Sehari-hari nya hanya membantu orang tuanya, ayah nya hanya kerja sebagai tukang tambal ban.
Erik, yang masih sekolah kelas 3 SMA dari keluarga yang miskin." Za, jangan lewat situ..." Ucap Erik, Eza dia teman satu-satunya yang Erik punya. eza selalu bingung setiap pulang sekolah. Erik tidak jalan lewat jalan yang di lalui teman-teman yang lain.
"Kenap sih jalan sini terus, jalan situ lebih dekat."sahut Eza, Erik sengaja karena ayah nya kerja di jalan yang teman-teman nya lewati.
Dia tidak mau teman-temannya tahu kalo ayah nya hanya seorang penambal ban.
"Uy, cupu... Sini Lo." Ucap Nino, ketua geng di sekolah yang selalu membully dirinya. "Za ayo lari..." Dengan kencang Erik dan Eza lari ketika geng yang suka membully mengejar mereka.
"Gue muak dengan mereka..." Ucap Erik, sambil berlari kencang . "Awas Lo , habis kalian..." Nino dengan teman nya terus mengejar.
Eza melihat bangunan kosong , "lewat sini..." Eza menarik tangan Erik masuk bangunan kosong sembunyi di balik pintu WC.
Dengan nafas terengah-engah, mereka sampai di gedung kosong. "Kemana mereka ?," Tanya Nino pada kedua Teman nya.
Dia ketua geng di sekolah nya. Erik menyukain cewek yang dia incar juga. "Ga ada , pasti mereka sudah pergi." Ucap teman nya.
"Aaarrgggg.., awas kalo dia ketemu habis dia .." ujar nya, merekapun pergi.
Erik dan Eza mengintip. Menghela nafas, mereka begitu lega geng Nino sudah pergi.
"Lo sih, kenapa suka sama Siska. Sudah tahu dia cewek yang di sukai nino. Mendi Lo sama mira, dia sudah jelas-jelas menyukai Lo," ucap Eza, beranjak dari gedung kosong berjalan pulang.
Erik, tahu dirinya yang miskin tidak mungkin mendapatkan siska. Tapi dia begitu mencintainya.
"Mau kerumah dulu za," saat sampai depan rumah nya yang reyot nampak lapuk. Begitu kumuh. "Lain kali saja,"sahut Eza. Dia tahu Erik dan keluarganya miskin.
Adiknya yang masih SD sedang main bersama teman nya. Namun yang aneh nya Erik dan kedua adiknya nampak berbeda. Orang-orang pun sering berkata kalo dirinya dan adiknya berbeda wajahnya.
Erik pun menyadari hal itu ketika di bercermin tapi Erik berfikir mungkin adik ya masih kecil. sedangkan dirinya sudah dewasa.
"De,ibu mana?" Tanya Erik pada adik nya. "Belum pulang kak.." sahut adik nya Yang sedang main kelereng dengan teman nya.
Ibunya jualan keliling kampung. Sambil membawa adiknya yang masih kecil.
Erik setelah pulang sekolah membantu ayah nya kerja, "de Kaka ke tempat bapak ya ." Ujar nya, sering pulang sekolah di rumah tidak ada apa-apa untuk di makan.
Melihat ayah nya Yang sudah tua, sering sakit-sakitan Erik merasa kasihan padanya. "Pak sini biar Erik saja," ucap Erik menerus kan perkerjaan ayah nya.
Ayahnya terlihat lelah, duduk melihat Erik Yang sedang kerja.
"Rik, kapan ujian?," Tanya ayah nya.
"4 bulan lagi pak," sahut erik
"Maaf ya Rik, bapak masih belum ada uang buat lunasi biaya sekolah mu.." ujar nya. Erik tersenyum . "Iya pak, ga apa..." Sahut Erik.
Dia tahu pendapatan ayah nya yang tidak seberapa. Belum untuk makan, biaya adiknya susu buat adiknya yang masih kecil.
Ibunya jualan untuk mencari tambahan. Meski tiap hari dagangan nya banyak yang tersisa.
"Pak sudah..." Ucap Erik saat kerjaan nya sudah selesai. "Pulang lah, biar bapak sendiri yang kerja..." Setiap Erik membantu ayang nya dia selalu menyuruh nya untuk pulang. Tapi karena Erik kasihan pada ayah nya dia selalu terus membantunya.
Wajahnya yang terlihat tampan, mata besar hidung kecil mancung bibir yang tipis. Namun dia lusuh kucel.
"Sudah pulang sana." Melihat hari sudah sore. Erik pun pulang.
Dalam perjalanan dia berpapasan dengan mira, teman sekelas yang menyukai dirinya tapi Erik tidak peka dia hanya menganggap nya teman Biasa.
"Erik, dari mana?," Tanya Mira, sambil tersenyum
"Mira, itu dari depan. "Jawab Erik. Sambil melihat Mira yang bawa jajanan.
"dari tempat ayah mu ya...." ucap mira
Erik mengangguk, "Ya sudah, gue duluan" Erik pergi meninggalkan Mira.
"Erik tunggu, ini kau mau. Aku sudah kenyang." Ujar nya memberi jajanan nya . Mira tahu Erik keluarganya gak mampu karena mereka satu kampung.
"Gak usah..." Padahal dirinya pun lapar tapi dia malu.
"Gak apa Rik, ambilah untuk adik mu," Erik pun meriamnya .
"Thanks ya..." Ucap Erik.
Mira tersenyum, sambil melihat Erik berjalan pulang.
Saat sampai rumah nya, terdengar suara ibunya menangis. Erik bejalan dengan cepat. Adik nya hanya diam.
"Bu, kasih waktu 2 hari lagi. Saya akan membayarnya. " Ucap ibunya Erik. Melihat duduk di hadapan ibu-ibu Yang Suka meminjamkan uang.
"Dari kemarin 2hari , janji gitu terus Sampai kapan? Hutang mu sudah besar. belum Bungan nya. Mau sampai kapan gak bayar!!! "Ucap ibu-ibu yang meminjam kan ibu uang.
"Bu, kasihan lah keluarga kami. Tolong kasih waktu...." Sambil memohon, ibu terlihat menyedihkan.
"Bu, beri kami waktu. Kami akan melunasi ya..."ucap Erik.
"Ok, aku kasih waktu 2 hari tapi kalo ga ada terpaksa ruamhnya saya ambil .."ujarnya. Dia pun pergi.
Ibu berhenti menangis, "Bu kenapa minjem uang padanya?," Sambil melihat ibunya mengusap air matanya.
"Erik, ibu bingung harus minjem pada siapa lagi. Ibu begini supaya kita bisa makan. Mengandalkan bapak mu gak cukup. " Ucap ibu ya.
Erik melihat jualan ibunya yang masih banyak. Diapun pergi berlari keluar rumah, duduk di pinggir rel kereta Termenung sendiri.
"Gimana cara gue dapat uang banyak, " sambil melempar kerikil Erik berfikir. Memikirkan ibunya yang banyak hutang.
"Setelah lulus setelah gue harus cepat pergi dari sini." Setiap hari hanya itu yang Erik katakan.
Hari sudah senja, dia kembali pulang sambil melihat pemuda seumuran nya yang sedang nongkrong dengan motornya sambil merokok.
Mereka melihat Erik yang lusuh, menertawakan nya..namun Erik tidak peduli. setiap hari hinaan dan cacian baginya sudah biasa.
Sampai rumah nya, terdengar lagi ribut. Rupanya ayah nya memarihi ibu.
"Sudah bapak katakan, jangan minjem lagi? Kalo sudah begini dari mana dapat uang buat bayar. Hutang yang dulu saja masih belum lunas. " Ucap ayah nya.
"Pak, apakah cukup uang dari bapak?, Aku mencoba membantu. Tapi malah bapak memarihku..." Sahut ibunya.
Adiknya yang kecil menangis, Erik Yang tadinya akan pulang dia Kembali pergi. Melihat orang tuanya yang bertengkar.
Berjalan sendiri, langit sudah terlihat gelap duduk di atas jembatan. Sambil melihat sungai ia berfikir untuk mengakhiri hidupnya.
Sudah putus asa, sejak dari kecil sampai sekarang belum pernah dia merasakan kebahagiaan.
Hari makin malam, Erik pun pulang dia tidak mau membuat orang tuanya khawatir. "Dari Mana saja kau?, Main ?, Apa ga berfikir orang tuamu kebingungan." Ucap ibunya.
"Bu, kenapa sih aku di lahirkan miskin. Kenapa gak seperti teman-teman ku. mereka senang punya motor, hp, sedangkan aku tiap hari hanya hinaan yang erik dapat. " Erik sudah kesal dengan ibunya.
Ayah nya mendekat, "Rik, maafkan bapak. Harusnya kau gak begini nak..."ucap ayah nya. Erik menangis. Kedua adiknya melihat Erik..
Erik langsung mengusap air matanya dia gak mau terlihat sedih di hadapan adiknya. "Sudah, ayo makan .." ucap ayah nya.
Ibunya nampak tidak suka Erik, "nambah beban saja.." ucap ibunya saat Erik akan makan bersama adiknya.
Ayahnya langsung melihat ibunya, " Bu, diam lah.." sambil matanya melotot.
Hanya makan seadanya, tapi sudah Biasa bagi Erik. Begitu pun adik nya.
Sudah selesai makan Erik ke kamarnya bersama adiknya, tidur beralaskan tikar. Adik nya tidak pernah ngeluh.
__________
Pagi hari, "Erik, bangun!!!" Ucap ibunya dengan keras. Erik pun bangun dengan adiknya.
"Cepat sana sekolah. Tiap hari bapakmu memikirkan biaya sekolahmu. Kapan sih lulus " ucap ibunya dengan ketus.
"Iya Bu Hanya sebentar lagi, "sahut Erik.
"Baguslah, cepat cari kerja biar bisa bantu bapak mu. sudah tua sering sakit juga .." ucapnya sambil menanak nasi.
Erik pun tahu, ayah nya sudah lemah . Namun ibunya sejak dari kecil selalu membentak nya beda perlakuan pada diknya.
"De ayo pergi..." Ucap Erik, mengajak adiknya berangkat sekolah. ibunya terlihat memberi uang jajan pada adik nya, sedang Erik tiap hari jarang bekal "Iya kak .." berjalan bersama..
"Hey gembel..." Ucap teman nya saat melihat ku, mereka naik motor. Adik nya melihat nya.
"Kak Ade duluan ya.." saat sampai sekolah nya. Erik berjalan sendiri sepatunya yang sudah terlihat butut. Sejak Dari kelas 2 tidak pernah ganti.
Jangan kan buat beli sepatu baru. Tiap ada uang ibunya mementingkan adiknya. Tapi Erik senang setidaknya adik nya tidak lusuh sepertinya.
Sampai di sekolah, geng Nino langsung menarik Erik. " Dengar gembel lihat diri Lo. Berani beraninya lo Suka dengan Siska. "Ucap Nino. Kedua teman nya menertawakan Erik sambil menatapnya dari atas sampai bawah.
Namun Erik dari dulu selalu diam, dia tidak melawan. dia tidak mau buat masalah di sekolah. "Awas kalo Lo terlihat mengirim lagi surat pada Siska...habis lo.."ucap Nino. Meninggalkan nya sendiri.
Berjalan ke kelas, nampak di dalam kelas begitu ribut . Siska melihat Erik seperti jijik padanya.
Hanya Mira yang selalu menghampirinya. Jugan teman nya Eza. "Lo nanti ada acara gak .." ucap Eza, sambil tersenyum Erik melihat Eza, " kenapa gitu.." sahut Erik.
" Kalo gak nanti ikut geu , ada kerjaan Mayan buat jajan. " Ucap Eza tentu saja Erik mau ," boleh... Di mana?," Tanya Erik Nampak antusias.
"Di pasar, cuman jadi kuli panggul Lo kuat gak.." ucap Eza, melihat Erik kasihan padanya. "Gak apa gue kuat kok..." Sahutnya.
Sambil melihat teman sekelasnya memainkan ponsel, Erik hanya duduk sendiri melihat Eza memainkan ponselnya.
Jangan kan buat beli ponsel buatlt makan sehari-hari aja kurang.
"Lo enak ya punya hp, " ucap Erik saat melihat Eza memainkan ponselnya.
"Rik ini juga bekas, Kaka gue yang kerja beli hp baru nah ini dah jelek gue pungut. " Sahut Eza.
Erik berfikir hidup Eza jauh lebih beruntung darinya. Mungkin dirinya lah yang miskin .
Guru pun masuk, pelajaran di mulai. Erik terus mantap Siska cewek yang dia sukai walau tidak mungkin dia mendapatkan nya. tapi melihatnya saja dia sudah bahagia.
Selama belajar dia terus menatap siska, dia tidak sadar kalo Mira juga terus menatapnya. Mira tahu Erik menyukai Siska.
Jam istirahat saat semua keluar, Erik dan Eza keluar. Orang-orang terus menatap jijik padanya.
"Bau sampah ya..." Saat Erik Melawati teman sekelasnya Yang sedang bercengkrama. "Za, apakah gue bau ." Ucap Erik dia ingin tahu.
Eza terlihat tertawa," Rik, jujur ya Lo bau kejemur matahari..."sahutnya. Erik langsung memukulnya..
"Sial lu...." Canda nya..
Di saat Teman-temanya ke kantin dia hanya duduk di pinggir lapangan. "Rik, ke kantin yu.."ajak Eza, "Lo aja sana..., Gue masih betah duduk di sini." Alasan Erik. Tiap hari alsanya begitu.
Eza sudah tahu dia ga bawa uang."ayolah gue traktir...." Sahutnya. Sudah sering Eza mentraktir Erik.
"Ga apa-apa nih, " ucap Erik. Sambil tersenyum. Beranjak ke kantin.
Namun teman-teman nya selalu mengolok-olok nya, "za, kok mau berteman dengan gembel. Pasti Lo jajannin ya.., kalo gue ogah. bodoh lu za..." Ucap mereka.
Erik melihat Eza, " ah sudah jangan dengar kan mereka, "ucap Eza . Hal itu membuat Erik senang dengan Eza. " Thank's ya za .., pokoknya kalo gue kaya yang pertama gue ingat Lo..." Ucap Erik. Tak ayal Eza tertawa terbahak-bahak. "Erik, bangun sudah siang jangan mimpi terus..." Sahut Eza.
Mira cewek yang menyukainya dia terus menatap Erik, mira mengerti keadaan erik karena dirinya pun sama keadaan ekonomi nya tidak jauh beda dengan Erik.
terlihat Nino dan gengnya langsung mendekati Erik dan eza yang sedang duduk di kantin itu. "eh cupu, Lo gak pantes di sini. sana Lo pergi.." sambil berdiri di depan nya, sebelah kakinya di atas kursi.
"heh denger gak...!!" sambil menjitak kepala Erik.
"Rik, ayo cabut. " ajak Eza, dia tidak mau berurusan dengan Nino. "sana pergi. " Nino mengusirnya.
Erik terlihat masih duduk, matanya menatap Erik dengan penuh emosi. " gue sudah lelah..., gue capek. Lo dari dulu selalu memperlakukan gue seperti binatang. " Erik terlihat emosi dia sudah muak di bully Nino.
"Rik, ayo pergi .." Eza terus menarik tangan Erik .
" mau apa Lo hah... berani sama gue. miskin ," mereka menertawai Erik.
Erik langsung berdiri langsung menjotos wajah
brruugggg
seketika ninon jatuh tersungkur. sontak teman nya memukul Erik di keroyok dua orang.
"a*jin* Lo, berani sama Nino. " teman Nino terus memukulinya.
Eza , Hanya bisa melihat. begitu pun teman-teman sekelas nya hanya menonton sambil memvideokan nya.
" berani Lo sama gue hah..." Nino membalas pukulan Erik.
terlihat Erik tersungkur , mulutnya keluar darah wajahnya memar. "gays ayo cabut..."ucap Nino.
Mira, langsung berlari menghampiri Erik. " Rik, ayo gue bantu..." Erik bangun.
" gue gak apa-apa, " sahut Erik , melihat Mira yang mengkhawatirkan nya.
"Lo sih, gue bilang cabut malah melawan. jadi gini kan. " Eza terus ngomel, sambil memapah Erik ke toilet.
" Mira, sudah gue gak apa..." ucap Erik.
Mira yang mencintainya terus menatap Erik, namun Erik tidak mencintai Mira. dia malah mencintai Siska meski tahu dirinya di hina oleh nya.
Eza membantu membersihkan luka Erik, "sorry, gue emosi sudah lelah mereka memperlakukan gue begitu dari dulu. " ucap Erik.
" aawwww pelan..." ucap Erik saat Eza membersihkan lukan nya.
"biar tahu rasa, sudah gue katakan pergi-pergi. Lo kira Lo jagoan lihat diri Lo, Lo itu cupu..." ucap Eza.
Erik, dia malah tertawa ketika Eza mengatakan nya cupu. " emang gue cupu ya..."sambil memandangi dirinya di cermin.
terlihat dirinya menyedihkan seragam nya sudah kekecilan, lusuh rambut berantakan.
"iya gue memang cupu..." sambil bercermin Erik menyadarinya.
"sudah ayo masuk..." kembali beranjak ke kelas
"Erik, Lo baik-baik saja kan..." Mira rupanya masih menunggu di luar toilet.
Eza senyum , dia tahu Mira begitu mencintainya. "gue baik-baik saja mir, sudah jangan terlalu khwatir .." sahut Erik.
"khmmm, wah ada yang perhatian gue jadi iri." canda Eza.
Mira, tersipu malu saat Eza begitu, tapi Erik karena dia tidak peka dan hanya menggap Mira itu teman dia terlihat biasa saja.
cintanya Mira padanya bertepuk sebelah tangan.
---
Berjalan tertatih-tatih, sambil di papah Eza. Mira yang mencintainya terus ikut bejalan di sampingnya sampai kelas.
"Rasakan Lo, berani-berani nya sama gue."ucap Nino saat Erik Kembali ke kelas. Erik langsung menatap nya dengan tatapan benci pada nya.
Siska, dia hanya memandangi Erik sambil menertawainya.
"Rik, sudah jangan urusan dengan mereka " ucap Mira saat Erik melihat Siska.
Berkali-kali Erik di pukul geng Nino tapi dia tetap tidak kapok juga mengejar Siska. Bahakan Eza sebagi seorang teman sudah sering mengingatkan untuk tidak mendekatinya.
Jam pelajaran masuk, "Erik, kenapa itu wajahnya?" Tanya guru, Nino langsung melotot. "Ini Bu tadi jatuh."jawab Erik.
Semua teman nya menertawakan nya, Erik bingung padahal tidak ada yang lucu. Dia selalu jadi badut di kelasnya.
"Aku ingin segera cepat lulus dari sekolah, rasanya sudah lelah di tertawan terus. Apakah diriku ini yang miskin? Apakah karena hanya pakaian ku yang lusuh, sepatu yang butut ini?" Sambil melihat sepatunya yang hanya di sol dan sudah mulai berlubang.
Bel berbunyi, semua siswa langsung bersiap pulang. Erik dia terus menatap Siska bersama teman nya.
"Rik, gimana mau kerja...?," Tanya Eza, sambil memasukan buku ke dalam tas. "lupakan dia, dia gak mukin mau dengan Lo. "Eza melihat Erik terus menatap Siska.
"Lo benar, ayo katanya Lo mau ngajak gue kerja .."ucap nya.
Berjalan bersama Eza, Mira terlihat menunggu di depan kelas. Meski Erik tidak menyukain nya dia tetap saja mengejar nya. "Mir, belum pulang?,"tanya Erik.
"Belum, ayo pulang bersama .." sahut Mira.
Eza, senyum-senyum saat Mira menunggu Erik. "Mira, pulanglah duluan gue mau ke pasar dengan Eza." Ucap Erik.
Mira yang terus menguntit Erik dia menunggu Erik menembak dirinya. Tapi sekali lagi Erik hanya mengganggap nya teman biasa.
"Iya kah, ya sudah gue duluan ya..." Mira berjalan sendiri meninggalkan Erik bersama Eza.
"Lo gak peka apa Gimana, Mira menyukai Lo tapi lo begitu cuek padanya. " Ucap Eza sambil jalan.
Erik tersenyum,"za, gue benaran ga suka. Ga ada rasa apapun padanya. Bagi gue Mira hanya cewek polos. Lo lihat dia seperti anak-anak," ucap Erik.
Eza pun tidak mengerti, Erik malah mengejar cewek yang jelas-jelas jijik padanya.
Berjalan di siang hari, terik matahari begitu terasa panas. Tapi karena Erik butuh kerjaan dia tidak peduli mau panas atau hujan pun. Yang penting baginya dia dapat uang untuk bantu ibunya bayar hutang pada rentenir.
Sampai di pasar, Eza langsung ke kios bibinya. "Bi, ini teman Eza yang mau kerja." Sambil menunggu di luar.
"Oh, yakin kuat?," Tanya bibinya sambil menatap Erik yang kurus.
"Iya saya kuat bi," sahut Erik
" Ya sudah, ikut bibi kalian sudah makan?," Tanya nya,
"Belum bi..." Sahut Eza sambil berjalan ke sebuah gudang.
Terlihat para pekerja kuli panggul sedang memasukan beras ke dalam truk.
"Makan dulu. " Ucap bibinya Eza memberikan nasi bungku.
"Lo yakin kuat?," Ucap Eza melihat beras berkarung-karung.
Erik melepaskan seragamnya, hanya memakai kaos Yang sudah bolong. Iapun makan bersama Eza,"kuat, tenang saja. Gue malah terima kasih dapat kerjaan. " Ucap nya sambil makan.
"Pak, ini yang mau kerja. Za bibi tinggal ya kios gak ada yang jaga..." Ucap bibinya Eza kembali ke pasar.
"Bibi Lo orang kaya ya .."Erik merasa iri pada Eza.
"Bukan bibi gue, tapi suaminya. bibi gue dari keluarga sederhana. Tapi dia menikah dengan suami orang kaya makanya dia punya usaha begini. Kios jual beli beras. "Ujarnya.
Setalah makan Eza hanya duduk. Erik dia sendirian yang kerja. "mas, yakin kuat.." ucap bapak-bapak yang memberikan beras satu karung ke punggungnya.
"Iya pak,ayo .." sahut Erik.
Ketika beras satu karung itu di punggung Erik dan Erik membawanya dia meras begitu berat. Sampai Eza kasihan melihatnya.
Tapi Erik teringat akan ibunya yang punya hutang banyak, dan ibunya selalu mengatak Erik beban Erik menguatkan dirinya.
Setalah mencoba memikul beras yang berat 40kg lebih Erik pun akhirnya terbiasa.
Eza sebagai teman kasihan melihatnya, namun hanya ini yang bisa bisa Eza lakukan untuk membantunya.
****
Hari mulai sore, dengan nafasnya yang terengah-engah Erik menghampiri Eza. "Rik, lebih baik Lo sudah saja. Gue ga tega lihat Lo ngangkut beras seberat itu." Sambil memberikan minum Eza melihat tubuh Erik yang basah oleh keringat.
.
"Gak apa za, lama-lama akan terbiasa. " Sahut Erik.
"Eh anak baru Lo di panggil, "ucap pekerja lain.
Erik berlari saat mandor membagikan upah kerja hari itu. "ini buatmu...kamu kerja setengah hari kan. " Ucap mandor Erik mengiyakan.
"Ini ..." Mandor memberikan uang 50rb. Erik begitu senang dia mendapatkan uang dari keringatnya nya sendiri.
Kulitnya yang coklat karena kerja kasar, di tambah terpapar panas sinar matahari membuat Erik makin kumel.
Tapi dia tidak memperdulikan penampilan nya, Yang dia fikirkan keluarganya ibunya Yang selalu di tagih tiap hari oleh rentenir. Erik muak lihat ibu nya yang selalu menangis ketika di tagih.
"Za ayo pulang..." Sambil membawa tasnya. sambil berjalan bersama Eza sahabatnya ," za, terima kasih ya. Kalo bukan karena Lo gue gak akan dapat kerja... " Ucap nya.
Sore hari langit terlihat senja, sambil berjalan Eza menatap Erik yang terlihat begitu lelah."Rik, yakin mau lanjutin kerja?, Tapis bentar lagi ujian nanti akan ada pelajaran tambahan giamana?," Tanya Eza.
" Iya za, gue tahu tapi sepertinya gue akan kerja. Dan untuk pelajaran tambahan gue bisa belajar malam hari gue pinjem buku dari Lo ya. Iya Lo gak usah nunggu gue. " Ucap Erik.
"Sudah gue pulang..." Eza, kembali kerumah nya.
Erik, setiap dia sampai rumah nya hanya pertengkaran yang dia dengar . Ibunya yang sering mengeluh pada ayahnya. Karena pendapatan ayah nya yang tidak mencukupi.
"Ini juga kelayapan kemana baru pulang, sudah sekalian jangan pulang." Bentak ibunya Erik hanya diam masuk kamar.
"Pak, lusa uang itu harus ada. Gimana kalo rumah ini di ambil kita mau tinggal di mana?," Ucap ibunya.
" Salah sendiri, kenapa minjem uang padanya. " Jawab ayahnya Erik dengan emosi.
Erik Hanya tiduran sambil menatap langit-langit rumah yang hanya terlihat genteng. Dia sudah lelah mendengar pertengkaran orang tuanya.
"Erik...." Ucap seseorang di luar.
"Rik, ada teman mu..." Ucap ayah nya..
Erik langsung beranjak keluar rumah, rupanya Mira sedang di luar menunggunya . Ia malu pertengkaran orang tuanya di dengar Mira.
"Mira! Ada apa?," Tanya Erik duduk di luar.
"Ini....buatmu, di rumah ibu masak banyak. " Sambil memberikan lauk buat makan. Mira terlihat malu-malu saat menatap Erik.
"Makasih ya..." Sahut Erik.
Mira terlihat salting, Erik bingung dia mau apa lagi sambil berdiri di depannya. "Euhh iya aku pulang dulu ya, Sampai besok.." Mira beranjak pulang sambil menoleh pada Erik tersenyum lalu berlari.
erik pun senyum sambil membawa lauk makan kedalam rumah nya.
"Bu, ini dari Mira ..." ucap Erik, memberikan sayur pada ibunya.
"Rik, sudah makan ?," Tanya ayah nya. Dia begitu baik pada Erik.
"Belum pak, "jawab nya.
"Rio, sini nak makan.." panggi ibu pada adik Erik.
Saat ibunya membagikan nasi Erik Hanya dapat sedikit . sementara ibu dan adiknya yang kebagian banyak, begitupun sayur yang di kasih Mira Erik hanya di kasih sedikit.
"Rio makan yang banyak. " Erik melihat sikap ibunya Yang seolah memperlakukan dirinya seperti bukan pada anak nya.
"Bu, ini uang buat bayar hutang..." Memberikan upah hasil kerjanya, ayah Erik langsung menatap nya.
"Dapat dari mana Rik?," Tanya ayahnya sambil makan.
"Erik kerja pak di pasar.." sahutnya.
Mendengar itu ayah nya sedih,dia tertunduk seperti merasa bersalah.
"Nah gitu dong jangan jadi beban terus, " sahut ibunya sambil mengambil uang dari tangan nya.
"Bu, jangan bilang begitu. Erik juga anak kita .." ucap ayah nya.
Setalah selesai makan, dia hanya duduk termenung di luar. Dia memikirkan kenapa ibunya selalu memperlakukan dirinya berbeda dengan adiknya.
Sejak kecil sampai sudah dewasa ia tidak pernah di belikan pakaian baru, Hanya pakian bekas yang dia pakai entah dari pemberian orang atau ibu yang beli dari pasar.
Di saat pemuda seumuran nya nongkrong, main gitar, main hp, merokok Erik hanya diam sendiri di rumah,
Malam itu karena Erik bosan dia bejalan ke pos mencoba berbaur dengan pemuda di kampungnya.
Dari kejauhan dia tersenyum , namun mereka hanya diam sambil merokok. Menatap Erik dengan tatapan jijik. salah satu dari mereka malah meludah seolah begitu jijik padanya.
Dengan kaos yang bolong, celana panjang yang sudah banyak tambalan ia memberanikan diri Gabung dengan pemuda kampung nya.
"Lagi pada ngapain?," Tanya Erik, namun apa yang ia dapat. Erik Hanya dapat hinaan dari mereka.
"Ngapain Lo kesini?, Lihat kumel banget bau lagi.., cupu hahaha." Mereka tertawa terbahak-bahak.
Sambil memegang ponsel dan gitar pemuda kampung pergi menjauhinya, Erik pun sendiri di pos duduk.
Dia sudah terbiasa dengan hinaan. Sejak itu dia senang sendiri hanya Eza teman satu-satunya yang ia punya.
Erik kembali pulang, langsung masuk kamarnya dan tertidur beralasan tikar bersama adiknya.
tubuhnya yang kurus mengisyaratkan hidupnya yang berat. tapi ia tidak pernah menyerah dan tidak pernah mendengar apa kata orang padanya.
hanya dalam mimpi hidup nya senang. setiap dia tidur selalu pulas.
***
Erik terbangun, "bangun !!!, mau sampai kapan tidur." sambil menendang kakinya.
"Rio , nak sekolah " saat membangunkan adiknya.
Erik, beranjak ke kamar mandi di luar rumah. "cepetan selesaikan sekolahmu, buat apa sih sekolah lebih baik kau kerja saja. biarkan adikmu Yang sekolah tinggi. " terus ngomel saat Erik mandi.
dia hanya diam setiap kali ibunya ngomel. "Rio ayo sarapan sayang," ucap ibunya. Erik mencoba bersabar karena itu adiknya, dia memaklumi karena dirinya anak yang paling besar di keluarganya.
sambil makan seadanya, ayah nya yang akan berangkat melihat Erik yang makan hanya dengan kerupuk saja. sedangkan adiknya dengan telur.
ayah nya menghela nafas melihat istrinya,"Rio ini uang jajan nya," sambil memberikan uang . Erik tiap hari jarang sekali di beri uang jajan.
saat berangkat sekolah ayah nya menyusul,"Rik, tunggu.." panggil ayahnya. Erik menoleh "iya pak ..." sahutnya.
sambil merogoh sakunya ayah Erik mengeluarkan uang 10 RB, "ini buat jajan mu.." ucap nya. rupanya ayah nya takut kalo ketahuan sitirnya ngasih uang pada Erik. "gak apa pak, simpan lah buat makan bapak .." sahut nya.
"ayo ambilah, Erik maafkan bapak...."sambil memasukan uang dalam saku seragam nya. "pergilah..." ayah nya kembali berjalan sambil mengusap matanya.
Erik melihat nya heran, kenapa dengan ayahnya ?
saat sedang jalan ke sekolah dengan adik nya, Mira dari kejauhan berlari. "Erik, tunggu..." teriak Mira..
Erik menoleh menunggunya, dengan nafas ngos-ngosan Mira sampai di depan nya.
"ayo berangkat bareng..."ujarnya.
selama di perjalanan Erik Hanya diam, sedangkan Mira dia terus memperhatikan nya. "kak Ade duluan..."ucap adiknya.
"Rik, setelah lulus sekolah mau kemana?," tanya Mira. Sambil tersenyum menatapnya.
"mungkin akan merantau, kau mau kemana?," balas Erik.
seketika wajah Mira berubah saat Erik mengatakan akan merantau, dia tidak mau kehilangan nya. mungkin bagi Mira Erik adalah cinta pertamanya meskipun cintanya bertepuk sebelah tangan .
pagi hari, langit terlihat begitu cerah sambil berjalan bersama Mira yang terus meliriknya. dia masih berharap Erik menembak nya.
"eh kamu sudah sarapan?," tanya Mira, Erik mangangguk. sepertinya mirapun bingung mau membahas apa.
saat Siska lewat Erik langsung menatap nya, "siska..." panggil Erik berlari menghampiri Siska . Mira berhenti dari jalan nya melihat orang yang di cintai nya mendekati gadis lain.
"apa sih Lo, mau apa? sana bau .." ucap Siska.
"siska Minggu besok ada acara gak..?," tanya Erik , mereka langsung tertawa.
"heh dengar gembel, Lo siapa tanya gue besok ada acara. lihat diri Lo punya kaca gak di rumah hah kalo gak biar gue kasih kaca biar Lo sadar..." ucap siska
hatinya sakit, melihat siska menghina nya. "Rik, sudah lah ayo..." Mira dia mendekatinya mendengar semua penghinaan Siska pada Erik.
Sambil berjalan menuju kelas, Mira dia terus memperhatikan nya. Erik terlihat sedih Mira pun tidak suka melihat Erik sedih.
Saat masuk kelas Mira melihat siska terus menertawai Erik dia teman nya membisikan sesuatu di telinga Siska, Siska terlihat memandangi Erik dan tertawa.
Hal itu membuat Mira membenci Siska,"Rik, kau baik-baik saja?,"tanya Mira melihat Erik yang diam saja.
Erik tersenyum,"gak apa mir, gue baik-baik saja."sahut nya sambil beranjak duduk di bangkunya.
Eza baru sampai, saat melihat Erik Yang sudah duduk di bangkunya sambil memijit bahu nya.
"Lo baik-baik saja?," Tanya Eza, sambil duduk.
"Gue pegel, sakit pinggang. " Sahutnya, sontak Eza tertawa.
"Itu artinya Lo gak kuat, Sudah jangan di paksakan. nanti sakit Gimana," ujarnya.
Tapi Erik dia tidak mau berhenti, melihat ibunya senang dengan uang hasil pemberian Erik. Meski dirinya kesakitan yang penting bagi dirinya hutang ibunya cepat lunas.
"Mungkin belum terbiasa. Nanti juga biasa kalo sudah lama. " Sahut Erik.
"Terserah Lo saja...tapi gue kasihan lihat Lo jujur. " Ucap Eza.
Bel berbunyi, jam pelajaran di mulai. " Ujian tinggal 3bulan lagi. Tunggakan sekolah harus segera di lunasi ya ..." Ucap guru.
Erik belum sama sekali membayar iuran sekolah, entah diapun bingung bicara sama ayahnya. pasti ayahnya pun tidak tahu.
Mira, selalu saja melirik nya saat belajar pun dia sering menoleh padanya sambil tersenyum. Hal itu membuat Erik tidak nyaman.
Eza selalu merasa kasihan pada Mira, sudah dari dulu dia menantikan Erik tapi Sampai sekarang mau lulus tetap saja Erik dingin padanya.
Jam istrihat tiba, semua siswa langsung keluar. Saat Erik dan Eza akan keluar tiba-tiba Nino dan geng nya mendekati mereka.
"Eh cupu, Lo ngajak Siska jalan hah..." Ucap Nino, Rupanya siska mengadu padanya.
Disaat Teman-teman keluar, Siska dan teman nya hanya melihat di bangkunya,"Lo rupanya gak kapok juga ya, punya nyali rupanya hah!!," sambil menampar-nampar pipinya Erik.
Erik hanya diam sambil menatap wajah Nino, "dengar sisika pacar gue, kalo Lo berani menggoda nya lagi Lo tahu akibatnya. Cupu.." Nino memukul kepalanya, mereka tertawa dan pergi bersama siska.
Erik sudah lelah, di langsung melapar Nino dengan buku yang ada di hadapan nya.
Eza kaget, "apa yang Lo lakukan. " Eza kahwatir padanya.
Nino berhenti dari langkahnya. Dia langsung melihat Erik dan berlari. Langsung Erik di tendang nya.
"Lo berani hah...." Sambil memegang kerah seragamnya Erik. Terus memukul wajahnya .
Erik tiba-tiba menahan tangan Nino, dia emosi dengan nafasnya yang cepat Erik marah .
"Gue selama ini bersabar , Lo sudah ketelaluan." Sambil memutar tangan Nino hingga dia kesakitan.
Kedua teman Nya berlari dia langsung memukul Erik. 3 lawan 1 Tentu saja Erik kalah.
"Mampus Lo hah, berani sama gue..." Erik di tendang di pukul Nino dan kedua teman nya. Tiap hari begini.
Eza hanya menonton saja, Mira selalu mengkhawatirkan nya.erik sudah terlihat lemah, Sabil terbatuk-batuk. "Cukup. " Ucap Nino melihat Erik tergeletak lemah di lantai.
"Mampus Lo, ayo cabut...." Nino dan gengnya meninggal kan Erik yang sedang kesakitan ,"gembel cuih..." Teman Nino meludahinya.
Eza langsung menghampirinya, begitu juga Mira. " Lo sudah gue katakan berapa kali gue jengkel jadinya," Eza memarahi Erik tapi Erik malah tertawa.
Dangan wajah terluka."za duduk saja, sudah duduk bair aku obati." Ucap Mira, Eza langsung melihat Mira.
Dia beranjak mengambil obat di dalam tasnya, rupanya Mira sudah mempersiapkan semuanya. Eza melihat Mira seakan sudah tahu Erik akan terluka.
Dia hanya bengong, seberapa besar cinta mira pada Erik?, tapi Erik kenapa dia begitu dingin pada orang yang begitu mencintainya.
Sambil membersihkan luka Erik dengan alkohol, Mira terlihat senang bisa menyentuh wajahnya dengan pelan dia membersihkan luka Erik.
Sambil tersenyum menatap wajah Erik. "Rik,Lo jangan kerja dulu. " Ucap Eza.
Mira langsung menoleh pada Eza, "Rik, kamu kerja?," Tanya Mira.
"Iya, gue kerja di pasar. " Sahut Erik.
"Pantas gue ke tempat ayah mu gak ada. Di rumah mu juga gak ada. " Ucap Mira
Erik langsung menatap Mira, ternyata dia selama ini mira sering mengintip Erik lagi kerja di tempat ayah nya.
"Ada apa mir, nyari gue?," Tanya Erik
"Ah gak maksud ku, lewat tempat kerja ayah mu. Biasanya kamu kan selalu ada membantu ayah mu di sana..." Sahu Mira.
"Sudah makasih ya..." Ucap Erik selesai di obati Mira.
"Erik kamu lapar gak, ini saya bawa bekal dari rumah makan lah..." Sabil memberikan roti isi.
Erik melihat Eza, Eza tertawa."cie..." Ucap Eza .
"Apaan sih..." Sahut Erik, dia malu saat Mira memberikan roti isi. "Gak apa, ayo makan..za kau mau juga. "Meira menawari Eza.
Eza langsung mengambil nya," ya udah kalo Erik gak mau buat gue aja..." Langsung Mengambil nya. " Enak saja Lo..."Erik langsung mengambilnya.
Mira terus melihat Erik Yang sedang makan, 3 sahabat yang sama-sama miskin, tapi Eza lebih beruntung begitupun Mira .
Saat geng Nino bersama Siska datang Mira langsung beranjak ke bangkunya. Mengambil kotak makan nya.
"Heh gembel, Lo gak pantas sekolah. Lo pantasnya begini nih di lampu merah ," Nino selalu saja membuat erik emosi .
"Hahaha..."teman nya dan juga Siska tertawa terbahak-bahak saat Nino mencontohkan jadi pengemis.
Eza langsung menahan nya, "sudah diamkan saja."saat Erik akan melawan nya. Dirinya yang babak belur nampak tidak peduli.
Bel masuk pun bunyi, jam pelajaran terkahir di mulai. Erik begitu dendam pada nino.saat melihat Nino dia hanya emosi dalam dirinya.
Mencoba fokus pada pelajaran, diapun tidak mau nilai ujian nya jelek.
"Rik, lihat Mira dia selalu memperhatikan Lo. Gak ada sedikitpun rasa padanya?," Ucap Eza saat melihat Mira menoleh pada Erik. Eza merasa kasihan padanya.
Bel pulang sekolah terdengar nyaring, "Rik, gak apakan gak sama gue..." Ucap Eza.
"Gak apa, sudah gue duluan..."sahut Erik berlari. Mira yang berharap bisa pulang bareng dengan di tinggal.
"Za, Erik kerja apa?," Tanya Mira.
"Dia kerja berat," sahut Eza sambil beranjak pulang.
Mira, langsung menyusul Eza. "Kerja kerja berat apa?," Mira terlihat begitu penasaran.
"Dia kuli panggul di pasar ." Mira pun kaget berhenti dari langkahnya sambil melihat Eza Yang berjalan.
Erik kembali kerja, saat sudah sampai di pasar ia langsung Mengganti seragam nya. "Ayo cepat, anak baru .." ucap mandornya.
Memikul beban dari gudang ke dalam mobil truk. Tubuhnya yang kurus lama kelamaan jadi berotot. Erik pun terbiasa memikul beban 40kg lebih.
Keringat bercucuran, demi keluarganya dan Erik ga suka dia katak beban oleh ibunya. Sekuat tenang dia mencoba membantu melunasi hutang ibunya.
hari beranjak sore, dengan nafasnya yang ngos-ngosan ia bersitirhat menunggu upah nya.
berkumpul dengan para kuli, yang terlihat dekil sama sepetinya. mandor datang mengabsen Setipa kuli dan memberinya upah.
"Erik, ini...besok kerja lagi gak?," tanya mandor .
"iya pak.." sahut Erik sambil mengambi upahnya 50rb.
langsung menarik tasnya dan pulang, kini seragam nya yang terlihat ketat karena badanya makin berotot.
berjalan sendiri, menuju rumah saat akan masuk rupanya si rentenir ada di rumah menagih hutang ibu lagi.
ayah nya yang terlihat kebingungan."mana janjinya 2hari lagi, ini sudah hari. "ucap ibu-ibu rentenir.
ibunya hanya diam, begitu juga ayah nya. "Bu, saya mohon beri saya waktu lagi. "ucap ibu Erik
dirinya bingung, uang 2juta dapat darimana. bagi keluarganya uang segitu sangat banyak.
"aku sudah bosan kasih waktu terus, tiap habis waktu tetap saja gak ada." ucap rentenir yang berdiri di hadapan ibunya.
menghela nafas, sambil memegang uang 50 RB ia tidak dapat apa-apa dengan uang segini.
"Bu tolong beri kami waktu, ini mabilah saya ahnay punya segini tapi kami akan usahakan secapatnya.." ucap Erik sambil memberikan uang 50 RB hasil kerja keras nya.
"apa ini? Hanya segini...." sambil tertawa melemparkan yang yang Erik kasih ..ibunya langsung memungutnya. " gak, harus lunasi semua, nyesel aku minjemin pada orang miskin seperti kalian .., besok saya kesini lagi harus sudah ada..." ucap nya sambil meninggalkan rumah.
"Bu, semua salah ibu. sekarang kita dapat uang sebanyak itu dari mana" ucap ayah nya.
"salah bapak juga kenapa gak kerja saja nyari uang yang lebih besar gajinya. ini juga anak selalu jadi beban ini semua laha bapak ." ucap ibunya masuk kamar.
ayah Erik terlihat kebingungan duduk tertidnruk Abi memegang kepalanya dengan kedua tangan nya.
"pak maaf jika saya jadi beban. " ucap Erik.
"gak rik , bapak yang harus minta maaf.." sahut ayah nya.
Sabil duduk di luar ia berfikir dari mana dapat uang sebesar itu.
"Rik, lagi apa?," tanya Mira namun Erik tidak nyahut dia sedang melamun memikirkan hutang ibunya.
"Erik..." Mira menepuk pundaknya.
"eh Mira, ada apa." sambil membawa sesuatu dalam kantong kresek .
" ini buat mu, makan ya..." mira memberikan makan lagi.
"terima kasih ya..." ucap Erik.
Mira duduk di sampingnya, sambil menatap Erik.
"Lo ada masalah ya, ayo ceritakan siapa tahu gue bisa bantu. "ucap Mira.
"ga apa-apa, sudahlah ," Erik malas meceritakn nya karena gak mungkin Mira bisa membantunya.
"ayolah , ceritakan..." sambil terus menatap wajahnya.
"ibu dia punya hutang sama rentenir , besok harus segera di bayar kalo gak ruang ini akan di sita.." ucap Erik.
"berapa hutang ibumu memang nya..." tanya Mira
"besar, tapi sudah lah...jangan di firkikan ," ucap Erik.
tapi Mira memaksa, " berapa ?," sambil menaruh tangannya didagu menatap Erik.
"2 JT "jawab Erik
"segitu ya... sepertinya uang tabungan ku ada. kalo kamu mau minjem gak apa sih .." Erik langsung menatap Mira.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!