saatnya Maharani mengambil gulungan kertas tersebut, dan ternyata ia mengambil gulungan kertas tersebut pada toples yang dipegang oleh Devano.

Untuk saat ini, Devano menggeleng-gelengkan kepalanya melihat bobot tubuh Maharani yang menurutnya sudah seperti gentongan. "Kamu mahasiswi atau gentongan? Tanya Devano sambil terkekeh membuat Maharani mengerutkan keningnya.

"Mahasiswi dong Kak, Tidak mungkin saya berada di sini kalau saya memang gentongan." Sahut Maharani percaya diri. Dia tidak ingin down di hari pertamanya masuk ke kampus.

Dia sudah menebalkan telinganya, untuk mendapat ejekan dan olok-olokan dari para mahasiswa mahasiswi yang ada di kampus. Karena dia sudah memprediksi itu akan terjadi, sama seperti hal ketika dirinya masuk SMA. Jadi Maharani sudah menyiapkan mental dan fisiknya.

Bobot tubuhnya yang di atas rata-rata, membuat dirinya kerap sekali dibully saat di kampus mulai dari dirinya menginjakkan kaki di universitas. Tapi walaupun Maharani sudah mempersiapkan mental dan fisiknya masuk ke universitas, Maharani juga sedikit down. Karena semua mahasiswa mahasiswi yang ada di kampus mengejek bahkan mengolok-olok dirinya.

Saat masa ospek berlangsung, banyak diantara mahasiswa mahasiswi menghindar satu kelompok dengan Maharani. Berbeda dengan Sabrina, dia langsung menghampiri Maharani untuk satu kelompok dengannya. Lama sudah dirinya berdiri, Dia tidak memiliki kelompok sehingga Sabrina langsung menarik tangan Maharani masuk ke dalam kelompoknya.

Walaupun sebelumnya teman Sabrina yang satu kelompok dengannya merasa komplain, Sabrina berusaha untuk menenangkan teman-teman lainnya, agar bersedia menerima Maharani di kelompok mereka. Sehingga teman-teman lainnya pun akhirnya menerimanya.

"Aneh banget sih, si Sabrina mau satu kelompok dengan wanita gemuk, jelek, amit-amit jabang bayi."bisik salah satu mahasiswi kepada rekan yang ada di sampingnya.

"Sudahlah, tidak apa-apa. Ini kan hanya ospek saja. Tidak lama juga kan kita berteman dengannya."sahut teman yang satunya. Sejujurnya Maharani merasa risih, dikucilkan oleh teman-teman sekelompoknya, berbeda dengan Sabrina.

Entahlah, orang-orang hanya menilainya dari fisik saja. Terkadang Maharani menyalahkan dirinya sendiri. Mengapa bobot tubuhnya berkembang begitu signifikan. Padahal pola makannya tidak begitu banyak. Bahkan biasa-biasa saja, dia juga tidak suka ngemil seperti orang-orang. Bagaimana dia ngemil untuk jajan saja Dia tidak memiliki uang.

Bersambung...

hai semuanya emak datang membawa karya baru nih, mohon dukungannya ya. Karya mengikuti event wanita kuat. Jadi mohon dukungan dari kalian semua love love buat semua para reader. Trimakasih

BAB 2. DI BULLY

Masa ospek Telah usai, kini Maharani sudah duduk di sebuah kelas. Yang ternyata Maharani satu jurusan dengan Sabrina.

"Eh Rani, itu badan atau truk sih? Ucap salah satu mahasiswa yang satu kelas dengan Maharani.

"Nggak tahu tuh, punya tubuh itu dirawat."sambung yang lainnya.

"Huuu, Rani gendut, Rani jelek, Hahaha....."sorak para mahasiswa mahasiswi.

"Eh, ngapain kalian ganggu Maharani!"ucap Sabrina yang baru saja datang.

"Eh, ada pahlawan kesiangan tuh."celetuk mahasiswa yang tadinya mengejek Maharani. Sabrina langsung menghampiri Maharani dan mengajak Maharani menjauh dari sana.

"Rani, Kamu itu kenapa hanya diam saja saat di-bully sama mereka sih?"tanya Sabrina penuh selidik.

"Kenapa aku harus marah Sabrina, semua yang dibilang mereka benar kok."jawab Maharani pasrah.

"Tapi bagaimanapun mereka nggak berhak ngatain kamu seperti itu tadi."sahut Sabrina.

"Biarin saja lah, terserah mereka, daripada kamu mengomel terus di sini, lebih baik kita ke perpustakaan."ajak Maharani.

Rani tidak pernah membalas perbuatan dan perkataan teman-temannya terhadap dirinya. Bukan Rani tidak sakit hati atas ucapan teman-temannya, Rani hanya tidak mau membuat masalah lebih besar, tapi berbeda dengan Sabrina. Dia selalu memberi perlawanan kepada siapapun yang membully sahabatnya, sahabat baru yang ia temui di kampus. Menurutnya Maharani itu merupakan anak yang baik. Sehingga Sabrina tidak terima kalau Maharani selalu dibully dan dikucilkan.

Sabrina satu-satunya temannya yang dimiliki oleh Maharani. Hanya Sabrina yang mau berteman dengan Maharani, di saat yang lain membully Rani, Sabrina yang selalu membela dan yang selalu ada buat Rani.

****

Jam mata kuliah dimulai, Pak Jonas merupakan salah satu dosen yang mengajar di kelas mereka. Pak Jonas melihat keberadaan Maharani yang duduk di bangku nomor dua berdampingan dengan Sabrina.

Mata Pak Jonas membulat, ketika melihat salah satu mahasiswa di kelas itu ada seorang wanita yang bobot tubuhnya di atas rata-rata. Pak Jonas menghampiri Maharani.

"Nama kamu siapa? Tanya Pak Jonas dengan suara dinginnya.

"Nama saya Maharani Pak."sahut Maharani singkat

"Itu badan kamu besar banget, Makanya pola makan itu dijaga. Kamu sudah terlihat seperti kerbau, nggak malu apa seorang wanita berpenampilan jelek, gemuk."ucap sang dosen membuat Maharani langsung terdiam.

Mata Sabrina membulat ketika mendengar suara ejekan sang dosen. Seolah Sabrina ingin menerkam dosen itu, bisa-bisanya seorang dosen mengejek dan mengolok-olok mahasiswi. Seharusnya, dosen itu memberikan motivasi dan juga memberikan pandangan bukan malah mengejek mahasiswinya.

Karena merasa tidak tahan mendengar ejekan dari sang dosen, Sabrina langsung berdiri.

"Maaf Pak Jonas, Pak jonas itu seorang dosen. Seharusnya menjadi panutan bagi Kami mahasiswa mahasiswi yang ada di kampus ini. Bapak seharusnya memberikan motivasi, pandangan dan lain sebagainya untuk membimbing dan mengarahkan Kami mahasiswa mahasiswi untuk lebih baik. Termasuk, memberikan arahan dan pendapat agar Maharani dapat menurunkan bobot tubuhnya. Bukan mengejek seperti itu."ucap Sabrina dengan lantang. Karena dirinya tidak terima sahabatnya diejek dan diolok-olok oleh sang dosen. Yang menurutnya dosen itu merupakan panutan bagi mereka.

"Memangnya kamu siapa? Saya tidak mengejek kamu!" ucap Pak Jonas dengan mata melotot.

"Bapak memang tidak mengejek saya! Tapi bapak mengejek sahabat saya Maharani. Saya mendengarnya tidak suka, karena apa? Karena sahabat saya Maharani tidak seburuk yang kalian pikirkan. Jangan kalian menilai hanya dari fisik seseorang saja. Tapi lihat prestasi dan inner beauty nya. Maharani berkuliah Di kampus Ini, bukan karena seperti kalian yang mampu membayar uang kuliah dengan mengandalkan uang orang tua para mahasiswa mahasiswi di sini,"

"Bapak tahu, Maharani merupakan siswa yang berprestasi di sekolahnya, sehingga dia dapat diterima di kampus ini dengan mendapatkan beasiswa. Apakah itu tidak salah satu nilai plus bagi kalian? Seharusnya Bapak melihat prestasi yang dimiliki oleh Maharani. Bukan hanya menilai dari bobot tubuh dan penampilan Maharani saja yang Bapak nilai."tegas Sabrina

Pak Jonas melotot menatap Sabrina. Tapi Sabrina tidak peduli sama sekali, karena apa yang dikatakan oleh Sabrina benar adanya. Seorang dosen harus menjadi panutan bukan malah mengejek dan mengolok-olok.

"Huuuu.... Sok-sokan dewa penolong."gerutu salah satu mahasiswi. Sementara Pak Jonas menghampiri Sabrina. "Saya memang benar mengatakan itu, tapi memang itu faktanya. Apa kamu tidak melihat kalau tubuh Maharani sudah seperti kerbau."kembali Pak Jonas mengatakan kalau Maharani wanita kerbau.

Maharani menggelengkan kepalanya, agar Sabrina menghentikan perdebatannya dengan sang dosen. Takut nanti masalahnya menjadi semakin besar, yang mampu merugikan Sabrina dengan dirinya.

Maharani langsung menggenggam tangan sahabatnya. Berusaha untuk menghentikan Sabrina melontarkan ocehan kepada sang dosen. Sekalipun apa yang dikatakan Sabrina itu benar adanya.

Sabrina kembali duduk, proses belajar mengajar pun telah dimulai dan berjalan lancar setelah perseteruan itu terjadi.

Dua jam sudah berlalu, kini Pak Jonas sudah berlalu meninggalkan ruang kelas. Mahasiswa mahasiswi lainnya langsung keluar dari ruang kelas. Ada yang menunju kantin ada yang memilih untuk nongkrong di pohon-pohon rindang yang ada di kampus itu. Pepohonan itu biasa itu ditempati oleh para mahasiswa mahasiswi yang sedang beristirahat. Karena di pepohonan itu disediakan kursi yang terbuat dari batu. Sehingga mahasiswa mahasiswi merasa nyaman untuk beristirahat di sana.

Saat Maharani dan Sabrina keluar kelas berniat untuk membeli cemilan atau minuman ke kantin. Devano datang menghampiri keduanya. "Astaga ada gentongan masuk kantin!" Ucap Devano dengan suara nyaring yang mampu mengalihkan atensi seluruh mahasiswa mahasiswi yang ada di kantin.

Tampak para mahasiswa mahasiswi di sana, tertawa ngakak melihat keberadaan Maharani.

"Wow, benar-benar gentongan! Celetuk salah satu mahasiswa yang merupakan sahabat dekat Devano.

Maharani sama sekali tidak menggubris ocehan ocehan orang-orang yang berniat mengejeknya. Tapi lagi-lagi Sabrina tidak dapat menahan emosinya. "Eh kalau ngomong itu dijaga! Kamu mahasiswa atau bukan sih? Tanya Sabrina membuat Devano menatapnya dengan tatapan tajam.

"Eh, Memangnya kamu ini siapa? Jangan pernah ikut campur dalam urusanku. Kalau kamu tidak akan menyesal nantinya."ancam Devano.

"Cie illeh, kuliah dibiayai orang tua saja bangga. Nggak usah sok-sok mengejek dari fisik orang, lihat tuh dirimu kamu pikir dengan hanya berpenampilan tampan, kamu memiliki otak yang cerdas? Oh no! Memiliki otak cerdas itu tidak memandang fisik yang tubuhnya gemuk, kurus, body seperti gitar Spanyol. Bukan berarti pintar dan cerdas camkan itu!" Teriak wanita berambut sebahu itu. Yang merupakan sahabat dekat Maharani. .

Karena tidak ingin lebih lama berdebat, Maharani menarik tangan Sabrina keluar dari kantin. Mereka berdua tidak jadi membeli cemilan dan juga minuman instant yang tersedia di kantin.

"Sudahlah Sabrina, tidak perlu diladeni. Aku dengar-dengar dari bisik-bisik mahasiswa di kampus kita. Dia merupakan mahasiswa terkenal di kampus ini. Karena orang tuanya yang sangat kaya raya. Bahkan yang aku dengar juga, orang tuanya merupakan salah satu donatur terbesar di kampus ini. Aku harap kita tidak perlu mencari masalah dengannya. Daripada ribut, mending kita menghindar." Bisik Maharani tepat di telinga Sabrina.

Sejujurnya Sabrina tidak tega kalau sahabatnya itu selalu diejek dan diolok-olok mahasiswa mahasiswi. Tapi entah bagaimana caranya dirinya menghentikan semua itu.

"Kamu kenapa sih bisa diam saja seperti itu walaupun mereka mengejek kamu?

"Untuk apa aku mencari masalah, itu yang dapat merugikan kita nanti. Lebih baik kita tunjukkan kepada mereka, siapa kita sebenarnya dengan menunjukkan prestasi dan ilmu yang kita miliki. Daripada harus berkoar-koar yang menguras tenaga dan emosi."sahut Maharani.

Sabrina begitu salut kepada Maharani. Telinganya begitu tebal mendengar para olok-olokan dan ejekan para mahasiswa mahasiswa bahkan salah satu dosen ada juga yang mengejeknya.

"Apa kamu tahu Maharani, aku benar-benar salut kepadamu. Aku tahu kamu wanita yang cerdas dan berprestasi. Tidak mungkin ekonomi orang tua kamu yang pas-pasan dapat kuliah di kampus ini, kalau kamu tidak berprestasi."ucap Sabrina.

Sabrina mengetahui kecerdasan Maharani saat mengadakan ospek. Setiap dilontarkan pertanyaan kepada para mahasiswa mahasiswa baru oleh kakak senior mereka dan juga dosen yang ikut serta membimbing jalannya ospek itu, Maharani selalu dapat menjawabnya dengan benar. Bahkan ia dapat menjabarkannya keseluruhan. Membuat Sabrina terkagum kagum kepadanya.

Bersambung...

hai semuanya emak datang membawa karya baru nih, mohon dukungannya ya. Karya mengikuti event wanita kuat. Jadi mohon dukungan dari kalian semua love love buat semua para reader. Trimakasih

BAB 3. MENCONTEK

Enam bulan sudah berlalu, kini para mahasiswa mahasiswi dihadapkan dengan ujian semester. Membuat para mahasiswa mahasiswi, banyak yang membuat contekan atau tulisan-tulisan kecil di dalam kertas. Guna agar dapat mencontek jawaban yang mereka tulis di dalam kertas kecil itu.

Salah satu dosen masuk ke ruang kelas di mana Maharani dan Sabrina berada.

"Semua buku dan tas dikumpulkan ke depan!" Titah Pak Susilo agar para mahasiswa mahasiswa mengumpulkan tas dan buku buku mereka ke depan kelas. Guna agar para mahasiswa mahasiswi tidak mencontek.

Banyak di antara mereka yang gelisah. Karena sebelumnya mereka tidak belajar sebelum ujian dilaksanakan. Berbeda dengan Maharani, dia duduk dengan santai setelah dirinya mengumpulkan buku dan tasnya.

Semua orang memandang sepele melihatnya. Tak ada yang mau berteman dengannya. Hanya Sabrina saja temannya semenjak Maharani kuliah di universitas Gunadarma.

Pak Susilo membagikan lembaran kertas soal dan lembaran kertas jawaban. Setelah selesai membagikan lembaran soal dan lembaran jawaban, Pak Susilo melihat jarum jam yang ada di pergelangan tangannya.

"Satu jam dari sekarang, kalian mengerjakan soal-soal yang ada di hadapan kalian. Ingat jangan ada yang mencontek, sekali ada yang ketahuan mencontek, nilai kalian akan saya berikan nilai E, dan itu tidak dapat ditolerir lagi!" ancam Pak Susilo yang membuat para mahasiswa mahasiswi lainnya menjadi ketakutan dan gemetaran. Padahal sebelumnya mereka sudah membuat catatan-catatan kecil, agar mereka dapat mencontek jawaban yang mereka tulis.

"Ujian dimulai dari sekarang!" Titah Pak Susilo.

Maharani langsung membaca soal ujian yang diberikan oleh dosen kepadanya.

Lalu ia menulis jawabannya di lembaran jawaban.

Satu persatu Maharani mengerjakan soal-soal itu. Hingga empat puluh lima menit berlalu, Maharani sudah selesai menyelesaikan soal ujian yang diberikan oleh Pak Susilo. Pak Susilo yang melihat Maharani berhenti menulis dan meletakkan pulpennya di atas kertas, Pak Susilo langsung menghampiri Maharani.

"Maharani, kalau kamu sudah selesai kumpulkan jawaban kamu ke depan."ujar Pak Susilo kepada Maharani. Tetapi sebelum Maharani tadinya meletakkan pulpennya di atas kertas, ia sudah membantu sahabatnya, Sabrina memberikan jawaban yang tidak diketahui oleh Sabrina. Tentunya Ketika pak Susilo sedang silap.

Maharani yang mendapatkan perintah itu dari Pak Susilo. Ia bangkit berdiri lalu mengumpulkan lembaran jawaban miliknya.

"Waktu Lima menit lagi. Cepat kerjakan soal-soal yang ada di hadapan kalian. Ingat! jangan ada yang mencontek." Ucap pak Susilo sambil berjalan dari ujung depan sampai ujung belakang. Mengawasi mahasiswa mahasiswi yang berbuat curang.

Saat Pak Susilo memberitahu waktu lima menit lagi, salah satu mahasiswi yang kerap sekali mengolok-olok Maharani. Tampak gelisah karena masih banyak soal yang belum bisa dijawab olehnya.

Dewi terlihat gelisah. Masih banyak soal-soal yang belum dapat dijawabnya. Akhirnya Dewi memberanikan diri untuk membuka catatan-catatan kecil yang sebelumnya sudah ia catat. Ia perlahan membuka kertas kecil itu, lalu memindahkan jawaban yang ia catat sebelumnya ke dalam lembaran jawaban miliknya.

Tiba-tiba saja Pak Susilo datang menghampirinya dan menarik kertas kecil yang menjadi bahan contekan Dewi. "Saya sudah mengatakan sebelumnya, tidak boleh ada yang mencontek! kamu sudah berbuat curang!" Ucap Pak Susilo sambil menarik lembar jawaban milik Dewi.

Semua mata mahasiswa-mahasiswi tertuju kepada Dewi yang ketahuan mencontek.

Seketika suara riuh para mahasiswa terdengar jelas di telinga Pak Susilo

"Huuuu.....

"Diam dan tertib! sekarang waktunya sudah habis! lebih baik kalian kumpulkan lembaran jawaban kalian. Saya hitung satu sampai sepuluh, Kalau lembaran jawaban kalian belum tiba juga di meja kerja saya, maka akan saya anggap kalian tidak mengikuti ujian. Dan akan mendapatkan nilai E seperti Dia." tunjuk Pak Susilo kepada Dewi membuat Dewi tidak dapat mengangkat wajahnya menatap para mahasiswa mahasiswi lainnya.

Sementara Sabrina tersenyum menatap ke arah Dewi. Lebih tepatnya tersenyum mengejek. Yang selama ini dirinya kerap sekali mengolok-olok sahabatnya Maharani. Membuat Sabrina kesal terhadapnya.

Para mahasiswa mahasiswi langsung buru-buru mengumpulkan lembaran jawaban mereka kemeja kerja Pak Susilo. Takut kalau mereka bernasib sama seperti Dewi mendapatkan nilai E. Setelah lembaran jawaban semuanya terkumpul di meja kerjanya, Pak Susilo langsung meraih lembaran jawaban itu dan mengambil buku yang ia letakkan di atas meja, lalu meninggalkan ruang kelas itu menuju ruang dosen.

"Astaga sumpah Maharani, tadi jawaban nomor delapan susah banget. Aku tidak bisa mengerjakannya." ucap Sabrina kepada Maharani.

"Tapi akhirnya bisa juga kamu jawab, kan? Tanya Maharani sambil mengedipkan matanya sebelah ke arah Sabrina.

"Bisa dong, walaupun aku tidak mencontek. Malu dong ketahuan mencontek sama dosen, terancam nilai E, lagi."suara Sabrina sengaja ia tinggikan agar Dewi dapat mendengarnya. Ia sengaja melakukan itu agar Dewi merasa tersindir.

"Ya Sudahlah, ebih baik Kita ke perpustakaan ngadem. Di sana kan ada Ac-nya sambil baca-baca buku untuk persiapan besok ujian." Ujar Maharani langsung menarik tangan Sabrina. Takut kembali terjadi perdebatan antara Sabrina dengan Dewi yang dapat mengundang keributan.

Sabrina mengikuti langkah Maharani masuk ke perpustakaan. Terlihat Maharani melihat-lihat buku yang ia butuhkan. Kemudian ia ambil satu diantaranya untuk ia baca duduk berada di perpustakaan. Daripada ke kantin untuk istirahat, Ia merasa lebih nyaman berada di perpustakaan, tidak akan ada yang berani mengolok-olok dirinya, dan juga mengejeknya. Karena petugas perpustakaan tidak mengizinkan suara keributan di ruangan perpustakaan.

Kedua sahabat itu sedang asyik membaca buku. Sambil ngadem di dalam perpustakaan. "Rani, benar juga yang kamu katakan ya, Ternyata kalau kita istirahat di perpustakaan tidak akan ada yang berani mengejek kamu. Buktinya tuh, si Devano ada di sana, entah mencari apa dia di perpustakaan ini. Tapi dia tidak berani mengejek kamu" ucap Sabrina sambil menunjukkan keberadaan Devano yang ada di rak buku yang tidak terlalu jauh dari tempat mereka duduk.

"Sudahlah, tidak perlu dihiraukan. Lebih baik baca bukumu agar kamu dapat menjawab, jawaban soal-soal yang diberikan dosen besok."ujar Maharani sambil mengembangkan senyumnya.

"Astaga, entah terbuat dari apalah hati kamu Maharani. Kalau aku kamu, mungkin aku sudah menjambak-jambak orang-orang yang mengejek dan mengolok-olok aku." Ucap Sabrina sambil terkekeh.

Devano berlalu dari perpustakaan, setelah ia melihat keberadaan Sabrina dan Maharani di perpustakaan itu. Ia berlalu masuk ke kelas Maharani dan juga Sabrina karena mendapat aduan dari Dewi, kalau Sabrina dan Maharani mengejeknya saat ujian tadi. Devano langsung mengacak-acak buku dan tas Maharani, hingga buku Maharani berserakan di lantai.

Saat mereka sudah tiba di kelas, setelah kembali dari perpustakaan, Maharani terhadap melihat buku-bukunya sudah berserakan di atas lantai. Hal itu membuat Sabrina emosi dan meminta kepada orang-orang yang di sana berkata jujur.

" Siapa yang melakukan itu semua!" Teriak Sabrina. Diantara mahasiswa-mahasiswa yang ada di kelas itu tidak ada yang berani membuka suara.

"Baiklah, kalau di antara kalian tidak ada yang mengaku, maka aku akan mencari tahu nantinya. Jika aku mengetahui siapa pelakunya, maka jangan salahkan aku melakukan hal yang tidak bisa kalian lupakan." ucap Sabrina sambil membantu Maharani mengumpulkan buku-buku Maharani dan kembali memasukkannya ke dalam tas.

Bersambung.....

hai hai redears dukung terus karya author agar outhor lebih semangat untuk berkarya trimakasih 🙏💓🙏

JANGAN LUPA TEKAN, FAVORIT, LIKE, COMMENT, VOTE, DAN HADIAHNYA YA TRIMAKASIH 🙏💓

JANGAN LUPA MAMPIR KE KARYA EMAK YANG LAIN

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!