NovelToon NovelToon

Sebatas Ibu Untuk Anakmu

SIUA 1 Kejutan

Sebatas Ibu Untuk Anakmu (1)

Salma berjalan dengan hati yang senang. Baru saja ia memeriksakan dirinya ke dokter kandungan setelah mengetahui dirinya hamil. Senyum selalu menghiasi wajahnya saat ia membayangkan suaminya akan senang dengan berita yang ia bawa.

"Ical juga pasti senang karena dia akan menjadi seorang kakak." gumam Salma teringat akan sang anak sambungnya yang berusia 6 tahun. Namanya Faisal Ramadhan. Namun, di panggil Ical.

Anak tampan yang sangat aktif itu selalu bertanya kapan ia akan punya adik seperti temannya yang lain. Bahkan tak segan meminta adik sebagai kado di ulang tahunnya Minggu depan.

"Insha Allah, sayang." Hanya itu jawaban yang bisa Salma berikan.

Anak dari suami dan mantan istrinya itu memang cukup dekat dengan Salma. Bahkan ia pulalah yang membuat keduanya lebih dekat dan menjadi suami istri.

Salma adalah seorang guru TK di tempat Faisal sekolah. Selain menjadi guru termuda dan masih single, ia juga sangat di sukai anak-anak karena ramah. Salma sendiri memang menyukai anak-anak.

Tidak hanya Faisal, anak-anak yang lain pun sangat dekat dengan Salma. Pernah di awal-awal menikah, Faisal seolah menjadi bodyguard Salma. Ia merasa memiliki Salma karena sudah menjadi ibunya. Namun, setelah di beri pengertian, ia pun mau membiarkan anak-anak lain dekat lagi dengannya.

" Semoga kamu bisa melengkapi kebahagiaan kami, sayang." Doa dan harapan terbaik untuk sang janin yang masih lima minggu ada di dalam rahimnya.

Malam ini, rumah nampak sepi. Faisal menginap di rumah ibunya Rama, atau Neneknya Ical.

Salma yang suasana hatinya masih berbunga-bunga, langsung menyiapkan makan malam yang lebih istimewa. Sekalian syukuran karena sudah ada anak yang akan hadir di tengah-tengah mereka.

Setelah satu tahun menikah ,akhirnya ia bisa menjawab pertanyaan orang yang selalu penasaran apakah ia sudah hamil atau belum.

Kebahagiaan yang rasanya datang bertubi-tubi karena Rama yang kini menjadi suaminya adalah cinta pertamanya saat SMA. Cinta dalam diamnya. Yang hanya ia simpan di dalam hati.

Nyatanya, mimpi bisa bersanding dengan cinta pertamanya itu di bawa oleh Faisal sendiri. Malaikat kecil yang haus akan kasih sayang. Karena, sang ibu yang meninggalkannya saat berusia satu tahun.

Kondisi ekonomi Rama yang memburuk saat itu, membuat Dewi meminta cerai dan berpindah ke lain hati yang lebih mapan dan bisa memenuhi hobinya berbelanja. Bahkan dengan teganya ia meninggalkan Faisal yang masih membutuhkan ASI dan kasih sayang seorang ibu.

Setelah semua tertata rapi di atas meja, Salma pun menutupinya dengan tudung saji. Ia sendiri segera berlalu untuk membersihkan diri. Badannya yang berkeringat karena memasak tadi membuatnya tidak nyaman.

Salma terus memperhatikan test pack yang menunjukkan garis dua sambil tersenyum. Ia pun mulai memasukkan semua yang berkaitan dengan kehamilannya kendalam sebuah kotak berwarna merah yang dihiasi pita emas.

Selain testpack, Salma juga memasukkan buku pink, buku wajib yang dimiliki ibu hamil. Buku yang berisi rekam jejaknya dari awal kehamilan sampai sang anak nanti berusia lima tahun.

Rasanya Salma sudah tidak sabar mengisi buku itu dengan tumbuh kembang janinnya.

Setelah kadonya siap,dan ia sudah membersihkan dirinya, Salma beranjak dari kamar menuju ke sebuah ruangan yang tepat ada di sebelah kamarnya.

Melihat pintu yang sedikit terbuka, Salma berniat langsung masuk. Namun, saat ia baru akan menyentuh handle pintu, ia mendengar Suaminya menyebut-nyebut nama Dewi.

" Kamu tahu Dewi, aku masih sangat mencintaimu..."

Deg

Mendengar perkataan suaminya tangan Salma akhirnya urung untuk membuka pintu.

" Kenapa kamu tidak bisa bertahan sebentar dan menungguku memperbaiki keadaan ekonomi kita. Kalau saja kamu mau bertahan, mungkin kita bisa hidup bahagia dengan anak kita...,"

Setetes air mata membasahi pipinya. Istri mana yang tidak sedih saat dengan mata kepalanya sendiri ia mendengar suaminya masih mencintai sang mantan.

" Ical membutuhkanmu. Ia membutuhkan kasih sayang seorang ibu. Tapi, dengan teganya kamu meninggalkannya. Kamu tahu, dia sangat sedih dan selalu bertanya kemana ibunya. Aku hanya bisa menjawab kamu ada pekerjaan di tempat yang jauh.

Dia terus menanyakan mu. Namun, kamu takpernah sekalipun menggubris permintaanku.

Tapi, setelah aku menikah dengan Salma, dia tidak lagi menanyakan mu. Dia sudah mendapatkan kasih sayang dari ibu sambungnya.

Karena Ical pula akhirnya aku mau menikah kembali. Matanya yang berbinar-binar saat bersama Salma membuatku mau kembali masuki gerbang pernikahan.

Ya , hanya karena Ical. Karena sampai detik ini aku belum bisa benar-benar mencintainya. Kamu masih bertahta di hatiku. Padahal kamu sudah melukaiku. Tapi, bodohnya aku , aku tetap tidak bisa membencimu..."

" Hiks...Hiks .."

Salma menyandarkan tubuhnya ke tembok. Dadanya terasa di himpit batu besar. Sesak. Sangat menyesakkan.

Tak ingin ketahuan menguping, Salma hanya bisa menahan tangisnya. Bahkan menutup mulutnya agar Isak tangisnya tak terdengar.

" Kamu jahat, Mas. Bagaimana kamu bisa berkata seperti itu. Lalu apa artinya sikap baikmu selama ini? Apa semuanya hanya kepalsuan atau hanya sebagai balas budimu karena aku bisa membuat Ical bahagia?," lirih Salma pelan dalam tangisnya.

Tak tahan berlama-lama mendengar perkataan lebih jauh dari suaminya, Salma langsung berlari menuju kamarnya.

Ia berlari ke kamar mandi dan menguncinya dari dalam. Isak tangisnya semakin keras. Salma meluapkan rasa kecewanya. Ia merasa menjadi wanita bodoh.

Satu tahun menjalani pernikahan yang ia pikir di landasi cinta nyatanya hanya angan belaka. Suaminya hanya berpura-pura. Bahkan di saat ia sudah memberikan mahkotanya yang paling berharga, ternyata cinta itu tidak ada di dalam hati suaminya.

Salma tersenyum miris. Hubungan harmonis ini ternyata hanya demi Faisal.

Salma menatap nanar kotak yang awalnya akan ia berikan kepada sang suami. Ia berniat memberikan kejutan dengan memberikan kotak itu. Namun, kini ialah yang terkejut dengan pengakuan suaminya yang tidak sengaja ia dengar.

" Kamu jahat, Mas." Salma menunduk sambil terus mengusap air matanya yang tak habis-habis.

" Sayang, maafkan Bunda." Salma mengusap perutnya yang masih rata.

******

" Sayang, ini ada acara apa?," tanya Rama pada Salma saat ia melihat menu yang tidak biasa.

Nasi tumpeng dan aneka lauk pauknya menjadi menu makan malam mereka kali ini.

" Oh ini, cobalah Mas." Salma mengambil piring dan mengambilkan makan malam untuk sang suami lalu meletakkannya di hadapan suaminya.

" Aku mencoba membuat nasi tumpeng. Ical memintaku untuk membuat nasi tumpeng di ulang tahunnya nanti. Ia bilang ingin aku yang membuatnya. Karena itu, aku mencoba memasaknya dulu. Ini pertama kalinya aku memasak nasi tumpeng. Jadi, harus banyak belajar." Ucapan yang tidak sepenuhnya kebohongan. Walaupun awalnya ia membuat nasi tumpeng itu untuk syukuran kecil-kecilan atas kehamilannya.

" Masakan kamu selalu enak." Puji Rama setelah mencicipi satu suap.

" Alhamdulillah kalau begitu."

Jika aku tidak mendengar pengakuan mu tadi, mungkin saat ini aku sedang berbunga-bunga karena mendengar pujianmu, Mas Rama. Batin Salma.

" Oh iya, matamu sembab kenapa? Kamu habis nangis?,"

TBC

SIUA 2 Bohong

Sebatas Istri Untuk Anakmu (2)

Jika aku tidak mendengar pengakuan mu tadi, mungkin saat ini aku sedang berbunga-bunga karena mendengar pujianmu, Mas Rama. Batin Salma.

" Oh iya, matamu sembab kenapa? Kamu habis nangis?,"

💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞

"Oh ini. Aku habis nonton drakor tadi." Jawab Salma berbohong.

*Maaf, aku tidak jujur, Mas*.

Rama mengangguk-anggukkan kepalanya. Ia memang tahu sang istri terkadang memang suka menonton drakor bahkan sering terbawa suasana.

" Sesedih apa sampai matamu sembab begitu?," tanya Rama.

" Tokoh utama perempuannya tidak tahu bahwa suami yang di anggap mencintainya itu ternyata tidak mencintainya sama sekali.

Suaminya ternyata masih mencintai mantannya yang sudah mengkhianatinya. Sikap baik dan perhatian suaminya selama ini hanya topeng belaka.

Sedih saja membayangkan kalau aku ada di posisinya."

"Uhuk...Uhuk..." Rama tersedak mendengar penjelasan Salma.

" Pelan-pelan, Mas," Salma memberikan gelas berisi air putih kepada Rama.

Rama pun akhirnya bisa sedikit merasa nyaman saat air itu melewati tenggorokannya.

Matanya menatap netra sang istri. Tiba-tiba ia merasa bersalah. Bukankah suami dalam drakor itu sama seperti dirinya? Mencintai mantan istri di saat ia sudah beristri.

Maaf.Batin Rama menatap lekat wajah Salma yang kembali memakan makanannya.

Merasa di perhatikan, Salma melihat ke arah suaminya. " Mas kenapa melihatku seperti itu? Apa makan ku belepotan?," tanya Salma. Tangannya mengusap sudut bibirnya mencari apakah ada nasi atau noda dari bumbu yang tertinggal.

" Ah, tidak apa-apa. Kamu cantik " Pujinya.

Salma hanya tersenyum walaupun terpaksa. Ia tahu bukan itu yang ada di dalam hati suaminya. Namun, hal yang lain.

" Oh iya, apa kamu besok senggang?," tanya Rama.

" Memang kenapa, Mas?,"

" Besok aku ada urusan. Jadi, tidak bisa jemput Ical ke rumah Ibu." Jelas Rama.

" Boleh deh. Kalau boleh aku juga mau izin ajak Ical jalan-jalan. Sudah lama Ical minta di ajak jalan-jalan. Tapi, kemarin-kemarin akunya sibuk karena ada acara di sekolah."

" Iya. Boleh."

Keduanya tampak fokus pada makan mereka masing-masing.

Salma mencuci piring yang kotor sebelum pergi ke kamarnya. Sementara Rama langsung ke kamarnya.

******

"Bun, kenapa ayah tidak ikut menjemput?," Ical sebenarnya ingin kedua orangtuanya yang menjemput. Namun, ia kecewa saat hanya Bundanya saja yang menjemput.

"Ayah sedang ada urusan."

Ical menjadi murung.

" Ical kenapa,Salma?," Ibu Marisa, ibunda Rama bertanya.

" Sepertinya Ical kecewa karena mas Rama tidak ikut menjemput." jawab Salma sambil memakaikan jaket pada Faisal.

Mereka akan pulang naik motor, karena itu Faisal di pakaikan jaket agar tidak masuk angin.

" Memangnya dia kemana?," Bu Marisa mengerutkan keningnya. Tidak biasanya Rama mementingkan hal lain daripada anaknya sendiri.

" Katanya ada urusan. Tapi, Salma juga tidak tahu urusan apa."

Salma menarik resleting jakel Faisal.

" Sudah!," Seru Salma sambil menarik bagian bawah jaket Ical.

" Ical sayang, jangan cemberut dong. Nanti jadi jelek."Salma mencoba membujuk Ical.

" Ical marah sama Ayah. Ayah ingkar janji " Ucapnya sambil memonyongkan bibirnya.

Salma ingin tertawa dengan tingkah menggemaskan sang putra. Marahnya bukan menakutkan, tapi malah membuat orang ingin tertawa.

" Memang ayah janji apa?,"

" Ayah janji mau ajak Ical jalan-jalan. Kan Ical sudah lama tidak mengajak Ical jalan-jalan."

Salma mencoba tersenyum. Akhir -akhir ini suaminya memang terlihat sibuk dan jarang ada waktu. Tapi, entah sibuk apa.

" Bagaimana kalau gantinya Bunda saja yang ajak Ical jalan-jalan. Terserah Ical deh mau kemana." Salma memberi penawaran.

" Boleh kemana saja?," Tanya Ical antusias.

" Memangnya Ival mau kemana?"

" Ical mau beli es krim, terus main pancing ikan terus beli buku cerita." Ical menyebutkan semua yang ingin dia lakukan.

" Boleh." Salma tersenyum.

" Yeayy. Terimakasih, Bunda." Ical memeluk Salma sambil menciumi wajah Salma.

Keduanya terkekeh. Begitu pula Bu Marisa yang melihat interaksi keduanya. Ia bahagia, Salma bisa memberikan kasih sayang yang tulus pada cucunya. Padahal, Faisal bukan darah dagingnya.

Seharian itu, keduanya melakukan apa yang Faisal ingin lakukan. Dari memancing ikan sampai puas. Lalu membeli buku cerita dintoko buku yang ada di Mall.

" Bun, kita makan di sana ya?" tunjuk Ical sambil menarik tangan Salma.

Salma hanya menggelengkan kepalanya.

"Aish, Ical. Izin itu bukan begini. Kalau begini namanya pemaksaan."

Ical yang di nasehati sang bunda hanya memamerkan giginya. Membuat Salma tak bisa marah.

Saat keduanya sedang sibuk makan makanan pesanan mereka. Terdengar suara tawa orang yang tidak asing bagi Salma. Tentu saja suara itu tak asing karena suara suaminya sendiri.

Salma menatap kumpulan laki-laki dan perempuan di sudut lain di restoran. Dimana suaminya berada di antara mereka. Di sampingnya ia melihat Dewi, mantan istri Rama sekaligus Ibu dari Faisal.

Deg

Ada rasa nyeri di hati Salma. Suaminya memilih bertemu teman-teman sekolahnya dulu. Seperti halnya Rama dan Dewi yang merupakan teman satu sekolah saat SMA, Salma pun juga satu sekolah hanya kelasnya berbeda.

Apa ini urusan penting yang kamu maksud, Mas?. Batin Salma.

Harusnya Rama membawa Faisal kalau begitu. Faisal kan anak mereka. Tapi, selama satu tahun menikah Dewi tak pernah terlihat sekalipun menemui Faial. Apalagi tadi Faisal bilang, sang ayah sudah berjanji mengajaknya jalan-jalan.

Lagi-lagi Salma merasa terluka saat Rama membiarkan begitu saja tanga Dewi menyentuhnya.

Salma berdiri beranjak meninggalkan restoran setelah selesai makan. Namun, ia berkirim pesan terlebih dahulu dengan suaminya.

✉️ Mas, kamu masih lama pulangnya?

✉️ Mungkin sore, kenapa?

✉️ Aku mau Mengajak Ical ke rumah temanku dulu. Tidak apa-apa?

✉️ Boleh. Kalian sudah makan siang?

✉️ Alhamdulillah. Ini baru selesai makan siang di restoran XX di Mal M.

Rama terkejut membaca pesan terakhir dari sang istri. Ternyata mereka di restoran yang sama. Ia pun menelpon Salma untuk memastikan.

Salma berhenti sejenak sambil melihat benda pipih itu. Ia tersenyum getir. Pasti suaminya sedang ketar-ketir.

" Bunda kenapa berhenti?"

" Ayah nelpon. Kamu mau berbicara dengan ayah?"

Faisal menganggukan kepalanya. Sementara Rama yang sudah bisa melihat keberadaan Istri dan anaknya, segera izin ke toilet.

" Assalamu'alaikum, Ayah. Kenapa ayah tidak jemput Ical. Ayah janji ajak Ical jalan-jalan tapi, ayah bohong." Faisal memberondong ayahnya dengan pertanyaan.

Rama yang hanya melihat wajah sang anak, langsung terdiam. Ia fokus pada latar belakang sang anak yang menunjukkan mereka ada di restoran yang sama. Bahkan Dewi terlihat di tangkapan layar jauh di belakang sang anak walaupun tidak terlihat jelas.

" Ayah kenapa diam? Ical sedang marah." Kesal Faisal karena merasa di abaikan.

" Ma_maaf sayang. Ayah sedang ada urusan penting." Rama berusaha menutupi keterkejutannya.

"Ayah dimana?" Faisal tidak bisa menebak dimana sang ayah berada karena ia hanya melihat tembok berwarna putih. Rama memang sedang berada di lorong menuju toilet.

"Ayah sedang di kantor teman ayah."

TBC

SIUA 3 Keputusan

Sekedar Ibu Untuk Anakmu (3)

"Ayah dimana?" Faisal tidak bisa menebak dimana sang ayah berada karena ia hanya melihat tembok berwarna putih. Rama memang sedang berada di lorong menuju toilet.

"Ayah sedang di kantor teman ayah."

💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞

Menjelang Maghrib, Salma dan Faisal pulang ke rumah. Ternyata, Rama belum pulang karena mobilnya belum ada.

Salma dan Faisal pun langsung menuju dapur membereskan makanan yang mereka beli di luar.

Masuk waktunya makan malam, Rama belum juga pulang. Akhirnya, Keduanya makan tanpa menunggu Rama. Salma sendiri tidak berniat menelpon Rama, sebuah kebiasaan yang akan ia lakukan jika Rama belum pulang saat jam makan malam. Namun, untuk saya ini dan seterusnya sepertinya ia tidak akan melakukannya.

Salma yakin, saat ini Rama masih bersama Dewi. Mengingat kejadian kemarin dan tadi siang, Salma kembali merasakan sakit di hatinya.

"Bun, jadi tidur sama Ical kan?," tanya Faisal saat Salma membawa buku cerita dari rak buku.

"Ia sayang, mulai hari ini Bunda akan selalu menemani Ical tidur." Jawab Salma tersenyum sambil duduk di atas ranjang dan menyandarkan punggungnya ke kepala ranjang.

Salma mulai membacakan cerita. Membuat ekspresi sesuai cerita. Suaranya pun ia ubah-ubah sesuai karakter yang sedang ia bacakan.

Salma tersenyum. " Semoga nanti saat Bunda tidak ada, Ibu Dewi bisa melakukan apapun yang Ical mau." Salma mengusap kepala Faisal yang sudah tertidur dengan sayang. Setetes air matanya mengalir. Rasanya sesak jika mengingat ia akan meninggalkan Faisal.

Tangan Salma beralih pada perutnya yang rata. "Sayang, maaf Bunda tidak jadi memberitahukan keberadaan mu pada Ayah. Biarlah dia tahu dengan sendirinya." Lagi-lagi air mata mengalir tanpa bisa ia bendung.

Salma sudah memutuskan. Ia akan melihat perkembangan pernikahanya. Jika tidak ada perubahan, ia akan menuntut cerai jika sang anak sudah lahir.

"Ya Allah, ampuni hamba. Aku tahu Engkau membenci perceraian. Tapi, hamba tidak bisa mengorbankan waktu hamba untuk menemaninya seumur hidup. Sedangkan dia hanya mencintai mantan istrinya. Aku dinikahi hanya sekedar menjadi ibu untuk anaknya."

Flashback on

Setelah pertemuan tidak sengaja di restoran tadi, Salma langsung meluncur ke rumah salah seorang sahabatnya. Izin sudah ia kantongi, jadi ia tenang membawa Faisal turut serta dengannya.

Salma memandangi ikan di kolam. Air matanya lagi-lagi menetes. Pernikahan yang ia pikir akan membuatnya bahagia. Ternyata kini memberikan luka.

"Ada masalah apa?," Hasya yang melihat sahabatnya menangis ikut merasakan sakit padahal, ia belum mendengar cerita apapun.

Salma langsung memeluk erat Hasya dan menangis sejadi-jadinya saat Hasya sudah duduk di sampingnya.

"Menangislah sampai kamu merasa tenang. Setelah itu, ayo ceritakan apa yang sebenarnya terjadi."Salma mengangguk sambil tetap memeluk Hasya.

Hasya hanya mengusap punggung Salma. Bersyukur tadi Gilang sudah pulang dari neneknya sehingga bisa mengajak Faisal bermain. Sehingga Salma bisa meluapkan semuanya.

" Aku merasa jadi perempuan b0d0h, Sya."

Salma mulai bercerita setelah ia puas menangis dalam pelukan sahabatnya.

"Kenapa?,"

" Aku pikir, Mas Rama memiliki perasaan yang sama denganku. Ternyata perkataan Insi benar, Rama menikahiku hanya demi Ical."

Insi adalah salah satu sahabat Salma juga. Dia sebenarnya sudah mengatakan bahwa sepertinya Rama menikahi Salma karena Faisal.

Bukan asal berbicara, tapi Insi mulai mengaitkan awal pertemuan mereka yang terjadi karena Salma adalah guru TK di sekolah Faisal.

Kebersamaan mereka pun karena Faisal yang selalu meminta ditemani Salma. Faisal yang nyaman bersama Salma membuat Rama akhirnya memutuskan menikah dengan Salma.

Apalagi,Insi sebenarnya pernah memergoki Rama yang berkata menikahi Salma karena Faisal. Ia ingin memberikan Faisal kebahagiaan dengan memberikan keluarga yang utuh. Namun, untuk masalah ini, Insi menutupinya dari Salma. Ia tidak ingin Salma sakit hati.

Tapi, Insi selalu mengingatkan Salma tentang kemungkinan Rama belum mencintainya. Tapi, Salma yakin cinta akan hadir seiring berjalannya waktu.

" Aku sekarang tidak yakin bisa membuat Mas Rama cinta padaku, Sya. Setahun lebih kita menikah ternyata dia berkata masih mencintai Dewi. Satu tahun loh Sya, itu waktu yang lama...hiks hiks." Salma bercerita dengan berurai air mata.

" Dia mengatakan langsung padamu?," Hasya memberikan tisu kepada Salma.

"Aku tidak sengaja menguping saat dia berbicara pada foto Dewi di ruang kerjanya." Salma mengambil tisu dan membersihkan hidungnya yang terasa pengap.

"Awalnya aku ingin memberitahukan kehamilanku. Tapi, belum sempat memberitahukannya, aku malah tahu fakta ini. Sakit Sya.." Salma menekan dadanya.

Hasya menghela nafas. "Jadi, suamimu belum tahu?"

Salma menggeleng.

"Kamu tidak berniat untuk memberitahukan kehamilanmu?,"

"Biarkan saja dia tahu dengan sendirinya."

"Kamu yakin tidak akan menyesal? Mungkin saja kehamilan ini akan membuat luluh suamimu."

"Aku ragu. Dari awal menikah, dia meminta untuk menunda kehamilanku. Ia bilang belum siap punya anak lagi."

"Jadi, kehamilan ini tanpa seizin Rama?,"

"Tentu saja tidak. Mana berani aku melanggar perintah suamiku, Sya. Aku berani melepas KB setelah membujuknya. Akhirnya, ia luluh dan mengatakan setelah satu tahun aku boleh melepasnya. Dan ternyata Allah langsung mengabulkan permohonan ku untuk memiliki buah hati."

Hasya diam. Dia merasa iba atas perjalanan pernikahan sang sahabat.

"Jadi, apa keputusanmu?,"

"Aku akan meminta cerai setelah anak ini lahir. Aku juga ingin bahagia dengan orang yang bisa mencintaiku." tangis Salma kembali pecah. Nyatanya Rama tidak pernah mencintainya.

"Pikirkan lagi keputusanmu. Shalat istikharah, minta petunjuk kepada Allah. Jangan sampai kamu menyesal nantinya." Ia lalu memeluk sang sahabat.

Flashback end

Rama yang pulang agak larut langsung menuju kamarnya. Namun, kamarnya kosong. Tidak ada Salma.

Rama di buat heran karena Salma tidak ada. Tidak hanya itu, bahkan biasanya Salma menunggu kedatangannya di ruang tamu. Bahkan, pesan dan telpon yang selalu ia dapatkan saat terlambat pulang tidak ada sama sekali.Ponselnya sepi.

Merasa penasaran, ia berjalan ke arah kamar Sanga Anak. Mungkin saja Salma tidur disana. Namun, pintunya di kunci dari dalam.

"Ada apa dengan Salma?," gumam Rama.

Tak ingin mengganggu tidur istri dan anaknya, Rama segera mencari kunci cadangan yang biasanya ada di laci. Namun, nihil ia tidak mendapatkannya sama sekali.

Dengan langkah gontai, ia kembali ke kamarnya. Mulai mencoba tidur.

"Apa dia marah? Tidak biasanya dia bersikap seperti ini." Rama menghela nafas.

Bahkan saat tadi ia menelpon di restoran,, hanya Faisal yang berbicara padanya. Salma hanya mengucapkan salam penutup dan tidak berkata apa-apa lagi.

...******...

"Ayo, Ical makan yang banyak ya" Salma kembali menaruh sarapan permintaan Faisal.

"Iya, Bunda."

Rama hanya diam. Istrinya kembali bersikap berbeda menurutnya.

"Sayang, aku mencari kunci cadangan kamar Faisal kemarin, tapi di tempat biasa tidak ada. Apa kamu memindahkannya?"

"Iya, kunci cadangannya aku pegang." jawab Salma datar. Ia tahu kebiasaan suaminya yang akan memindahkannya kembali ke kamar mereka jika Salma tidur di kamar Faisal.

Jadi, Salma mengantisipasi dengan mengambil sekalian kunci cadangan itu.

"Kenapa?"

TBC

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!