NovelToon NovelToon

Cinta Untuknya

Diabaikan

Hari masih pagi, kabut masih belum menghilang. Vina perlahan bangun dari tidurnya dan menyingkap tirai jendela kamarnya, agar matahari pagi bisa masuk ke sana.

Dia kemudian menoleh ke arah lelaki tampan yang masih tertidur dengan pulasnya, Vina berjalan lebih dekat dengan lelaki yang sudah menjadi suaminya. Memberanikan dirinya untuk membangunkan sang suami.

"Mas .... Mas Andre, bangun Mas sudah pagi!" Vina menggoyangkan lengan Andre agar lelaki itu bangun.

Andre mulai membuka matanya, dia sama sekali tidak menatap Vina. Dengan agak malas Andre bangun dan meraih handuknya kemudian masuk ke dalam kamar mandi.

Melihat sikap dingin suaminya, Vina hanya bisa diam tanpa kata, sudah sebulan lebih menikah, tapi mereka tidak pernah bicara akrab. Andre hanya bicara ketika ada perlu saja, Vina sudah mencoba untuk merubah sikap dingin suaminya, tapi sampai sekarang belum ada hasilnya.

Setelah menyiapkan baju yang akan dipakai Andre untuk pergi ke kantor, Vina langsung keluar dari kamarnya dan pergi menuju dapur untuk menyiapkan sarapan.

}}°°°{{

"Kamu ngapain di sini?" Andre bertanya dingin.

"Nemenin kamu makan," jawab Vina lembut diiringi dengan senyumannya.

Andre membanting sendoknya dengan kasar. "Membuat aku tidak selera makan saja!"

"Baiklah, aku akan makan di dapur. Mas lanjutin aja sarapannya!" Vina bergegas pergi dari sana dengan hati kecewa.

"Coba aja papa tidak menjodohkan aku dengan dia, mungkin aku sudah bahagia dengan Maya. May, kamu di mana?" lagi-lagi Andre teringat akan sosok kekasihnya di masa lalu, dia masih terikat dengan cinta yang belum usai. Sedangkan di dapur, Vina mulai meratapi nasibnya.

"Kenapa begini? Sulit sekali mendekati mas Andre, rasa ini semakin hari semakin tumbuh. Apa yang harus aku lakukan?" Vina memegang dadanya yang terasa sesak, berusaha menahan tangisnya agar tidak tumpah. Dia tidak ingin menangis, meski sakit kian hari makin terasa.

}}°°°°{{

Kediaman Nyonya Mira...

"Mama benar-benar akan menginap di rumahnya kak Andre?" tanya Lisa, putri bungsunya.

"Iya, mama akan menginap di sana. Selama mereka pindah ke rumah baru itu, mama sama sekali belum pernah menjenguknya, mama tidak ingin kakakmu jatuh cinta sama si gadis miskin itu," ucap bu Mira sengit, dia tidak pernah merestui pernikahan Andre, karena yang mengatur pernikahan itu adalah suaminya.

"Aku tidak mengerti dengan jalan pikiran Mama, kenapa tidak bisa membiarkan hidup kak Andre dan kak Vina bahagia tanpa ada gangguan dari Mama?" cicit Lisa bingung.

Bu Mira menatap Lisa dengan tatapan malas, "Lis,kamu ini ada dipihak mama atau gadis kampungan itu?"

"Tidak keduanya," jawab Lisa cepat, lalu dia beranjak pergi dari kamar sang mama, meninggalkan wanita itu seorang diri.

"Makin hari sifat Lisa makin mirip dengan mas Johan," desis bu Mira menghela nafasnya dengan berat.

Wanita itu sepertinya sedang menyembunyikan sesuatu, banyak sekali rahasia dalam keluarga Andre.

🌹 🌹 🌹

Di kantor...

Andre menatap hampa selembar foto yang tersimpan rapi dalam dompetnya.

"Kamu di mana, May? Sudah tiga tahun aku menunggu, tapi kamu tidak ada kabar... Kapan kita akan bertemu? Jika kamu kembali lagi, bisakah kita bersama?" lirih Andre. Saat dia masih larut dalam lamunannya tiba-tiba Radit datang, tanpa permisi dia langsung masuk ke ruang kerjanya Andre.

"Melamun terus!!!" suara berisik Radit membuyarkan lamunan cowok itu.

"Aish .... Bikin gue kaget aja, lo ngapain ke sini?" tanya Andre seraya memutar kursinya dan duduk berhadapan dengan sahabatnya.

"Ya jengukin elo lah, ngapain lagi coba? Bagaimana hubungan lo sama Vina, sudah ada perubahan belum?" tanya Radit, pertanyaannya membuat Andre kesal.

"Pertanyaan lo enggak berkualitas banget, apa lo enggak punya pertanyaan lain untuk ditanyakan?" tanya Andre sambil membolak-balikkan halaman buku yang sedang dibacanya.

"Enggak!"

"Lo sepertinya sangat tertarik dengan rumah tangga gue," Andre menutup kembali bukunya dan mulai fokus dengan topik pembicaraan mereka.

"Kamu masih berharap bisa bertemu lagi dengan Maya, kan?" tanya Radit menebak.

"Gue harap dia kembali, dengan begitu gue bisa menceraikan Vina. Lagian pernikahan ini bukan gue yang menginginkannya, ini semua rencana papa. Sekarang papa sudah tidak ada, untuk apa mempertahankan dia?"

"Lo jangan lupa Dre, begitu Vina lo ceraikan, maka nama lo juga bakal dihapus dari daftar calon ahli waris," ucap Radit mengingatkan. "Lo enggak bakal dapat sepeser pun dari harta ini, emangnya lo yakin kalau Maya mau nerima lo dalam keadaan miskin?" lanjut Radit bertanya.

Pertanyaan itu membuat Andre frustasi. "Kalau begitu, berarti selamanya gue bakal terikat dengan pernikahan ini?" Andre tersenyum kecut.

****

Kediaman Andre...

Menjelang sore hari, bu Mira tiba di kediaman anaknya, dia menyuruh sang sopir untuk membawakan kopernya masuk ke dalam rumah anaknya.

Vina yang saat itu sedang duduk santai di gazebo belakang rumahnya, tidak menyadari kedatangan ibu mertuanya itu.

"Enak sekali hidup kamu ya, menjadi nyonya besar di keluarga ini, jam segini masih duduk santai. Masuk dan siapkan makan malam secepatnya!" enggak ada angin enggak ada hujan, nenek lampir itu datang dan menyuruh-nyuruh Vina seenaknya.

"Eh, Mama... Mama sejak kapan ada di sini?" Vina kaget dan langsung berdiri.

"Sudah dari tadi, kamu ngapain nyantai di sini? Sana ke dapur! Buatin makanan untuk nanti malam, cepat!" perintahnya membentak.

"Ba---baik, Ma!" dengan cepat Vina masuk ke dalam dan melakukan apa yang diperintahkan oleh ibu mertuanya.

"Sepertinya mama bakalan nginap di sini, penderitaan aku pasti akan bertambah lagi," keluh Vina.

Dia tidak punya teman untuk diajak ngobrol, tidak ada teman untuk curhat. Saat ini dia benar-benar sendiri.

Sahabat yang dia punya cuma Aurel, tapi sekarang Aurel juga sedang berada di luar kota karena harus mengurusi perusahaan papanya, jadi dia sendiri sekarang.

Vina terus sibuk di dapur, memasak makanan untuk nanti malam. Begitu pekerjaannya selesai dia segera masuk ke dalam kamarnya.

Vina masuk ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya yang sudah terasa lengket oleh keringat, dia selalu berusaha tampil cantik setiap kali suaminya pulang, meski Andre tidak pernah meliriknya.

Vina tetap berusaha melakukan yang terbaik, dia terus mencoba mendapatkan perhatian dari Andre, dia tidak akan pasrah begitu saja.

Begitu malam tiba, Andre pulang. Bu Mira sudah duduk di ruang makan dan menunggu anaknya.

"Mama datang ke sini kenapa enggak ngabarin aku dulu?" tanya Andre.

"Mama sengaja mau bikin surprise buat kamu," jawab bu Mira.

"Terus, Lisa mama tinggalin dia seorang diri di sana?" Andre menyipitkan matanya.

"Kan ada bi Narsih, dia juga sudah gede sayang, apa salahnya kalau mama tinggalin dia sekali-kali?"

Sedangkan di rumah, bu Mira tidak tahu apa yang terjadi dengan Lisa. Gadis itu terus marah-marah di dalam kamarnya.

"Resek banget sih! Om Anton ngapain coba malam-malam datang ke sini?" omel Lisa.

"Dia biasanya kalau ke sini pasti ada urusan pekerjaan sama mama, tapi sekarang kok malah mau ketemu sama gue?" Lisa bingung, dia terus berjalan mondar mandir di dalam kamarnya. Hingga suara ketukan pintu dari luar menghentikan langkahnya itu.

Tok...

Tok...

"Siapa!?" tanya Lisa setengah berseru.

"Saya Non, bi Narsih!" sahut si bibi dari luar.

"Masuk!"

Bi Narsih langsung masuk dan kembali menutup pintu.

"Non, tuan Anton masih menunggu Non Lisa di bawah, kayaknya ada sesuatu yang penting yang ingin dibicarakan sama Non," ucap bi Narsih.

"Memang ada hal penting apa sih? Merepotkan aja!" gerutu Lisa.

"Mending Non turun aja dulu dan temui tuan Anton, biar dia juga cepat-cepat pergi dari sini," bujuk bi Narsih.

BERSAMBUNG...

Pertengkaran

Lisa keluar dari kamarnya untuk menemui pak Anton.

"Om ngapain datang ke sini malam-malam?" tanya Lisa langsung ke intinya.

"Memangnya enggak boleh kalau om main ke sini?" pak Anton balik bertanya, ada kilatan kerinduan di matanya saat menatap Lisa. Ada yang tidak beres! Lisa menyadari hal itu.

"Kenapa dia terus natapin aku kayak gitu?" Lisa bertanya dalam hati.

"Mama sedang pergi ke rumah kak Andre, mestinya om tidak di sin," jawab Lisa, rasa tidak nyaman dengan pandangan pak Anton mulai mengganggunya.

"Sudah lama om tidak menjenguk kamu, semenjak papa kamu meninggal, om jadi kangen itu sebabnya om datang ke sini," pak Anton memaparkan alasannya.

"Sekarang Om sudah melihat keadaan Lisa kan? Lisa baik-baik saja, Om sudah boleh pergi sekarang!" Lisa menegaskan suaranya, dia tidak menyukai pak Anton. Apalagi lelaki itu juga terlihat sangat akrab dengan mamanya, Lisa selalu berpikir kalau mamanya dan pak Anton memiliki hubungan spesial.

"Padahal om mau membicarakan banyak hal sama kamu, tapi kamu malah nyuruh om pergi. Ya sudahlah, tidak apa-apa. Om akan pergi sekarang. Mungkin kamu masih belum ingin berbicara banyak hal sama om," pak Anton akhirnya pergi dari sana. Dia juga membawa beberapa hadiah untuk Lisa.

Lisa hanya menatapnya hampa,dia sama sekali tidak membuka hadiah dari lelaki itu.

****

KEDIAMAN ANDRE...

"Dre, bagaimana hubungan kamu sama Vina?"

Andre menarik nafas panjang sebelum akhirnya menjawab pertanyaan mamanya.

"Sampai sekarang aku masih tidak memiliki rasa sama dia, Ma," ungkap Andre berterus terang.

Vina diam-diam menguping pembicaraan mertua dan suaminya itu.

"Baguslah kalau kamu tidak memilki rasa apa pun sama dia, memang ini yang mama harapkan. Mama juga tidak suka dia jadi menantu mama, entah apa kelebihan dia sampai papa menyuruh kamu untuk menikah dengannya," ujar bu Mira.

Dari balik tembok pembatas antara ruang tamu dan kamar utama, Vina mendengar dengan jelas percakapan mereka.

"Mama juga benci sama aku? Aku tahu, aku memang bukan menantu impian mama, tapi apa mama tahu jika kesabaranku hilang maka nyawa mama akan melayang?" gumam Vina. Tatapan tajam matanya jelas terlihat, sepertinya Vina mengetahui sebuah rahasia besar ibu mertuanya itu.

"Apa kamu masih mencintai kekasihmu itu, Dre? Kamu masih berharap dia kembali?" semakin penasaran dengan jawaban anaknya, bu Mira ingin mengetahui bagaimana jawaban Andre. Namun Andre malah memilih mengakhiri obrolannya dengan alasan bahwa dia sudah sangat mengantuk.

***

Vina masih belum tidur saat Andre masuk ke kamar. Malam ini dia ingin menanyakan banyak hal pada suaminya itu. Tentang hubungan mereka, Vina tidak ingin terus di abaikan, dia ingin Andre memberinya perhatian, meski itu cuma sedikit.

"Mas..." panggil Vina pelan. Andre yang baru saja hendak memejamkan matanya jadi mengurungkan niatnya itu, dia kembali bangun dan duduk dengan tegap sambil menyandarkan tubuhnya di atas tumpukan bantal.

"Ada apa?" responnya begitu cepat, Vina tidak menyangka Andre mau menjawab panggilannya.

"Ada yang ingin aku omongin sama kamu."

"Katakan saja, aku ingin tidur secepatnya!"

"Kita sudah menikah, tapi kenapa kamu selalu mengabaikan aku? Seolah-olah aku bukan istri kamu," tanya Vina, dia sudah berusaha memberanikan diri untuk menanyakan hal itu kepada Andre, dan kali ini dia berhasil tinggal menunggu jawaban dari suaminya dengan jantung berdebar-debar.

Andre menatap Vina dengan lekat, dia mencondongkan wajahnya hampir tidak ada jarak antara mereka dan dengan pelan dia berkata. "Kamu sudah tahu jawabannya, kenapa bertanya lagi?"

"Kamu mau bilang karena pernikahan kita tidak didasari dengan cinta? Kalau itu alasan kamu aku tidak bisa terima, Mas," ucap Vina sedikit kesal.

"Lalu aku harus apa? Kamu mau aku memaksakan diri untuk mencintai kamu, gitu?" Andre mulai meninggikan suaranya.

"Mas, menikah dengan orang yang dicintai adalah harapan, sedangkan mencintai orang yang dinikahi adalah kewajiban!" tutur Vina menegaskan.

"Kamu sudah berani mengajari aku? Jadi kamu ingin mengatakan bahwa mencintai kamu sudah menjadi kewajiban aku?" wajah Andre memerah, dia tak bisa menahan amarahnya.

"Iya, apa perkataan aku salah?" Vina masih tampak tenang.

"Jelas salah! Jauh hari sebelum menikah, kamu sudah tahu kalau aku sama sekali tidak mencintai kamu, kita juga tidak saling kenal. Tiba-tiba saja hari itu papa membawa kamu ke rumah dan memperkenalkan kamu sebagai calon istri aku, benar-benar mimpi buruk."

"Ya, kita memang tidak saling kenal. Itu sebabnya mulai dari sekarang Mas jangan lagi membuat ruang di antara kita," ucap Vina, "Mas masih ingat kan pesan papa?" lanjut Vina bertanya.

Andre terdiam mencoba mengingat pesan terakhir papanya saat di rumah sakit. "Apa pun yang terjadi kamu jangan pernah menceraikan Vina," itu adalah pesan terakhir pak Johan.

"Aku tidak perduli dengan pesan papa. Vina, cinta itu enggak bisa dipaksa seharusnya kamu mengerti itu!" pungkas Andre, dia kembali merebahkan tubuhnya dan tidur memunggungi Vina.

"Sampai kapan kita seperti ini, Mas?" Vina membatin.

Malam yang semakin larut, Vina masih tidak bisa tidur. Rupanya, hal tersebut juga dialami oleh Lisa, gadis remaja itu tidak bisa memejamkan matanya meski sebentar saja.

"Pa, kenapa papa pergi secepat ini, Lisa kangen sama papa...." dia kemudian menangis lagi.

Sepi...

Rindu... Rasa itu terus hadir dalam malam-malamnya yang sunyi. Lisa tidak terlalu dekat dengan mamanya, dia lebih dekat dengan papanya, itu sebabnya kepergian pak Johan yang begitu tiba-tiba sangat membuatnya terluka.

***

Begitu pagi menjelang, Vina dan Andre mendadak bertengkar hebat. Dan semua itu disebabkan oleh bu Mira.

"Lihat Dre! Lihat perbuatan istrimu ini, dia sudah berani berbuat kurang ajar sama mama!" ucap bu Mira memperlihatkan wajahnya yang tampak memerah bekas tamparan.

"Mas, itu bukan perbuatan Vina, Mas," jawab Vina membela diri.

Dengan penuh kemarahan Andre membawa Vina secara kasar masuk ke kamar.

Dia mendorong tubuh isterinya hingga membentur dinding. "Apa yang sudah kamu lakukan terhadap mama?" tanya Andre dengan mata melotot tajam. Vina merasa ketakutan saat itu.

"Aku sungguh-sungguh tidak melakukannya, Mas. Mama yang memukul wajahnya sendiri, mama sengaja berbuat begitu supaya kamu benci sama aku!" adu Vina, dia tidak berbohong.

Andre tetap tidak percaya. "Seharusnya kamu sadar diri, kalau bukan karena kebaikan mama, kamu sudah jadi gembel di jalanan! Bibi kamu aja enggak mau ngurusin kamu!"

Vina bungkam, dia tidak ingin menjawabnya. Kata-kata Andre terlalu menyakitkan untuk di dengar.

"Kamu selalu membela mama, entah itu salah atau pun benar kamu tidak peduli sama sekali, kamu selalu nyalahin aku," lirih Vina sedih, dia menatap Andre dengan mata berkaca-kaca.

"Jangan pura-pura sedih di depan aku, aku tahu kamu menerima perjodohan ini karena kamu ingin memiliki harta keluarga aku. Iya, kan?" kini Andre malah menuduhnya.

"Kamu jangan nuduh aku, Mas. Semua yang aku lakukan ini juga karena permintaan papa. Sudah lama aku ingin menceritakannya sama kamu, tapi percuma aja kamu juga tidak akan percaya. Sebab, kamu lebih percaya sama omongannya mama!" suara Vina terdengar lantang.

Pertengkaran hebat mereka sampai terdengar ke lantai bawah, bu Mira tersenyum puas melihatnya. "Sebentar lagi Vina juga akan meminta cerai sama Andre, aku yakin itu akan terjadi hanya tinggal menunggu waktu saja," gumam bu Mira.

"Apa maksud kamu?"

"Mama ada hubungannya dengan kecelakaan papa."

BERSAMBUNG...

Mencari Bukti

Plak...

"Kamu mau menuduh mama sebagai pembunuh!?"

"Tidak... Tidak, aku tidak mungkin mengatakannya sekarang, aku sudah kehilangan bukti itu, yang ada malah mas Andre makin benci sama aku," batin Vina, ternyata yang tadi itu cuma bayangannya saja.

"Apa maksud kamu?" Andre kembali bertanya saat Vina hanya diam saja.

"Tidak ada apa-apa, lupakan saja!" pungkas Vina, lalu dia beranjak dari sana dan keluar dari kamar.

Dia bingung sendiri, bagaiman cara ngejelasinnya sama Andre. "Bagaimana ini? Di mana aku bisa menemukan rekaman itu? Rekaman itu adalah satu-satunya bukti kejahatan mama Mira, cuma itu yang bisa membuat semuanya percaya sama aku," lirih Vina membatin, ia terus mengayunkan langkahnya menuju taman bunga.

Sesampainya di taman, Vina duduk dengan lesu di sana. Dia menyandarkan tubuhnya di sandaran bangku taman. Menikmati suasana pagi yang begitu cerah, meski tak secerah hatinya yang kini sedang diselimuti awan hitam.

***

Pagi berganti siang, saatnya Vina melakukan tugasnya. Kini Vina sudah berada di dapur, dia sibuk dengan aktivitasnya hingga tak mendengar saat sang mertua memanggilnya.

"Kamu budek ya!?" pekik bu Mira tepat di samping telinganya.

"Maaf, Ma. Vina enggak dengar. Memangnya ada apa?" tanya Vina seraya meletakkan pisau yang tadi dipegangnya.

"Enggak usah masak, malam ini saya dan Andre mau makan di luar," ketus wanita itu.

"Mas Andre enggak suka makanan di luar, Ma," ujar Vina memberi tahu.

"Hah, jangan sok tahu kamu!" bu Mira membentak. "Dia itu anak saya, jadi saya yang lebih tahu, memang benar Andre enggak suka makanan di luar, itu kalau makanan di pinggir jalan. Sedangkan saya mau mengajaknya makan di restoran," ucap wanita itu, dia tidak tahu kalau Andre memang tidak suka makanan di luar, dia lebih suka makanan rumahan.

"Ma, Mama ini cuma ibu tirinya mas Andre. Mama juga tidak tahu makanan apa aja yang disukai sama mas Andre," ucap Vina, dia cukup berani berkata terus terang seperti itu. Kata-katanya tadi membuat bu Mira emosi, hingga terjadilah...

Byur!

Sup ayam yang baru saja diletakkan dalam mangkuk oleh Vina, langsung saja disiram ke tubuhnya oleh bu Mira.

"Akhh... Panas!!!" Vina buru-buru menghidupkan keran air dan menyiram tubuhnya itu, tubuhnya terasa perih.

"Rasakan itu! Jangan sekali-kali kamu mengungkit soal status itu lagi, kalau kamu masih sayang sama nyawa kamu sendiri!" ancam bu Mira.

"Mama ngancam aku?" Vina juga sudah tidak bisa berbicara lembut lagi, dia sudah muak dengan sikap bu Mira.

"Oh, jadi kamu sudah berani menjawab ya! Kamu ingin marah? Kamu sudah mau menunjukkan sifat asli kamu?"

"Ma, selama ini aku sudah sabar dengan sikap mama yang terus berlaku kasar sama aku, tapi lama-lama Mama makin menjadi-jadi, aku enggak terima. Apalagi Mama mulai ikut campur dalam urusan rumah tangga aku sama mas Andre," Vina membuang semua ketakutan di hatinya. Dia enggak boleh lemah, kalau terus-terusan mengalah maka selamanya dia akan diinjak.

"Vina, kamu itu enggak ada artinya bagi Andre, kamu cuma wanita miskin yang terpaksa dia nikahi karena permintaan suami saya, sekarang mas Johan sudah enggak ada, dan itu artinya apa? Itu artinya sudah tidak ada lagi orang yang akan berada di pihak kamu!"

Vina tersenyum sinis, hari ini dia tidak terlihat lembut seperti biasanya. "Aku akan mengadukan hal ini sama mas Andre, aku akan mengatakan bahwa Mama sengaja menumpahkan sup panas ini di tangan aku," Vina mengancam.

"Katakan saja, kita lihat apakah dia akan merasa kasihan dengan kamu atau malah tetap bersikap dingin," bu Mira menantang.

"Lagian Andre juga tidak akan marah sama saya, karena saya ibunya, sedangkan kamu? Kamu cuma istri di atas kertas, hubungan kalian enggak ada artinya sama sekali bagi Andre."

Vina mengayunkan langkahnya, selangkah lebih dekat dengan bu Mira.

"Ma, sebenarnya mas Andre tidak terlalu dekat dengan Mama. Mama hanya dua tahun merawat mas Andre, setelah itu mas Andre pergi ke luar negeri untuk melanjutkan pendidikannya di sana. Sepuluh tahun kemudian mas Andre kembali ke Indonesia dan kemudian papa menyuruh kami untuk menikah. Jujur saja, Mama sendiri bahkan tidak tahu persis bagaimana sifat mas Andre sebenarnya. Dan Mama juga harus tahu, kalau mas Andre menghormati Mama karena Mama adalah isteri dari papa, bukan sebagai seorang Ibu!" kata-kata Vina membuat bu Mira bungkam, jujur saja wanita itu tidak menyangka kalau Vina mengetahui tentang keluarga mereka, padahal Vina hanya orang luar.

"Siapa kamu sebenarnya?" kini timbul pertanyaan itu di pikiran bu Mira, tapi dia hanya diam tidak ingin menanyakannya. Tidak ingin kecemasannya dilihat oleh Vina, bu Mira segera pergi dari dapur dan kembali ke kamarnya.

Vina tersenyum melihat kecemasan mertuanya itu. "Aku tidak akan berbaik hati lagi, Ma. Tunggu saja, aku akan membongkar semuanya dan membuat mama membayar atas apa yang sudah mama perbuat kepada keluarga mas Andre," tekad Vina.

Vina juga pergi dari dapur, dia tidak berniat memasak lagi, hari ini dia akan keluar dan pergi ke rumah mertuanya.

"Aku harus kembali ke rumah itu, mungkin saja rekamannya masih di sana," Vina berharap. Setelah berganti pakaian dia langsung saja pergi dengan melewati pintu belakang, supaya tidak ketahuan oleh ibu mertuanya.

Sebulan yang lalu sebelum pindah rumah, Vina dan Andre memang tinggal di rumah bu Mira, dan dia sangat yakin kalau rekaman itu masih ada di kamar yang dulu dia tempati.

"Bagaimana kalau rekaman itu ditemukan oleh orang lain? Apalagi kalau yang menemukannya adalah mama, oh Tuhan... Apa yang harus Vina lakukan?" batin Vina, saat itu dia masih berdiri di pinggiran jalan sambil menunggu taksi online yang di pesannya datang.

****

KEDIAMAN BU MIRA...

"Assalamualaikum, Bi..." ucap Vina memberi salam, saat itu bi Narsih sedang menyapu halaman depan.

"Waalaikumussalam!!!" jawab si bibi. Kelihatannya bi Narsih sangat senang dengan kedatangan Vina. "Nggak nyangka Non Vina ke sini, sudah lama enggak ketemu sama Non, bibi jadi kangen," ungkap bi Narsih.

"Sama Bi, Vina juga kangen banget sama Bibi," ucap Vina, dia langsung memeluk bi Narsih, mereka berdua memang sangat akrab.

Dulu, saat pertama kali Vina menginjakkan kakinya di rumah keluarga pak Johan, bi Narsih adalah satu-satunya orang yang sangat peduli dengan Vina. Saat dia selalu di salahkan oleh bu Mira, bi Narsih yang selalu datang untuk membelanya jika pak Johan tidak ada di rumah.

"Bi, Vina ke sini karena ada sesuatu yang mau Vina ambil, jadi Vina enggak bisa lama-lama," ucap Vina seraya melepaskan pelukannya.

"Yah, bibi baru aja mau ngajak Non makan malam di sini," bi Narsih jadi cemberut.

"Kapan-kapan aja ya, Bi. Oh iya, Lisa nya ada di rumah enggak?"

"Enggak ada Non, dia baru aja keluar sama teman-temannya."

"Kalau begitu, Vina masuk dulu ya!" ucap Vina sebelum masuk ke dalam rumah.

"Ya, silahkan Non!" ucap bi Narsih mempersilahkan, wanita itu pun kembali melanjutkan pekerjaannya.

Vina masuk ke dalam, dia melangkahkan kakinya menaiki anak tangga satu persatu, begitu tiba di depan kamar yang dulu ditempatinya bersama Andre, dia terdiam sejenak. "Kalau ada yang masuk ke kamar ini setelah aku pergi, pasti rekaman itu sudah tidak ada lagi," gumam Vina.

"Ah, aku tidak boleh putus asa, aku harus tetap mencarinya, semoga aja masih ada," Vina berharap.

Dia langsung membuka pintu dan langsung mencari.

Satu jam lebih sudah berlalu, Vina tidak menemukannya, rekaman itu benar-benar hilang.

Vina mengacak-acak rambutnya dengan kuat, dia frustasi. Lelah sudah mencari, tapi tak ada hasil. Karena terlalu lelah Vina pun merebahkan tubuhnya ke atas tempat tidur. Tiba-tiba...

"Kak Vina ngapain di sini?"

Deg...

BERSAMBUNG...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!